Kamis, 26 Agustus 2021

Tionghoa Pertama yang Menginjakkan Kaki di Tanah Jawa

 Tionghoa Pertama yang Menginjakkan Kaki di Tanah Jawa


Faxianadalah orang Tionghoa yang pertama kali mengunjungi Jawa pada tahun 414 M. Dia adalah seorang biksu (pendeta Buddha) yang melakukan perjalanan darat dari Tiongkok menuju India. Dalam perjalanan pulangnya melalui laut, ia singgah di Jawa.

Faxian menaiki kapal yang berisikan sekitar 200 orang dari Sri Lanka. Di belakang kapal itu diikat sebuah kapal yang lebih kecil yang gunanya sebagai cadangan apabila kapal besar mengalami kerusakan dan tenggelam di laut selama perjalanan.

Kapalnya mendapat angin dan berlayar dengan lancar ke arah timur selama 2 hari sebelum tiba-tiba diserang badai yang dahsyat. Kapal bocor dan para pedagang bergegas menaiki kapal cadangan. Para penumpang kapal kecil yang khawatir mereka klebihan muatan segera memutuskan tali dan berpisah dari kapal besar. Agar kebocoran tidak meluas, para pedagang membuang barang bawaan mereka ke laut. Faxian juga membuang tempat air dan baskom miliknya serta sebagian harta benda pribadinya. Dia takut para pedagan akan membuang buku dan gambarnya yang suci. Dia berdoa menyebut nama Avalokitesvara (Guan Yin) dan berdoa kepada tokoh pelindung Buddhis dari Tiongkok tersebut. Dalam doanya dia berkata, “Aku telah berkelana sangat jauh untuk mencari ajaran Buddha, semoga kekuatan spiritualmu mendorong air pergi dan menolong kami mencari tempat beristirahat”. Badai berlangsung 13 hari 13 malam lamanya sampai akhirnya mereka berhasil menemukan daratan dan berlabuh di sebuah pulau.

Di daratan, mereka menambal bagian kapal yang bocor dan mengisi persediaan. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanannya dengan banyak kesulitan. Lautan begitu dalam sehingga tidak dapat diukur, banyak bajak laut mengancam keselamatan jiwa, terdapat karang di beberapa tempat, dan juga monster-monster laut yang berbahaya. Petunjuk arah bisa di tentukan dengan melihat bintang dan bulan apabila malam hari cuacanya cerah. Pelayaran berlangsung 90 hari sebelum mereka mencapai sebuah negara yang disebut Ya-va-di. Di negara ini banyak terdapat para heretic (penyembah berhala) dan brahman (penganut hindu), tapi sedikit sekali penganut Buddha. Setelah tinggal selama 5 bulan,sekali lagi Faxian melanjutkan perjalanannya dengan menumpang kapal dagang yang lain.

Kapal ini juga bermuatan 200 an penumpang dengan membawa perbekalan yang cukup untuk 50 hari berlayar. Faxian berangkat pada tanggal 16 bulan ke 4. Mereka berlayar ke arah timur laut untuk menuju provinsi Guandong di Tiongkok.

Setelah berlayar selama lebih dari 30 hari mendadak pada pukul 2 tengah malam datang badai hitam yang dibarengi hujan deras. Semua penumpang ketakutan. Pagi harinya seluruh brahmana berdiskusi tentang kesialan yang menimpa mereka di laut oleh sebab memuat seorang biksu. Mereka sepakat untuk menurunkan sang biksu di pulau pertama yang mereka jumpai. Tetapi seorang pria yang melindungi faxian berkata:”Jika kalian mendaratkan biksu ini, maka kalian harus menurunkan saya juga, atau jika tidak maka kalian harus membunuh saya. Jika kita mendarat di Tiongkok saya akan langsung menemui raja dan melaporkan apa yang telah kalian perbuat. Raja Tiongkok menganut ajaran Buddha dan sangat menghargai para biarawan dan pendeta.”

Para pedagang yang mendengar hal itu menjadi ragu dan tidak berani menurunkannya. Cuaca gelap terus berlangsung selama 70 hari. Juru mudi saling berpandangan tidak tahu harus menuju ke arah mana, sementara persediaan makanan dan air sudah menipis. Persediaan air tinggal 1 liter per orang sehingga air hujan digunakan untuk memasak. Pelayaran ke Guangzhou hanya memerlukan 50 hari perjalanan, tetapi masa itu telah lama dilewati, pastilah ada yang salah.

Selanjutnya mereka memutuskan mengubah haluan dan mengarahkan kapal menuju barat laut. Akhirnya setelah 12 hari mereka melihat daratan. Banyak keraguan tentang lokasi dimana mereka berada karena belum melihat 1 orang pun di situ. Mereka memperkirakan telah berada di wilayah Tiongkok setelah menemukan jenis tanaman tertentu yang mereka kenali sebagai tanaman yang hidup di Tiongkok. Untuk mengakhiri ketidakpastian tersebut, beberapa orang mencoba memasuki anak sungai untuk mencari seseorang yang bisa ditanyai. Akhirnya mereka bertemu 2 orang yang baru pulang dari perburuan. Dengan bantuan Faxian sebagai penerjemahlah akhirnya bisa dipastikan bahwa mereka terdampar di daratan pantai selatan Lao Shan di wilayah Zhangguang. Mereka juga mengetahui bahwa saat itu adalah tanggal 14 bulan ke-7, yang artinya mereka telah berlayar selama 3 bulan.

Sumber catatan perjalanan Faxian ini secara tersirat membeberkan fakta bahwa imigran Hindu di Jawa mengalami kesulitan mempertahankan hubungan mereka dengan negara asal mereka dan melanjutkan hubungan dagang dengan Tiongkok. Jumlah penduduk Jawa pastilah cukup banyak (pada masa itu) sehingga Faxian mengatakan bahwa agama mereka berkembang pesat. Terdapat bukti dari analisa kronik ini bahwa Faxian adalah seorang Buddha fanatik sehingga ia merasa tidak perlu mencatat banyak hal tentang negara Jawa ini.

Bagaimana kita mengetahui bahwa Faxian adalah orang Cina pertama di Jawa?

Para ahli sejarah melakukan pembuktian dengan membaca bagian lain catatan perjalanan Faxian, yaitu ketika ia mengunjungi sebuah kuil di Srilanka. Isinya adalah sebagai berikut:

Faxian sekarang telah meninggalkan Tiongkok selama bertahun-tahun. Ia berbicara dengan orang-orang yang berbahasa asing karena rekan-rekan seperjalanannya tidak lagi bersamanya. Ada yang menetap di India, ada pula yang telah tewas. Pegunungan, lembah, dan jenis tanaman yang dia lihat semuanya berbeda dari tempat asalnya. Hanya bayangan sendiri yang dapat ia lihat. Hatinya begtu pilu.

Pada suatu hari, ketika sedang berdiri di dekat patung batu yaspis (jasper), dilihatnya seorang pedagang yang menyampaikan sebuah kipas kain taf (taffeta) dari Tiongkok sebagai persembahan. Tanpa terasa, air matanya meleleh di pipi. Ia merindukan kampung halamannya setelah sekian lama kesepian di tempat asing yang jauh.

Jika Faxian yang bisa menitikan air mata hanya karena melihat kipas Tiongkok ini kemudian menemukan dan bertemu rekan sebangsanya di Jawa, atau sekiranya mengetahui bahwa mereka tinggal di sekitarnya, tentulah ia akan menulisnya di buku catatannya. Tentulah hal tersebut merupakan peristiwa sangat penting baginya.

Dia tinggal di Jawa selama lebih kurang 5 bulan, maka dalam rentang waktu selama itu pastilah bukan suatu kebetulan bila ia bertemu rekan sebangsa. Apalagi bulan Desember hingga Mei merupakan waktu paling tepat bagi kapal-kapal dari utara ( Champa, kamboja, Siam,Tiongkok, dll) tiba di Jawa karena pelayaran jaman itu sepenuhnya bergantung pada angin.

Tidak terdapat cukup data di pantai Jawa bagian mana dia mendarat. Nama Jawa sendiri dalam bahasa pribumi, maupun dalam sumber Tionghoa ditujukan untuk Jawa bagian timur. ( Sampai sekarang hal ini masih berlaku, sebut saja orang Jakarta yang acap kali menyebut orang dengan logat berbicara jawa timuran sebagai orang Jawa, padahal Jakarta secara geografis berada di pulau Jawa bagian barat).

Imigran Hindu pertama diperkirakan menghuni Jawa bagian timur, sehingga dapat diasumsikan bahwa lokasi pendaratan Faxian terletak di pantai timur laut, mungkin di kabupaten Rembang masa kini. Menurut tradisi setempat, pemukiman Hindu pertama, yaitu Medang Kamulan, juga berdiri pada masa yang sama.

Berabad-abad lamanya setelah kunjungan Faxian, barulah diketahui ada catatan perjalanan pengelana Tiongkok berikutnya yang mengunjungi Jawa yang bernama Mahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar