Revolusi Prancis telah mengubah jalannya sejarah. Monarki Prancis yang sudah memerintah selama berabad-abad diruntuhkan dalam waktu semalam lalu digantikan oleh pemerintahan sekuler. Prancis pun menjadi "mercusuar" kebebasan dengan moto "liberté, égalité, fraternité" yang hari ini menjadi dasar dari paham liberalisme.
Namun seperti yang kita ketahui, revolusi tidak selalu melahirkan hal-hal baik. Sebaliknya, ribuan orang tidak bersalah justru harus kehilangan nyawa mereka dan Prancis sendiri terpecah ke dalam berbagai kelompok. Lucunya lagi, liberalisme yang digaungkan justru ditunggangi oleh Napoleon Bonaparte untuk meluncurkan perang total ke seluruh Eropa.
Untuk lebih jelasnya, artikel ini akan membahas beberapa kekejaman yang terjadi selama Revolusi Prancis. Berikut daftarnya!
1. Pemenggalan Louis XVI dan istrinya, Marie Antoinette
biography.com
Pemenggalan Louis XVI dan Marie Antoinette adalah salah satu momen penting dalam Revolusi Prancis, walau hal itu tidak seharusnya terjadi. Sebelum menjadi raja, Louis adalah seorang pria pendiam dan sangat pemalu. Butuh waktu tujuh tahun baginya untuk menikahi Marie Antoinette.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Setelah menjadi raja, Louis dikenal sangat berhati-hati. Di masa lain, dia mungkin akan menjadi raja yang hebat, tetapi dia tidak akan bisa bertahan di tengah krisis politik Prancis saat itu. Pada saat itu, Louis tidak lebih dari sekedar boneka. Tidak mengherankan kalau pemerintahan baru memilih untuk memenggalnya, mengingat kalau dia adalah simbol monarki.
Beberapa tokoh Revolusi Prancis menentang pengeksekusian Louis, walau ia dan istrinya akhirnya dibunuh dengan guillotine pada Januari 1793. Tindakan itu mengejutkan dunia karena Louis dipandang sebagai raja yang moderat. Kematiannya pun membuat marah kerajaan-kerajaan lain di Eropa dan memulai perang yang mungkin bisa dihindari.
Mengutip dari History, Louis menghadapi kematiannya dengan berani. Sebelum ajalnya menjemput, dia memaafkan orang-orang yang membencinya dan berharap tidak ada lagi darah yang akan tumpah setelahnya. Sayangnya, hal itu tidak terwujud.
2. Pembersihan faksi Girondin
executedtoday
Pemerintahan baru Prancis memiliki dua faksi utama: Girondin dan Montagnard. Girondin adalah kaum moderat. Mereka ingin membangun negara Prancis yang bebas dan demokratis, di mana setiap orang memiliki hak suara. Mereka mendapatkan dukungan dari masyarakat Prancis, meski orang-orang Paris lebih menyukai Montagnard.
Montagnard sendiri adalah kaum ekstremis yang ingin meratakan semuanya. Siapa pun yang dianggap bangsawan harus menyerahkan status mereka atau dieksekusi. Dua kelompok ini pun berdebat ketika akan mengeksekusi Louis XVI. Jelas sekali kalau Montagnard ingin membunuhnya. Di sisi lain, Girondin ingin mengadakan pengambilan suara.
Melihat hal ini, Montagnard menuduh kalau Girondin berencana untuk menyelamatkan raja dan menyebut mereka pengkhianat. Jalanan Paris pun bergejolak. Sekelompok warga mengepung gedung pemerintahan dan menuntut agar Girondin dikeluarkan dari pemerintahan baru Prancis.
Beberapa Girondin berhasil melarikan diri, walau beberapa bulan kemudian mereka yang tersisa ditangkap dan dibawa ke guillotine.
3. Pengepungan Kota Lyon
thoughtco.com
Tidak semua orang di Prancis mendukung revolusi yang brutal. Kota Lyon misalnya, yang lebih mendukung pandangan dari faksi Girondin. Oleh karena itu, para pemimpin Montagnard menganggap Lyon sebagai pusat dukungan royalis. Mereka pun mengepungnya pada tahun 1793. Selama pengepungan ini, lebih dari 2.000 orang tewas dan Lyon berhasil ditaklukkan.
Pada bulan Oktober, Konvensi Nasional mengeluarkan dekrit yang menyerukan agar Lyon dihancurkan. Setiap bangunan yang dihuni oleh "orang kaya" harus dirobohkan, hanya menyisakan rumah orang miskin, pabrik, dan beberapa monumen saja. Mereka bahkan berencana untuk mengubah namanya menjadi Kota Bebas (Ville Affranchie).
4. Hukum Tersangka
discoverwalks.com
Revolusi Pranvis dimulai karena para revolusioner ingin semua orang bebas dan setara. Namun setelah mereka menang, amarah mereka tidak berhenti. Sebaliknya, mereka mulai memburu siapa pun yang menjadi ancaman bagi mereka. Periode ini dikenal sebagai Reign of Terror atau Pemerintahan Teror dan mengakibatkan ribuan kematian orang tak berdosa.
Pemerintahan ini dimulai dengan Hukum Tersangka (Law of Suspects) yang memberikan mereka kekuasaan untuk menuduh semua orang sebagai pemberontak. Pada akhirnya, siapa pun yang berhubungan dengan bangsawan bisa dipenjara atau dieksekusi.
Melansir dari Alpha History, di bawah Hukum Tersangka, siapa pun yang memiliki perilaku, hubungan atau bahkan gaya bicara yang terlihat mendukung monarki akan dianggap sebagai musuh dari "kebebasan."
5. Hukum 22 Prairial
wsj.com
Selama Pemerintahan Teror, ribuan orang dipenjarakan karena alasan yang tidak masuk akal. Pada Juni 1794, penjara Prancis — khususnya Paris — membludak hingga sesak. Oleh karena itu, Maximilien de Robespierre dan sekutunya membuat aturan baru yang disebut Hukum 22 Prairial. Aturan ini memungkinkan persidangan dapat diselesaikan dengan lebih cepat.
Ketika para terdakwa diadili, mereka akan diperlakukan dengan tifak adil. Hakim dan juri hanya memiliki waktu tiga hari untuk mengambil kesimpulan, dan mereka harus memilih apakah akan membebaskan terdakwa atau mengeksekusi mereka.
Aturan baru ini menandai sebuah masa yang disebut sebagai "Teror Besar." Eksekusi mati per hari meningkat secara drastis di seluruh Prancis dan kebanyakan dari mereka yang terbunuh adalah orang-orang tidak bersalah.
Masa penuh teror ini berakhir, tetapi bukan karena mereka ngeri dengan aturan itu. Sebaliknya, hukum ini justru menjadi senjata makan tuan, di mana anggota Konvensi dapat diadili juga. Masa ini berakhir ketika anggota Konvensi "mencopot" Robespierre lalu memenggalnya.
6. Pembantaian di Vendée
military.wikia.org
Revolusi seharusnya menjadi gerakan yang membebaskan kelas bawah lalu memberi mereka kebebasan dan keamanan. Namun setelah Revolusi Prancis berakhir, siapa pun yang menentang pemerintahan baru akan dihukum.
Pada awalnya, para kaum revolusioner mendekati gereja karena pengaruhnya. Namun, mereka akhirnya berbelok ke ateisme dan memulai apa yang hari ini disebut sebagai sekulerisme. Namun di Vendée, orang-orang mulai bangkit untuk melindungi para pendeta dan gereja dari pemerintahan revolusioner yang baru.
Mereka pun bergabung ke dalam milisi lokal yang dikenal sebagai Tentara Katolik dan Kerajaan. Namun setelah serangkaian pertempuran sengit, Tentara Katolik dan Kerajaan berhasil dikalahkan. Tak berhenti sampai di situ, pemerintah baru Prancis mengirim Jenderal Louis Marie Turreau untuk menghancurkan Vendée.
7. Pembantaian September
alphahistory.com
Setelah Louis XVI dibunuh, Prancis jatuh ke dalam kekacauan. Kekacauan semakin merajarela ketika pemerintah baru memperebutkan siapa yang seharusnya berkuasa. Namun, satu hal yang mendominasi pada saat itu adalah ketakutan terhadap mereka yang kontra-revolusioner.
Kaum revolusioner takut bahwa, jika tentara royalis menyerang Paris, pemerintahan revolusioner yang baru akan jatuh. Mereka juga takut kalau para narapidana kota Paris akan bergabung dengan kontra-revolusioner jika diberi kesempatan.
Ketakutan ini mencapai puncaknya pada tanggal 2 dan 6 September 1792, ketika para narapidana diserang oleh pasukan revolusioner. Menurut Britannica, lebih dari 1000 orang dibunuh dan dimutilasi di jalanan Kota Paris hanya dalam waktu satu hari.
Itu tadi 7 fakta mengerikan di balik Revolusi Prancis. Revolusi memang selalu menuntut bayaran yang tinggi, entah itu perang saudara, pembersihan aristokrat, atau pembantaian orang-orang tidak berdosa.
https://www.idntimes.com/science/dis...an-c1c2/full/7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar