Minggu, 09 Mei 2021

Membuang Air Radioaktif Fukushima Daiichi ke Laut, Bahayakah?

 

Membuang Air Radioaktif Fukushima Daiichi ke Laut, Bahayakah?

Pemerintah Jepang memutuskan untuk membuang air terkontaminasi bahan radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi ke lautan Pasifik. Tokyo Electric Power Company (TEPCO), selaku operator Fukushima Daiichi, bertanggung jawab untuk membuang air yang tersimpan di penampungan secara bertahap mulai tahun 2023 [1]. Keputusan ini diambil walau terdapat penentangan dari para nelayan dan negara tetangga seperti Cina dan Korea Selatan [2].

Apakah keputusan ini merupakan keputusan yang bijak?

Seharusnya, keputusan untuk membuang air radioaktif ke laut diambil sejak lama. Diskusi dan dialog berlarut-larut tidak akan membuat air radioaktif Fukushima Daiichi somehow lebih selamat atau lebih bersih. Karena membuatnya benar-benar bersih dan murni itu tidak diperlukan sama sekali.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Mengapa?

Air terkontaminasi yang hingga saat ini tersimpan di bekas unit PLTN Fukushima Daiichi secara praktis terbebas dari elemen radioaktif kecuali tritium. Elemen radioaktif lain yang relatif lebih memiliki potensi bahaya, seperti caesium-137 dan strontium-90, sudah dipungut menggunakan advanced liquid processing system. Sistem ini tidak bisa memungut tritium, karena sifatnya yang sangat dekat dengan hidrogen biasa sehingga nyaris tidak mungkin dipisahkan dari molekul air [2].

Tritium sendiri merupakan isotop radioaktif dari hidrogen, dengan dua netron dan satu proton. Dalam reaktor nuklir, tritium terbentuk dari tangkapan netron berturut-turut oleh atom hidrogen. Pertama, hidrogen menangkap netron untuk kemudian bertransmutasi menjadi deuterium. Mengingat tampang lintang tangkapan netron deuterium lebih rendah daripada hidrogen, lebih sedikit persentase atom deuterium yang mampu menangkap netron daripada hidrogen. Kedua, ketika atom deuterium menangkap netron, ia akan bertransmutasi menjadi tritium. Berbeda dengan hidrogen dan deuterium, tritium bersifat radioaktif dan meluruh dengan waktu paruh 12 tahun [3-5].

Sifat radioaktif tritium tidak serta merta menjelaskan bahwa tritium itu berbahaya. Tidak sama sekali. Maka, perlu dipahami dulu karakter tritium.

Sebagaimana telah disebutkan, tritium meluruh dengan waktu paruh 12 tahun. Peluruhan tritium adalah peluruhan beta-negatif menjadi helium-3 [6], dengan energi beta sebesar 5,7 keV [3]. Sebagai perbandingan, isotop caesium-137 yang ditemukan nyasar di Perumahan Batan Indah awal 2020 lalu merupakan pemancar gamma dengan energi 662 keV [7].

Radiasi beta memiliki daya tembus jauh lebih lemah daripada radiasi gamma. Ditambah dengan energi yang sangat rendah, radiasi beta tritium hanya mampu menjangkau jarak 6 mm di udara. Dalam jaringan tubuh, jarak jangkaunya lebih rendah lagi [8].

Radiasi beta yang dipancarkan tritium tidak cukup kuat untuk menyebabkan dampak kesehatan apapun. Tidak ada hubungannya kontaminasi tritium pada air dengan kanker atau defek genetik lain pada manusia atau biota apapun. Tidak ada bukti ilmiahnya, hanya hipotesis yang tidak memiliki landasan saintifik apapun [9].

Sebagai bukti, limit klirens tritium di berbagai negara tidak ada yang sama. Di Amerika Serikat, limit klirens tritium hanya 740 Bq/l. Namun, di Kanada, limit klirens tritium lebih tinggi, 7000 Bq/l. Finlandia menetapkan hingga 30.000 Bq/l, bahkan Australia hingga 76.103 Bq/l. WHO sendiri menetapkan limit klirens 10.000 Bq/l [10].

Pertanyaannya, apakah angka-angka tersebut ada landasan ilmiahnya?

Jawabannya adalah tidak ada. Angka-angka tersebut dipilih hanya karena mudah dicapai saja dengan teknologi yang ada [2]. Bukan karena kandungan tritium di atas angka-angka tersebut kemudian jadi berbahaya.

Air radioaktif Fukushima Daiichi akan didilusikan sehingga konsentrasinya jadi 1.500 Bq/l, jauh lebih rendah daripada limit klirens Kanada apalagi Australia. Sehingga, tidak ada alasan untuk menganggap air radioaktif Fukushima Daiichi itu berbahaya [1].

Ketika menjadi bagian dari air, maka sifat biologis tritium juga sama dengan air. Waktu paruh tritium mungkin 12 tahun, tetapi waktu paruh biologisnya sama dengan air, yakni 10 hari [2]. Artinya, dalam waktu sekitar 2 bulan, tritium yang diminum oleh seseorang secara praktis sudah dibuang semua dari dalam tubuh. Potensi kerusakan yang dapat disebabkan, jikalau memang ada (meski faktanya tidak), dapat dihilangkan dengan cepat.


Mungkinkah tritium terkonsentrasi lagi di lautan setelah mengalami dilusi? Sebagai isotop hidrogen, tritium sangat “lengket” dengan molekul air. Ketika tritium dicampur dengan air biasa, maka tritium akan sangat mudah terdilusi. Artinya, konsentrasinya akan turun drastis. Mustahil untuk membuat konsentrasi tritium meningkat secara alami di lautan, karena itu membutuhkan teknologi separasi isotop. Hal itu mustahil terjadi di alam [2]. Jadi, tidak ada peluang tritium akan entah bagaimana meningkat lagi konsentrasinya di lautan lalu membahayakan biota.

Ikan-ikan dan hewan laut yang ditangkap dari perairan Pasifik tempat dibuangnya air radioaktif Fukushima Daiichi bisa dikatakan tidak akan mengalami bioakumulasi tritium dalam jaringan tubuhnya [2]. Kontaminasi merkuri dan logam berat lainnya jauh lebih mungkin mengalami bioakumulasi daripada tritium.

Lagipula, air laut itu sudah radioaktif. Secara alami, air laut sudah mengandung uranium, kalium-40, rubidium-87, dan tentu saja tritium yang dihasilkan dari iradiasi sinar kosmik di atmosfer [2]. Air radioaktif yang akan dilepaskan dari tangki penampungan Fukushima Daiichi tidak ada apa-apanya dibandingkan kelimpahan radioaktivitas laut.

Kesimpulannya, tidak ada potensi bahaya dari membuang air terkontaminasi radioaktif Fukushima Daiichi ke laut Pasifik. Kontaminan pada air radioaktif Fukushima Daiichi hanya tinggal tritium, isotop hidrogen yang merupakan radionuklida lemah. Radiasi beta yang dipancarkan tritium lemah dan isotop ini sangat mudah terdilusi dalam air, tidak mengalami bioakumulasi.

Konsentrasi tritium di air radioaktif Fukushima Daichi pun lebih rendah dibandingkan limit klirens di berbagai negara. PLTN yang beroperasi normal di Kanada bisa melepaskan tritium dengan konsentrasi lebih tinggi daripada air radioaktif Fukushima Daiichi. Tidak ada masalah, tuh. Penduduk Kanada baik-baik saja.


Maka, siapapun yang berusaha menakut-nakuti publik tentang bahaya air radioaktif Fukushima Daiichi, pada hakikatnya mereka tidak paham fisika nuklir dan punya agenda tertentu di belakangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar