Memahami filsafat tidak semudah membalik telapak tangan
patung Socrates dan Plato di Akademi Athena (commons.wikimedia.org/Yair Haklai)Yunani adalah negara besar dengan sejarah panjang yang membentang sejak zaman purba dan sudah mengajarkan manusia berbagai macam keilmuan. Selain sains, mereka juga tangguh manakala berurusan dengan dunia filsafat yang begitu dalam dan kompleks. Tak mengherankan kita ketika Yunani begitu menonjol di Eropa dan dunia berkat jasa para filsuf mereka.
Nah, salah satu nama besar yang seolah abadi di tanah Yunani adalah Socrates atau Sokrates. Buah pemikirannya yang frontal dan cukup radikal di zaman sofisme membuat dirinya dapat dengan mudah memikat banyak orang. Namun, memang tak mudah menyelami apa yang ada di dalam pikiran Socrates, sebab makin dalam mengetahuinya, makin terjerembap pula kita pada pusaran hipokrisi dan kebijaksanaan.
Lalu, bagaimana dengan Socrates sendiri? Di bawah ini, ada beberapa fakta menarik mengenai kehidupan Socrates dari berbagai literatur dan tulisan sejarah yang pernah dibuat. Namun, kamu juga harus bijak dalam membacanya karena zaman Socrates sudah terjadi lebih 2 ribu tahun lalu. Keakuratan sejarah mungkin tidak bisa dijamin 100 persen.
1. Disiapkan untuk menjadi prajurit tempur Athena
Kuil Parthenon di Athena (pixabay.com/Dias12)
Socrates dilahirkan pada 469 atau 470 SM di Athena, sebuah kota yang menyimpan sejarah besar di Yunani sejak dulu. Jika kamu mengira bahwa Socrates hanyalah seorang pria tua yang tampak lemah dan diselimuti dengan pikiran bijak, mungkin itu tidak sepenuhnya tepat. Dilansir History, Socrates bahkan sudah disiapkan untuk menjadi prajurit tangguh di tengah keluarganya.
Ayahnya adalah seorang tukang batu yang bekerja di dalam kota bernama Sophroniscus. Ibunya, Phaenarete, adalah seorang bidan yang mengabdikan hidupnya untuk warga Athena. Kendati tampak sederhana, sebetulnya kedua orangtua Socrates menginginkan anaknya tersebut menjadi seorang hoplite alias prajurit kaki (penombak yang biasanya berformasi phalanx).
Hal tersebut menjadi kenyataan, di mana Socrates memang betul-betul menjadi prajurit Athena dan terlibat langsung di Pertempuran Peloponnesia pada 420 SM. Bukan hanya itu, ia juga pernah berjasa dalam menjaga pemimpin Yunani di saat peristiwa Pengepungan Potidaea pada 432 SM. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Socrates pernah menjadi prajurit hebat dan berani dalam mempertahankan Athena.
2. Dialog dan pemikiran Socrates di tengah peradaban sofisme
ilustrasi masyarakat di zaman Yunani Kuno (maxpixel.net/public domain)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sofisme merujuk pada paham atau sikap berpendapat yang dimaksudkan untuk memperdaya pihak lain dengan cara yang muluk-muluk dan ucapan manis, tapi hampa alias tidak direalisasikan. Konsep ini sangat lekat dengan peradaban Yunani yang saat itu dijejali dengan berbagai cara pandang hipokrisi di tengah kehidupan para filsuf.
Di satu sisi, kehadiran Socrates menjadi oasis menyegarkan di tengah masyarakat yang saat itu memang membutuhkan kata-kata bijak. Setelah masa tugas sebagai prajurit selesai, ia dapat dengan mudah menarik simpati anak-anak muda karena pandangan filsafat yang ia utarakan bisa dinikmati secara gratis. Ya, bagi Socrates, kebenaran dan ilmu tidak layak untuk diperebutkan dengan uang.
Di sisi lain, sofisme yang berisi kaum sofis justru menjadi titik awal dari terbentuknya sekolah modern. Murid yang akan belajar tentang kehidupan dan sains, wajib membayar dan bagi kalangan sofis, sebuah ilmu berarti setara dengan beberapa keping emas. Sudah paham, kan, kenapa Socrates terjebak di antara pusaran hipokrisi dan kebijaksanaan?
3. Socrates dan Xanthippe
patung Socrates di Trinity College Library (commons.wikimedia.org/Bar Harel)
Jika ada orang yang begitu setia mendampingi Socrates, orang itu adalah istrinya sendiri yang bernama Xanthippe. Kisah keduanya bahkan dibumbui banyak romansa yang mungkin akan mengaburkan fakta historis sesungguhnya. Dalam artikel Lectures Bureau dicatat bahwa sebetulnya ada narasi pahit dalam kehidupan Xanthippe ketika mendampingi suaminya yang "bijaksana" itu.
Dikisahkan bahwa suatu saat, Socrates mengundang beberapa temannya untuk makan malam di rumah. Alih-alih menemukan meja makan yang penuh makanan, Xanthippe justru menyatakan bahwa di rumah tidak ada makanan karena memang ia lagi tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Ada banyak narasi historis yang menyatakan bahwa Socrates tidak mampu mencukupi keuangan rumah tangganya.
Argumentasi "bijaksana" dan segala macam pemikirannya yang brilian itu ternyata masih belum mampu menghidupi anak dan istrinya dengan layak. Alih-alih meminta bayaran pada murid-muridnya, Socrates tetap menggratiskan segala argumen dan pikiran filosofisnya demi sebuah harga diri yang terlampau tinggi.
4. Bijak sebagai filsuf, tapi tidak sebagai suami
ilustrasi Socrates pada saat mengajarkan filsafat (commons.wikimedia.org/Rama)
Konon kisahnya, Socrates menikahi Xanthippe sebagai ajang uji nyali dan uji kesabaran karena ia adalah seorang filsuf yang dinilai bijaksana. Namun, logikanya, istri mana yang tak akan mengomel ketika suaminya hanya berkeliling kota sambil berbicara filosofis terhadap banyak orang, sementara keuangan rumah tangganya berantakan? Sayangnya, omelan dan perkataan judes Xanthippe justru dinilai negatif oleh murid-murid Socrates.
Dikutip dalam laman Classical Wisdom, ada beberapa alasan logis yang melatarbelakangi kejengkelan Xanthippe terhadap suaminya itu. Pertama, Socrates adalah pengangguran dan justru istrinya yang bekerja serabutan untuk menghidupi anak-anak mereka. Kedua, Socrates suka adu argumen alias berdebat filosofis--tentu ini bukan jalan keluar bagi persoalan rumah tangga. Berikutnya, Socrates suka berkumpul dan mabuk bersama teman-temannya.
Penulis tidak akan memaksamu untuk percaya begitu saja dengan narasi historis yang dipaparkan di sini. Namun, kisah mengenai Socrates dan harga dirinya yang sangat tinggi itu juga dicatat dalam The Apology of Socrates atau ApologĂa Sokrátous yang ditulis langsung oleh Plato, salah satu murid terbaik Socrates.
5. Memilih untuk dihukum mati
lukisan tentang hukuman mati Socrates (metmuseum.org)
Diulas dalam Britannica, Socrates dihukum mati di Athena pada 399 SM karena ajaran dan pemikirannya yang dianggap radikal dan memengaruhi banyak kalangan muda. Socrates dibenci karena membuat banyak orang tampak bodoh di hadapan argumentasi filosofisnya yang cukup membingungkan itu. Di sisi lain, ia juga dikenal sebagai kritikus yang sangat frontal terhadap penguasa.
Socrates pun dianggap sebagai sosok yang menentang dewa-dewa Athena kala itu. Karena itu semua, Socrates dihukum mati dengan cara menenggak racun. Sebetulnya, Socrates bisa saja melarikan diri dan bahkan membela dirinya di depan pengadilan karena ada celah hukum di sana. Banyak orang yang mendukung agar Socrates membela dirinya sendiri dan keluar Athena membawa keluarganya untuk memulai hidup baru.
Namun, seperti yang kita tahu, Socrates adalah sosok idealis yang penuh dengan harga diri. Pandangan filosofisnya tak akan luntur hanya dengan segelas racun yang bakal mencabut nyawanya. Akan tetapi, tentu saja, pihak yang paling terpukul dan menderita atas kekerasan hati Socrates adalah Xanthippe dan anak-anaknya.
Well, itu tadi beberapa fakta historis mengenai Socrates, sosok filsuf besar Yunani yang terkenal dengan pemikirannya yang tak mudah diselami. Semoga artikel ini dapat membuka wawasan baru untukmu, ya!
https://www.idntimes.com/science/dis...-c1c2?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar