ILUSTRASI (ISTIMEWA)
DENPASAR, BALI EXPRESS - Sejak pertama ditemukan pada Maret 2020 lalu, tercatat 190 lebih dokter di Bali telah terinfeksi Covid-19. Angka tersebut berdasarkan data kasar per minggu lalu. Dari 190an dokter yang terpapar virus tersebut, ada sekitar enam dokter di antaranya meninggal dunia. Dengan rincian, lima dokter meninggal di Denpasar dan satu dokter meninggal di Singaraja.
Demikian yang disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bali, dr. Gede Putra Suteja. “Yang meninggal ini rata-rata sudah lansia di atas 60 tahun. Mereka disertai penyakit bawaan,” sebutnya saat dihubungi, Minggu (14/2).
Sebelumnya berdasarkan kajian Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setelah pemberian vaksinasi Covid-19 kepada para tenaga kesehatan (nakes), terjadi penurunan kasus nakes tertular Covid-19 di sejumlah provinsi. Yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Karena dengan divaksinnya nakes, khususnya dokter yang tertular Covid-19 ini menurun. Secara nasional datanya menurun. Kami berharap penurunannya berlanjut sehingga tidak ada lagi dokter yang terjangkit,” kata Suteja.
Sementara itu, selain dokter terjangkit Covid-19, banyak kendala yang dialami para dokter selama penanganan Covid-19 ini. Mulai dari kendala kurangnya ketersediaan alat pelindung diri (APD). Dan tempat isolasi yang minim sehingga selalu penuh. “Seiring berjalannya waktu sudah bisa terpenuhi dengan kolaborasi semua pihak dan pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten,” jelasnya.
Kendala lainnya, banyak peningkatan kasus. Sehingga nakes menjadi kewalahan. Oleh pihaknya dan pemerintah, semua regulasi diberdayakan untuk dapat mengantisipasi. “Misalnya tidak semua harus ditangani oleh dokter spesialis paru. Tapi bisa didelegasikan ke dokter spesialis penyakit dalam dan terakhir bisa dikerjakan oleh dokter umum yang terlatih. Selain itu juga kami sempat terkendala pada obat, seperti donor plasma konvalesennya. Tapi sekarang sedikit demi sedikit sudah terpenuhi,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam situasi berperang melawan Covid-19, apapun kendalanya harus dihadapi. Di tengah kepanikan-kepanikan, pihaknya mengakui, sudah pasti tidak mungkin bisa menyiapkan semua itu secara langsung. “Sekarang masalah vaksin sudah ada, dan bersyukur kami menjadi prioritas utama. Artinya dengan seiringnya waktu kami tidak boleh mengeluh. Kami harus tetap bekerja. Prinsipnya bagaimana kami melindungi diri, melindungi keluarga, melindungi masyarakat, dan melindungi negara dari Covid-19 ini,” tuturnya.
Sementara itu, disinggung terkait asumsi bahwa setelah divaksinasi bisa bebas tidak mengenakan masker, pihaknya menolak tegas hal tersebut. Hal ini mengingat vaksinasi baru saja dimulai dan yang telah tervaksin belum sampai 70 persen penduduk. “Kita tetap harus pakai masker karena belum semua yang tervaksin. Kapan tercapai 70 persen tervaksin semua penduduk, baru kita bisa sedikit lebih santai. Sekarang baru nol koma sekian persen yang tervaksin. Tidak mungkin kita bisa leha-leha dan kasus juga sedang meningkat,” tegasnya.
Artinya, selama vaksin cakupannya masih di bawah 70 persen dari keseluruhan penduduk, masyarakat masih belum bisa bebas. Selain itu, protokol kesehatan juga tetap diterapkan untuk menyokong. Dia mengatakan saat ini Covid-19 masih menjadi pandemic. Jika 70 persen itu sudah tercapai, maka pandemi bisa menjadi endemic, baru pada saat itu masyarakat bisa sedikit bernapas lega. Untuk itu, pihaknya menyarankan agar semua masyarakat bersedia divaksin. “Nah ini vaksinasi baru dimulai. Kapan vaksinasi selesai kita juga belum tahu. Mudah-mudahan semua masyarakat mau divaksin. Vaksin adalah salah satu pencegahan yang paling ampuh tapi bukan satu-satunya. Kita tetap terapkan 5M dan 3T. Karena kalau belum tercapai health imunity, kita masih tetap berperang bersama melawan Covid-19,” tandasnya. (ika)
(bx/aim/yes/JPR)
https://baliexpress.jawapos.com/read/2021/02/14/241437/hingga-saat-ini-190-lebih-dokter-di-bali-terpapar-covid-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar