Enuma Elish di tulis dalam tujuh tablet yang disalin oleh bangsa Asyur kuno dan Babel, Enuma Elish juga dianggap sebagai cerita penciptaan tertua yang di dalamnya terdiri dari 1000 baris skrip paku, yang mana sering dibandingkan dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1. Enuma Elish juga sering di jadikan bahan utama jika gansis ingin mengetahui lebih jauh tentang dunia Babylonia Kuno.
Dalam Enuma Elish menceritakan tentang pertempuran antara dewa Marduk dan Tiamat yang nantinya akan menghasilkan penciptaan bumi dan manusia. Dalam pertempuran itu dimenangkan oleh dewa Marduk, itu berarti ialah juga yang akan memerintah atas dewa-dewa lan dan menjadi dewa utama dalam agama Babel. Dewa Marduk menggunakan tubuh Tiamat untuk membentuk langit dan bumi, ia juga membentuk sungai-sungai besar di Mesopotamia dan yang pada akhirnya ia membentuk darah manusia dari putra Tiamat dan pasangan Rajau dengan tujuan agar mereka melayani para dewa.
Marduk kemudian mengatur cara kerja dunia yang mana ia memasukkan manusia sebagai rekan kerjanya para dewa dengan tujuan untuk melawan kekuatan kekacauan. Sejak saat itu Marduk memutuskan, manusia akan melakukan pekerjaan yang para dewa tidak punya waktu untuk melakukannya dengan begitu akan membebaskan para dewa untuk berkonsentrasi pada tujuan yang lebih tinggi dan mengurus kebutuhan manusia. Karena para dewa akan merawat manusia dan menyediakan kebutuhannya maka manusia akan menghormati dan mengindahkan para dewa dan Marduk akan memerintah atas semuanya dalam kebajikan.
Dewa Marduk mulai menjadi terkenal di Babel pada masa pemerintahan Hammurabi (1792-1750 SM) yang mana menggantikan dewi populer Inanna ( dewi seksualitas dan peperangan) dalam pemujuaan. Selama masa pemerintahan Hammurabi sejumlah dewa perempuan yang sebelumnya populer digantikan oleh dewa laki-laki. Dalam Enuma Elish memuji Marduk sebagai dewa yang paling kuat dari semua dewa, oleh karena itu akan menjadi semakin populer ketika dewa itu sendiri menjadi terkenal dan kota Babel semakin tumbuh dalam kekuasaan.
Jeremy Black menulis bahwa: Munculnya kultus Marduk terkait erat dengan kebangkitan politik Babel dari negara-kota menjadi ibu kota sebuah kerajaan. Dari periode Kassite, Marduk menjadi semakin penting sampai penulis epik penciptaan Babilonia mempertahankan bahwa Marduk bukan hanya raja dari semua dewa tetapi banyak dewa setelahnya tidaklah lebih baik darinya".
Patung Emas Marduk disimpan di tempat suci dan bagian dalam pelipisnya, dianggap sebagai aspek penting dalam penobatan seorang raja. Seorang raja baru perlu mengambil tangan Marduk untuk melegitimasi pemeritahannya, bisa jadi ini merupakan sebuah praktik yang tampaknya telah dimulai selama Periode Kassite (1595-1155) ketika orang Kass menjadikan Babel sebagai ibu kota mereka setelah mengusir orang Het.
Enuma Elish dibaca dan dibicarakan secara luas di seluruh Mesopotamia tetapi sangat penting pada festival tahun baru di Babel. Selama festival ini patung Marduk akan diambil dari kuil dan tengah-tengah orang yang bersukaria lalu diarak di jalan-jalan kota, keluar gerbang untuk disimpan disebuah rumah kecil yang dibangun untuk tujuan ini. Dalam acara ini Enuma Elish tablet VII akan dinyanyikan selama prosesi berlangsung.
Dalam Enuma Elish menceritakan tentang pertempuran antara dewa Marduk dan Tiamat yang nantinya akan menghasilkan penciptaan bumi dan manusia. Dalam pertempuran itu dimenangkan oleh dewa Marduk, itu berarti ialah juga yang akan memerintah atas dewa-dewa lan dan menjadi dewa utama dalam agama Babel. Dewa Marduk menggunakan tubuh Tiamat untuk membentuk langit dan bumi, ia juga membentuk sungai-sungai besar di Mesopotamia dan yang pada akhirnya ia membentuk darah manusia dari putra Tiamat dan pasangan Rajau dengan tujuan agar mereka melayani para dewa.
Marduk kemudian mengatur cara kerja dunia yang mana ia memasukkan manusia sebagai rekan kerjanya para dewa dengan tujuan untuk melawan kekuatan kekacauan. Sejak saat itu Marduk memutuskan, manusia akan melakukan pekerjaan yang para dewa tidak punya waktu untuk melakukannya dengan begitu akan membebaskan para dewa untuk berkonsentrasi pada tujuan yang lebih tinggi dan mengurus kebutuhan manusia. Karena para dewa akan merawat manusia dan menyediakan kebutuhannya maka manusia akan menghormati dan mengindahkan para dewa dan Marduk akan memerintah atas semuanya dalam kebajikan.
Dewa Marduk mulai menjadi terkenal di Babel pada masa pemerintahan Hammurabi (1792-1750 SM) yang mana menggantikan dewi populer Inanna ( dewi seksualitas dan peperangan) dalam pemujuaan. Selama masa pemerintahan Hammurabi sejumlah dewa perempuan yang sebelumnya populer digantikan oleh dewa laki-laki. Dalam Enuma Elish memuji Marduk sebagai dewa yang paling kuat dari semua dewa, oleh karena itu akan menjadi semakin populer ketika dewa itu sendiri menjadi terkenal dan kota Babel semakin tumbuh dalam kekuasaan.
Jeremy Black menulis bahwa: Munculnya kultus Marduk terkait erat dengan kebangkitan politik Babel dari negara-kota menjadi ibu kota sebuah kerajaan. Dari periode Kassite, Marduk menjadi semakin penting sampai penulis epik penciptaan Babilonia mempertahankan bahwa Marduk bukan hanya raja dari semua dewa tetapi banyak dewa setelahnya tidaklah lebih baik darinya".
Patung Emas Marduk disimpan di tempat suci dan bagian dalam pelipisnya, dianggap sebagai aspek penting dalam penobatan seorang raja. Seorang raja baru perlu mengambil tangan Marduk untuk melegitimasi pemeritahannya, bisa jadi ini merupakan sebuah praktik yang tampaknya telah dimulai selama Periode Kassite (1595-1155) ketika orang Kass menjadikan Babel sebagai ibu kota mereka setelah mengusir orang Het.
Enuma Elish dibaca dan dibicarakan secara luas di seluruh Mesopotamia tetapi sangat penting pada festival tahun baru di Babel. Selama festival ini patung Marduk akan diambil dari kuil dan tengah-tengah orang yang bersukaria lalu diarak di jalan-jalan kota, keluar gerbang untuk disimpan disebuah rumah kecil yang dibangun untuk tujuan ini. Dalam acara ini Enuma Elish tablet VII akan dinyanyikan selama prosesi berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar