Filipi 2:3-4 Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Bila melihat gambar diatas apa yang kalian pikirkan dan bayangkan? Tangan ini Berdoa dan Berkorban? Tangan ini berkeriput? Atau lebih detail lagi uratnya kelihatan??
Sebuah sejarah mengatakan bahwa memang di gambar itu menuntukkan bahwa tangan itu rusak karena kerja dengan sangat keras mungkin bisa disebut dengan terlalu keras, dan itulah orang-orang menyebutnya dengan tangan yang penuh derita, tangan yang penuh pengorbanan yang tulus diberikan oleh seorang adik bagi kakaknya.
Menurut sejarah yang diceritakan kisah tersebut terjadi di sebuah desa kecil dekat Nuremberg, Jerman, pada abad ke 15, hiduplah sebuah keluarga yang memiliki anak berjumlah 18 orang.
Walaupun kondisi keluarganya serba kekurangan, namun kedua anak sulungnya mempunyai cita-cita yang tinggi.
Namanya adalah Albrecht Durer dan adiknya Albert Durer, mereka bercita-cita jadi seniman ternama, lalu kuliah di perguruan tinggi di Nuremberg, meski ayahnya tidak mampu membiayai mereka.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Albrecht Durer:
Sumber Gambar : Wikipedia
Namun kedua anak laki-laki tertua itu akhirnya membuat kesepakatan, bahwa mereka akan melemparkan sebuah koin, dan bagi yang menang dialah yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi untuk mengejar impiannya dan bagi yang kalah akan tetap tinggal dan bekerja di kampung halaman.
Mereka lalu bekerja di pertambangan di dekat rumah, dengan penghasilan dari bekerja itu untuk membiayai kuliah saudaranya agar menjadi seniman hebat.
Harapan mereka setelah empat tahun menempuh kuliah, bisa kembali dan membiayai adik-adiknya yang lain. Lalu mereka melempar koin, Albrecht Durer (21 Mei 1471 – 6 April 1528) memenangkan undian dan kuliah ke akademi seni di Nuremberg.
Sedangkan adiknya yang bernama Albert Durer tinggal di kampung dan bekerja sebagai buruh tambang. Selama empat tahun, ia membiayai saudaranya yang menempuh pendidikan.
Karena sangat berbakat di akademi itu Albrecht menjadi bintang di universitas, segala karya seninya baik lukisan-lukisan, ukiran kayudan lukisan minyaknya jauh lebih baik daripada karya para dosen maupun profesornya.
Saat ia lulus, ia menerima banyak uang atas karya-karyanya.Ketika seniman muda itu kembali ke desanya, Durer sekeluarga mengadakan pesta makan malam untuk merayakan kepulangan Albrecht.
Di pesta itu Albrecht lalu bangkit berdiri, atas tahun-tahun pengorbanan adiknya yang memungkinkan Albrecht memenuhi ambisinya.
Albrecht lalu berkata dal pidatonya: "Sekarang Albert, kini giliranmu. Engkau punya kesempatan berangkat ke akademi di Nuremberg untuk mengejar impianmu, dan aku akan mengurus semua yang kau perlukan".
Sumber Gambar : Wikipedia
Namun kedua anak laki-laki tertua itu akhirnya membuat kesepakatan, bahwa mereka akan melemparkan sebuah koin, dan bagi yang menang dialah yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi untuk mengejar impiannya dan bagi yang kalah akan tetap tinggal dan bekerja di kampung halaman.
Mereka lalu bekerja di pertambangan di dekat rumah, dengan penghasilan dari bekerja itu untuk membiayai kuliah saudaranya agar menjadi seniman hebat.
Harapan mereka setelah empat tahun menempuh kuliah, bisa kembali dan membiayai adik-adiknya yang lain. Lalu mereka melempar koin, Albrecht Durer (21 Mei 1471 – 6 April 1528) memenangkan undian dan kuliah ke akademi seni di Nuremberg.
Sedangkan adiknya yang bernama Albert Durer tinggal di kampung dan bekerja sebagai buruh tambang. Selama empat tahun, ia membiayai saudaranya yang menempuh pendidikan.
Karena sangat berbakat di akademi itu Albrecht menjadi bintang di universitas, segala karya seninya baik lukisan-lukisan, ukiran kayudan lukisan minyaknya jauh lebih baik daripada karya para dosen maupun profesornya.
Saat ia lulus, ia menerima banyak uang atas karya-karyanya.Ketika seniman muda itu kembali ke desanya, Durer sekeluarga mengadakan pesta makan malam untuk merayakan kepulangan Albrecht.
Di pesta itu Albrecht lalu bangkit berdiri, atas tahun-tahun pengorbanan adiknya yang memungkinkan Albrecht memenuhi ambisinya.
Albrecht lalu berkata dal pidatonya: "Sekarang Albert, kini giliranmu. Engkau punya kesempatan berangkat ke akademi di Nuremberg untuk mengejar impianmu, dan aku akan mengurus semua yang kau perlukan".
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Albert duduk, sementara air matanya mengalir di wajahnya yang pucat, dia menggelengkan kepalanya dan berkata lirih: "Tidak ... tidak .., tidak kakak, aku tak bisa pergi ke Nuremberg. Sudah terlambat untukku. Lihatlah ... lihat apa akibat empat tahun bekerja di tambang. Tulang di setiap jariku pernah hancur terkena palu di tempat penambangan".
"Akhir-akhir ini aku telah menderita athritis rheumatoid yamg sangat parah di tangan kananku, sehingga untuk memegang sebuah gelas saja aku tak bisa. Apalagi untuk memegang kuas dan melukis garis-garis halus di kanvas".
Sekarang hampir lima abad sudah berlalu, ribuan lukisan potret dan karya lainnya dari Albrecht Durer telah beredar dan menghiasi banyak dinding dan ruang di seluruh dunia.
Mungkin para kaskuser ada yang pernah melihat gambar meme yang mempunyai gambar seperti ini. Yang sesungguhnya sangat terkenal, yaitu gambar yang diberi judul: "The Praying Hands (Tangan Yang Berdoa)"
Karena menurut sejarah, untuk memberi penghormatan kepada Albert adiknya atas semua yang telah dikorbankannya selama ini untuk kakaknya. Albrecht Durer dengan susah payah menopang tangan adiknya itu, meluruskan jari-jarinya dan kemudian melukisnya.
Lalu ia memberi judul lukisan itu dengan nama : "Hands", namun orang-orang di seluruh dunia melihat lukisan itu jauh dari sekadar "Hands" biasa melainkan suatu persembahan cinta yang tulus, sepasang tangan yang berkorban demi kasih pada saudaranya.
Karena itulah lukisan itu lebih terkenal dengan judul: "The Praying Hands" . Yakni tangan yang telah rela berkorban demi mewujudkan sebuah cita-cita dan doa. Itulah "Tangan Yang Berdoa", yang mungkin banyak kita lihat di mana-mana. Lukisan itu kini tersimpan di museum di Viena, Austria.
Pesan dibalik gambar ini adalah dalam suatu kesuksesan, pasti terdapat seseorang yang telah membantu kita, baik dalam bentuk dukungan moral, finansial, ataupun doa. Karena itulah sayangi dan cintai orang-orang disekitar kita, karena tanpa adanya mereka maka kita bukanlah siapa-siapa.
Sumber : Ini, Ini
Albert duduk, sementara air matanya mengalir di wajahnya yang pucat, dia menggelengkan kepalanya dan berkata lirih: "Tidak ... tidak .., tidak kakak, aku tak bisa pergi ke Nuremberg. Sudah terlambat untukku. Lihatlah ... lihat apa akibat empat tahun bekerja di tambang. Tulang di setiap jariku pernah hancur terkena palu di tempat penambangan".
"Akhir-akhir ini aku telah menderita athritis rheumatoid yamg sangat parah di tangan kananku, sehingga untuk memegang sebuah gelas saja aku tak bisa. Apalagi untuk memegang kuas dan melukis garis-garis halus di kanvas".
Sekarang hampir lima abad sudah berlalu, ribuan lukisan potret dan karya lainnya dari Albrecht Durer telah beredar dan menghiasi banyak dinding dan ruang di seluruh dunia.
Mungkin para kaskuser ada yang pernah melihat gambar meme yang mempunyai gambar seperti ini. Yang sesungguhnya sangat terkenal, yaitu gambar yang diberi judul: "The Praying Hands (Tangan Yang Berdoa)"
Karena menurut sejarah, untuk memberi penghormatan kepada Albert adiknya atas semua yang telah dikorbankannya selama ini untuk kakaknya. Albrecht Durer dengan susah payah menopang tangan adiknya itu, meluruskan jari-jarinya dan kemudian melukisnya.
Lalu ia memberi judul lukisan itu dengan nama : "Hands", namun orang-orang di seluruh dunia melihat lukisan itu jauh dari sekadar "Hands" biasa melainkan suatu persembahan cinta yang tulus, sepasang tangan yang berkorban demi kasih pada saudaranya.
Karena itulah lukisan itu lebih terkenal dengan judul: "The Praying Hands" . Yakni tangan yang telah rela berkorban demi mewujudkan sebuah cita-cita dan doa. Itulah "Tangan Yang Berdoa", yang mungkin banyak kita lihat di mana-mana. Lukisan itu kini tersimpan di museum di Viena, Austria.
Pesan dibalik gambar ini adalah dalam suatu kesuksesan, pasti terdapat seseorang yang telah membantu kita, baik dalam bentuk dukungan moral, finansial, ataupun doa. Karena itulah sayangi dan cintai orang-orang disekitar kita, karena tanpa adanya mereka maka kita bukanlah siapa-siapa.
Sumber : Ini, Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar