Rabu, 01 September 2021

Kisah Persahabatan Sukarno Hatta, Berbeda Pandangan Politik!

 Kisah Persahabatan Sukarno Hatta, Berbeda Pandangan Politik!

Sumber: berdikarionline.com

Sukarno dan Hatta kerap dilihat sebagai dwitunggal, seakan tak bisa dipisahkan. Memang, di luar perbedaan watak dan pandangan politik, mereka dekat secara personal. Bahkan, menurut Megawati saat Hatta memutuskan berhenti jadi wakil presiden, Bung Karno tak mencari penggantinya.

Megawati mengatakan bahwa kenapa Sukarno tidak mau ada wakil presiden lagi, karena dia cuma mau Pak Hatta, itu persahabatan yang benar-benar sejati. Walau Hatta sudah mengundurkan diri, Sukarno memerintahkan agar Hatta mendapat fasilitas pengawalan dan penjagaan seperti biasa.

Padahal, pengunduran diri Hatta itu terkait ketidaksetujuannya atas konsep demokrasi terpimpin ala Sukarno yang ia nilai otoriter. Meski begitu, mereka tak saling dendam dan hubungan keduanya tetap hangat.

Sebelumnya, kedekatan dwitunggal ini tampak saat Sukarno jadi mak comblang Hatta. Sukarno sampai melamarkan Rachmi Rahim untuk sahabatnya itu. Lalu, dalam hal apalagi mereka berselisih paham? Sejak sebelum proklamasi, pemikiran politik mereka dikenal berbeda.

Kisah Persahabatan Sukarno Hatta, Berbeda Pandangan Politik!
Sumber: liputan6.com

Lalu, hal itu tampak pada 1945, saat Sukarno menolak mengesahkan Maklumat No. X soal sistem multipartai dan demokrasi parlementer. Sukarno tak pernah setuju gagasan multipartai yang justru diinginkan oleh Hatta. Saat Sukarno bicara soal kekuatan massa, Hatta menekankan pentingnya kader yang terdidik.

Namun, masa perjuangan kemerdekaan membuat mereka banyak mengenyampingkan perbedaan dan bersatu untuk Indonesia. Apa nilai yang bisa kita ambil dari hubungan keduanya? 

Walaupun mereka musuh politik, tapi mereka berdua sadar tentang tujuan yang lebih besar dan bisa mengalahkan ego masing-masing. Artinya, perbedaan politik bukan berarti permusuhan yang sifatnya privat. Apalagi dalam kondisi Indonesia sekarang yang terbungkus oleh polarisasi. 

Sekarang, kita bermusuhan karena kita berbeda apa yang kita dukung. Kita bisa belajar dari pengalaman Hatta bahwa persahabatan tetap jalan sebagai pribadi, walaupun dalam politik berbeda tajam.

Referensi: kompas.com
                   historia.id
                   tirto.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar