Sabtu, 29 Januari 2022

BERBURU KEPALA MANUSIA


Mengenal Ngayau,Tradisi Berburu Kepala Manusia di Suku Dayak
Ngayau merupakan satu istilah yang di gunakan untuk merujuk kepada suatu tradisi memburu kepala manusia di kalangan kebanyakan masyarakat Dayak Sarawak,seperti Iban dan Kayan.

Melansir dari sebuah buku berjudul Ngayau sebagai Sebuah Novel Berwarna Tempatan : Satu Kajian Sosiologi Sastera yang ditulis oleh Asmiaty Amat,mulanya Ngayau merujuk kepada amalan yang berkaitan dengan upacara perkawinan,keagamaan,dan nilai kewiraan. 

Amalan ini menjadi syarat bagi lelaki Iban sebagai bukti keberanian kepada keluarga calon mempelai istri.

Menurut Noria Tugang dalam bukunya berjudul Pua Identiti dan Budaya Masyarakat Iban (2014),tradisi Ngayau di lakukan oleh orang Iban pada zaman silam semata-mata untuk tujuan mempertahankan kaumnya dari musuh. 

Tidak Sembarang musuh akan di bunuh,mereka hanya memilih musuh lelaki dewasa untuk di bunuh dan bawa balik ke rumah.

Rambut dari kepala yang di dapat saat Ngayau akan menjadi hiasan pada perisai dan pedang. 

Sementara itu,kepala-kepala musuh akan di keringkan dan di gantung di rumah mereka. 

Di beberapa rumah hingga kini ada yang menyimpan tengkorak kepala musuh yang di turunkan sejak zaman nenek moyangnya.

Membawa balik kepala musuh semasa Ngayau ini di anggap sebagai suatu anugerah berharga. 
Selain itu,sebagai simbol kehormatan,keberanian,dan juga penolak bala. 

Setelah tradisi itu berlangsung, biasanya seorang lelaki akan di sematkan gelar ‘Bujang Berani’ yang berarti raja berani atau pahlawan ulung.

Fenomena tradisi Ngayau juga di anggap sebagai satu peningkatan status sosial tertinggi pada masyarakat suku Dayak Iban. 

Dengan begitu,saat ritual adat Gawai atau perayaan lainnya, mereka berhak menerima penghormatan tertinggi.

Meski tradisi Ngayau telah di anggap identik dengan suku Dayak,tetapi tradisi ini sudah tidak di lakukan kembali. 

Dapat di katakan bahwa kini tradisi Ngayau merupakan salah satu tradisi suku Dayak yang sudah punah. 

Di berhentikannya tradisi ini tercatat dalam kesepakatan bersama seluruh etnis Dayak Borneo Raya pada 22 Mei-24 Juli 1894.

Rahayu..
.
.
.
Adhie Khumaidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar