Sabtu, 29 Agustus 2020

Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Skuadron Udara 400 TNI AL merupakan Skuadron yang mulai aktif kembali, setelah lama tidak terdengar gaungnya. Selain matra darat, matra laut juga memiliki alutsista berupa helikopter dan pesawat terbang dibawah naungan Puspenerbal (Pusat Penerbangan Angkatan Laut). Skuadron ini biasanya melacak keberadaan kapal selam milik musuh. Untuk membantu tugas tersebut, maka akhir 2014 kemarin, TNI AL mendapatkan alutsista baru berupa 11 helikopter AKS (Anti Kapal Selam). Seperti judul tulisan ini, nama helikopternya sendiri adalah Panther. Mari kita simak pembahasannya bersama.



AS 565 MB Panther


Untuk menjaga wilayah laut Indonesia yang cukup luas, maka TNI AL tidak hanya mengandalkan kapal saja. Namun mereka juga melakukan patroli keamanan dengan menggunakan helikopter, sejak tahun 2007 TNI AL sudah mendapat kapal Sigma class. Namun helikopter yang diandalkan dari deknya hanya jenis NBO-105 yang biasa digunakan untuk misi intai jarak dekat dan juga SAR.


Melihat hal itu pada awal tahun 2014, menjelang akhir masa kepemimpinan Pak SBY. TNI AL mendapat alutsista baru berwujud helikopter yang bernama AS 565 MBe Panther. Helikopter multi peran yang bisa digunakan untuk memburu kapal selam, selama ini Skuadron 400 masih tertidur, karena tidak memiliki helikopter jenis AKS (Anti Kapal Selam).


Waktu itu TNI AL berencana membeli 11 unit helikopter, untuk menghidupkan kembali Skuadron 400. Helikopter pertama diperlihatkan didepan Presiden SBY pada hari Rabu (12/03/2014) di Komando Armada Timur, Dermaga Ujung, Surabaya. PT DI bekerjasama dengan Eurocopter dari Perancis dalam pengembangan rancangan helikopter ini, dimana keseluruham perakitan dan pemasangan senjatanya dilakukan di Bandung. Pengiriman helikopter akan dilangsungkan secara bertahap, dan selesai dikirimkan sekitar akhir tahun 2019 kemarin.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Ilustrasi helikopter Panther menggunakan sonar HELRAS.

Sumber


AS 565 Panther adalah versi militer dari AS 365 N3 Dauphin, AS 365 merupakan jenis helikopter SAR yang kerap kali muncul diserial TV Baywatch. Sebagai versi militer, Panther mendapat beberapa perubahan, salah satunya pada bagian body menggunakan material komposit yang lebih kuat dan mampu meredam pancaran gelombang radar. Cat bodynya juga menggunakan cat khusus yang mampu mengurangi endusan sinar infrared.


Bagian ruang mesin mendapat perlindungan yang maksimal, seperti dilengkapi lapisan anti peluru. Bila terjadi konslet, Panther dilengkapi sistem pemotong kabel, sehingga mencegah terjadinya kebakaran yang fatal.


Heli ini mampu membawa 10 pasukan, dengan 2 kru sebagai pilot dan co pilot. Memiliki panjang mencapai 13,68 m dan tinggi 3,79 m serra berat kosongnya mencapai 2,3 ton. Panther memiliki berat lepas landas mencapai 4,3 ton. Body helikopternya selain menggunakan material komposit juga menggunakan glass fiber dan Nomex. Untuk menambah daya tahan sekaligus mengurangi berat helikopternya.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Panther hendak mendarat di helideck KRI Sultan Iskandar Muda.

Sumber


Eurocopter AS 565 Panther merupakan helikopter kelas menengah-berat yang dirancang multifungsi untuk angkut pasukan, pendukung logistik, dan evakuasi medis. Versi angkatan darat disebut AS-56UB dan versi naval disebut AS 565 MB (tidak bersenjata) serta AS 565 SB (bersenjata). Pertama kali terbang pada tahun 1984 dan masuk masa produksi dua tahun kemudian, sebanyak 259 unit AS 565 Panther dipesan berdasarkan versi darat (181) dan versi naval (78) pada awal kemunculannya.


Selain membawa 10 pasukan, untuk evakuasi medis, Panther dapat membawa empat pasien dan satu dokter. Untuk angkut muatan berat, Panther dilengkapi dengan tali (sling) dengan kapasitas 1.600 kg. Sementara untuk menunjang misi SAR, dan menurunkan personel lewat tali, Panther dilengkapi perangkat penarik elektrik (electrical hoist) sepanjang 90 meter.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Helikopter Dauphin milik Basarnas.

Sumber


Sebagai helikopter untuk TNI AL, bilah baling-baling utama Panther dapat dilipat secara manual dan dilengkapi dengan pin yang dapat dilepas dengan cepat. Baling-baling pada rotor utama terbuat dari serat karbon yang diperkuat dengan plastik berisi material Nomex. Sementara baling-baling pada ekor menggunakan teknologi Fenestron (fantail), dengan 11 blade yang memberi keselematan lebih tinggi bagi awak di darat, awak helikopter, maupun penumpang.




Sistem, Mesin dan Senjata yang Digunakan


Untuk navigasi, helikopter Panther menggunakan Thales Avionics. Sistem pengaman komunikasi militer dapat dipasang sesuai kebutuhan operator suatu negara. Untuk kelengkapan tempur elektronik, Panther dilengkapi antara lain: Thales TMV 011 Sherlock receiver, infrared jammer, serta flare decoy dispensers.


AS 565 Panther mengusung 2 buah mesin turboshaft Arriel 2N buatan Turbomeca, masing-masing menghasilkan daya mencapai 1.129 shp. Kecepatan terbang maksimum AS 565 MB Panther mencapai 278 km/jam dengan ketinggian terbang maksimum mencapai 5.865 m, dan hovering (melayang diam) hingga ketinggian 2.548 m. Kendali mesin dengan sistem digital memungkinkan starter mesin secara otomatis, menjamin operasional mesin sesuai batas akselerasi, torque dan suhu.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Sumber Ilustrasi


Dngan empat tangki dibawah lantai dan satu di tengah fuselage, Panther memiliki kapasitas bahan bakar total 1.130 liter. Untuk jangkauan lebih luas, Panther dapat dilengkapi dengan auxiliary fuel tank dan ferry tank. Dapat menjalankan misi hingga jarak 820 km dengan bahan bakar standar, Panther bisa terbang selama 4 jam. Varian naval AS 565 Panther dioperasikan oleh Irlandia, Uni Emirate Arab, Islandia, Saudi Arabia, Israel, Meksiko, China, dan tentunya Perancis. Versi bersenjata dan tidak bersenjata dioperasikan oleh AD Brazil.


Varian helikopter Naval Warfare dari Panther ini tidak hanya digunakan untuk misi tempur antikapal selam(ASW/Anti Submarine Warfare), namun dapat digunakan menghadapi kapal perang permukaan (ASuW/Anti Surface Warfare). Untuk misi menghancurkan kapal selam, Panther dapat dibekali dengan torpedo ringan MK46 buatan Amerika Serikat atau jenis A.244/S Whitehead buatan Italia. Sedangkan jenis rudal antikapal permukaan yang dapat dibawanya adalah AS 15 TT buatan Perancis.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Panther TNI AL dengan torpedo MK 46.

Sumber


Dari 11 unit helikopter, baru satu heli yang sudah dibekali sistem AKS (Anti Kapal Selam). Sementara awal tahun ini, TNI AL meminta upgrade 5 helikopter untuk dibekali sistem AKS. Dimana upgrade tersebut bisa dilakukan langsung oleh PT DI di Bandung. Salah satu sistem pemburu kapal selam yang dimiliki Panther adalah menggunakan dipping sonar buatan L-3 Ocean Systems, alat itu bernama DS-100 HELRAS (Helicopter Long Range Active Sonar).


Dalam sistem AKS di helikopter negara anggota NATO, sonar ini dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem Doppler dan rentang gelombang panjang, untuk mendeteksi keberadaan kapal selam dari jarak jauh. Perangkat ini dirancang ideal untuk melakukan redetection, melokalisir sasaran, dan melancarkan serangan torpedo di perairan laut dalam dan dangkal.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Ilustrasi sistem HELRAS.

Sumber


Untuk operasi sistem HELRAS DS-100 adalah dengan menurunkan sonarnya dari helikopter hingga masuk ke permukaan air (bahasa gampangnya, dicelup ke dalam laut). HELRAS DS-100 terdiri dari tujuh elemen proyektor dan delapan lengan hidrolik yang dapat dibentangkan hingga mencapai 2,6 meter saat akan dicelupkan ke laut. HELRAS mampu beroperasi di kedalaman 500 meter, serta memiliki Figure Of Merit (FOM) untuk memudahkan titik zona deteksi.


Sonar ini bekerja dengan frekuensi rendah, yakni 1.38 Khz menggunakan transduser eksklusif, mengurangi kontaminasi gema dari sinyal yang diterima. Dengan kemampuan deteksi milik kapal perang yang masih terbatas, kehadiran sistem HELRAS bisa membantu melacak sebuah kapal selam dengan cakupan wilayah yang lebih luas.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Ilustrasi HELRAS saat sudah mengembang.

Sumber



Untuk memasang sistem AKS ini, PT DI bekerjasama dengan Airbus Helicopters, Rotorcraft Services Group (RSG), serta L-3 Aerospace Systems. Salah satu mitra PT DI yakni RSG, yang berbasis di FortWorth (Texas, AS) sudah mendapat pengakuan dari beberapa manufaktur helikopter dunia untuk melakukan instalasi sistem AKS pada Panther.


Diantara mitra RSG adalah Agusta Aerospace Corporation, Eurocopter Group, Enstrom Helicopter Corporation, Hafei Aviation Industry Co, Korea Aerospace Industries, MD Helicopters, PT Dirgantara Indonesia, Safran USA, Inc., Sikorsky Aircraft Corporation serta Sikorsky global Helicopters.


Selain HELRAS, Panther juga dilengkapi kamera intai bernama Trakka Cam TC300. Merupakan generasi terbaru dari single LRU multi sensor surveillance system, yang punya standar baru dalam rancangan industri dan inovasi. TRC-300 terdiri dari memiliki berat sekitar 19 kg dan mampu berputar 360 derajat. Kamera ini dibuat oleh Trakka System yang berbasis di Australia.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Wujud kameranya.

Sumber


TC-300 dilengkapi fitur high performance fully digital 4 axis gyro stabilization dan payload suite yang terdiri dari MWIR (Midwave Infrared) thermal imager dengan continuous zoom, colour HDTV CMOS 3.2 MPixels (1080p) dengancontinuous zoom dan varian sensor laser.


Modul kamera TC-300 terintegrasi penuh dengan GPS yang menyediakanGeolocation dan Moving Map. Awak helikopter Panther TNI AL nantinya dapat menggunakan advanced HD video engine, yang mencakup kemampuan Automatic Target Tracking, Scene Hold, Image Blending dan Haze Reduction. Kemampaun yang disebut terakhir sangat penting bagi tugas pengintaian di lautan.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Ilustrasi pemasangan pada kokpit.

Sumber


Dengan kehadiran unit helikopter Panther ini, tentu akan kembali menajamkan tentakel Si Gurita. Skuadron Udara 400 TNI AL memang menggunakan logo gurita yang sedang menghancurkan kapal selam, Skuadron ini lebih sering disebut sebagai Skuadron Gurita karena logo mereka yang identik dengan hewan bertentakel tersebut. Kini Si Gurita kembali bangun dari tidur panjangnya untuk kembali menjaga wilayah laut Indonesia. Panther sendiri saat ini dipasangkan dengan KRI Diponegoro Sigma Class, sebagai mata dan telinga tambahan bagi kapal tersebut.


Saat ini Skuadron Udara 400 bermarkas di Pangkalan Udara Waru, Sidoarjo, Jawa Timur. Selain digunakan oleh Skuadron 400, helikopter ini juga dioperasikan oleh Basarnas dengan nama Dauphin. Keseluruhan helikopter dirakit di Indonesia oleh PT DI, bagi TNI AL, jika menginginkan upgrade sistem AKS untuk Panther. PT DI siap melakukannya kapan pun sesuai permintaaan.


Berkenalan Dengan Panther, 'Si Pemburu Kapal Selam' Dari Skuadron Udara 400 TNI AL

Logo Skuadron Udara 400.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar