Sabtu, 01 Agustus 2020

Ken Setiawan, Mantan Aktifis NII Ungkap Cara Rekrutmen Kelompok Radikal

Ken Setiawan, Mantan Aktifis NII Ungkap Cara Rekrutmen Kelompok Radikal

Pergerakan kelompok radikal menebarkan pahamnya menggunakan berbagai macam propaganda. Ayat-ayat Qur'an sering ditafsirkan dan diplintir maknanya sesuai kepentingan mereka sebagai modal mempengaruhi pola pikir masyarakat.

Anggota yang jadi sasaran rekrutmen juga dicuci otaknya melalui doktrin-doktrin agama.

Hal ini diungkapkan mantan aktivis kelompok radikal yang kini mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan

Ken menyebut bahwa kelompok radikalis mendoktrin anggotanya dengan membentur-benturkan sistem, peraturan, dan hukum negara di Indonesia dengan hukum Islam dan Al-Qur'an.

"Yang ada di kelompok ini hanya hitam dan putih, beriman dan kafir, percaya atau tidak. Indonesia dikondisikan menjadi negara thaghut dan melanggar peraturan hukum Allah karena sumber hukumnya adalah Pancasila, ungkap pria yang sudah meninggalkan dunia hitamnya ini.

Kelompok radikal juga mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditafsirkan sendiri sebagai modal membuat jejaring seperti Multi Level Marketing (MLM) masuk ke berbagai lembaga dan instansi seperti sekolah, perguruan tinggi, dan birokrasi.

Mereka juga gencar melakukan penetrasi melalui media sosial dengan memproduksi konten-konten narasi propaganda, hoaks, dan ujaran kebencian serta menyatakan orang di luar kelompoknya sebagai orang kafir dan musuh yang harus diperangi.

Kelompok radikal biasanya menggunakan sistem lima orang merekrut satu orang calon anggota," ungkapnya. Bila korban laki laki maka disiapkan lima orang perekrut wanita yang hobinya sama dengan calon korban agar calin korban merasa nyaman karena bersama dengan orang yang sehobi.

Satu orang target yang disasar ini dibuat bimbang dengan doktrin-doktrin yang membenturkan konsep Islam dan kondisi Indonesia saat ini.

Ken mengibaratkan seperti satu orang yang membawa kucing anggora dibuat ragu karena lima orang sepakat mengatakan yang dibawa bukanlah kucing anggora tapi anjing.

"Akhirnya ia terkena pengaruh ikut mengatakan dan meyakini kalau kucing anggora yang dibawanya adalah anjing," padahal kucing, katanya

Ketika anggota baru menanyakan siapa imam atau pemimpin dari kelompoknya, maka akan dijawab dengan tak perlu menanyakan imam karena anggota baru tersebut sama saja sudah terlambat menjadi makmum.

"Kalau shalat masbuq (tertinggal) maka tak perlu menanyakan imamnya. Tinggal ikuti saja," dan ini menjadi doktrin agar jamaah baru jangan sering bertanya, kata Ken melanjutkan.

Siapapun bisa teracuni oleh doktrin mereka dari mulai pemuda sampai dengan orang tua.

Orang yang sudah masuk paham dan jaringan ini juga akan rela melakukan apapun yang diperintahkan kelompoknya walau hal itu di luar nalar mereka.

Termasuk tega berbohong dan melakukan tindakan kriminal seperti pencurian dan perampokan untuk membiayai gerakan mereka.

Kalau sudah sadar (insaf) dan mau keluar, biasanya merasa seperti korban perkosaan.

Mau ngaku rasanya malu dan ada perasaan takut," dan kalau melapor aparat takut diri dan keluarganya terancam. Jadi dilematis, makanya korban gerakan radikal tidak banyak yang lapor aparat. Jelas Ken.

Ken berharap pemerintah dalam hal ini kementrian dan lembaga lebih serius dan tegas dalam menangani masalah persebaran kelompok radikal dalam pencegahan dan penindakan, sebab bila di biarkan maka mereka akan semakin merajalela. tutup Ken.

Website www.niicrisiscenter.com
Hotline Pengaduan Korban
WhatsApp 08985151228

Sumber http://nci.or.id/wp/ken-setiawan-man...ompok-radikal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar