Senin, 06 September 2021

Kisah C-130 Hercules Terakhir dari Vietnam (29 April 1975)

 Kisah C-130 Hercules Terakhir dari Vietnam (29 April 1975)



Halaman berita media (termasuk Kaskus) pertengahan Agustus 2021 dipenuhi kisah Taliban berhasil merebut kota Kabul berikut berbagai kisah carut-marut Afghanistan. Kekacauan banyak terjadi di Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul. Sebut saja kisah mulai dari orang jatuh dari pesawat yang tengah take off hingga ditemukan mayat di bagian roda pesawat. Bahkan baru saja ane baca C-17 Globemaster membawa 500 penumpang lebih dari Kabul (dari agan: @si.matamalaikat




Quote:



Pepatah Perancis mengatakan, L'Histoire se Répète, sejarah mengulang dirinya sendiri (Sejarah selalu berulang).
Sepenggal kisah penerbangan C-130 Hercules terakhir dari Saigon ini menggambarkan 45 tahun lalu kekacauan saat evakuasi dari Ibukota Negara yang ditinggalkan oleh Paman Sam.

Quote:


Orang kerap memanggilnya Kolonel De, jabatannya komandan Wing Pemeliharaan dan Pembekalan ke-50 Angkatan Udara Republik Vietnam (Selatan) yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan seluruh pesawat multi engine dari Angkatan Udara Vietnam.
Hari itu Selasa pagi tanggal 29 April 1975, kejatuhan Pangkalan Udara Tan Son Nhut, sudah berada didepan mata. Sementara itu Tentara Vietnam Utara dan Vietcong (VC) sudah berbaris rapi memasuki dan menduduki kota Saigon. Tiga hari sebelumnya, Kolonel De sudah mengirim isteri dan keluarganya menumpang Hercules ke Filipina.
Saat itu, sisa-sisa pasukan pertahanan pangkalan tetap bertempur di depan pintu gerbang pangkalan agar dapat menunda beberapa saat kejatuhan dari pangkalan udara. Masih ramai terdengar dentuman dan desingan peluru..

Quote:

  
Kolonel Doan Van De tengah mengawasi loading dari dua Hercules yang masih bisa terbang di Pangkalan Udara Tan Son Nhut. Satu milik Vietnam lainnya terlihat mengepulkan asap tebal, akibat serangan Vietcong. Rakyat berjejal masuk menuju flight line, daerah yang sangat terlarang pada keadaan normal untuk didatangi orang orang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan penerbangan. Mereka nekat mendekati pesawat yang parkir disitu dengan penuh harapan untuk dapat ikut terbang meninggalkan tanah airnya, menghindarkan diri dari kejaran  pasukan Vietcong yang sudah berada diambang pintu.

Di tengah kondisi panik, orang-orang segera bergegas masuk kedalam perut Hercules. Hingga kru loadmaster memberi tahu Pilot, pintu tidak dapat ditutup karena banyak orang berdiri di atas pintu belakang. Tak kehabisan akal, sang Pilot mendorong throttle, pesawat pun mulai bergerak, lalu tiba-tiba diinjaknya pedal rem. Orang-orang berjatuhan ke depan, langsung pintu belakang dapat ditutup.

Saat berada di taxi way, sejajar dengan tempat berdirinya Kolonel De, Hercules itu berhenti sejenak. Dari balik jendela kokpit muncul wajah yang tidak asing lagi bagi Kolonel De. Wajah Mayor Phuong sedang melambaikan tangan kearahnya, memberi isyarat Kolonel De ikut dengannya masuk ke pesawat.
Kolonel De terpana sejenak, ia tidak melihat lagi sesuatu yang harus dikerjakannya di Pangkalan itu. Tanggung jawabnya terhadap kesiapan pesawat-pesawat angkut telah berakhir. Kini pesawat ada di depannya adalah pesawat terakhir yang ada disana. Inilah Hercules terakhir yang akan meninggalkan Tan Son Nhut. Sebelumnya, lebih dari seratus pesawat di Pangkalan Udara Tan Son Nhut lainnya telah rusak berat terbakar, akibat serangan Vietcong.

Quote:


Kolonel De berpikir beberapa detik, inilah saat bagi dirinya menuju pesawat Hercules yang dikemudikan oleh sahabatnya Mayor Phuong. Sampai didepan pintu, sesaat akan naik, ia terperanjat mendapatkan isi pesawat yang sudah begitu penuh dengan orang berdesakan dan semuanya berdiri. Dengan susah payah melewati kerumunan banyak orang sebelum sampai di kokpit Hercules.
Kali ini kembali Kolonel De terperanjat, karena dia menjadi orang ke 32 yang berdesakan di flight deck pesawat, tempat sahabatnya Mayor Phuong mengemudikan Hercules itu, seorang diri! Ditengah deru mesin Hercules, didalam kokpit Mayor Phuong setengah berteriak kepada Kolonel De untuk menolongnya mencarikan seorang co-pilot diantara penumpang yang ada. Memang ada beberapa penerbang helikopter dan teknisi pesawat terbang yang ikut dalam pesawat tersebut, namun Kolonel De dengan bersusah payah diantara kerumunan penumpang untuk mendapatkan paling tidak seorang penerbang fixed wing, yang sekiranya dapat membantu rekannya mengemudikan pesawat Hercules agar dapat selamat melarikan diri dari Vietnam.

Kolonel De berhasil, jauh dibelakang kabin, De menemukan seorang penerbang C-7 Caribou, pesawat bermesin ganda kecil yang juga banyak beroperasi dalam perang Vietnam. Ia segera memberi isyarat kepada penerbang tersebut agar maju menuju kokpit. Sambil menunggu penerbang C-7 tersebut, yang kesusahan bergerak melewati kerumunan banyak orang menuju kokpit, De mencoba menghitung jumlah penumpang yang ada di kabin Hercules itu.
Untuk kesekian kalinya ia terperangah tak percaya akan  hasil hitungannya sendiri, 452 kepala!

Akhirnya si penerbang C-7 dapat mencapai flight deck, Mayor Phuong sudah menggerakkan pesawat menggelinding, rolling untuk take off. Kolonel De menarik napas panjang melihat landasan yang panjangnya 10.000 kaki yang sebentar lagi akan habis itu. Nampak tanda 9000 kaki disisi landasan, dan pesawat tidak juga naik. Ia tahu beban pesawat sudah melewati batas yang diijinkan untuk normal take off. Karena seingatnya, semua pesawat Hercules di Pangkalan Udara Tan Son Nhut telah diperintahkan untuk selalu diisi bahan bakar sebanyak 28.000 pon. Ini berarti dengan muatan pada saat itu secara kasar saja, telah kelebihan kurang lebih 20.000 pon, sekitar 10 ton! dari batas maksimum yang diijinkan untuk take off dalam flight manual C-130 Hercules.
Sementara itu pesawat yang tengah berada diatas over run runway (perpanjangan landasan yang disediakan untuk keadaan darurat), tetap belum bisa naik.   Ia tahu betul bahwa over run landasan Tan Son Nhut hanya 1000 kaki. Dengan menahan napas ia melihat Mayor Phuong dengan penuh kepercayaan diri menarik control wheel (kemudi pesawat terbang), persis dipenghujung over run. Dan pesawat berhasil lepas landas dengan sudut yang sangat landai. Pesawat perlahan bergerak naik dengan setengah merayap dan akselerasi kecepatan, walau pelahan namun pasti membawa lepas dari in ground effect bergerak ke climbing attitude, melewati safe altitude yang lebih kurang 400 kaki, Phuong segera melaksanakan after take off check, antara lain menaikkan roda pendarat dan Flaps.

Mayor Phuong kelihatan merasa lega, lolos dari fase krisis lepas landas. Pada saat itu penerbang C-7 baru sampai ke kokpit. Namun kesulitan baru menyongsong.   Ternyata Mayor Phuong tidak berhasil mendapatkan peta pesawat yang harus digunakan untuk mengarahkan pesawat ke tempat yang dikehendaki. Dengan mantap, walaupun hanya dengan mengira-ngira , ia mengarahkan heading pesawat ke arah Thailand. Tujuannya, Utapao yang berjarak lebih kurang 400 mil laut dari Tan Son Nhut yang akan ditempuh dengan kecepatan normal pesawat dalam 1 jam 20 menit.
Setelah terbang selama satu setengah jam diatas teluk Siam, baru disadari kalau heading arah pesawat menuju Utapao ternyata keliru. Beberapa saat kemudian, co pilot teringat bahwa ia masih memiliki selembar potongan peta di kantong lutut dari pakaian penerbang yang tengah dikenakannya saat itu. Ia pun bernavigasi dengan lembar potongan peta yang sudah kumal, tapi masih bisa memberikan petunjuk dimana ia berada dan kemana arah menuju Utapao itu. Dimulai dengan mengubah arah 180 derajat akhirnya mereka berhasil mencapai Utapao setelah terbang selama tiga setengah jam.

Mayor Phuong mendaratkan pesawatnya dengan mulus, kemudian memarkirnya tidak jauh dari apron. Merasa penasaran, Kolonel De menghitung kembali para penumpang yang turun satu persartu. hitungannya tepat 452 orang !
Quote:



Mayor Robert Kenny, salah seorang perwira USAF, yang bertugas mengurus kedatangan pesawat-pesawat pembawa pengungsi Vietnam pada waktu itu, turut menyaksikan kedatangan pesawat Hercules yang overloaded  tersebut. Dia mengatakan, “Pada saat pintu Hercules terbuka, kita tidak akan percaya dengan apa yang kita saksikan waktu itu. Penumpang yang berada didalam pesawat terlihat seperti pemandangan di film-film berita di perang dunia kedua yang menggambarkan kamp konsentrasi Nazi tempat tahanan ratusan orang Yahudi.   Saya pikir, bila penerbangan memakan waktu lebih lama lagi sedikit saja, maka sebagian besar penumpang sudah akan mati.

Sesampainya di Amerika, Kolonel De dan Mayor Phuong bersama banyak pengungsi perang Vietnam kemudian hidup di Amerika. Ada diantara mereka yang dapat berkumpul kembali dengan keluarganya, namun tidak sedikit yang hanya mendapatkan dirinya sendiri jauh di negeri orang.

Ini penerbangan Hercules yang dicatat dalam sejarah sebagai penerbangan yang paling menakjubkan yang pernah dilakukan oleh pesawat Hercules pada momen yang paling krisis. Kisah ini dicatat hasil wawancara Wayne Prict dan Kolonel Doan Van De di Camp Pendleton, salah satu sudut penampungan pengungsi Vietnam di California pada tanggal 28 Mei 1975.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar