Jakarta - Saat ini, vaksinasi menjadi salah satu cara untuk melawan pandemi COVID-19. Berbagai macam jenis vaksin pun menawarkan manfaat yang sangat baik untuk mencegah terinfeksi virus Corona.
Namun, belum semua orang percaya dan bisa menerima kehadiran vaksin Corona ini. Sebagian orang pun masih enggan divaksinasi karena termakan hoax soal vaksin yang beredar.Berikut beberapa kisah orang-orang yang menolak untuk divaksinasi yang berujung tragis.
1. Sering mengolok-olok vaksin Corona berujung meninggal dunia
Seorang pria asal California, Amerika Serikat, akhirnya meninggal setelah terinfeksi COVID-19. Semasa hidupnya, pria berusia 34 tahun ini sering mengejek dan membuat candaan bernada sarkastis soal vaksin Corona.
"Saya punya 99 masalah, tapi vaksin bukan salah satunya," cuit Harmon di akun media sosialnya kepada 7 ribu pengikutnya pada Juni lalu.
Sayangnya, pria bernama Stephen Harmon itu dirawat setelah mengidap pneumonia dan COVID-19 di sebuah rumah sakit di kota Los Angeles. Ia lalu meninggal dunia sebulan setelah terinfeksi pada Rabu (21/7/2021).
Sebelum meninggal, ia mengunggah foto saat dirinya dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat bantu pernapasan. Harmond juga sempat meminta doa untuk kesembuhannya.
2. Alami komplikasi parah setelah menentang vaksin Corona
Mantan pembawa acara Newsmax dan penyiar radio bernama Dick Farrel juga sempat menentang dan menolak vaksin Corona. Menurutnya, vaksinasi hanyalah bualan semata.
Naasnya, pria 65 tahun tersebut mengalami sakit parah akibat COVID-19 yang mengharuskannya dibawa ke rumah sakit. Seorang sahabatnya, Amy Leigh Hair, mengatakan sebelum meninggal Farrel sempat mengajak para pendengarnya untuk segera divaksinasi. Ia mengaku menyesal tidak segera mendapatkan vaksin.
"Dia mengirimi saya pesan dan meminta saya untuk divaksin!" Dia memberitahu saya bahwa virus ini bukan lelucon dan dia berkata, 'Saya berharap saya mendapatkannya (vaksin)," kata Hair.
3. Sekeluarga meninggal usai termakan hoax antivaksin
Satu keluarga meninggal dunia setelah terinfeksi COVID-19. Ayah, ibu, dan seorang anaknya mengeluhkan gejala COVID-19 tepat setelah makan malam bersama.
Adalah Shaul Goncalves, pria berusia 40 tahun, Basil sang ayah berusia 73 tahun, dan ibunya bernama Charmagne 65 tahun. Ketiganya tak berhasil melawan COVID-19.
Dikutip dari Daily Star, mereka juga tidak menerima vaksinasi COVID-19 lantaran termakan konspirasi para antivaksin. Hal ini diungkap saudara laki-laki, Shaul, yaitu Francis, satu-satunya yang selamat dari Corona.
Diketahui keluarga tersebut takut menerima vaksin setelah para antivaksin menyebarkan hoax soal bahaya efek samping vaksinasi. Mereka pun takut dan memilih menunda untuk ikut vaksinasi COVID-19.
Hanya dalam waktu beberapa hari, ketiga anggota keluarga tersebut meninggal dunia. Ketiganya dimakamkan pada 1 Agustus 2021 lalu di Lisbon, Portugal.
Tak hanya masyarakat umum, seorang dokter juga sempat menentang vaksin COVID-19. Klik ke halaman selanjutnya.
4. Penyesalan antivaksin usai terinfeksi COVID-19
Seorang antivaksin asal Inggris yang bernama Faisal Bashir awalnya juga berpikir dirinya tidak akan terinfeksi Corona. Ia sangat percaya dengan rajin berolahraga bisa menjaga imunitas tubuhnya dan tidak memerlukan vaksin.
"Saya sempat ditawarkan vaksin, tapi saya arogan," kata pria berusia 54 tahun tersebut saat dikutip dari BBC pada Kamis (22/7/2021).
"Saya pergi ke gym, gowes sepeda, jalan, dan lari. Karena tubuh saya kuat dan sehat, saya pikir tidak butuh vaksin. Saya tidak ingin mengambil risiko bila kemudian vaksin itu tidak aman," lanjutnya.
Sayangnya, ia terinfeksi COVID-19 dan mulai merasakan berbagai efek samping buruk yang muncul. Bahkan ia harus mendapatkan bantuan oksigen saat dirawat di Rumah Sakit Bradford Royal Infirmary.
"Apa yang saya alami di RS membuat saya rendah diri... Banyak orang memenuhi RS karena mengambil tindakan berisiko dan itu salah. Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat bersalah dan harapannya dengan bercerita bisa membantu orang lain menghindari hal yang sama," ungkap Faisal.
5. Dokter antivaksin meninggal dunia akibat COVID-19
Seorang dokter di Kenya juga sempat menentang keras vaksinasi COVID-19 sebelum meninggal dunia. Dokter yang diketahui bernama dr Stephen Karanja itu meninggal usai dirawat di rumah sakit karena komplikasi akibat COVID-19.
Sebelum meninggal, dokter kandungan dan ginekolog itu selama berminggu-minggu mengatakan tidak perlu suntikan vaksin COVID-19, dan sebaliknya menganjurkan obat hirup uap serta tablet hydroxychloroquine.
"Kami juga tahu bahwa vaksinasi untuk penyakit ini sama sekali tidak perlu sehingga membuat tindakannya mencurigakan," jelasnya.
Dia lalu mendatangi berbagai forum untuk menganjurkan pengobatan alternatif, termasuk inhalasi uap dan obat seperti hidroksiklorokuin dan Ivermectin, yang belum disetujui WHO untuk mengobati COVID-19.
Dikutip dari laman BBC, dr Karanja disebutkan juga bertentangan pendapat dengan gereja Katolik atas keamanan vaksin Corona.
sumber
Makanya disaat seperti ini vaksin benar menjadi jalan kita untuk memperkuat ketahanan tubuh dari infeksi covid. Jangan pula kita menjadi orang yang bersifat iblis diluar koar koar anti vaksin dan segala jenis penanggulangannya seakan-akan diri nya paling benar ketimbang ilmuwan kesehatan sehingga mempengaruhi orang lain untuk tidak divaksin.
Namun ternyata diam-diam vaksin dengan alasan A, B, C, D padahal takut mati tapi gak mikir akibat kelakukan dia berapa nyawa orang jadi korban. Stop nyebarin isu2 anti vaksin dan segala jenis penanggulangannya kalo kagak percaya silahkan simpan untuk diri sendiri jangan pengaruhi orang lain. Jangan menjadi setan pembunuh yang membahayakan jiwa orang lain padahal munafik diam2 vaksin dengan alasan dibuat-buat.
Keep Safe dan Selalu Jaga Prokes, kita bisa lalui pandemi ini apabila berjuang bersama, mau seperti apapun kebijakan yang diambil negara kalo di gak dukung oleh rakyatnya sampai kapan pun akan berlarut-larut pandemi ini. Gak ada satu negara pun mau membuat rakyat nya mati.
STOP JADI ORANG MUNAFIK YANG NIAT NYA BUAT BIKIN CELAKA ORANG LAIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar