Rabu, 03 Februari 2021

Ada Pancoran di Bawah Pohon Jelema Berusia Ratusan Tahun






DI PINGGIR TEBING: Suasana di pancoran Kayehan Dedari yang berada di tebing diatas Tukad Tangis, Desa Nagasepaha, Buleleng. (ISTIMEWA)

SINGARAJA, BALI EXPRESS - Di Bali memang banyak tempat melukat atau tempat pembersihan diri. Bahkan jumlahnya kini mungkin sudah tak terhitung. Apalagi saat ini banyak pula muncul tempat melukat yang baru. Terkait tempat melukat ini, konon di Desa Nagasepaha, Kabupaten Buleleng, Bali juga terdapat sebuah pancoran, yang disebut telah ada sejak dulu. Entah tahun pancoran itu dibuat, tak satu pun ada yang mengetahuinya.


Bali Express (Jawa Pos Group) pun mencoba menggali informasi dari perangkat desa hingga penekun spiritual. Penelusuran diawali dari pencarian informasi dari Kepala Desa Nagasepaha Wayan Sumeken. Belum lama ini, koran ini pun diterima langsung di ruang kerjanya.


Saat itu, Sumeken pun menuturkan dengan panjang lebar keberadaan pancoran tersebut. Dahulu pancoran itu dimanfaatkan warga sebagai tempat mandi dan air yang mengalir dari pancoran itu juga dikonsumsi warga. Nama Kayehan Dedari sendiri hanya nama khiasan.


“Sebenarnya itu hanya nama keren saja. Dulu itu adalah tempat mandi dan tempat orang mencari air minum. Jadi disebutnya Kayeh Daar. Namun lambat laun banyak yang menyebut jadi Kayehan Dedari,” ungkapnya.

Klian Banjar Adat Delod Margi, Desa Nagasepaha Wayan Sengen pun mengungkapkan hal yang sama. Tidak ada yang mengetahui tahun kemunculan pancoran Kayehan Dedari tersebut. Sengen mengaku tempat itu telah ada sejak dirinya masih kanak-kanak. Para tetua dulu pun tak pernah menceritakan keberadan pancoran yang memiliki air jernih tersebut.

“Kami masih belum tahu tahun kapan (dibuat). Yang jelas sejak kami masih kecil, tempat itu sudah ada. Kami pun pernah mandi disana,” ujarnya.

Pancoran tersebut terletak di tebing tepat di atas Tukad Tangis yang melintang di bawahnya. Air pancoran itu keluar dari tanah tepat di bawah pohon Jelema yang menjulang tinggi. Pohon tersebut pun diprkirakan berusia ratusan tahun. “Airnya dari sumber air memang. Keluarnya pas dari bawah pohon kayu Jelema itu,” tambahnya.

Tidak ada sejarah pasti yang mencatat terkait keberadaan pancoran tersebut. Padahal beberapa tempat di Desa Nagasepaha memiliki sejarah yang harus diketahui masyarakat. “Tidak ada bukunya. Tidak ada cerita yang pasti juga. Kami sebaga perangkat desa pun hanya mendengar sepotong-sepotong,” kata Kades Sumeken.



(bx/dhi/yes/JPR)

1 komentar:

  1. cara mudah dapat penghasilan tambahan dengan trading forex simak rekaman webinar dengan para ahli https://www.youtube.com/watch?v=3IUn93Tu8C4

    BalasHapus