Sabtu, 30 Mei 2020

Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?


Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Diktator Korea Utara Kim Il-sung bisa saja menjalani hidupnya di Rusia, tetapi militer Soviet punya rencana lain.
Lebih dari 70 tahun lalu, di sebuah permukiman kecil Rusia Vyatskoye, di tepi Sungai Amur, yang membelah Timur Jauh Rusia dan Tiongkok timur laut, lahir seorang anak laki-laki bernama Yuri. Ayah Yuri adalah seorang kapten tentara Soviet. Meski begitu, kedua orang tuanya sebetulnya berdarah Korea.
Dewasa ini, murid-murid Korea Utara diajari bahwa Kim Jong-il, anak pertama pendiri masa depan negara mereka, Kim Il-sung, lahir pada Februari 1942 di sebuah pondok kayu di puncak gunung tertinggi di Semenanjung Korea, tempat ayahnya memimpin sebuah unit partisan. Sebenarnya, pada Februari 1942, takdir Kim Il-sung terikat jauh lebih dekat ke Rusia daripada ke tanah airnya sendiri.
Gerilyawan di Tengah Kabut
Pengembaraan diktator pertama masa depan Korea Utara di Uni Soviet dimulai dengan serangan partisan Korea terhadap pasukan Jepang yang menduduki Semenanjung Korea.
Penduduk setempat sangat menentang kebijakan kolonial Jepang. Akibatnya, banyak yang membentuk kelompok gerilya untuk melawan penjajah. Di antara mereka adalah Kim Il-sung, pendiri masa depan Korea Utara. Namun pada pertengahan 1930-an, tak banyak yang mengenal sang partisan muda Korea itu.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung pada tahun 1927.
Setelah pertempuran Pochonbo pada Juni 1937, komandan berusia 25 tahun itu mendapat perhatian yang lebih luas. Unit partisan Kim Il-sung berhasil menyeberangi Sungai Yalu dan merebut beberapa bangunan strategis di Pochonbo, membunuh polisi Jepang, membebaskan tahanan, dan membakar gedung-gedung administrasi.
Pertempuran Pochonbo membuat Kim Il-sung masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Jepang. Jepang melancarkan perburuan terhadap Kim Il-sung.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung di antara para gerilyawan.

Jepang bertekad untuk melenyapkan Kim Il-sung selamanya, dan mengirim detasemen hukuman ke Manchuria, yang kemudian menjadi negara boneka Manchukuo. Banyak kawan Kim Il-sung tewas dalam bentrokan yang terjadi di kemudian hari. Akibatnya, perlawanan pun menurun. Pada akhir 1940, situasi berubah menjadi kritis. Untuk menyelamatkan diri serta para pengikutnya, Kim Il-sung memimpin sekelompok kecil partisan melintasi Sungai Amur ke wilayah Soviet untuk bersembunyi hingga keadaan lebih aman.
Kesunyian Mengalir ke Amur
Tak ada yang aneh tentang partisan Korea yang mencari perlindungan di Uni Soviet. Setelah diverifikasi otoritas Soviet, mereka biasanya diizinkan untuk tinggal dan dimanfaatkan dengan baik. “Beberapa masuk ke dalam Tentara Merah, sementara yang lain mengambil kewarganegaraan Soviet dan bekerja di pertanian dan ada pula yang bekerja di industri meski sangat sedikit,” tulis sejarawan Andrei Lankov dalam bukunya tentang Korea Utara.
Setelah beberapa bulan berada di kamp Soviet untuk partisan, Kim Il-sung mendaftar ke Sekolah Infanteri Khabarovsk sementara pemeriksaan tengah berlangsung. Selama dua tahun berikutnya, ia mempelajari ilmu militer di bawah pimpinan perwira-perwira Soviet.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Dari kiri: Kim Il-sung, A.I. Mikoyan, Andrei Gromyko, Pak Huen Yung, dan Hong Myung Hui melewati barisan penjaga kehormatan di Stasiun Yaroslav, Moskow (Maret, 1949).

“Mungkin untuk pertama kalinya, setelah sepuluh tahun kelaparan, kelelahan, bahaya, dan terus-menerus berpindah tempat, Kim Il-sung bisa beristirahat dan merasa aman,” tulis Lankov. Di Khabarovsklah istri dan sekaligus rekan seperjuangannya, Kim Jong-suk, melahirkan seorang anak, yang terdaftar sebagai Yuri Irsenovich Kim. Namun, ia ditakdirkan menjadi terkenal sebagai penerus ayahnya dan pendiri program nuklir Korea Utara dengan nama yang berbeda: Kim Jong-il.
Kapten Tentara Soviet
Pada musim panas 1942, partisan Korea yang berlindung di sisi lain perbatasan Soviet disatukan oleh militer Soviet ke Brigade Senapan Khusus Ke-88, yang mencakup satu batalion Korea dan dua batalion Tiongkok.
Partisan Tiongkok Zhou Baozhong, yang ditugaskan memimpin brigade internasional, mengenal Kim Il-sung dari perang gerilya. Atas rekomendasinya, Kim ditunjuk sebagai komandan batalion Korea dengan pangkat kapten Tentara Merah Buruh dan Petani.
Menurut pengawas Rusia tentara Korea, “Kapten Tentara Merah Kim adalah orang yang baik — dia ramah, terbuka, dan ceria,” kata Vladimir Tolstikov, mantan pejabat Biro Informasi Soviet di Pyongyang, yang berbicara secara langsung dengan banyak peserta kunci dalam peristiwa yang menentukan bagi Korea, di antaranya Kim Il-sung.
Brigade Ke-88 tidak ikut dalam peperangan melawan Jepang, dan dibubarkan setelah Tokyo menyerah. Seluruh perang yang Kim Il-sung habiskan jauh dari garis depan di hutan Rusia yang terpencil di Khabarovsk.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Pendiri Korea Utara Kim Il-sung berbicara pada rapat umum massal di Pyongyang pada 1953.

“Menurut memoarnya, Kim Il-sung melihat masa depannya cukup jelas: dinas militer, akademi, komandan resimen atau divisi. Siapa tahu, kalau jalan sejarah sedikit berbeda, bukan tidak mungkin bahwa seorang kolonel Soviet tua atau bahkan mayor jenderal bernama Kim Il-sung akan pensiun di Moskow, dan putranya Yuri akan bekerja di beberapa institut penelitian ilmiah,” tulis Lankov.
Namun, komandan-komandan Sovietnya punya rencana lain untuk sang partisan Korea. Dia ditugaskan untuk memastikan komunikasi antara militer Soviet dan penduduk lokal di Pyongyang. “Pyongyang adalah kota terbesar yang diduduki pasukan Soviet, dan perwira Korea paling senior di Brigade Ke-88 adalah Kim Il-sung, jadi tidak heran ia ditunjuk sebagai asisten komandan ibu kota Korea Utara di masa depan,” tulis Lankov.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung mengunjungi Moskow.

Pada 14 Oktober 1945, di Stadion Kota Pyongyang, Jenderal Soviet Ivan Chistyakov menganugerahkan gelar “pahlawan nasional” dan “pemimpin partisan yang terkenal” Kim Il-sung di hadapan kerumunan rakyat Korea, diikuti pidato oleh Kim sendiri untuk mendukung para pembebas Soviet. Metamorfosis dari kapten tentara Soviet biasa menjadi Pemimpin Besar Kamerad Kim Il-sung ini dapat ditelusuri hingga kini.
Tahun-tahun berikutnya, dunia melihat kekuatan yang baru lahir di Korea Utara menjadi terkonsentrasi penuh di tangan besinya, menjadikan negara itu tempat paling terisolasi secara diplomatis di dunia.
“Kami sering bertemu di acara-acara resmi,” kata Tolstikov mengenang pertemuannya dengan Kim Il-sung, “Bahasa Rusianya tidak bagus, tetapi ia bisa berbicara. Saya ingat dua aforisme yang kerap ia ulangi, ‘Rakyat itu sakral’ dan ‘Jika langit runtuh, kita akan selamat’.” Tampaknya para penguasa Korea Utara hingga kini memiliki kepercayaan buta terhadap kebijaksanaan pendiri negara itu meskipun rakyat kini mungkin lebih bersifat pengorbanan (sacrificial) daripada sakral (sacred).

https://id.rbth.com/sejarah/81211-pe...-di-soviet-wyx

Download GTA San Andreas Mobile

Film Film yang Mengangkat Tema Tragedi Berdarah Indonesia 1965



Tak banyak film yang mengangkat tema tentang tragedi berdarah Indonesia 1965. Kekuasaan Soeharto selama lebih dari tiga dekade telah menutup seluruh pintu yang memungkinkan mengarah ke sana, kecuali film yang dibuat rezim kala itu yang berfungsi layaknya buku putih. Film luar negeri yang berlatar belakang peristiwa 1965 juga dilarang beredar di sini.

Apakah setelah Orde Baru selesai, berarti film tentang peristiwa September 1965 atau komunis secara luas dapat bebas dibuat dan diedarkan? Ternyata tidak juga. Berikut film-film yang bercerita atau mengambil latar belakang sejarah kelam bangsa Indonesia.


Pengkhianatan G-30S/PKI (1984)

“Darah itu merah, Jenderal!” atau “Republik sedang hamil tua,” jadi frase yang melekat dari film ini. Pengkhianatan G-30S/PKI garapan Arifin C. Noer pada 1984 ini adalah versi resmi pemerintah Orde Baru tentang kejadian 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 pagi di Jakarta. Tentang Sukarno yang sakit, Tjakrabirawa yang siaga, ABRI yang hendak berulang tahun, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sedang jaya-jayanya, dan Soeharto si tentara yang tenang. Sukarno diperankan Umar Kayam, dan Mayjen Soeharto diperankan Amaroso Katamsi. Puncak kisahnya ketika PKI menculik tujuh perwira Angkatan Darat, dibawa ke Lubangbuaya, disiksa (termasuk oleh Gerwani), lalu dibenamkan ke dalam sumur tua dan sempit di sana. Upaya PKI lebih jauh untuk merebut kekuasaan kemudian digagalkan Soeharto. Film ini lantas wajib diputar di seluruh stasiun televisi yang ada kala itu, dan berhenti pada 1998, masa berakhirnya Orde Baru. Jika sebelumnya, versi ini di terima sebagai kebenaran mutlak, maka pasca-1998, bermunculanlah bantahan dari berbagai pihak tentang isi film ini dan menyebutnya tak lebih dari propaganda Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan.


Gie (2005)

Gie diambil dari nama belakang tokoh utamanya, Soe Hok Gie (diperani Nicholas Saputra), aktivis mahasiswa Universitas Indonesia yang gemar naik gunung. Riri Riza mengangkat pemikiran Gie yang tertulis di buku hariannya, Catatan Seorang Demonstran, ke layar lebar. Berasal dari keluarga sederhana di Jakarta, semangat idealis, kepedulian, dan keadilan tumbuh dalam pemikirannya. Masa mahasiswa Gie bersamaan dengan sedang jaya-jayanya PKI dan Sukarno yang lupa daratan. Gie kerap menulis kritik di media massa tentang pemerintahan Sukarno yang diktator, banyak terjadi ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang demi memperkaya diri sendiri. Dia punya semboyan, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”


Sang Penari (2011)

Film karya sutradara Ifa Isfansyah ini diangkat dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis Ahmad Tohari. Novelnya sempat terbit dalam dua versi, yakni versi Orba dan versi pasca-Orba, karena ada setting masa kuatnya PKI hingga pembantaian ribuan orang yang berakhir mengapung di sungai, yang memaksa Tohari harus menyembunyikan dulu beberapa bagiannya. Tokoh utama Sang Penari adalah Srintil (diperani Prisia Nasution), seorang ronggeng yang dipuja-puja di kampungnya yang miskin, Dukuh Paruk. Teman mainnya sejak kecil, Rasus (Oka Antara), tidak senang Srintil makin hari makin terkenal. Apalagi tugas ronggeng bukan hanya menari, tapi juga melayani laki-laki dengan bayaran mahal. Rasus yang kecewa meninggalkan Dukuh Paruk untuk menjadi tentara. PKI sedang giat masuk ke semua lini kehidupan, tak terkecuali kesenian. Srintil didukung habis-habisan hingga direkrut jadi bagian propagandanya untuk menarik massa. Nasib Srinbaikberbalik setelah kudeta gagal di Jakarta. Sang Penari mendapat sambutan bagus dari penonton. Banyak yang memuji Ifa Isfansyah karena berani mengangkat kisah ini ke layar lebar, termasuk adegan pembantaian massal yang dilakukan TNI terhadap masyarakat yang diindikasikan terlibat PKI.


The Year of Living Dangerously (1982)

The Year of Living Dangerously garapan Peter Weir ini adalah adaptasi dari novel karya Christopher Koch, mengambil setting akhir masa pemerintahan Sukarno. Beberapa hari sebelum kudeta 30 September 1965, sudah banyak wartawan asing yang datang ke Jakarta. Salah satunya Guy Hamilton (Mel Gibson), koresponden untuk Australia. Di Jakarta, dia bertemu dengan para koresponden asing lainnya, antara lain wartawan dari Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, petugas diplomatik, dan Billy Kwan (Linda Hunt), fotografer Australia berdarah Cina yang sangat cerdas. Guy jadi akrab dengan Billy. Bersama mereka membuat janji wawancara dengan tokoh-tokoh politik kunci di Jakarta. Billy kemudian memperkenalkan Guy ke sahabatnya, Jill Bryant (Sigourney Weaver), seorang asisten di Kedubes Inggris. Jill mendapat informasi bahwa Komunis Cina ikut mempersenjatai PKI. Informasi ini dia berikan pada Guy. Singkat cerita, Hamilton mendatangi Istana Presiden seusai pemberontakan 30 September untuk mencari berita besar. Apa lacur, di istana dia justru diserang tentara Angkatan Darat hingga mengalami kerusakan retina. The year of living dangerously adalah terjemahan bahasa Inggris dari frase bahasa Italia yang digunakan Sukarno sebagai judul pidato Hari Kemerdekaan Indonesia 1964: Vivere Pericolosamente. Film yang mengambil lokasi syuting di Australia dan Filipina ini dilarang diputar di Indonesia hingga 1999.

40 Years of Silence (2009)

40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy adalah film dokumenter yang mengangkat tragedi pembantaian pascakudeta gagal dari empat sudut yang berbeda. Empat kisah itu adalah dari keluarga pengusaha Tionghoa, dari keluarga petani Katolik dan Islam, dari anak pemimpin partai pro-PKI di Bali, dan seorang anak yang lahir pada era 1990-an tapi ikut menjadi korban. Dokumenter ini dibuat Robert Lemelson, seorang antropolog lulusan University of California, sejak 2002. Selama bertahun-tahun, Lemelson mewawancarai ribuan orang yang sudah diperlakukan sewenangwenang dan melanggar HAM karena mendapat cap terlibat komunisme. Padahal tak sedikit dari mereka bahkan tidak tahu apa-apa, karena masih kanak-kanak ketika peristiwa itu terjadi. Perlakuan sewenang-wenang itu antara lain keterbatasan untuk bersekolah dan bekerja karena stigma yang dilekatkan pada mereka, pemberian tanda tertentu pada KTP, serta mengisi formulir untuk memastikan mereka “bersih lingkungan”. Bersih lingkungan adalah istilah yang menunjukkan ada tidaknya hubungan dengan komunisme atau PKI. Kesaksian-kesaksian itu dikemas dalam film berdurasi 86 menit.

Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami

Ketika sedang diadakan acara Halal Bihalal di Istana Negara, Jenderal TNI AH. Nasution mendapatkan pertanyaan dalam bahasa Belanda dari Presiden Soekarno. Soekarno bertanya, “Zeg Nas, wanner komt je bij mij lunchen?”. (Hei Nas, kapan kamu datang makan siang dengan aku?).


Pertanyaan ini sukses membuat Sang Jenderal kebingungan untuk menjawabnya, makan siang di kediaman Soekarno. Berarti Nasution diundang datang ke Istana Bogor dimana Hartini ada disana. Adakah yang masih ingat dengan sosok Hartini ?, beliau adalah salah satu istri Bung Karno waktu itu gan sist.


Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami

Sumber


Alasan Nasution bingung menjawab pertanyaan Bung Karno waktu itu, karena status Hartini adalah istri ke dua Bung Karno. Sedangkan sosok Nasution sendiri adalah orang yang paling anti dengan namanya poligami, istri Nasution sendiri juga merupakan sosok wanita yang menolak adanya istri kedua dalam hubungan suami istri.


Namun pada akhirnya Jenderal Nasution tetap memenuhi undangan ke Bogor, untuk makan semeja dengan Bung Karno dan Hartini, tapi dia tidak pernah mengajak sang istri, Johana Sunarti. Kali ini ane akan membahas kenapa sang jenderal sangat anti dan alergi dengan yang namanya poligami, untuk itu mari kita simak sejenak sedikit cerita hidup dari sang jenderal ini.



Anti Poligami


Sejak menjabat sebagai KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat), AH. Nasution telah mengajarkan prinsip puritan dalam kehidupan rumah tangga tentara. Puritan sendiri adalah sikap yang menganggap hidup dalam kemewahan adalah sebuah dosa. Pada tahun 1952, Nasution menerbitkan aturan bahwa seorang pejabat militer tak diperbolehkan mengambil istri kedua tanpa izin komandan atasan.


Perwira yang memiliki dua istri, maka hanya punya dua pilihan : melepas istri kedua dan menerima kenaikan pangkat atau minta berhenti dari kesatuannya.


Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami

Soekarno dan Hartini foto bersam duta besar AS, Howard Jones dan istrinya.

Sumber



Peraturan beristri satu ini sesuai dengan aspirasi gerakan wanita saat itu, dimana banyak kaum wanita yang menolak untuk dipoligami. Menurut pandangan Jenderal Nasution, istri tambahan bukan hak, melainkan keperluan darurat dengan alasan tertentu. Jika seorang perwira ingin menambah istri lagi, itu harus dengan persetujuan dari pimpinan tertinggi tentara dikesatuannya masing-masing. Kebijakan ini juga menjadi pedoman organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit), yang secara resmi mereka hanya mengenal istri pertama Presiden sebagai Ibu Negara.


Karena hal inilah Nasution selalu menolak serta menghindari kunjungan ke Istana Bogor, karena di Istana Bogor ada sosok Hartini yang waktu itu baru saja dinikahi Soekarno. Sang istri juga demikian, tidak pernah sekali pun diajaknya jika memang kebetulan Sang Jenderal harus menemui Presiden di Bogor. Karena keduanya sama-sama tidak menyukai hadirnya istri kedua dalam kehidupan berumah tangga.



Konflik


Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami

Nasution,Hartini dan Soekarno

Sumber



Tanggal 7 Juli tahun 1953 Soekarno resmi menikah lagi dengan Hartini, pernikahan dilakukan tertutup di Istana Cipanas. Buntut pernikahan ini banyak kecaman datang dari aktivis perempuan kepada Soekarno, termasuk dari Organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), dan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), mereka kompak berunjuk rasa menolak poligami yang dilakukan Soekarno. Mereka menganggap poligami merendahkan martabat perempuan, bahkan Perwari mendukung keputusan Fatmawati keluar dari Istana Negara.


Hal ini juga membuat hubungan rumah tangga Soekarno dan Hartini terganggu, karena Persit sendiri turut ikut campur dalam urusan kehidupan rumah tangganya.


Ibu-ibu anggota Persit kompak mengasingkan Hartini, mereka merasa kurang sreg dan tidak cocok dengan Hartini. Walaupun tidak sampai memusuhi, para ibu Persit selalu berusaha menjauh dari istri baru Bung Karno ini.


Ketika para perwira mendapat undangan dari Presiden, istri mereka kompak menolak untuk tidak hadir mendampingi sang suami, bila disitu ada kemungkinan bertemu dengan Hartini. Aksi boikot ini hanya dilakukan oleh para istri perwira TNI AD, yang tergabung dalam Persit. Hal itu juga sempat dikeluhkan oleh Presiden Soekarno, ketika rumah tangganya mulai terusik dan diganggu orang lain. Walaupun jengkel, Soekarno sendiri tidak dapat berbuat apa-apa untuk meredam hal itu.



Konflik Usai


Belajar Makna Kesetiaan Dari AH. Nasution,Jenderal TNI Yang Anti Poligami

AH. Nasution bersama Johana Sunarti dan kedua putrinya emoticon-Smilie

Sumber



Sikap antipati Nasution dan istri pada Hartini sendiri tidak berlangsung lama, sewaktu Soekarno sudah tidak menjabat sebagai presiden dan diperiksa Kopkamtib, Nasution mendapat fakta menarik. Salah satu perwira Corps Polisi Militer yang memeriksa Soekarno memberitahu Nasution, bahwa ada perceraian dengan Fatmawati tahun 1958, tapi tak diumumkan. Tapi saat itu, Nasution sudah tidak mau untuk mempersoalkannya lagi.


Sebenarnya saat itu, berarti sosok Hartini sudah sah menjadi First Lady, jika memang Fatmawati benar diceraikan, dan harusnya Nasution bisa menerima Hartini sebagai First Lady tanpa ada masalah. Setelahnya sikap antipati Nasution dan istrinya terhadap Hartini berubah menjadi lebih bersahabat, pertemuan pertama kali Johana Sunarti (istri Nasution) dengan Hartini terjadi setelah Sang Jenderal sudah tidak menjabat sebagai KSAD. Setelahnya hubungan sang istri dan Hartini berjalan baik, tanpa ada masalah sedikitpun.


Setelah AH Nasution dicopot dari KSAD dan digantikan oleh A.Yani. Untuk pertama kalinya para istri perwira TNI mau berkunjung ke Bogor (tempat Hartini tinggal), setelah A.Yani bersama asistennya, berikut istri masing-masing berkunjung ke Istana Bogor. Di sana, para perwira tinggi TNI AD makan semeja bersama Presiden Soekarno didampingi istrinya, Hartini. Ini adalah momen yang langka, karena di era Nasution, tak ada satu pun istri perwira tinggi TNI yang mau datang ke Bogor. Bahkan AH. Nasution tak pernah sekali pun mengajak istrinya, untuk hadir ke Istana Bogor.


Satu hal yang bisa kita contoh dari Sang Perwira adalah kesetiannya pada sang istri, Johana Sunarti. Dia tetap menjadi satu-satunya wanita yang dinikahi sang jenderal, sampai akhir hayatanya. Padahal dengan jabatan yang dimilikinya saat itu, bisa saja ia ikut poligami seperti Soekarno. Tapi ia lebih memilih setia sampai mati, dia tak pernah mau mengkhianati kesetiaan dan kesucian cintanya pada sang istri, Johana Sunarti.

Download GTA San Andreas Mobile

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet


Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Vladimir Ilyich Ulyanov atau Lenin.
Sumber

Vladimir Ilyich Ulyanov atau lebih dikenal dengan nama samaran Lenin adalah seorang revolusioner, politisi, dan ahli teori politik Rusia yang mengobarkan Revolusi Bolshevik untuk kemudian mendirikan negara terluas di dunia Uni Soviet. Ia lahir di Simbirsk (sekarang Ulyanovsk), Kekaisaran Rusia pada tanggal 22 April 1870.

Ayahnya, Ilya Nikolayevich Ulyanov merupakan keturunan budak yang asal-usulnya masih diperdebatkan. Namun, pastinya Ilya Nikolayevich Ulyanov lahir di Astrakhan, anak dari seorang penjahit miskin dan mantan budak Nikolai Vasilievich Ulyanov yang berasal dari Sergachsky, Nizhny Novgorod. Walaupun berlatar belakang kelas bawah, Ilya Nikolayevich Ulyanov memiliki kemampuan Fisika dan Matematika yang baik. Ia berhasil masuk ke Kazan Imperial University sebelum akhirnya mengajar di Penza Institute for the Nobility.

Ibunya, Maria Alexandrovna Blank adalah putri seorang dokter kaya Yahudi Jerman yang menikahi perempuan Swedia. Kemungkinan besar Lenin tak mengetahui bahwa kakek dari ibunya adalah seorang Yahudi sebab telah beralih ke Protestan saat bekerja sebagai dokter di Rusia.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Potret keluarga besar Ilya Nikolayevich Ulyanov. Ada yang bisa menebak Lenin di mana?
Sumber

Ilya Nikolayevich Ulyanov sendiri merupakan tokoh penting pendidikan Kekaisaran Rusia. Setelah menjadi kepala sekolah dasar di sebuah distrik di Simbirsk, lima tahun setelahnya ia dipromosikan menjadi kepala sekolah umum provinsi yang mengawasi yayasan dengan lebih dari 450 sekolah sebagai bagian dari program pemerintah terkait modernisasi pendidikan. Pengabdiannya tersebut berbuah penghargaan Ordo St. Vladimir yang memberinya status bangsawan secara turun-temurun.

Ilya Nikolayevich Ulyanov adalah seorang penganut Kristen Ortodoks yang taat. Ia membaptis semua anaknya, termasuk Lenin yang saat kecil dipanggil Volodya. Lenin adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Dua saudara kandungnya meninggal saat masih bayi. Kedua orang tua Lenin adalah kubu pro-Pemerintah yang berpandangan konservatif liberal. Mereka cenderung menghindari radikalisme politik yang ketika itu marak di Rusia.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Lenin bersama adik perempuan kesayangannya, Olga.
Sumber

Di antara saudara yang lain, Lenin paling dekat dengan adik perempuannya, Olga yang selisih usia setahun. Mereka gemar berkompetisi yang tak jarang juga berkelahi. Lenin adalah seorang olahragawan sejati. Ia menghabiskan banyak waktu untuk bermain catur dan lumayan unggul dalam olahraga senam.

Pada tahun 1886, saat ia berusia 15 tahun, ayahnya meninggal karena pendarahan otak. Mendadak ia menjadi sosok yang sensitif dan mulai meniadakan Tuhan. Pada waktu yang sama kakak lelakinya, Alexander atau akrab dengan panggilan Sasha sedang berkuliah di Universitas Saint Petersburg dan terlibat politik kiri yang melawan monarki absolut Tsar Alexander III. Sasha yang berpartisipasi dalam konspirasi membunuh Tsar, akhirnya ditangkap dan dieksekusi gantung.

Terlepas dari trauma emosional kehilangan ayah dan kakak lelakinya, Lenin terus belajar dan menjadi bintang kelas. Selanjutnya ia berkuliah di Universitas Kazan mengambil jurusan hukum.

Hanya sebentar belajar di universitas, Lenin ditangkap dan dikeluarkan dari Universitas Kazan karena kasus yang sama seperti mendiang kakak lelakinya: terlibat politik kiri yang melawan pemerintah. Ia mengasingkan diri ke rumah perkebunan keluarganya di Kokushkino dan menghabiskan waktu dengan membaca novel pro-revolusioner karya Nikolay Chernyshevsky berjudul What Is To Be Done.

Ibunya yang prihatin dengan radikalisme politik Lenin berupaya meyakinkan Kementerian Dalam Negeri untuk mengizinkannya kembali ke Kazan, tapi bukan ke universitas.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Karl Marx, seorang filsuf Jerman yang melahirkan pandangan Marxisme.
Sumber

Sekembalinya ke Kazan, Lenin bergabung dengan lingkaran revolusioner Nikolai Fedoseev, tempat ia menemukan buku Das Kapital karya Karl Marx. Hal tersebut membangkitkan minatnya pada paham Marxisme yang menitikberatkan perjuangan kelas bahwa masyarakat kapitalis pada akhirnya akan memberi jalan kepada masyarakat sosialis. Ibunya semakin khawatir dengan pandangan politik Lenin. Dengan tabungan yang ada, beliau menjual rumah dan membeli tanah pedesaan di Alakaevka, Oblast Samara dengan harapan putranya akan mengalihkan perhatian ke bidang pertanian.

Di tempat baru Lenin justru bergabung dengan lingkaran diskusi sosialis Alexei Sklyarenko. Ia yakin sepenuhnya dengan Marxisme dan mulai menerjemahkan artikel politik Manifesto Komunis karya Friedrich Engels. Ia juga melahap karya-karya seorang Marxis Rusia, Georgi Plekhanov yang berargumen bahwa Rusia sedang bergerak dari feodalisme ke kapitalisme.

Pada bulan Mei 1890, dengan nama baik janda bangsawan, kembali ibunya membujuk pihak berwenang agar mengizinkan putranya mengikuti ujian eksternal di Universitas Saint Petersburg, tempat Lenin memperoleh gelar kesetaraan. Perayaan kelulusannya dirusak masa berkabung adik perempuan kesayangannya, Olga yang meninggal akibat tipus. Lenin tetap di Samara selama tiga tahun, bekerja sebagai asisten hukum untuk pengadilan daerah lalu beralih menjadi pengacara setempat. Ia tetap aktif dalam lingkaran Sklyarenko dan mulai merumuskan gagasan Marxisme untuk kelak diterapkan di Rusia.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Nadezhda Krupskaya atau Nadya, istri Lenin.
Sumber

Pada akhir tahun 1893, Lenin pindah ke Saint Petersburg. Ia menjalani hubungan romantis dengan putri bangsawan yang menjadi guru sekolah Marxis, Nadezhda Krupskaya atau Nadya yang kelak menjadi istrinya. Lenin menyebarkan gerakan revolusioner hingga ke komunitas Rusia di luar negeri, seperti di Swiss, Paris, dan Berlin. Bersama 40 aktivis lainnya, ia ditangkap di Saint Petersburg dan diasingkan ke Shushenskoye, Siberia pada bulan Februari 1897.

Perjalanan ke sana memakan waktu 11 minggu yang sebagian besar ditemani oleh ibu dan saudara perempuannya. Pada bulan Mei 1898, Nadya juga diasingkan ke Ufa karena mempelopori pemogokan buruh. Dengan dalih hendak bertunangan, ia dipindahkan ke Shushenskoye. Lenin dan Nadya menikah di sebuah gereja pada tanggal 10 Juli 1898.

Usai pengasingan Lenin tinggal di Pskov. Di sana ia membangun surat kabar Iskra yang menjadi corong aspirasi kaum Marxis Rusia yang bersatu di bawah naungan Partai Sosial Demokratik Rusia (RSDLP). Pada bulan Juli 1900, Lenin kembali berkelana ke Eropa Barat yang menuntun Iskra menjadi media bawah tanah paling sukses di Rusia. Ia mulai mengadopsi nama pena Lenin pada bulan Desember 1901, berasal dari nama sungai di Siberia, Lena.

Pada tahun 1903, diadakan Kongres Kedua RSDLP di London, Inggris. Terjadi perpecahan antara kubu Lenin dan Julius Martov. Mayoritas suara merapat ke Lenin yang kemudian disebut bol’sheviki (mayoritas), sedangkan Martov hanya memiliki sedikit pendukung yang disebut menheviki (minoritas). Rivalitas antara Bolshevik dan Menshevik berlanjut setelah kongres. Walaupun begitu, kubu Bolshevik semakin kuat dan dengan cepat menguasai Komite Pusat RSDLP.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Revolusi 1905 yang gagal menggulingkan Tsar Nicholas II.
Sumber

Pada bulan Januari 1905, terjadi pembantaian demonstran di Saint Petersburg yang terkenal dengan Minggu Berdarah. Serangkaian kerusuhan sipil meluas menjadi Revolusi 1905 yang gagal menggulingkan Tsar Nicholas II. Lenin mendorong partainya untuk mencari keanggotaan yang jauh lebih luas dan menganjurkan konfrontasi terus-menerus terhadap Pemerintah.

Sadar bahwa biaya keanggotaan dan sumbangan donatur kaya tak mencukupi operasional partai, Lenin mendukung gagasan kriminal dengan merampok kantor pos, stasiun kereta api, dan bank. Di bawah komando Leonid Krasin, sekelompok Bolshevik mulai melakukan tindakan kriminal. Paling terkenal terjadi pada bulan Juni 1907, saat sekelompok Bolshevik di bawah kepemimpinan Joseph Stalin melakukan perampokan bersenjata terhadap Bank Negara di Tblisi, Georgia.

Pemerintah semakin represif memburu kaum revolusioner yang membuat Lenin melarikan diri ke Swiss. Salah satu elit Bolshevik, Alexander Bogdanov memutuskan memindahkan pusat kegiatan Bolshevik ke Paris.

Pada bulan Agustus 1910, Lenin menghadiri Kongres Kedelapan RSDLP di Kopenhagen, Denmark. Ibu, saudara perempuan, dan istrinya menyusul yang kemudian menetap di Perancis. Pada masa ini Lenin menjadi teman dekat Inessa Armand, seorang elit Bolshevik Perancis. Beberapa penulis biografi menyatakan bahwa mereka berselingkuh dari tahun 1910 sampai 1912.

Pada bulan Juni 1911, Komite Pusat RSDLP memutuskan mengembalikan fokus perjuangan ke Rusia. Lenin berusaha membangun kembali pengaruhnya di internal partai yang melorot akibat konflik dan skandal. Pada bulan Januari 1913, Lenin bertemu dengan Stalin membahas masa depan etnis non-Rusia di Kekaisaran Rusia. Stalin bertanya hal tersebut karena ia berlatar belakang etnis Georgia. Diskusi tertunda sebab kesehatan Lenin dan istrinya menurun. Mereka pindah ke desa Biały Dunajec, Polandia sebelum akhirnya menuju Bern, Swiss untuk menjalani operasi gondok Nadya.

Lenin berada di Galicia, Austria-Hongaria saat Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Ia dipenjara karena kewarganegaraan Rusia dan tak lama dilepas setelah pihak berwenang mengetahui sikapnya yang anti-Tsar. Lenin dan istrinya pindah ke Swiss yang netral untuk berlindung dari ancaman perang. Pada bulan Juli 1916, ibunya meninggal dunia. Kepergiannya sangat memengaruhi emosional Lenin yang berdampak depresi karena khawatir ia juga akan mati sebelum melihat revolusi kelas bawah.

Pada bulan Februari 1917, Revolusi Februari pecah di Saint Petersburg akibat pemogokan kaum buruh yang kelaparan. Kerusuhan segera menyebar ke bagian Rusia yang lain. Khawatir digulingkan dengan kejam, Tsar Nicholas II turun takhta atas kemauan sendiri. Kendali negara dipegang oleh majelis negara yang bersahabat dengan kubu Menshevik. Mereka membentuk pemerintahan sementara Republik Rusia.

Lenin dan pendukungnya merayakan keberhasilan revolusi dari markasnya di Swiss. Ia memutuskan kembali ke Rusia untuk membangkitkan Bolshevik, namun semua pintu masuk masih diblokade imbas Perang Dunia I yang belum selesai. Ia dan pendukungnya kemudian menemui pihak Jerman untuk membantunya kembali ke Rusia. Menyadari bahwa kedatangan Lenin bisa menimbulkan masalah baru, Jerman yang sedang berperang melawan Rusia memfasilitasi perjalanan eksklusif dan aman menggunakan kereta api dari Zürich ke Sassnitz, lanjut via feri ke Trelleborg, Swedia dan menuju Helsinki untuk kemudian melanjutkan dengan kereta api ke Saint Petersburg.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Jalur kepulangan Lenin yang melelahkan dari Zurich ke Saint Petersburg.
Sumber

Pada bulan April, Lenin tiba di Saint Petersburg. Situasi menjadi sulit sebab beberapa golongan Bolshevik lebih menginginkan rekonsiliasi dengan kubu Menshevik. Dengan lantang ia menyebarkan pidato politik yang mengutuk pemerintahan sementara yang dianggap masih perpanjangan tangan rezim Tsar. Ia juga menyudutkan golongan pro-rekonsiliasi sebagai pengkhianat sosialisme. Sebaliknya, kubu Menshevik menuduh Lenin hendak menyeret negara ke dalam perang saudara. Di lain pihak, Pemerintah juga menuduh Lenin sebagai mata-mata Jerman.

Pada bulan Juli, terjadi kerusuhan bersenjata antara demonstran Bolshevik melawan Pemerintah di Saint Petersburg. Menanggapi kekerasan tersebut, Pemerintah menggerebek kantor Bolshevik dan memerintahkan penangkapan Lenin serta beberapa pengikutnya. Lenin dan beberapa pengikutnya bersembunyi di Razliv, masih di kawasan Saint Petersburg.

Pada bulan Agustus, Panglima AD Rusia, Jenderal Lavr Kornilov mengirim pasukan ke Saint Petersburg untuk melakukan kudeta militer terhadap pemerintahan sementara. Sadar tak mampu menghadapi sendiri, Perdana Menteri Alexander Kerensky meminta bantuan kepada massa Bolshevik yang kemudian berhasil bahu-membahu mempertahankan kota. Hal tersebut membuat pamor Bolshevik kembali naik di panggung politik. Sementara itu, kubu Menshevik yang telah kehilangan banyak dukungan akibat bersahabat dengan Pemerintah, mulai merapat ke Bolshevik.

Lenin keluar dari persembunyiannya dan mulai merencanakan revolusi sesungguhnya dengan menggandeng milisi bersenjata MRC yang loyal terhadap Bolshevik. Pada bulan Oktober, MRC diperintahkan untuk memanipulasi sambungan komunikasi dan transportasi. Bolshevik segera mengepung istana dan menangkap para menteri yang diancam akan ditembaki kapal perang Aurora yang siap sedia di perairan sekitar Saint Petersburg.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Lenin berpidato di depan massa pendukungnya saat Revolusi Oktober.
Sumber

Selama pemberontakan, Lenin berpidato bahwa pemerintahan sementara telah digulingkan. Pada tanggal 26-27 Oktober 1917, Bolshevik segera mendirikan pemerintahan baru dengan membentuk Soviet Narodnykh Kommissarov (Sovnarkom) atau Dewan Komisaris Rakyat dengan Lenin sebagai pemimpinnya.

Pada tanggal 25 November 1917, untuk pertama kalinya rakyat Rusia melakukan pemilu untuk menentukan Majelis Konstituante. Bolshevik kalah suara oleh Partai Revolusioner Sosialis yang berfokus pada agraria. Meskipun begitu, Bolshevik unggul di kota-kota besar yang membuatnya tetap dominan dalam percaturan politik Rusia.

Pada bulan Maret 1918, kaum Bolshevik mengubah nama mereka menjadi Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia atau Partai Komunis Rusia yang secara de facto mengendalikan pemerintahan. Sovnarkom mulai bertindak sepihak dengan melemahkan kubu Menshevik dan Sosialis Revolusioner yang membawa Rusia menjadi negara satu partai.

Di dalam tubuh partai juga dibentuk Biro Politik (Politbiro) untuk membantu Komite Pusat dalam menentukan keputusan yang nantinya diadopsi oleh Sovnarkom. Lenin menunjuk Yakov Sverdlov sebagai sebagai sosok sentral Politbiro, namun ia wafat pada bulan November 1919 akibat wabah flu Spanyol.

Pada bulan Januari 1918, Lenin selamat dari upaya pembunuhan di Saint Petersburg. Khawatir dengan ancaman Jerman, pada bulan Maret 1918, ia memindahkan aktivitas pemerintahan ke Istana Kremlin, Moskow.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Percobaan pembunuhan kedua Lenin oleh Fanny Kaplan.
Sumber

Pada bulan Agustus 1918, Lenin kembali selamat dari percobaan pembunuhan saat berpidato di depan umum. Fanny Kaplan, pelaku yang merupakan anggota Revolusioner Sosialis ditangkap dan dieksekusi. Lenin terluka parah akibat luka tembak. Serangan tersebut diliput secara luas oleh media Rusia yang justru menimbulkan simpati dan meningkatkan kepopuleran Lenin.

Selama tahun 1917-1918, Lenin mengeluarkan banyak dekret untuk mereformasi bidang sosial, hukum, ekonomi, dan agraria. Beberapa di antaranya adalah dekret pendidikan sekuler gratis untuk semua anak Rusia, pembatasan masa kerja 8 jam per hari, kampanye kursus kilat literasi sebagai program pemberantasan buta huruf, emansipasi perempuan, dll.

Pada awal 1918, Sovnarkom membatalkan semua utang luar negeri serta bunganya. Lenin menasionalisasi perdagangan luar negeri Rusia, membentuk monopoli negara atas ekspor-impor, dan menasionalisasi beberapa perangkat penting lainnya, seperti fasilitas publik, kereta api, tekstil, industri berat, pertambangan, dll. Nasionalisasi dalam skala penuh tak terjadi sampai bulan November 1920.

Sementara itu, Perang Dunia I masih berkecamuk. Lenin hendak menarik pulang seluruh pasukan Rusia yang lelah berperang. Ia mengupayakan gencatan senjata dengan syarat perjanjian perdamaian dengan Blok Sentral (Jerman dan Austria-Hongaria). Namun, segelintir kaum Bolshevik menentang rencana tersebut karena dinilai mengkhianati sosialisme internasional. Sebaliknya, Rusia harus terus mengobarkan perang untuk memicu pemberontakan kelas bawah Jerman agar melawan pemerintah mereka sendiri.

Pada bulan November 1917, terjadi perundingan di Brest-Litovsk antara Rusia dan Jerman. Gencatan senjata disepakati Jerman dengan syarat mempertahankan klaim penaklukan saat perang yang mencakup Polandia, Lithuania, dan Courland.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Pasukan Austria-Hongaria memasuki Kamianets Podilskyi, kota kastil di Ukraina Barat.
Sumber

Rusia menolak dan memaksa Blok Sentral untuk meluncurkan Operasi Faustschlag yang bergerak maju ke dalam wilayah Rusia. Dalam waktu sehari, Jerman tiba di Dvinsk, Latvia. Lenin yang khawatir dengan invasi Jerman mencoba meyakinkan Sovnarkom agar menerima tuntutan kemauan musuh. Pada tanggal 23 Februari 1918, Blok Sentral memberikan ultimatum baru bahwa klaim penaklukan diperluas, termasuk negara-negara Baltik dan Ukraina. Ancamannya tak main-main, yakni invasi skala penuh Blok Sentral terhadap Rusia.

Dengan sangat terpaksa Rusia menyepakati tuntutan dan menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk pada tanggal 3 Maret 1918. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi Rusia karena harus kehilangan 26% populasi bekas Kekaisaran Rusia, 37% lahan pertanian, 28% lahan industri, 26% jalur rel kereta api, dan ¾ SDA batubara dan bijih besi yang jatuh ke tangan Jerman.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Eropa setelah Perjanjian Brest-Litovsk 1918: Jerman mendapatkan area biru, sedangkan area merah jatuh ke tangan Austria-Hongaria.
Sumber

Perjanjian yang menimbulkan kesan negatif itu menyebabkan beberapa anggota Sovnarkom mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Namun, perjanjian dibatalkan saat Kaisar Wilhelm II dari Jerman mengundurkan diri pada bulan November 1918. Perang Dunia I selesai dan berhasil menyelamatkan wajah Lenin di mata publik Rusia.

Selanjutnya ia harus berjuang memberantas tengkulak atau petani kaya yang menimbun gandum dan menyebabkan wabah kelaparan pada awal tahun 1918. Lenin membentuk detasemen bersenjata untuk meredam pemberontakan petani kaya. Langkah ini ditentang beberapa golongan, namun Lenin berdalih bahwa teror dan kekerasan sangat diperlukan untuk menggulingkan tatanan lama demi memastikan revolusi berjalan maksimal. Untuk melanggengkan kekuasaan, Lenin membentuk pasukan polisi politik Cheka yang dipimpin oleh Felix Dzerzhinsky.

Pada bulan September 1918, atas restu Sovnarkom, Cheka menjalankan Teror Merah untuk memusnahkan kekuatan kaum borjuis dan kapitalis di Rusia. Mayoritas korban teror adalah orang-orang kaya yang dulu dekat dengan rezim Tsar. Perkiraan sejarawan menyatakan korban Teror Merah mungkin berkisar antara 10.000-15.000 orang atau 50.000-140.000 orang. Lenin pribadi tak pernah menyaksikan atau terlibat langsung teror tersebut. Secara publik ia justru menjauhkan diri agar pamornya tak meredup.

Pada tahun 1920, Cheka menjelma menjadi institusi paling kuat di Rusia. Sebuah dekret diluncurkan pada bulan April, menghasilkan keputusan pendirian kamp konsentrasi tempat Cheka menjalankan hukuman yang di kemudian hari populer dengan nama Gulag. Pada bulan Mei 1922, Lenin juga mengeluarkan dekret yang menyerukan eksekusi para pemuka agama yang anti-Bolshevik. Sekitar 14.000-20.000 orang tewas dan berdampak buruk bagi otoritas keagamaan, seperti Gereja Ortodoks Rusia, Gereja Katolik Roma, Protestan, sinagog Yahudi, dan masjid-masjid Islam.

Pada masa ini bisa dibilang telah terjadi Perang Sipil Rusia (1917-1922). Kaum anti-Bolshevik (Tentara Putih) yang dipelopori oleh beberapa mantan perwira militer Tsar, melakukan perlawanan terhadap kubu Lenin yang populer dengan nama Tentara Merah.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Tentara Merah saat Perang Sipil Rusia (1917-1922).
Sumber

Pada tahun 1918, Sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Kanada, Italia, dan Serbia sempat mengirim 10.000 tentara ke Murmansk. Namun, pada akhirnya mereka menarik diri sebab perang saudara itu terlalu rumit.

Selama perang saudara, Lenin merestui penciptaan negara-negara baru, seperti Estonia, Latvia, Lithuania, Belarusia, Transkaukasia (Armenia, Azerbaijan, dan Georgia), Mongolia, dan Ukraina. Perang Sipil Rusia berakhir dengan kemenangan pihak Tentara Merah.

Sementara itu, kesehatan Lenin terus menurun. Pada tahun 1921, ia sakit parah dan harus cuti sebulan untuk dirawat oleh istri dan saudara perempuannya. Lenin mulai berpikir untuk bunuh diri, mencoba memerintahkan istrinya dan Stalin untuk mendapatkan potasium sianida. Sebanyak 26 dokter yang kebanyakan orang asing, dipekerjakan untuk memulihkan kesehatannya. Beberapa dokter mengira mungkin penyakitnya berkaitan dengan percobaan pembunuhan kedua yang menyebabkan oksidasi logam dari peluru di tubuhnya. Pada bulan April 1922, Lenin menjalani operasi bedah pengangkatan.

Pada bulan Mei, ia menderita stroke untuk pertama kalinya. Kemampuan bicaranya hilang dan sebelah tubuhnya lumpuh. Ia berhasil pulih, namun pada bulan Desember kembali terserang stroke. Dalam keadaan sakit, Lenin tetap mengikuti perkembangan politik Rusia. Ia mulai merekomendasikan dua kaki tangannya: Trotsky dan Stalin yang mungkin akan menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin Rusia.

Di lapangan Stalin mulai membangun reputasi dan kekuatan dengan menumbuhkan citra positif bahwa dirinyalah yang paling dekat dengan Lenin dan bisa menjadi penerusnya. Jabatannya di Politbiro membuatnya leluasa mengendalikan pihak-pihak yang hendak berjumpa dengan Lenin.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Lenin dan Stalin.
Sumber

Stalin yang etnis Georgia mencari muka dengan menganeksasi Georgia dan negara-negara Transkaukasia lainnya (Armenia dan Azerbaijan). Lenin tak merespons apa-apa, namun sepertinya bangga dengan langkah Stalin. Bergabungnya negara-negara Transkaukasia mempelopori pembentukan Uni Soviet pada tahun 1922.

Pada tahun 1923, kesehatan Lenin semakin memburuk. Pada bulan Oktober, ia melakukan kunjungan terakhir ke Kremlin. Pada tanggal 21 Januari 1924, Lenin mengalami koma dan meninggal dengan catatan resmi akibat penyakit pembuluh darah. Pemerintah mengumumkan berita kematian pada hari berikutnya. Pada tanggal 23 Januari, jenazah Lenin dibawa ke Moskow. Selama tiga hari berikutnya, sekitar 1 juta pelayat datang untuk melihat jenazah pemimpin mereka. Pemerintah mengawetkan jasadnya dan memajangnya di Lapangan Merah, Moskow.

Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Revolusioner Bolshevik Pendiri Uni Soviet
Mausoleum Lenin di Lapangan Merah, Moskow.
Sumber

Pada tahun 1925, sebuah tim mengangkat otak Lenin untuk diperiksa. Hasilnya ia meninggal akibat sklerosis parah. Saat meletus Perang Dunia II, Pemerintah mengamankan sarkofagus jasad Lenin ke Tyumen dan mengembalikannya pada tahun 1945. Saat ini jasadnya masih dipajang di Mausoleum Lenin di Lapangan Merah.

Download GTA San Andreas Mobile