Rabu, 21 April 2021

FPI ORGANISASI TERORIS


Bagian 1 : JAD menyusup ke FPI

Kemaren malam saya habis ngobrol2 dengan seorang teman yang "tahu" apa yang terjadi tentang maraknya penangkapan teroris oleh Densus 88 ini..

Mungkin ceritanya agak panjang, tapi gapapa. Saya rencananya memang mau bikin serial tulisan lagi, supaya kita semua juga bisa mengikuti sepak terjangnya polisi.

Sekarang ini sudah 33 teroris yang ditangkap polisi pasca bom bunuh diri di Makasar. Salah satunya pensiunan BUMN. Gak heran, BUMN kita dalam 10 tahun pemerintahan SBY, banyak disusupi oleh kelompok radikal yang berpotensi jadi teroris. 

Dari 33 teroris itu, puluhan lainnya anggota FPI aktif. Mereka semua terkoneksi dalam satu jaringan yaitu villa Mutiara. Kenapa dinamakan villa Mutiara ? Karena mereka semua mendapat pelatihan teror di sebuah komplek perumahan bernama villa Mutiara di Makasar. 

Villa Mutiara ini dulunya, tahun 2015, sebagai tempat pembaiatan ISIS yang dihadiri oleh Munarman. Sehabis pembaiatan, dua orang pasangan kemudian berangkat ke Filipina dan meledakkan diri mereka di gereja Katedral disana.

Di villa Mutiara inilah kelompok teroris JAD atau Jamaah Ansharut Daulah menyusup ke dalam FPI. JAD ini adalah organisasi teroris pimpinan Abu Bakar Baasyir. Di villa Mutiara ini mereka berkedok pengajian, tapi disana rutin pelatihan militer sekaligus pembuatan bom bunuh diri.

Kenapa FPI dipilih sebagai tempat penyusupan JAD ? Kan paham mereka sangat berbeda ? FPI itu ahlusunnah wal jamaah, sedangkan JAD itu wahabi ?

Ini yang menarik. Meski berbeda paham, tapi JAD butuh inang baru sesudah mereka diberantas habis oleh Densus 88. Lagian FPI waktu itu adalah ormas yang diakui pemerintah. Jadi anggota JAD bisa sembunyi didalamnya, sekaligus mencuci otak orang2 FPI supaya mau melakukan bom bunuh diri untuk mencapai tujuan.

Munarman sangat paham ini. Dia berperan besar dalam memasukkan anggota JAD ke tubuh FPI, karena dia butuh orang2 yang bisa melatih FPI dalam hal kemiliteran. Dan yang bisa menyatukan FPI dan JAD dalam satu ideologi adalah ISIS, yang pada waktu itu dianggap sebagai organisasi besar dan akan menguasai dunia atas nama agama.

Itulah kenapa terjadi pembaiatan ISIS disana. Munarman gak usah ngelak. Jejak dia terpampang jelas disana. Videonya juga ada..

Kenapa dulu polisi gak bisa bertindak menangkapi kelompok teroris itu ? Karena dulu polisi masih pake UU terorisme tahun 2003. 

UU itu menyulitkan polisi. Mereka baru bisa bergerak kalau sudah ada kejadian. Aparat gak punya payung hukum yg kuat. Meski tahu si A itu teroris dan mau ngebom, polisi harus menunggu si A itu ngebom dulu baru bisa bertindak. Telat, kan ?

Nah, tahun 2018, UU terorisme itu direvisi. Polisi bisa lebih aktif menangkap orang yang dicurigai sebagai teroris. Meski agak terlambat, tapi lumayanlah daripada tidak sama sekali..

Ketika tau UU terorisme itu mau direvisi dan akan menyulitkan pergerakan mereka, anggota2 JAD mencoba menekan pemerintah dengan mengaktifkan bomber2nya

Ingat kan kejadian tahun 2018, waktu ada satu keluarga bom bunuh diri di gereja Surabaya ? 

Tahun 2018 itu memang masa dimana anggota2 JAD sedang ngamuk2nya. Sebelum bom di Surabaya, mereka ngamuk dulu di Mako Brimob dan membunuh 5 anggota polisi disana..

Tapi revisi UU itu jalan terus. Sesudah diketok di DPR, polisi semakin punya payung hukum untuk menangkapi para teroris itu..

Eh, panjang ya ? Lanjut ngga ? Seruput kopi dulu, mumpung imsak masih lama..😄

Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar