Pada tahun 1800, seorang imigran asal Swiss bernama Joseph Johns menemukan sebuah Desa yang Ia namakan Johnstown. Desa tersebut berada di tengah-tengah titik temu dari 2 anak Conemaugh River, yakni Sungai Stonycreek dan Little Conemaugh. Seiring berjalannya waktu, Desa tersebut pun terus berkembang pesat menjadi Kota, hingga warganya makmur dan sejahtera. Ada beberapa faktor yang menyebabkan itu semua, termasuk pembangunan jalur akses umum (yang dinamakan Pennsylvania Main Line Canal), rel Kereta Api (yang dinamakan Pennsylvania Railroad) dan sebuah pabrik pengolahan besi dan baja (yang dinamakan Cambria Iron Works). Setelah itu, beberapa orang imigran asal Wales dan Jerman pun memutuskan untuk menetap di sana dan bekerja sebagai pegawai pabrik besi dan baja tersebut. Tercatat jumlah populasi warga di Johnstown pada saat itu mencapai angka 30.000 jiwa.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Penampakan Johnstown sebelum banjir
Johnstown terletak di bawah kaki lembah Conemaugh dan Gunung Allegheny. Dengan lokasi geografis tersebut, membuatnya menjadi daerah yang sangat rawan banjir (udah mah deket Sungai, deket sama Gunung lagi). Selain itu, faktor pembuangan limbah industri juga memperburuk kondisi lingkungan kota, jadi kalau semisal ada banjir, udah jelas kalau airnya bercampur sama limbah industri.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Penampakan Johnstown sebelum banjir
Johnstown terletak di bawah kaki lembah Conemaugh dan Gunung Allegheny. Dengan lokasi geografis tersebut, membuatnya menjadi daerah yang sangat rawan banjir (udah mah deket Sungai, deket sama Gunung lagi). Selain itu, faktor pembuangan limbah industri juga memperburuk kondisi lingkungan kota, jadi kalau semisal ada banjir, udah jelas kalau airnya bercampur sama limbah industri.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya banjir, maka dibangunlah sebuah bendungan yang dinamakan South Fork Dam. Bendungan tersebut merupakan salah satu proyek kerjasama antara pihak kota dengan pihak Persemakmuran Pennsylvania yang dikerjakan selama 15 tahun lamanya (1838-1853). Usai pembangunan bendungan rampung, terbentuklah sebuah Danau buatan bernama Danau Conemaugh. Tak jauh dari Danau, terdapat sebuah lahan kosong yang nantinya dijadikan pemukiman warga. Selain dijadikan pemukiman, lahan tersebut digunakan sebagai pusat pemantauan bendungan. Lahan tersebut dimiliki oleh Henry Clay Frick, sang pemilik perusahaan manufaktur bernama Carnegie Steel Company. Dialah orang yang membangun pemukiman sekaligus pusat pemantauan bendungan di lahan tersebut. Dengan bertambahnya populasi di kawasan sekitar Danau Conemaugh, banyak warga yang memanfaatkan Danau untuk kegiatan memancing a.k.a nguseup sampai berburu hewan liar. Bahkan, para warga pun sampai membuat sebuah klub khusus para pemancing dan pemburu di sana.
Henry Clay Frick
Oh ya, buat yang penasaran sama detail dari Danau, Bendungan dan jaraknya dengan kota Johnstown, ini Ane kasih tau. Dari Johnstown, kita hanya perlu menempuh jarak sejauh 140 meter (450 kaki) menuju lahan di sekitar Danau Conemaugh. Fun fact, lokasi pemukiman warga berada di atas kota, lumayan tuh kalo mau olahraga dikit sambil jalan kaki. Untuk ukuran Danau Conemaugh, panjangnya mencapai 3,2 KM (2 mil), lebarnya 1,6 KM (1 mil) dan kedalamannya mencapai 18 meter (60 kaki). Sementara spesifikasi dari Bendungan South Fork adalah tingginya 22 meter (72 kaki) dan panjangnya 284 meter (931 kaki).
Penampakan kawasan pemukiman di dekat Bendungan South Fork
Per tahun 1881, sudah terlihat ada tanda-tanda bahwa Bendungan South Fork akan pecah dengan munculnya beberapa titik kebocoran. Hal tersebut terjadi usai didirikannya pemukiman warga di sekitaran Danau Conemaugh. Pada 28 Mei 1889, terdapat sebuah peringatan cuaca yang mengatakan kalau dalam 2 hari kedepan, wilayah Pennsylvania akan diguyur hujan deras. Dan benar saja, hujan pun turun dengan derasnya selama 24 jam. Hujan berukuran 6-10 inci (150-250 mm) tersebut sampai mengganggu jalur Telegram dan Kereta Api (untung gak semuanya sih). Bahkan, volume air di Conemaugh River pun nyaris meluap.
Pagi hari tanggal 31 Mei 1889, ketua klub memancing dan berburu, Elias Unger melihat sebuah anomali di Danau Conemaugh. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk pada bendungan South Fork. Saat Ia memeriksa kondisi bendungan, ternyata volume air di dalamnya sudah di ujung tanduk. Ya, bendungan South Fork nyaris kelebihan muatan. Elias segera mengumpulkan warga untuk membantunya mengurangi volume air di dalam bendungan. Mengetahui hal tersebut, ada warga yang melaporkannya kepada Teknisi Ahli dari bendungan tersebut yang bernama John Parke. John menyarankan untuk menghancurkan bagian ujung dari bendungan untuk membuang volume air yang berlebih. Para warga pun setuju dengan usulan John. Tetapi, saat proses penghancuran bendungan nyaris rampung, John dengan labilnya berubah pikiran. Ia dengan tiba-tiba berkata untuk jangan menghancurkan ujung bendungan. Sayangnya, proses penghancuran tersebut sudah terlanjur dilakukan dan bendungan pun sudah memiliki lubang yang cukup besar.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Elias pun meminta John untuk segera mengabari warga di sekitar bendungan dan juga di Desa. Namun, terjadilah miskomunikasi yang menyebabkan tanda bahaya akan hancurnya bendungan South Fork tidak tersampaikan. Miskomunikasi gimana sih? Gini cuy :
1. Elias minta si John buat ngasih tau warga kalo mereka harus segera ngungsi, soalnya bendungannya udah mau jebol.
2. Si John pergi sesuai permintaan si Elias. Tapi, cara penyampaiannya salah. Elias nyuruh si John buat ngumumin tanda bahaya lewat Telegram, eh si John malah bablas ke pemukiman warga. Dia sendirian ngumumin tanda bahaya sambil keliling pemukiman warga. Padahal kalo pake Telegram bisa lebih cepet. Bisa dibilang Elias baru ngasih tau si John sambil teriak-teriak pas si John udah jalan (mungkin contoh umumnya di zaman sekarang kayak diajak ngobrol sama Tukang Ojek Online, kadang nyambung kadang nggak).
3. Dengan cara penyampaian si John yang kaya gitu, penyebaran informasi pun lambat. Alhasil bendungan pun jebol dan membuat air di dalamnya membanjiri pemukiman warga dan juga Desa Johnstown
Setelah para warga berusaha untuk memblokir bagian yang sudah mereka hancurkan, bendungan pun tak dapat tertolong lagi. Alhasil, hancurlah bendungan South Fork. Akibatnya, muncul banjir setinggi 18 meter yang menggenangi kota. Dalam kurun waktu 1 jam, Danau Conemaugh sampai terkuras habis. Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2009, diperkirakan rata-rata arus (flow rate) banjir Johnstown mencapai 12.000 meter kubik per detik (m³/s). Arus sebesar itu bahkan sampai menyaingi arusnya Sungai Mississippi yang nilainya berkisar antara 7.000-20.000 meter kubik per detik (m³/s). Sementara itu, kecepatan arus banjir tersebut diperkirakan mencapai nilai 64 KM/Jam (40 mph). Buset dah, bawa kendaraan bermotor di kecepatan 60 KM/Jam aja udah deg-degan, apalagi banjir dengan kecepatan segitu?
Elias pun meminta John untuk segera mengabari warga di sekitar bendungan dan juga di Desa. Namun, terjadilah miskomunikasi yang menyebabkan tanda bahaya akan hancurnya bendungan South Fork tidak tersampaikan. Miskomunikasi gimana sih? Gini cuy :
1. Elias minta si John buat ngasih tau warga kalo mereka harus segera ngungsi, soalnya bendungannya udah mau jebol.
2. Si John pergi sesuai permintaan si Elias. Tapi, cara penyampaiannya salah. Elias nyuruh si John buat ngumumin tanda bahaya lewat Telegram, eh si John malah bablas ke pemukiman warga. Dia sendirian ngumumin tanda bahaya sambil keliling pemukiman warga. Padahal kalo pake Telegram bisa lebih cepet. Bisa dibilang Elias baru ngasih tau si John sambil teriak-teriak pas si John udah jalan (mungkin contoh umumnya di zaman sekarang kayak diajak ngobrol sama Tukang Ojek Online, kadang nyambung kadang nggak).
3. Dengan cara penyampaian si John yang kaya gitu, penyebaran informasi pun lambat. Alhasil bendungan pun jebol dan membuat air di dalamnya membanjiri pemukiman warga dan juga Desa Johnstown
Setelah para warga berusaha untuk memblokir bagian yang sudah mereka hancurkan, bendungan pun tak dapat tertolong lagi. Alhasil, hancurlah bendungan South Fork. Akibatnya, muncul banjir setinggi 18 meter yang menggenangi kota. Dalam kurun waktu 1 jam, Danau Conemaugh sampai terkuras habis. Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2009, diperkirakan rata-rata arus (flow rate) banjir Johnstown mencapai 12.000 meter kubik per detik (m³/s). Arus sebesar itu bahkan sampai menyaingi arusnya Sungai Mississippi yang nilainya berkisar antara 7.000-20.000 meter kubik per detik (m³/s). Sementara itu, kecepatan arus banjir tersebut diperkirakan mencapai nilai 64 KM/Jam (40 mph). Buset dah, bawa kendaraan bermotor di kecepatan 60 KM/Jam aja udah deg-degan, apalagi banjir dengan kecepatan segitu?
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Usai banjir mereda, reruntuhan seluas 12 hektar dan tinggi 21 meter sempat menghalangi jalanan kota. Beruntung, semua itu berhasil diatasi dengan ledakan dinamit. Kemudian, pihak berwenang pun langsung mengumumkan jumlah korban dan kerugian yang diperoleh. Untuk korban jiwa, jumlahnya mencapai 2.208 jiwa, menjadikannya sebagai Bencana Banjir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Amerika Serikat. Angka tersebut melebihi angka kematian pada peristiwa Badai Galveston tahun 1900 dan 9/11. Sekitar 10 KM² wilayah kota rusak parah akibat banjir. Dan terakhir, kerugian material yang dialami diperkirakan mencapai angka 500 juta US Dollar (sekitar 7,2 Triliun Rupiah).
Beberapa gambar kondisi Johnstown pasca banjir
Sebelum Ane tutup postingan kali ini, ada beberapa fakta menarik seputar pembahasan kali ini. Beberapa diantaranya adalah :
1. Kalo John Parke bisa dibilang sebagai "biang kerok" gara-gara miskomunikasi sama Elias Unger, beda halnya dengan seorang pria bernama John Hess. Baik John Parke maupun John Hess, mereka mempunyai pekerjaan yang sama, yakni sebagai Teknisi Ahli. Bedanya, John Hess lebih cenderung ke Ahli Lokomotif. Pada saat banjir hendak datang, John Hess dengan heroiknya memperingatkan dan menyelamatkan warga sekitar rel Kereta Api tempat Ia bekerja saat itu, walaupun harus ada 50 orang warga sekitar rel Kereta Api yang nyawanya tidak tertolong.
2. Proses pembangunan ulang Desa bisa dibilang sangat cepat. Dalam kurun waktu 2-3 hari, seluruh akses rel Kereta Api berhasil dipulihkan. Sementara itu, dalam waktu 7 hari 7 malam, mereka berhasil membangun ulang jembatan kota yang sempat hancur akibat banjir, walaupun menggunakan bahan seadanya (yakni Kayu dan Batu)
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Usai banjir mereda, reruntuhan seluas 12 hektar dan tinggi 21 meter sempat menghalangi jalanan kota. Beruntung, semua itu berhasil diatasi dengan ledakan dinamit. Kemudian, pihak berwenang pun langsung mengumumkan jumlah korban dan kerugian yang diperoleh. Untuk korban jiwa, jumlahnya mencapai 2.208 jiwa, menjadikannya sebagai Bencana Banjir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Amerika Serikat. Angka tersebut melebihi angka kematian pada peristiwa Badai Galveston tahun 1900 dan 9/11. Sekitar 10 KM² wilayah kota rusak parah akibat banjir. Dan terakhir, kerugian material yang dialami diperkirakan mencapai angka 500 juta US Dollar (sekitar 7,2 Triliun Rupiah).
Beberapa gambar kondisi Johnstown pasca banjir
Sebelum Ane tutup postingan kali ini, ada beberapa fakta menarik seputar pembahasan kali ini. Beberapa diantaranya adalah :
1. Kalo John Parke bisa dibilang sebagai "biang kerok" gara-gara miskomunikasi sama Elias Unger, beda halnya dengan seorang pria bernama John Hess. Baik John Parke maupun John Hess, mereka mempunyai pekerjaan yang sama, yakni sebagai Teknisi Ahli. Bedanya, John Hess lebih cenderung ke Ahli Lokomotif. Pada saat banjir hendak datang, John Hess dengan heroiknya memperingatkan dan menyelamatkan warga sekitar rel Kereta Api tempat Ia bekerja saat itu, walaupun harus ada 50 orang warga sekitar rel Kereta Api yang nyawanya tidak tertolong.
2. Proses pembangunan ulang Desa bisa dibilang sangat cepat. Dalam kurun waktu 2-3 hari, seluruh akses rel Kereta Api berhasil dipulihkan. Sementara itu, dalam waktu 7 hari 7 malam, mereka berhasil membangun ulang jembatan kota yang sempat hancur akibat banjir, walaupun menggunakan bahan seadanya (yakni Kayu dan Batu)
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
4. Ini adalah tugas besar pertama bagi Palang Merah Amerika Serikat sejak pertama kali didirikan pada 21 Mei 1881. Sang pendiri Palang Merah, Clara Barton pun sampai turun tangan dalam membantu proses evakuasi, penyaluran bantuan sampai pengobatan korban luka-luka. Tercatat ada sekitar 7.000 orang relawan yang membantu Palang Merah dalam melakukan tugasnya.
Clara Barton
5. Sejumlah negara di luar Amerika juga memberikan bantuan dana dan logistik untuk para korban banjir, beberapa diantaranya ialah Rusia, Turki, Perancis, Britania Raya, Australia sampai Jerman.
6. Seorang pria bernama Frank Shomo menjadi korban selamat terakhir yang diketahui hidup pasca kejadian itu. Akan tetapi, Beliau sudah tutup usia pada tanggal 20 Maret 1997 di usia yang ke-108.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar