Selasa, 02 Maret 2021

DETIK-DETIK MENJELANG KEJATUHAN DINASTI SBY DARI PARTAI DEMOKRAT


Oleh: Saiful Huda Ems.

Siapapun boleh meragukan kemampuan saya dalam memprediksi kejatuhan Dinasti SBY dari Partai Demokrat ini, namun sebelum ragu silahkan pelajari track record analisa politik saya terhadap peristiwa-peristiwa besar politik nasional, mulai dari kejatuhan Rezim Soeharto tahun 1998 hingga analisa terakhir politik saya mengenai kemenangan Capres Jokowi dalam Pilpres 2014 dan 2019. Saya memulai tulisan saya ini dengan pernyataan demikian, bukan bermaksud ingin gaya-gayaan atau sok-sok'an, melainkan untuk menjawab keraguan sebagian teman-teman saya yang saat ini menjadi Pengurus Partai Demokrat, yang sejak terbitnya tulisan pertama saya soal huru-hara PD awal Februari 2021 lalu mereka ragu dengan prediksi politik saya.

Terus terang, pada awalnya saya juga tidak terlalu menganggap serius dengan adanya manuver-manuver politik para pendiri PD yang menginginkan Kongres Luarbiasa (KLB), mengingat begitu dahsyatnya pengaruh SBY di PD khususnya ketika SBY masih menjabat Presiden RI selama dua periode, namun setelah saya cermati dan ikuti perkembangannya lebih jauh, waowww...sungguh ini sangat serius sekali ! Empat faksi pendiri Partai Demokrat (PD) yang menginginkan KLB itu bukan khayalan, melainkan benar adanya dan sangat serius sekali mereka berjuang untuk mewujudkannya ! Empat faksi itu juga sangat besar pengaruhnya dalam tubuh kepengurusan atau kader PD, dan mereka itu tidak hanya bagaikan akar pohon rindang tapi juga sekaligus ranting-ranting pohon itu sendiri yang selama ini turut menyangga dan menjaga pucuk pohon, yakni Dinasti SBY !.

Lalu bayangkan, jika kemudian sekarang mereka kompak bersuara untuk mendongkel AHY melalui KLB ! Bayangkan, jika kemudian sekarang mereka terang-terangan bersuara kompak melawan SBY dan berteriak Selamatkan Partai Demokrat dari politik dinasti, oligarki dan tirani ! Bayangkan pula, mereka yang kemudian kompak menemui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan kompak meminta Moeldoko untuk menggantikan posisi AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat ! Bukankah ini sebuah perlawanan spektakuler para pendiri, pengurus dan kader PD itu sendiri yang selama ini diam-diam kesal dan marah pada SBY dan anaknya (AHY) yang dianggap sudah terlalu jauh menghancurkan PD melalui tangan besinya SBY?

Jhoni Allen sosok pendiri dan pelaku Partai Demokrat yang sangat populer di media disaat PD sedang jaya-jayanya bersuara menjelaskan ke publik dengan sangat gamblang, mengenai bagaimana peristiwa sesungguhnya yang terjadi di internal PD dari awal berdirinya hingga sekarang, detik ini ketika PD dalam puncak gunjang-ganjingnya ! Jhoni Allen (JA) bersama teman-teman sesama pendiri PD nya sangat nyata meminta agar PD tak lagi menjadi partai dinasti, oligarki yang terbukti sudah menjurus pada tirani. JA menjelaskan bagaimana kisah Kudeta dalam tubuh PD yang sesungguhnya pernah dilakukan sendiri oleh SBY ! "SBY tak pernah berkeringat, apalagi berdarah-darah dalam membangun PD. SBY masuk PD baru setelah PD dinyatakan lolos verifikasi KPU dengan memasukkan Ani Yudhoyono sebagai salah satu wakil ketua umum dengan menyumbang Rp. 100 jt !."

Masih menurut JA, "Kudeta SBY di PD terjadi pada Kongres II PD di Bandung tahun 2010, dimana Anas Urbaningrum yang saat itu terpilih sebagai Ketua Umum  secara demokratis kemudian tersandung persoalan hukum, namun statusnya belum dinyatakan sebagai tersangka, SBY sebagai Ketua Dewan Pembina PD dan Presiden RI mengambil kekuasaan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum (AU) dengan cara membentuk Presidium dimana SBY srbagai ketua dan AU sebagai wakil ketua. Setelah AU jadi tersangka maka terjadilah KLB I atau Kongres III PD di Bali tahun 2013 untuk menjalankan sisa kepemimpinan AU hingga 2015, dimana SBY berjanji hanya akan meneruskan sisa kepemimpinan AU". 

Kongres IV PD di Surabaya tahun 2018 dilaksanakan, dalam kongres ini menurut JA, SBY telah merekayasa jalannya kongres agar SBY jadi calon tunggal Ketua Umum PD. Inilah ingkar janjinya SBY pada dirinya sendiri dan pada kader PD di seluruh Indonesia. Hal yang paling meresahkan para ketua DPD dan DPC PD di seluruh Indonesia menurut JA, adalah SBY membuat Peraturan Organisasi yang mengamputasi hak DPD dan DPC dengan mengambil iuran anggota Fraksi DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk sebagian disetor kepada DPP dan hak penentuan Pemilihan Kepala Daerah tanpa ada pertanggung jawabannya.

Selanjutnya, pada Kongres V Partai Demokrat 15 Maret 2020 di Senayan Jakarta, SBY kembali merekayasa Tatacara Kongres yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Pembahasan dan penetapan Tatatertib Acara tidak dilakukan, dimana salah satu isinya membahas syarat Tatacara Pemilihan Ketum. Selain itu tidak ada Laporan Pertanggungjawaban dari Ketum SBY. Setelah pidato Ketum SBY, Peserta Kongres yang tidak punya suara diusir keluar arena Kongres. Semestinya seluruh Peserta Kongres memiliki hak bicara, padahal hak suara hanya digunakan pada saat Pemilihan Ketum atau jika terjadi Perbedaan Pendapat. 

SBY pun mendesign seluruh Ketua-Ketua DPD seluruh Indonesia untuk mendiklir AHY menjadi Ketum PD yang mereka sebut dengan aklamasi. Makanya AHY berada di puncak gunung tapi tidak pernah mendaki. Oleh sebab itu --masih menurut JA-- AHY sebagai Ketum tidak tau cara turun gunung sehingga bapaknya sendiri (SBY) yang turun gunung. Inilah yang menurut JA dkk. nya disebut dengan KRISIS KEPEMIMPINAN PARTAI DEMOKRAT, hingga KLB merupakan Solusi Konstitusional untuk mengembalikan PD sebagai partai yang demokratis, terbuka dan modern !".

Hemmm...bagaimana pendapat kita sebagai sesama anak bangsa yang selama ini berharap banyak pada partai politik di negeri ini agar dapat menjadi wadah pendidikan politik yang baik bagi generasi bangsa, sedangkan pada kenyataannya tokoh politik yang pernah menjadi Presiden dua periode di negeri ini, yakni SBY malah memberi contoh yang buruk bagi kita melalui skandal kepemimpinannya di Parpol PD seperti yang dituturkan oleh para pendirinya itu? Kasus manajemen kepemimpinan parpol yang buruk seperti itu, menurut saya haruslah kita koreksi bersama, karena hal itu bukan hanya menyangkut persoalan internal Partai Demokrat, melainkan juga sudah menjadi bagian dari persoalan bangsa dan negara ini, sebab keteladanan kepemimpinan Parpol yang buruk akan berimbas pada buruknya kualitas politisi-politisi bangsa yang sudah dan akan dimunculkan darinya, dari Partai Demokrat yang masih dikuasai Dinasti SBY !

Dan mencermati dengan seksama pernyataan demi pernyataan yang dipublish oleh para pendiri dan pengurus PD seperti Jhoni Allen, Marzuki Alie dll.nya yang mengungkap secara gamblang bagaimana kotornya permainan politik SBY dan AHY hingga membuat para pengurus dan kader-kader internal PD sendiri marah dan menginginkan adanya KLB, maka pantaslah jika kemudian AHY harus merengek-rengek pada Presiden Jokowi untuk memberi perhatian pada kisruh internal PD, padahal Presiden Jokowi sama sekali tidak tau apa-apa soal internal PD. Menjadi pantas pula, mengapa SBY kemudian harus turun gunung untuk meredam gejolak internal PD demi melindungi posisi anaknya (AHY) sebagai Ketum PD. Dan bukankah itu sudah sangat nyata, bahwa jika penghuni hutan sudah turun gunung untuk meminta belas kasihan, itu artinya sebuah pertanda bahwa hutan sedang kebakaran dan ia sudah benar-benar sedang terancam dan sebentar lagi terjungkal ! Ini rumus politik tingkat dasar, jika kalian tak setuju itu artinya kalian baru menjadi politisi pemula yang jam terbangnya masih rendah. Detik-detik menjelang kejatuhan dinasti SBY dari Partai Demokrat akan segera tiba, tunggu saja !...(SHE).

1 Maret 2021.

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar