ilustrasi Revolusi Industri (unsplash.com/Patrick Hendry)
Revolusi Industri merupakan peristiwa besar dalam sejarah. Ini dapat didefinisikan sebagai proses perubahan dari ekonomi agraris dan kerajinan menjadi ekonomi yang didominasi oleh industri dan manufaktur mesin. Revolusi dimulai pada abad ke-18 di Inggris Raya pada pertengahan abad ke-18 dan menyebar ke berbagai negara lainnya.
Revolusi Industri memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, dengan perubahan sosial dan budaya yang besar terjadi di samping perubahan ekonomi dan teknologi. Kali ini, kita akan membahas beberapa fakta kelam Revolusi Industri. Berikut informasinya yang dirangkum dari laman Interesting Enginering dan History Hit.
1. Dimulai di Inggris
Terjadinya Revolusi Industri dimulai di Inggris sebelum kemudian menyebar ke bagian lain dunia. Pada masa itu, Inggris sudah menjadi negara komersial terkemuka di dunia.
Langkah awal Inggris dalam Revolusi Industri semakin mendorong ambisi imperialisnya dan menjadikannya negara paling kuat di dunia. Pada abad ke-20, Kerajaan Inggris menjadi kerajaan yang terbesar dalam sejarah.
2. Semuanya dimulai dengan batu bara
ilustrasi batu bara (freepik.com/dashu83)
Hingga abad ke-18, kayu telah menjadi sumber energi utama Inggris. Namun, sebenarnya Inggris juga kaya akan sumber batu bara. Seiring waktu, permintaan akan bahan bakar mengalami peningkatan di Inggris, selain kayu, batu bara juga mengalami peningkatan permintaan.
Pada masa itu, dikembangkan sebuah mesin uap yang digunakan untuk menarik air dari tambang. Selanjutnya, mesin ini memungkinkan Inggris untuk menggali lebih dalam untuk mendapatkan batu bara, memberikannya akses ke pasokan energi murah yang tampaknya tak ada habisnya. Penambangan batu bara yang semakin dalam selanjutnya memberikan dampak buruk pada lingkungan, termasuk meningkatnya potensi banjir.
3. Ada banyak penemuan di bidang tekstil selama Revolusi Industri
Selain batu bara, tekstil juga mengalami peningkatan pesat selama Revolusi Industri. Di masa itu, permintaan akan barang-barang manufaktur meningkat, yang juga menyebabkan banyaknya penemuan di bidang tekstil di Inggris.
Pada tahun 1733, James Kay dari Inggris mencoba memperbaiki alat tenun tangan. Namun, alat ini masih belum mampu menarik dan memelintir serat kapas untuk membuat benang yang kuat.
Pada 1764, James Hargreaves menemukan alat pemintal yang disebut spinning jenny. Spinning jenny sangat mengurangi jumlah usaha yang diperlukan untuk membuat kain, dan memungkinkan produksi simultan hingga 120 gulungan benang.
Proses itu diperbaiki oleh Lancashireman Samuel Crompton, yang menemukan bagal pemintal antara tahun 1775 dan 1779. Pemintal buatannya mampu memutar benang pada 1.320 spindel.
Pada tahun 1785, Edmund Cartwright mematenkan alat tenun listrik, yang menggunakan tenaga air untuk mempercepat proses menenun. Desain tersebut sangat populer sehingga pada tahun 1850, ada lebih dari 260.000 alat tenun listrik yang beroperasi di seluruh Inggris.
4. Kota makin padat dan sering terjadi wabah
ilustrasi kota (unsplash.com/Javier Quiroga)
Salah satu pengaruh besar Revolusi Industri adalah munculnya kota-kota. Sebelum Revolusi industri, lebih dari 80 persen populasi Inggris tinggal di daerah pedesaan. Namun, pada tahun 1850, orang mulai berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan di pabrik, yang membuat lebih banyak orang tinggal di kota daripada pedesaan.
Selanjutnya, populasi kota London tumbuh dari dua juta pada tahun 1840 menjadi lima juta pada tahun 1880. Lingkungan pekerja juga suram, penuh sesak, kotor, dan tercemar. Rumah-rumah semakin padat, dibangun dengan buruk, dan tidak memiliki ventilasi yang memadai. Kebanyakan rumah juga tidak memiliki toilet dan sistem pembuangan kotoran, yang menyebabkan air minum sering terkontaminasi.
Sebagai akibatnya, wabah kolera, tuberkulosis, tifus, dan influenza sering terjadi di Inggris. Pada tahun 1841, angka harapan hidup di pedesaan Inggris berusia 45 tahun, di London 37 tahun, dan di Liverpool 26 tahun. Selama paruh pertama abad ke-19 di Inggris, 25 hingga 33 persen anak meninggal sebelum mereka berusia 5 tahun.
5. Kondisi kerja yang buruk
Selama Revolusi Industri, para pemilik pabrik menetapkan peraturan kerja sesuka hati mereka karena tahu pekerja tidak memiliki kekuatan untuk melakukan tawar-menawar. Akhirnya, para pemilik pabrik memberlakukan jam kerja yang tidak adil dan tidak memberikan kondisi kerja yang baik.
Dari tahun 1790 hingga 1840, kondisi kerja tidak hanya sulit, tetapi juga tragis. Kebanyakan buruh bekerja 10 sampai 14 jam sehari, enam hari seminggu, dan mereka tidak memiliki jatah cuti.
Setiap industri juga tidak menerapkan standar keamanan untuk melindungi pegawainya. Sebagai contoh, dalam pemurnian besi, para pekerja bekerja keras dalam suhu setinggi 50 derajat Celcius. Lalu, pekerja yang mengalami kecelakaan kerja akan langsung diberhentikan, tidak diberi kompensasi, dan tidak diberi perawatan medis.
6. Meningkatnya polusi
ilustrasi polusi udara (unsplash.com/Kouji Tsuru)
Revolusi Industri juga memiliki andil besar pada kerusakan lingkungan yang meluas, termasuk yang kita rasakan saat ini. Ini karena mesin-mesin pabrik membutuhkan energi untuk bahan bakarnya, yang meningkatkan jumlah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak bumi. Pembakaran ini menyebabkan kabut asap dan polusi udara selama abad ke-19, yang saat ini kita sebut sebagai pemanasan global.
Berbagai bahan kimia juga diperlukan untuk industri, seperti pewarna kain, dan setelah digunakan, bahan kimia ini dibuang ke danau, sungai, dan tempat lainnya. Selama musim panas pada bulan Agustus 1858 di London, kotoran manusia yang tidak diolah dan limbah industri di sepanjang tepi Sungai Thames menyebabkan bau yang begitu menyengat.
7. Banyak pekerja adalah anak di bawah umur
Selama Revolusi Industri, anak-anak juga menjadi bagian dari angkatan kerja. Anak sering kali diharuskan bekerja selama berjam-jam bahkan untuk tugas-tugas berbahaya, seperti membersihkan mesin.
Pada tahun 1789, di pabrik pemintalan Richard Arkwright, dua pertiga dari 1.150 pekerja pabrik adalah anak-anak. Pada awal 1860-an, diperkirakan seperlima pekerja di pabrik tekstil Inggris berusia di bawah 15 tahun. Para pekreja anak ini juga hampir secara universal tampak sakit, kecil, sakit-sakitan, bertelanjang kaki dan berpakaian buruk. Bahkan, banyak pekerja anak yang usianya masih di bawah tujuh tahun.
Itulah beberapa fakta kelam Revolusi Industri. Di satu sisi, ini menghasilkan banyak penemuan penting yang berguna hingga saat ini, di sisi lain ini dipenuhi dengan kesewenang-wenangan bagi para pekerja. Kita patut bersyukur karena masa kelam ini telah berlalu dan hak pekerja makin dilindungi serta ada banyak pilihan pekerjaan saat ini.
https://www.idntimes.com/science/dis...lusi-industri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar