Sering Diabaikan, Inilah Rabia Gulnus Emetullah Valide Sultan, Ratu Ottoman yang Sangat Pencemburu, Bunuh Saudara-saudara Suaminya, Bahkan Ubah Gereja Jadi Masjid Sebagai Rampasan Perang
wikipedia
Rabia Gulnus Emetullah Valide Sultan
Intisari-Online.com – Nama Rabia Gulnus Emetullah Valide Sultan sering diabaikan oleh sejarawan kekaisaran Ottoman.
Meskipun dia adalah salah satu Ratu yang paling kuat, namun dia tidak termasuk dalam ‘Kesultanan Wanita’.
Gulnus Sultan adalah favorit Mehmed IV selama 23 tahun.
Dia juga Valide Sultan (ibu suri) selama 20 tahun pemerintahan putranya.
Sepanjang masa pemerintahannya sebagai Valide Sultan, dia menjadi pelindung banyak proyek pembangunan.
Para sejarawan zaman modern percaya bahwa Gulnus Sultan pantas mendapatkan tempatnya di antara ‘Ratu terbesar Utsmaniyah’.
Rabia Gulnus Emetullah Valide Sultan lahir di sekitar Rethymno, pulau Kreta, sekitar tahun 1642.
Ozgules mengklaim bahwa nama depannya adalah Evmenia, namun, Argit mengklaim bahwa namanya adalah Eugenia.
Dia berasal dari keluarga Verzizzi yang kuat dan ayahnya adalah Uskup Rethymno.
Ketika dia cukup besar, dia menarik perhatian Mehmed IV karena Gulnus Sultan digambarkan sebagai wanita yang sangat cantik, berpostur pendek dengan rambut cokelat kemerahan dan mata biru.
Pada tahun 1664 M, Gulnus Sultan melahirkan Pengaran Mustafa, kemudian dia menyandang gelar ‘Haseki’ kepada Mehmed IV, Haseki berarti ‘Kepala Permaisuri Sultan’.
Dan karena melahirkan Pangeran Mustafa, maka Mehmed IV pun mencintai Gulnus Sultan, dia memberikan istrinya itu sebuah wilayah sebagai hadiah karena telah melahirkan putranya.
Gulnus Sultan menjadi satu-satunya wanita yang menemani suaminya dalam kampanye militer.
Gulnus Sultan pun bepergian ke seluruh kekaisaran dan di Eropa, dia menangkap imajinasi seniman Eropa yang selalu melukisnya di atas kuda.
Gulnus Sultan juga terinspirasi proyek pembangunan Hatice Turhan Sultan (ibu mertuanya), dan dia ingin melakukan proyek pembangunannya sendiri.
Ketika salah satu kampanye militernya sukses, Mehmed IV memberinya sebuah Gereja Katolik, yang kemudian diubah oleh Gulnus Sultan menjadi sebuah masjid.
Ini membuat Gulnus Sultan menjadi satu-satunya Haseki yang mengubah gereja menjadi masjid sebagai rampasan perang.
Dia juga Haseki kedua setelah Gulnus Sultan yang mendirikan badan amal di Mekah, yang meliputi sebuah klinik kesehatan dan dua rumah sakit.
Pada 31 Desember 1673, dia melahirkan putra kedunya bernama Ahmed, saat menemani suaminya untuk kedua kalinya dalam ekspedisi militer.
Ini merupakan kali pertama seorang Ratu Ottoman melahirkan putranya jauh dari ibu kota dan selama ekspedisi militer.
Namun, disebutkan bahwa Gulnus Sultan adalah wanita yang sangat pencemburu, yang menghabiskan waktunya membunuh permaisuri Medmeh IV dan bersikeras bahwa Mehmed IV membunuh saudara-saudaranya sendiri, yaitu Suleyman dan Ahmed.
Ibu mertua Sultan sendiri yang menghentikan Mehmed IV membunuh saudara-saudaranya sendiri.
Gulnus Sultan terinspirasi oleh Gerakan Kadizadeli, sebuah gerakan Muslim Konservatif, dan dia pun menjadi musuh non-Muslim.
Dia menjadi dekat dengan salah satu peserta gerakan bernama Feyzullah Efendi, yang menjadi tutor putranya Mustafa.
Ketika Mehmed IV sangat marah kepada Feyzullah Efendi dan ingin mengeksekusinya, Gulnus Sultan turun tangan dan menghentikannya.
Mehmed IV dan Gulnus Sultan mengalami pemerintahan yang sulit, ketika Kekaisaran Ottoman kehilangan wilayah dari Morea ke Eropa tengah, kemudian terjadi krisis keuangan, pemberontakan, dan kelaparan.
Mehmed IV kehilangan dukungan dari pada abdi dalemnya, yang sangat mengkritik kesenangan berburunya, hingga mereka mencopot Mehmed IV demi saudaranya, Suleyman II, pada 8 November 1687.
Gulnus Sultan kemudian dikirim ke Istana Lama, yang lalu tinggal menyendiri selama delapan tahun, dan hanya fokus mengelola harem.
Meskipun tidak berdaya di istana, Wazir Agung yang dilantiknya ketika menjadi Haseki masih kuat dan membantu memerintah istana.
Pada 7 Februari 1695, putra Gulnus Sultan, Mustafa II, menjadi Sultan Kesultanan Utsmaniyah.
Gulnus Sultan menjadi Valide Sultan, yang berarti ‘Ibu Ratu’, yang menemani putranya dalam kampanye militer dan membantunya mendapatkan dukungan di dalam kekaisaran Ottoman.
Mustafa II memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Istanbul ke Edirne, melansir History of Royal Women.
Sedangkan Gulnus Sultan melakukan banyak proyek pembangunan, salah satunya yang paling terkenal adalah Masjid Baru Galata, yang dibangun di atas tanah bekas Gereja Katolik.
Mustafa II menandatangani Perjanjian Karlowitz pada 26 Januari 1699, yang mengakhiri perang dengan Austria dan Kekaisaran Ottoman, dan membantu mengisi pundi-pundi perbendaharaan Ottoman, membuat Mustafa II dan Gulnus Sultan kembali ke Istanbul.
Gulnus Sultan yang terlibat dalam politik, sering menasihati para Wazir Agung, namun terjadi pemberontakan di antara Janissari di dalam kekaisaran.
Mereka tidak menyukai pengaruh Feyzullah Efendi terhadap Mustafa II, yang membuat Gulnus Sultan memohon kepada putranya untuk meninggalkan mantan gurunya itu, tetapi terlambat.
Sebelum Mustafa II menyingkirkan Feyzullah Efendi, terjadi pemberontakan yang tidak dapat dipadamkan, dan mengirimkan petisi kepada Gulnus Sultan untuk menurunkan Mustafa II dari takhta dan digantikan putra keduanya, Ahmed.
Gulnus Sultan pun dipaksa untuk menggulingkan putranya pada 22 Agustus 1703, dan menempatkan anak keduanya, Ahmed III di atas takhta, yang membuat Mustafa II ditahan di istana, kemudian meninggal pada 29 Desember 1703 karena sebab alami.
Ahmed III dan Gulnus Sultan memindahkan ibu kota kembali ke Istanbul, dan menghabiskan waktu mereka untuk mendapatkan dukungan publik melalui berbagai acara.
Gulnus Sultan menghabiskan waktu luangnya dengan fokus pada proyek pembangunan seperti membangun air mancur di Masjid Baru Galata, bahkan membangun makamnya sendiri, yang dikenal sebagai Kompleks Uskudar Yeni Valide.
Pada 5 November 1715, Gulnus Sultan meninggal di Istana Edirne, dan 3 hari kemudian dimakamkan di Kompleks Uskudar Yeni Valide.
Berasal dari awal yang sederhana, Gulnus Sultan naik menjadi Valide Sultan dari dua sultan.
Tetapi warisan terbesarnya adalah proyek pembangunannya, terutama Masjid Baru Galata dan Kompleks Uskudar Yeni Valide, yang membuat nama Gulnus Sultan tidak akan pernah dilupakan.
https://intisari.grid.id/read/033188...jid-s?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar