Sabtu, 01 Agustus 2020

Legenda Kepiting Heike, Kepiting Dengan Wajah Mirip Samurai







Tahun 1185, Kaisar Jepang ialah seorang anak laki-kai berusia tujuh tahun yang bernama Antoku. Dia adalah kepala-meski hanya tatusnya saja-klan samurai Heike, yang telah lama berperang melawan klan samurai lainnya, yaitu klan Genji. Masing-masing klan mengaku bahwa mereka keturunan kaisar dan berhak atas takhta kekaisaran. Pertempuran penentuan di laut, ketika kaisar berada di kapal, berlangsung di Danno-ura di Laut Pedalaman Seto pada 24 April 1185. Klan Heike kalah jumlah dan langkah. Banyak prajurit Heike yang tewas. Yang masih hidup beramai-ramai menceburkan diri ke laut dan tenggelam. Nonya Nii (Taira no Tokiko), nenek Sang Kaisar, mengusahakan supaya dirinya dan Antoku tidak tertangkap oleh musuh. Apa yang terjadi selanjutnya dikisahkan dalam Hikayat Heike..

pertempuran Danno ura:



Sang Kaisar tahun itu berusia tujuh tahun tapi tampak jauh lebih tua. Dia begitu tampan sehingga terlihat seperti memancarkan cahaya sementara rambutnya yang hitam dan panjang terurai di punggungnya. Dengan wajah heran dan cemas dia bertanya pada Nonya Nii, "Ke mana Anda akan membawa saya pergi?"

Nyonya Nii menatap sang penguasa muda, air mata mengalir di pipinya, lau... menenangkan dia,membungkus rambut panjangnya dengan jubah warna abu-abu. Sang kaisar muda, pandangnannya kabur karena air mata yang bergenang, mengatupkan kedua tangannya yang kecil dan indah. Mula-mula dia menghadap ke timur untuk mengucapkan selamat tinggal pada Dewa Ise lalu menghadap ke barat seraya mengucapkan Nembutsu (doa kepada Buddha Amida). Nyonya Nii menggendongnya erat dan sambil berkata "Di kedalaman laut-lah istana kita," dia pun tenggelam bersama sang kaisar muda.





Seluruh armada perang Heike dihancurkan. Hanya empat puluh tiga perempuan yang selamat. Dayang-dayang istana itu dipaksa menjual bunga dan dirinya kepada para nelayan di dekat lokasi pertempuran. Klan Heike hampir musnah dari sejarah. Namun, para bekas dayang istana dan keturunannya mengadakan festival untuk memperingati pertempuran tersebut. Festival ini diadakan pada 24 April setiap tahun dan masih dirayakan sampai sekarang. Para nelayan keturunan Klan Heike mengenakan pakaian rami dan penutup kepala berwarna hitam lalu menuju kuil Akama, tempat mausoleum Kaisar Antoku berada. Di sana mereka menonton drama yang mengisahkan peristiwa-peristiwa setelah Pertempuran Danno-Ura. Selama berabad-abad setelahnya, orang-orang beranggapan bahwa mereka bisa melihat roh pasukan samurai menuju ke laut untuk membersihkannya dari darah, kekalahan, dan rasa malu.

Para nelayan mengatakan para samurai Heike masih mengembara di dasar laut dalam wujud kepiting. Ada jenis kepiting yang punya gambar unik dipungggungnya, yakni pola dan tanda yang mirip sekali dengan wajah samurai. Jika tertangkap, kepiting-kepiting ini tidak akan dimakan, tapi dikembalikan ke laut untuk memperingati peristiwa menyedihkan di Danno-Ura.

Bagaimana bisa wajah samurai tertoreh di cangkang kepiting? Jawabannya seolah-olah ada manusia yang menggambarnya. Pola cangkang kepiting itu diwariskan. Namun, seperti halnya manusia, di antara kepiting-kepiting itu terdapat banyak sekali garis keturunan. Coba bayangkan pola yang mirip, meskipun sedikit, dengan wajah manusia. Bahkan sebelum pertempuran Danno-ura, para nelayan mungkin telah ragu memakan kepiting berbentuk seperti itu, lalu mengembalikannya ke laut. Dengan tidak menangkapnya selama terus-menerus, para nelayan memicu jalannya proses evolusi. Proses tersebut juga memicu terjadinya seleksi alam. Seleksi ditentukan oleh faktor luar, semakin mirip samurai, semakin besar peluang si kepiting untuk hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar