Minggu, 31 Juli 2022

LOWONGAN KERJA DI BALI POSISI CLEANING SERVICE

Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha


LOWONGAN KERJA DI BALI POSISI ADMIN


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha

LOWONGAN KERJA DI BALI POSISI ART


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha

Rabu, 27 Juli 2022

MENCARI RUMAH DI SCBD


dari semua unggahan tentang nakAnak citayam... ini yang pAling menyentuh dan beRempati... 

***

MENCARI RUMAH DI SCBD
~ Nur Hafsah ~

Sudah lebih dari seminggu, namun hiruk pikuk Citayem Fashion Week masih jauh dari reda. Bukan hanya politisi numpang elektabilitas nampang di sana, bahkan sepasang artis serakah mematenkan nama CFW menjadi hak milik intelektualnya. Sungguh tak bermuka.

Terlepas dari para pengejar voter  dan pemburu cuan, gemuruh CFW dan SCBD selalu menarik saya pada kisah Jeje. 

Bukan kisah baru. Sudah banyak bertebaran di media online. Tapi beberapa penuturannya tentang detail peristiwa yang ia alami, seperti menghantam saya, lagi, tentang realita betapa anak-anak -terlebih perempuan, tidak bisa aman bahkan ketika di rumah. 

Berkulit bersih (sampe ke ketek-ketek) Jeje memang beda dengan Kurma (yang suka dibecandai sebagai Kurang Mandi) atau Bonge (Bocah Bojonggede dengan rambut Stock-on-You). 

Body Jeje juga asoy. Jadi kegemarannya memamerkan tali kolor tidak bikin sakit mata. 

Teman cowok Jeje menyebutnya “sasinem”, sana-sini nempel. Dan kalau melihat video dia dengan pacar-pacarnya sih kelihatannya begitu. 

Jeje menampilkan dirinya lenjeh, manja-manja agresif -dengan suara melengking, kolokan sekaligus galak. 

Kesan berbeda justru muncul ketika dia bicara di beberapa podcast. Gaya bicaranya tenang, teratur, tata bahasanya rapi, bahasa Inggrisnya tidak ngasal. Mengingat umurnya yang baru 16 tahun dan sekolah hanya sampai kelas 2 SMP, ini agak luar biasa sih. 

Pada sebuah kesempatan Jeje malah dengan sabar makan lauk ayam menggunakan garpu dan sendok. Sementara pemilik acara sudah tidak tahan dengan paha ayam yang loncat kesana kemari, sehingga memilih main comot saja -makan pakai tangan. 

Menurut pengakuan Jeje, dia berasal dari Kemang. Daerah mahal. Lantas kok bisa bergabung dengan anak-anak SCBD yang kalau tak punya uang akhirnya tidur di terowongan? 

Mungkin sudah banyak yang melihat wawancaranya di podcast Atta. Tanpa ditanya dan tanpa diminta dia menceritakan asal mula kabur dari rumah. 

Bukan rumah orang tua. Karena ayah-ibunya sudah berpisah. Ayahnya tinggal di Belanda. Ibunya di Jakarta. Masing-masing dengan keluarga baru mereka. 

Bagaimana Jeje? 

Dia tertinggal di rumah nenek. 

Di rumah itu juga dia mendapatkan perlakuan biadab dari tukang kebun neneknya. Dia diperkosa.

Itulah sebab dia kabur. Tidur di bawah rel kereta Tanah Abang. Numpang di rumah teman. Di rumah pacar. Atau kleleran di Sudirman. 

“Papa mama kamu tau?”

“Semua orang rumah sudah tau...”

“Orangnya dipecat?

“Nggak…

“Mama sama Nenek aku dulu itu punya pemikiran… kayak… ‘Kamu bukan korban… Kamu sendiri yang mengundang.’ 

“Emang pakaian aku suka terbuka ya Kak… kalau di rumah pakai celana pendek. Kaosan… Jadi dikiranya… aku yang memikat dan mengundang dia untuk melakukan itu…”

Atta yang baru punya anak perempuan meringis mendengar penuturan Jeje. 

Masih dengan suara lembut, tersendat tapi tertata, Jeje mengeluarkan pembelaan diri. 
“Tapi sebetulnya bagi aku sendiri kayak… Nggak… Nggak kayak gitu maksudnya…”

Atta kebingungan. Tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Pengakuan Jeje memang tidak disangka-sangka. Dan dia menuturkannya dengan tenang. Tanpa emosi meledak. 

Saya yang nonton juga kebingungan. Seringan itukah? 

Melihat penuturannya yang runut, juga detail waktu, sulit menuduhnya mengada-ada.

Satu jawaban atas pertanyaan Atta mengunci kecurigaan bahwa dia hanya mengarang-ngarang. 

“Waktu akhirnya aku pulang lalu cerita kejadian itu sama nenekku, dia nangis…”

“Terus… Habis nenek kamu tahu?”

“Akhirnya ditanya… ke orang yang ngelakuin.”

“Orangnya ngakuin?”

“Iya.”

Atta pun terhenyak. 

Jadi sebetulnya kasus itu terang benderang. Tidak ada penyangkalan. 

Tetapi kok ya bisa tidak ada yang memperkarakan? Bahkan sang nenek yang menjadi wali (juga ibunya) malah menganggap hal itu wajar terjadi gara-gara cara berpakaian? 

Jeje menolak seandainya ada yang mau membantu mengkasuskan peristiwa tersebut. Dia bahkan mencegah keluarga ayahnya yang hendak melabrak. 

Baginya, yang lalu biarlah berlalu. Jadi pembelajaran saja. Sekarang buka lembaran baru. 

Dunia berputar kembali seperti biasa. Ibunya dengan bayi yang baru lahir, ayahnya kembali ke Belanda, tukang kebun tetap bekerja di rumah neneknya. Hanya Jeje yang terbuang. Melarikan diri. 

Dari rumah yang tidak aman. Dari ayah dan ibu yang meninggalkan. Dari nenek yang menyalahkan (meskipun Jeje sendiri menolak menyalahkan neneknya. Bagi dia peristiwa itu terjadi karena dirinya dan nafsu si pelaku). 

Jeje memilih jalanan.

“Kamu ga takut diapa-apain di jalanan?”

“Aku dulu tu mikirnya… Ah, gua udah kotor… Kalau ada orang yang jahatin gua terus ngotorin gua lagi ya udah…”

Sumpah, nangis hatiku di situ. Kasihan sekali anak perempuan. Sudahlah dia dituduh mengundang dan memikat nafsu laki-laki, lalu dia pula yang dianggap kotor. 

Semua argumentasi melawan pelaku pelecehan tumpah di kepala saya. Deras seperti hujan badai. 

Tapi terasa sunyi, sudah tak  bersuara lagi. Seperti pesawat TV yang di-mute.

Saya hanya terdiam mendengar penuturan Jeje. 

Anak yang lahir ke dunia karena keinginan orangtua -tanpa ia sendiri meminta. Tapi ketika orang tua bercerai justru dia yang ditinggalkan. 

Ketika manusia berjiwa iblis menjahatinya di usia sangat belia, justru dia yang disalahkan. 

Saya greget dengan orang-orang yang menganggap bikin anak itu kayak prestasi. Giliran mengasuh, membimbing, menjaga, ga becus, pada kabur dari tanggung jawab. 

Ya gak heran kalau anak-anak juga kabur dari rumah dan lari ke jalanan. Mereka berusaha menemukan keluarga sendiri, membangun rumah sendiri. Tidur beratap langit, menyambung hidup dari hari ke hari. 

“Ga diusir sama petugas?” tanya Thoriq. 

“Kita sudah CS-an Bang,  sama Satpamnya.”

“Mantaap… Starling gratis. Satpam CS-an. Su.dir.man.pride..!”

Entah kalau SCBD ini bubar. Baik karena dibubarkan maupun karena tren-nya lewat. Anak-anak yang kehilangan rumah, akan selalu mencari keluarga yang menerimanya. Bahkan bila itu di jalanan sekalipun.

...

Selasa, 26 Juli 2022

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

 Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Kira Lisitskaya (Foto: Vladimir Smirnov,Vladimir Korotayev, Nikolai Nikitin/TASS)

Setelah runtuhnya Uni Soviet, semua ketentuan hukum ini dihapuskan, tetapi sampai saat itu, sudah menjadi praktik normal, misalnya, untuk menempatkan seseorang di balik jeruji besi karena tidak memiliki pekerjaan.

Menertawakan Stalin dan Partai Komunis

Pada 1930-an-40-an, tidak aman untuk menceritakan lelucon tentang para pemimpin Partai Komunis atau, Tuhan melarang, tentang Stalin sendiri. Lelucon semacam itu dianggap sebagai kejahatan di bawah ketentuan "propaganda Anti-Soviet dan lelucon kontra-revolusioner" dan dapat menempatkan pelawak di kamp penjara antara enam dan 10 tahun (!) dan, pada saat perang, dia dapat membayar dengan hidup mereka.

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Misalnya, seorang Sergei Popovich dipenjara selama 10 tahun karena menceritakan lelucon berikut:
“Seorang wanita tua melihat unta untuk pertama kalinya dalam hidupnya dan mulai menangis. ‘Oh, penunggang kuda yang malang, apa yang dilakukan kekuatan Soviet padamu…!’”
Mereka yang mendengarkan lelucon anti-Soviet juga dapat dihukum, kecuali jika mereka melaporkannya kepada otoritas keamanan. Jika tidak, mereka menghadapi hukuman lima tahun di kamp penjara dengan ketentuan, “Karena tidak memberi tahu pihak berwenang”.

Berlatih karate

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Di Uni Soviet sejak akhir 1930-an, hampir semua seni bela diri dilarang keras (selain sambo, gulat, dan tinju) dan penganutnya dinyatakan sebagai "mata-mata", biasanya mata-mata Jepang. Namun, penggemar karate sangat tidak beruntung. Pada tahun 1981, sebuah artikel khusus tentang mereka bahkan muncul di KUHP - di bawahnya, mereka yang melatih karate dikenai hukuman lima tahun penjara! Alasannya sebagai berikut: “Karate adalah suatu bentuk pertarungan tangan kosong yang tidak ada hubungannya dengan olahraga, yang memupuk kekejaman dan kekerasan, yang menimbulkan luka parah pada praktisinya dan yang diresapi dengan ideologi asing. untuk kita."
Benar, hanya satu orang yang pernah dihukum berdasarkan ketentuan ini - contoh Valery Gusev yang berusia 33 tahun, seorang pelatih Soviet terkenal yang, menurut penyelidik, diam-diam melatih siswa di hutan kota dengan bayaran. Sebenarnya, dia yang mengajar kung fu, bukan karate, tetapi para penegak hukum tidak melihat banyak perbedaan di antara keduanya. Kemudian, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar harian Moskovsky Komsomolets, Gusev akan mengatakan: “Itu benar-benar uji coba - mereka secara khusus mencari orang terkenal <...>. Atau mungkin semua itu terjadi pada saya karena, sesaat sebelum penangkapan saya, saya menolak mentah-mentah tawaran (walaupun tidak resmi) untuk bekerja sebagai pelatih KGB. Mungkin ada beberapa simpatisan di tempat-tempat tinggi, atau mungkin saya telah melewati jalan seseorang.
Bahaya dihukum karena karate tidak berlangsung lama, namun - dengan munculnya perestroika pada tahun 1989, hukum itu dihapuskan.

Hubungan homoseksual

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Pada tahun 1922, negara Soviet mendekriminalisasi hubungan homoseksual. Undang-undang tersebut menjatuhkan hukuman hanya untuk pemerkosaan, korupsi anak di bawah umur, pengadaan dan pendaftaran ke dalam prostitusi, tanpa memandang jenis kelamin. Namun, pada tahun 1933, Komisaris Rakyat untuk Urusan Dalam Negeri Uni Soviet Genrikh Yagoda, dalam sebuah laporan kepada Stalin, mengaitkan kecenderungan homoseksual dengan kontra-revolusi - kaum gay diduga mengubah klub mereka menjadi pusat “pemuda yang korup” dan menyesatkan mereka (termasuk di pengertian politik).
Jadi, setahun kemudian, sebuah pasal baru ditambahkan ke KUHP yang mengatur hukuman penjara hingga lima tahun untuk hubungan homoseksual. Selanjutnya, hanya laki-laki yang diadili berdasarkan ketentuan tersebut, yang tidak berlaku untuk perempuan. Sejauh yang diketahui dari penelitian arsip Profesor Vladimir Volodin, mulai dari tahun 1960-an, sekitar 1.000 orang dihukum berdasarkan ketentuan ini di Uni Soviet setiap tahun dan vonis bersalah mencapai puncaknya pada tahun 1985 (tidak ada statistik yang tersedia secara terbuka tentang mereka yang dihukum).

Berhenti bekerja tanpa izin, terlambat, dan tidak masuk kerja

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Pada puncak Rencana Lima Tahun Ketiga, pada tahun 1940, volume produksi industri perlu ditingkatkan secara tajam dan perang yang telah dimulai di Eropa mengharuskan pengoptimalan pasokan militer. Untuk memacu hasil, pihak berwenang memasukkan tujuh hari kerja seminggu, melarang pekerja meninggalkan tempat tanpa izin manajer, tidak masuk kerja atau terlambat.
Berhenti dari pekerjaan tanpa izin dapat dikenai hukuman penjara 2-4 bulan. Datang terlambat 20 menit, pulang terlambat dari istirahat makan siang atau tidak masuk kerja sama sekali dapat dihukum dengan pekerjaan korektif [di tempat kerja] dan, jika diulang, dengan hukuman penjara. Dalam waktu kurang dari tiga bulan setelah peraturan baru mulai berlaku, hampir satu juta orang dihukum dengan cara ini di seluruh negeri.

Tidak punya pekerjaan atau tempat tinggal tetap

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Propaganda Soviet menggambarkan Uni Soviet sebagai negara kesetaraan dan keadilan sosial - akibatnya, keberadaan pengemis, tunawisma atau pengangguran sama sekali tidak sesuai dengan premis dasar ini. Orang-orang seperti itu, tentu saja, ada, tetapi mereka disingkirkan begitu saja dari jalanan. Sebuah dekrit "Tentang langkah-langkah untuk melawan unsur-unsur anti-sosial dan parasit" diumumkan pada tahun 1951, di mana siapa pun yang kehilangan tempat tinggal harus dikirim untuk pemukiman kembali khusus di bagian-bagian yang jauh dari Uni Soviet selama lima tahun. Itu berarti pembuangan, untuk semua maksud dan tujuan.
Sepuluh tahun kemudian, hal-hal menjadi lebih ketat dan tuntutan pidana untuk "sponging" (yaitu tidak memiliki pekerjaan resmi, juga disebut sebagai "parasitisme sosial") dibawa masuk bukan hanya tunawisma yang menjadi korban kampanye ini , tetapi juga siapa saja dengan penghasilan tidak resmi. Karena tidak adanya atap di atas kepala Anda atau pekerjaan resmi, Anda dapat dijebloskan ke penjara kapan saja - hingga dua tahun. Sebuah istilah di penjara adalah bahaya pekerjaan untuk sopir taksi pribadi, pembangun, musisi dan sebagainya. Penyair terkenal Joseph Brodsky didakwa di bawah ketentuan "parasitisme sosial", sementara Viktor Tsoi, seorang penyanyi populer pada 1980-an, menemukan pekerjaan sebagai petugas boiler hanya untuk dapat menyatakannya sebagai "pekerjaan resminya".

Pemasaran gelap

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Pemasaran gelap - proses memperoleh dan menjual kembali barang-barang asing - juga dilarang, meskipun, pada 1980-an, itu adalah bisnis yang berkembang pesat. Jika warga negara Soviet ingin mendapatkan sesuatu yang dibuat dari luar negeri - sesuatu yang "keren", seperti yang dikenal - hanya ada dua cara untuk melakukannya: bepergian ke luar negeri (sesuatu yang hanya boleh dilakukan oleh orang-orang langka) atau membelinya dari pedagang gelap .
Pemasar gelap sebagian besar adalah anak muda yang giat dan juga mereka yang sering berhubungan dengan orang asing melalui pekerjaan mereka: pemandu, penerjemah, sopir taksi, pelacur yang menjual mata uang keras di hotel untuk orang asing, dll. Mereka mungkin menegosiasikan beberapa bungkus rokok Marlboro cadangan atau celana jeans Levi's dari orang asing, yang kemudian mereka jual kepada sesama warga dengan mark-up yang besar. Terlepas dari kerahasiaan di mana kesepakatan semacam itu dilakukan dan pertemuan klandestin diadakan di belakang garasi, pemasar gelap terkadang ditangkap dan dijatuhi hukuman hingga tujuh tahun. Namun, hukuman untuk kegiatan semacam ini juga dihapuskan pada tahun 1991.

Bertukar mata uang asing

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Warga negara Soviet "diputus" dari mata uang asing pada tahun 1927, ketika kaum Bolshevik melarang pasar valuta swasta dan memberlakukan monopoli negara untuk valuta asing. Sepuluh tahun kemudian, di bawah Stalin, menjual mata uang secara pribadi menjadi kegiatan yang berpotensi mematikan: Sebuah tuduhan kriminal baru yang menyamakan transaksi mata uang dengan kejahatan terhadap negara diajukan. Dan pada tahun 1961, Pasal 88 masuk, menetapkan hukuman dari tiga tahun penjara sampai mati. hukuman (dengan menembak) jika skala "pelanggaran" sangat besar.
Larangan Stalinis dan "artikel mati dengan menembak" untuk kepemilikan ilegal mata uang keras tetap berlaku sampai tahun 1994.

Penyulingan alkohol

Delapan Hal yang Dapat Membuat Seorang Warga Soviet Masuk Penjara

Banyak rumah tangga di Uni Soviet tahu cara membuat alkohol di rumah, bahkan di apartemen kecil di gedung-gedung tinggi perkotaan dan tidak hanya di pedesaan. Namun, kampanye anti-minuman keras yang dilakukan secara rutin oleh pihak berwenang selalu merugikan para penyuling rumahan. Misalnya, 52.143 orang dihukum karena membuat atau menjual minuman keras pada tahun 1958 saja. Ada hukuman 6-7 tahun bagi siapa saja yang menghasilkan uang dari penjualan alkohol jenis ini dan 1-2 tahun penjara bagi mereka yang membuatnya untuk penggunaan pribadi. Hanya karena tertangkap basah karena membuat alkohol di rumah, orang menghadapi enam bulan kerja korektif atau denda yang besar.
Setelah runtuhnya Uni Soviet, penyulingan rumah tidak lagi menjadi tindak pidana dan, sejak 2002, bahkan tidak lagi menjadi pelanggaran administratif.

https://id.rbth.com/sejarah/85184-fa...ara-soviet-wyx


Pemerintahan Teror Prancis, Saat Maximilien Robespierre Memenggal Puluhan Ribu Musuh

 Pemerintahan Teror Prancis, Ketika Maximilien Robespierre Memenggal Puluhan Ribu Musuh Revolusi hingga Begini Akhir Hidupnya


Pemerintahan Teror Prancis, Saat Maximilien Robespierre Memenggal Puluhan Ribu MusuhMaximilien Robespierre

Maximilien Robespierre lahir di Arras, Prancis, pada 6 Mei 1758.
Robespierre belajar hukum melalui beasiswa dan pada 1789 terpilih menjadi wakil rakyat biasa Arras di Estates General.
Setelah Estate Ketiga, yang mewakili rakyat biasa dan pendeta yang lebih rendah, mendeklarasikan dirinya sebagai Majelis Nasional, Robespierre menjadi anggota terkemuka dari badan Revolusioner.
Melansir History.comRobespierre mengambil sikap radikal, demokratis dan dikenal sebagai “Yang Tidak Dapat Dikorupsi” karena dedikasinya pada moralitas sipil.
Pada April 1790, Robespierre memimpin Jacobin, sebuah klub politik kuat yang mempromosikan ide-ide Revolusi Prancis.
Dia menyerukan Raja Louis XVI untuk diadili karena pengkhianatan dan mendapatkan banyak musuh, tetapi orang-orang Paris secara konsisten membelanya.
Pada 1791, Robespierre keluar dari Majelis Legislatif baru tetapi terus aktif secara politik sebagai anggota Klub Jacobin.
Pada tahun 1792, dia menentang usulan perang dari Girondins—para pemimpin moderat di Dewan Legislatif—dan kehilangan popularitas.

Namun, setelah rakyat Paris bangkit melawan raja pada Agustus 1792, Robespierre terpilih menjadi anggota Komune pemberontak Paris.
Dia kemudian terpilih untuk memimpin delegasi Paris ke Konvensi Nasional yang baru.
Dalam Konvensi Nasional, dia muncul sebagai pemimpin Mountain, sebagaimana faksi Jacobin dikenal, dan menentang Girondin.
Pada Desember 1792, dia berhasil mendukung eksekusi Louis XVI.
Pada Mei 1793, Robespierre mendorong rakyat untuk bangkit dalam pemberontakan atas kekalahan militer dan kekurangan pangan.
Pemberontakan memberinya kesempatan untuk akhirnya membersihkan Girondin.
Pada tanggal 27 Juli 1793, Robespierre terpilih menjadi anggota Komite Keamanan Publik, yang dibentuk pada bulan April untuk melindungi Prancis dari musuhnya, asing dan domestik, dan untuk mengawasi pemerintah.
Di bawah kepemimpinannya, komite datang untuk menjalankan kontrol diktator virtual atas pemerintah Prancis.

Menghadapi ancaman perang saudara dan invasi asing, pemerintah Revolusioner meresmikan Pemerintahan Teror pada bulan September.
Dalam waktu kurang dari setahun, 300.000 tersangka musuh Revolusi ditangkap; setidaknya 10.000 meninggal di penjara, dan 17.000 secara resmi dieksekusi.
Dalam pesta pertumpahan darah itu, Robespierre berhasil membersihkan banyak lawan politiknya.
Pada tanggal 4 Juni 1794, Robespierre hampir dengan suara bulat terpilih sebagai presiden Konvensi Nasional.
Enam hari kemudian, sebuah undang-undang disahkan yang menangguhkan hak tersangka untuk diadili di depan umum dan atas bantuan hukum.
Hanya dalam sebulan, 1.400 musuh Revolusi dipenggal.
Teror meningkat tepat ketika invasi asing tidak lagi mengancam republik.
Koalisi sayap kanan dan kiri dibentuk untuk menentang Robespierre dan para pengikutnya.
Pada 27 Juli 1794 (9 Thermidor dalam kalender Revolusi), Robespierre dan sekutunya ditahan oleh Majelis Nasional.
Robespierre dibawa ke penjara Luksemburg di Paris, tetapi sipir menolak untuk memenjarakannya. Dia pun melarikan diri ke Hotel de Ville.
Pendukung bersenjata datang untuk membantunya, tetapi dia menolak untuk memimpin pemberontakan baru.
Ketika Robespierre menerima kabar bahwa Konvensi Nasional telah menyatakan dirinya sebagai penjahat, dia menembak kepalanya sendiri tetapi hanya berhasil melukai rahangnya.
Tak lama kemudian, pasukan Konvensi Nasional menyerang Hotel de Ville dan menangkap Robespierre dan sekutunya.
Malam berikutnya (28 Juli), Robespierre dan 21 orang lainnya dipenggal tanpa diadili di Place de la Revolution.
Selama beberapa hari berikutnya, 82 pengikut Robespierre lainnya dieksekusi. Pemerintahan Teror pun telah berakhir.

Akhir Tragis Kegilaan Raja Shaka Zulu, Kehilangan Akal Sehat hingga 'Bantai' Rakyat

 Akhir Tragis Kegilaan Raja Shaka Zulu, Kehilangan Akal Sehat hingga 'Bantai' Rakyatnya Gara-gara Ibunya Meninggal, Namun Justru Nyawanya Melayang


Akhir Tragis Kegilaan Raja Shaka Zulu, Kehilangan Akal Sehat hingga 'Bantai' RakyatIlustrasi Raja Shaka Zulu

Raja Shaka Zulu hidup sezaman kaisar Prancis, Napoleon, dan bahkan ada yang menjulukinya sebagai 'Napoleon Afrika'.
Meski begitu, terlepas dari reputasi mereka sebagai pemimpin militer yang hebat, Shaka jauh lebih diingat sebagai orang gila yang kejam dan haus darah.
Shaka lahir sekitar tahun 1787, putra Senzangakhona, yang pada waktu itu memerintah atas kepala suku kecil yang dikenal sebagai Zulu.
Ibu Shaka dipanggil Nandi, dan pada saat itu, dia bukan istri sah Senzangakhona.
Keduanya diusir dari rumah Senzangakhona dan pindah untuk tinggal di antara orang-orang Langeni.
Menjadi anak haram tentu bukan hal yang mudah untuk dilalui di sekitar suku Nguni, dan sebagian besar masa kanak-kanaknya, Shaka diintimidasi ke mana pun dia pergi.
Setelah beberapa lama bersama suku Langeni, ibu dan anak itu akhirnya pindah lagi.
Kali ini mereka tinggal di antara orang-orang Mthethwa yang dipimpin oleh Kepala Dingiswayo.

Di sinilah Shaka segera menguasai berbagai taktik dan strategi di medan perang.
Memiliki tubuh prajurit yang sempurna dan juga bakat diplomatik yang luar biasa, ia dengan cepat naik pangkat.

Dia akhirnya menjadi komandan utama.
Setelah ayah Shaka meninggal sekitar tahun 1816, Kepala Dingiswayo membantu murid mudanya mengusir dan membunuh kakak laki-lakinya di desa Zulu, dan begitulah akhirnya Shaka menjadi penguasa.
Pada tahun 1827, ibu Shaka, Nandi, meninggal, dan pemimpin Zulu tersebut merasakan kesedihan yang amat mendalam.
Lalu kehilangan akal sehatnya.
Dalam kesedihannya, Shaka membunuh ratusan anggota Suku Zulu, dan dia melarang penanaman tanaman dan penggunaan susu selama setahun.
Semua wanita yang ditemukan hamil dibunuh bersama dengan suami mereka.
Dia mengirim tentaranya untuk operasi militer yang luas, dan ketika mereka kembali dengan kelelahan, dia segera memerintahkan mereka keluar lagi.
Setelah dua saudara tirinya berhasil membunuh Shaka, salah satu dari mereka, Dingane yang akhirnya melanjutkan tahtah sebagai raja.


Senin, 18 Juli 2022

LOWONGAN KERJA DI BALI POSISI RESTAURANT MANAGER, CASHIER, PIZZA MAKER


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha

LOWONGAN KERJA DI BALI POSISI HOSTESS


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha