Saya menyertakan film hasil liputan kameraman sersan Bill Genaust, saat bendera dikibarkan di puncak gunung Suribachi-Iwo Jima, momennya bergerak demikian cepat, dan hebatnya wartawan foto AP, Joe Rosenthal yang memakai kamera besar, Speed Graphic, dengan film ukuran besar 4x5 inch (sekitar 10 cm x 12 cm), bisa menangkap momen itu dengan tepat! (baca tulisan: Kisah Bendera di Iwo Jima)
Joe memotret tanpa membidik, ia benar-benar mengandalkan lensa sudut lebar 35 mm-nya dan –tentu saja- feeling.
Satu jepretan, selesai!
Kamera jaman dulu belum dilengkapi motor-drive, sebuah alat bantu, yang memicu kamera agar bisa merekam adegan cepat. Motor drive modern malah bisa merekam hingga 14 gambar per-detik.
Nah, semua pengoperasian kamera Speed Graphic dikerjakan secara manual, jadi kalau si pemotret membutuhkan gambar kedua filmnya harus diengkol!
Jadi, secepat apapun Joe memutar engkolan, untuk mendapat gambar kedua, momen pengibaran pasti telah lewat!
Ada kecepatan tangan, feeling dan keberuntungan di Iwo Jima. Dan karena dunia barat begitu terbuka, dua hari kemudian nama Joe jadi terkenal. Namanya ikut tercetak dalam terbitan koran-koran di seluruh dunia! Bahkan sampai hari ini!
(fotografer, cukup satu foto saja maka namamu dikenang selamanya!)
Nah, bila kita sudah mengetahui sisik melik foto ikon di ‘panggung’ PD 2 di Asia, bagaimana ikon foto di ‘panggung’ Eropa?
Kapan dibuat?
Dan mengapa fotonya harus dimanipulasi??
Latar belakang:
Tanggal 1 April 1945, Nazi Jerman semakin terdesak. Dari timur Tentara Merah sudah mendekati perbatasan Polandia. Pimpinan Uni Sovyet -Joseph Stalin- memanggil 3 marsekal lapangannya, ia memberi tantangan: “rebut ibukota Berlin dalam dua minggu, sebelum Amerika dan Inggris merebutnya dari arah barat, maka siapapun pemenangnya akan mendapat medali Hero Of The Sovyet Union (penghargaan tertinggi)”
Ketiga Marsekal menyanggupi.
Maka, ketiganya adu cepat untuk merebut Berlin.
Konstantin Rokossovsky melipir dari utara, merebut wilayah Polandia yang dikuasai Jerman dari arah pesisir.
Georgy Zhukov menerjang dari tengah, melewati ibukota Polandia, Warsawa.
Dan, Ivan Konev menjepit dari tenggara.
Sementara,
dari arah barat, Amerika dan Inggris juga bahu membahu adu cepat hendak merebut Berlin.
Dengan adanya adu cepat dari timur dan barat ini membuat tentara Jerman kini terjepit kekuatan raksasa.
Dari sisi Barat, Inggris paling bernafsu mengalahkan Sovyet. PM. Inggris, Winston Churchill, khawatir pengaruh komunis di Eropa kelak setelah Hitler keok. Dengan Inggris merebut Jerman sepenuhnya, pengaruh Sovyet akan tertahan di Polandia. Paham komunis tak akan terasakan di Eropa barat.
Amerika lebih realistis. Tak merebut Berlin juga tidak jadi soal. PR Amerika sendiri juga besar di kawasan Asia. Jepang keras kepala, tetap tidak mudah menyerah meski telah kalah kekuatan di darat, udara dan laut!
26 Maret 1945 kemarin, pulau Iwo Jima baru saja direbut dengan berdarah-darah. Harga yang harus dibayar sangat mahal 17.000 marinir luka-luka, 7.000 lebih gugur hanya untuk menguasai pulau kecil seluas 21 km persegi!
Dan, 1 April ini pulau Okinawa sudah dikepung. Okinawa lebih besar, maka, akan jatuh korban berapa banyak lagi?
Belum lagi korban di Eropa, kalau terus memaksakan diri merebut Berlin.
Nah, di Asia saat ini, Amerika butuh serangan pengalih. Perlu kekuatan tambahan dari luar yang bisa ikutan menyerang Jepang, agar kekuatannya makin terbagi dan makin lemah.
Dan serangan tambahan itu hanya bisa dilakukan oleh Sovyet melalui serangan ke Manchuria, kawasan milik Cina yang dikuasai Jepang.
“Jadi, sebaiknya kita sama-sama saling bantu saja” demikian nasihat Eisenhower, terkenal dengan sebutan Ike, jendral Amerika yang memimpin serangan Sekutu di Eropa.
Churchill tetap bersikeras, Berlin harus dikuasai!
Ike lalu mengingatkan “bukankah Inggris perlu merebut kembali kawasan Semenanjung Malaya? Dan memulihkan Kuala Lumpur dan Singapura?”
Churchil tercenung. Benar juga. Semakin cepat Sovyet turun tangan di Machuria, semakin cepat Malaya bisa direbut kembali!
Inggris pun melunak.
“Nah, berapa banyak lagi tentara kita yang jadi korban, bila kita ngotot merebut Berlin?”
Dari timur secara mendadak masuk permintaan dari Sovyet, ini langsung dari Stalin, isinya kurang lebih: “Amerika-Inggris, biarkan Berlin kami yang merebut. Tentara Jerman sejak melancarkan serangan ke timur dalam Operasi Barbarossa, 22 Juni 1941, telah menghancurkan tanah Sovyet. Membantai setiap penduduknya dan membakari kota-kota kami, jadi, biarkan tentara kami yang menyelesaikannya”
Kebetulan!
Amerika dan Inggris girang juga. Maka, ini kesempatan untuk minta tolong!
“Silakan ambil Berlin, tolong serang posisi Jepang di Manchuria supaya kekuatan dan perhatian Jepang terpecah”
Sovyet menyanggupi.
Kelak pada Tanggal 9 Agustus 1945, tentara Sovyet benar-benar menggasak pasukan Jepang yang menjaga Manchuria!
Sebulan kemudian, tentara Inggris-India divisi ke 25 mendarat di Selangor dan Negeri Sembilan, 12 Septembernya Kuala Lumpur dibebaskan inggris.
Karena kesepakatan ini, tentara Amerika dan Inggris kini maju pelahan di kawasan Jerman bagian barat. Amerika mengambil posisi agak ke selatan, dan Inggris melipir di sebelah utara.
Langkah menahan diri Amerika dan Inggris dalam lomba memperebutkan Berlin secara tidak langsung juga untuk menyelamatkan pasukannya.
Adat Sovyet selalu menggelar gempuran artileri berat sebelum menjalankan serangan tank dan pasukan infanterinya. Bisa di bayangkan peluru terebut juga akan menimpa kawan sekutu sendiri yang menyerbu dari arah barat!
Begitulah, saat ketiga komandan diberitahu bahwa dari barat tak lagi ikut perebutan, pasukan ketiganya semakin semangat menerjang. Per-hari rata-rata kemajuan Tentara Merah bisa mencapai 30-40 km! Tank T-34 melesat luar biasa cepat. Tak tertandingi hingga saat ini!
Namun, tentara Jerman yang menahan perbatasan Polandia-Jerman sangat gigih. Mereka rela mati pertempur, dari pada menyerah pada pasukan Sovyet. Kemungkinan hidup -kalau menyerah- juga kecil.
Tentara Jerman tahu, semua tawanan perang akan dibawa ke Gulag, kamp kerja paksa di Siberia. Hanya 6-7 orang, dari 100 orang, yang bisa selamat pulang setelah perang!
Sebaliknya pasukan Sovyet juga bertempur dengan gigih!
Bagi prajurit -rakyat jelata- Sovyet ini saatnya membalas dendam! Darah ganti darah, mata ganti mata, nyawa ganti nyawa! Tentara Jerman yang memulai, mereka juga harus membayarnya!
Sama-sama gigih, keadaan jadi alot. Waktu dua minggu yang diberi Stalin ternyata molor. Tentara Sovyet baru masuk kota Berlin di tanggal 30 April 1945. Mundur 2 minggu!
Dari 3 marsekal yang berlomba, siapakah yang menang?
Ternyata yang menusuk dari arah tenggara, pasukan Marsekal Ivan Konev-lah pemenangnya
Dan disini Stalin lalu campur tangan, dengan memberikan kota Berlin pada Chukov yang masuk dari tengah. Chukov lah marsekal paling senior yang telah mengabdi sejak 1915.
Sebetulnya, Rokossovsky yang menyerang dari utara lebih senior, ia telah berbakti sejak 1914, tetapi marsekal ini pernah masuk penjara (1937-1940) karena kegiatan teror yang menewaskan banyak orang. Reputasinya cacat, tak baik secara politik.
Karena diberi lampu hijau oleh Stalin, Chukov segera mengepung Berlin.
Ivan Konev, si pemenang lomba, diminta belok kiri, ke selatan, menutup pergerakan Jerman disana sebelum akhirnya berjuma dengan AD Amerika (yang bergerak dari arah barat) di tepi sungai Elbe di kota Torgau. Posisi Jerman di lini selatan kontan habis terkunci. Ribuan tentara terisolir dan menyerah.
Di pesisir utara, pasukan Rokossovsky akhirnya bertemu tentara Inggris – yang bergerak dari barat, pimpinan jendral Bernard Montgomery - di kota Wismar. Praktis di kawasan utara, posisi Jerman juga telah selesai.
Sekarang tinggal Berlin. Tanggal 30 April Berlin telah terkepung. Meski kota dipertahankan oleh 90.000 pasukan Jerman, tapi ini tentara yang sudah capek dan putus asa, dan sebagian lagi malah terdiri atas pasukan orang tua dan anak-anak!
Apa mampu mereka menghadapi 1 juta Tentara Merah dengan 20.000 tank yang begitu beringas??
Foto di Reichstag!
Perintah penting lalu datang dari Moskow, yakni agar pasukan di lapangan juga membuat foto hebat seperti foto pasukan Amerika dengan Iwo Jima-nya!
Lokasi foto harus dipuncak Gedung Reichstag, gedung parlemen Jerman, sebagai simbol takluknya Jerman.
Permintaan tambahan, foto harus sudah selesai dibuat 30 April petang, karena akan dipergunakan untuk sarana propaganda partai komunis Sovyet dalam memperingati Hari Buruh 1 Mei esoknya.
Waktu jadi berdesak-desakan!
Sayangnya karena tentara Jerman yang mempertahankan Berlin masih memberi perlawanan, pasukan Sovyet yang membawa bendera baru bisa mencapai gedung Reichstag malam hari.
Dengan memanjat gedung yang dibangun tahun 1894 itu, Rakhimzahn Qoshqarbaev prajurit berusia 23 tahun akhirnya berhasil menjejalkan tiang bendera di mulut patung wanita ‘Germania’ simbol Jerman, tepat di puncak Reichstag!
Sayangnya, waktu sudah menunjukkan pukul 22.40, tanggal 30 April, terlalu malam untuk mengambil foto!
Itu berarti batas waktu foto yang harus sudah selesai 30 April petang, tak bisa terpenuhi.
Esoknya, adegan pemotretan akan dilakukan, tapi bendera yang sudah terpasang semalam ternyata sudah hilang, kemungkinan diturunkan tentara Jerman yang masih berkeliaran.
Tanggal 1 mei pun gagal karena Jerman masih memberi perlawanan.
Baru tanggal 2 Mei Jendral Helmuth Otto Ludwig Weidling, jendral terakhir Jerman yang mempertahankan kota Berlin, secara resmi menyerah pada tentara Sovyet. Weidling harus realistis 90.000 pasukan tak akan menang melawan 1 juta tentara yang mengepungnya.
Pada acara penyerahan kota hari itu, terungkap fakta mengejutkan: bahwa ternyata Adolf Hitler telah mati ia bunuh diri –dengan menembak kepalanya- pada hari hari Senin petang, pukul 15.30 tanggal 30 April 1945, di Fuhrerbunker (bungker pemimpin), Eva Braun –istrinya- juga bunuh diri.
Hari berikutnya, tanggal 1 Mei, pengikut utama Hitler sekaligus menteri propaganda dan tangan kanannya, Joseph Gobbels, istrinya Magda Ritschel Goebbels dan 6 anaknya yang masih kecil-kecil juga bunuh diri dengan meminum sianida.
Semua jenazah dibakar di halaman belakang bungker, menggunakan bensin yang dikumpulkan dengan cara menyedot dari tangki-tangki mobil yang ada di dalam bungker.
Jerman sudah tidak memiliki BBM!
Jadi, dengan menyerahnya jendral penguasa Berlin di tanggal 2 Mei, praktis sudah tidak ada tembak menembak lagi di kota itu. Pengambilan foto bisa dilakukan tanpa gangguan!
Fotografer Yevgeny Khaldei membawa bendera merah besar bergambar palu dan sabit yang sejatinya adalah 3 taplak meja merah yang dijahit pamannya, ia naik ke puncak Reichstag dengan menenteng kamera Leica III Rangefinder lensa 35 mm dengan bukaan diafragma terlebar f 3,5.
Dalam perjalan ke atas ia minta tolong 3 orang prajurit Sovyet yang ia temui, agar membantunya membuat sesi foto. Mereka adalah prajurit bernama Kovalev asal Kiev yang kemudian naik di atas semacam tonggak dan mengibarkan bendera dibantu oleh Abdulkhakim Ismailov dan Leonid Gorychev.
Khaldei menghabiskan semua film berisi 36 frame lalu secepatnya terbang pulang ke Moscow.
Setelah negative (klise) foto dipilih dan dicetak Khaldei agak kecewa. Fotonya ternyata agak ‘under’ -gelap- di beberapa bagian, gambar benderanya juga tak hidup bahkan terlihat lusuh, keadaan udara kota Berlin juga berkabut yang malah memberi kesan suram. Fotonya rasanya kurang heroik dan tidak dinamis.
Khaldei jadi iri pada foto Joe Rosenthal di Iwo Jima. Memandang karya Joe, semangat gotong royong dan persatuan -bangsa- benar-benar terasa dan hidup!
Khaldei lalu melakukan beberapa manipulasi. Menambah terang pada jalanan di bawah dan di bagian latar hingga terlihat cerah bersemangat, di bagian atas, pada bagian langit dan awan, Khaldei menumpuk gambar asap hitam yang ia ambil dari foto lain hingga terkesan dramatis –ada asap peperangan- dan terakhir, menambah kesan hitam pada bendera agar lebih kuat lekuk-lekuknya.
Setelah selesai, Khaldei nampak puas. Fotonya jadi lebih hidup.
Nah, ketika akan naik cetak pada majalah Ogoniok, untuk edisi tanggal 13 Mei 1945, pemimpin redaksi majalah baru menyadari ada yang tak sedap dipandang mata pada foto tersebut.
Sersan Abdulkhakim Ismailov, prajurit yang mendukung tentara yang memanjat, kedua pergelangan tangannya terlihat masing-masing memakai jam tangan. Kemungkinan Ismailov telah merampok jam tangan milik tentara Jerman dan memakainya, (meski kemudian hari diklaim bahwa jam tangan kedua adalah kompas)
Khaldei sadar bila gambar itu dipaksakan naik cetak, akan memberi kesan tak baik pada Tentara Merah. Stalin akan malu kalau dunia tahu tentaranya adalah perampok. Padahal fakta di lapangan prajurit Sovyet banyak yang melakukan tindakan kriminal seperti membakari rumah orang Jerman, membunuhi warga sipil, merampok dan bahkan (maaf) memperkosa wanita Jerman!
Inikah bentuk pembalasan Tentara Merah atas perilaku pasukan Jerman ketika mereka menyerbu wilayah Sovyet 22 Juni 1941 lalu? Bisa jadi iya!
Berdasarkan UU negara, nyawa Ismailov berada dalam bahaya- karena telah merampok- fotografer dan pemimpin redaksi majalah juga bisa dihukum mati karena telah mempermalukan Sovyet!
Gawat!
Maka Khaldei lalu mengambil sebuah jarum, jam di tangan kanan Ismailov perlahan-lahan ia kerok!
Setelah bersih, tak terlihat wujud jam, foto bersejarah itu turun cetak.
Uni Sovyet sangat membanggakan foto tersebut dan dicetak terus menerus untuk memulihkan semangat bangsa. Maklum, Sovyet paling babak belur dihajar Jerman. 30 juta warganya tewas sia-sia.
Saat dibantai, rakyat Jelata yang masih tersisa –tua, muda, pria dan wanita- ramai-ramai mendaftar jadi tentara dan berjuang bersama mengusir penjajah.
Foto Khaldei adalah bukti kemenangan, bahwa warga Sovyet yang kebanyakan rakyat jelata dan kerap dianggap manusia kelas bawah yang tak ada harganya, bisa mengalahkan negara yang selalu merasa superior!
Sekali lagi,
bendera bukan cuma secarik kain,
pada bendera terdapat harga diri bangsa....
Gunawan Wibisono
#perangduniagunwib