Daguerreotype Mary Mildred Botts atau yang lebih dikenal Mary Mildred Williams
Pada tanggal 19 Februari tahun 1855, Charles Sumner, senator Massachusetts, menulis kepada para pendukungnya kisah tentang seorang budak gadis berusia 7 tahun yang telah dia bebaskan. Gadis tersebut akan ikut dengannya di atas panggung pada saat diskusi abolisionis musim semi saat itu. "Saya pikir kehadirannya di antara kita (di Boston) akan jauh lebih efektif daripada pidato apa pun yang bisa saya lakukan," tulis orator terkemuka itu. Dia menyebutkan namanya adalah Mary, tetapi dia juga menyebut Mary secara signifikan sebagai "Another Ida Mei." Sumner juga menyertakan daguerreotype (foto saat zaman itu) Mary yang sedang berdiri di sebelah meja kecil dengan buku catatan di sikunya. Mary mengenakan gaun kotak-kotak rapi dengan ekspresi serius di wajahnya, seperti sedang melihat kepada seluruh dunia layaknya gadis kulit putih dari keluarga yang kaya raya.Boston Telegraph menerbitkan surat tulisan Sumner dan segera menjadi sebuah sensasi. Surat kabar yang beredar dari Maine hingga Washington DC mengutip cerita tentang "budak kulit putih dari Virginia," bersama dengan salinan daguerreotype yang seakan-akan membangkitkan kisah tentang "Ida May".Quote:
Sedikit tentang Ida MaySalah satu cover novel Ida May
Agar pembaca tidak terjebak pada narasi Ida May dan Mary, maka saya akan menulis sedikit tentang Ida May.
Ida May: A Story of Things Actual and Possible, adalah sebuah novel yang bisa dikatakan sedang booming dimasanya, diterbitkan hanya tiga bulan sebelum Object Mary dimunculkan oleh Sumner. Novel itu bercerita tentang seorang gadis kulit putih yang diculik tepat pada saat hari ulang tahunnya yang kelima, dia dipukul sampai pingsan dan dijual melintasi batas negara bagian ke dalam dunia perbudakan. Pengarangnya adalah Mary Hayden Green Pike, seorang abolisionis, dan narasi dalam novelnya cukup membangkitkan semangat orang-orang kulit putih untuk ikut menentang perbudakan sekaligus menentang Undang-Undang tentang Budak Pelarian, undang-undang federal yang menuntut bahwa budak yang dicurigai dan melarikan diri apabila tertangkap akan dikembalikan kepada tuan mereka. Kisah Mary Pike berhasil menimbulkan gelombang kekhawatiran bahwa undang-undang itu bisa mengancam keselamatan anak-anak kulit hitam maupun kulit putih yang apabila sudah masuk kedalam dunia perbudakan maka akan sulit untuk keluar dari sana.
Adalah langkah yang cerdas dari Sumner dengan menghubungkan/mencocoklogikan kemarahan yang digerakkan oleh karya fiksi Ida May dengan penderitaan Mary yang merupakan kisah nyata, disisipi sepotong propaganda cemerlang yang pada akhirnya menjadikan Mary menjadi subject poster anak pertama di Amerika. Namun kenyataannya Mary tidaklah diculik, melainkan dia murni lahir sebagai seorang budak.
Quote:
kisah Mary dan keluarganyaGambar yang diterbitkan di majalah Harper's Weekly pada 30 Januari 1864 dengan judul, "Perbudakan kulit putih dan berwarna"
kisah Mary dan keluarganya tercatat dalam dokumen yang tersebar selama 115 tahun, dimulai dari pengajuan pengadilan dan deposisi dari keluarga Cornwells, keluarga di Virginia yang telah memiliki hak atas nenek Mary, Prudence Nelson Bell sejak tahun 1809. Prudence dan anak-anaknya sangat dekat untuk “dianggap putih,” kata pengadilan. Warna kulit mereka adalah bukti dari tindakan yang dianggap lazim saat itu, yaitu seks non-konsensual antara seorang budak wanita dan anggota kulit putih dari kelas pemiliknya. Ibu Mary adalah Elizabeth, putri dari Prudence dengan tetangganya, Kapten Thomas Nelson. Ayah Mary adalah Seth Botts, seorang pria yang diperbudak yang juga merupakan putra "hasil" dari tuannya. Elizabeth dan Seth menikah pada awal 1840-an. Mary, anak kedua mereka, lahir pada tahun 1847.
Pada tahun 1850, ayah Mary melarikan diri ke Boston melalui Underground Railroad, mengubah namanya selama dalam perjalanan menjadi Henry Williams agar cocok dengan dokumen-dokumen yang dipalsukan olehnya. Melalui karismanya yang luar biasa, Williams mengumpulkan cukup dana untuk membeli kebebasan anak-anaknya, istrinya, ibunya, empat bibi dan paman Mary. Abolisionis John Albion Andrew, calon gubernur Massachusetts, menjadi pengacara Williams, dan ia menghubungi Sumner untuk meminta dana yang diperlukan untuk menebus Mary dan keluarganya dari Virginia. Setelah dibebaskan, mereka semua pergi ke Washington, di mana mereka bertemu dengan penebus mereka.
Charles Sumner
Sumner mengatakan anak tertua Williams, Oscar, "adalah anak yang cerdas dengan mata yang tajam seperti elang dan memiliki senyum yang indah." Tetapi Sumner memilih untuk memotret Mary dan memperkenalkannya kepada jurnalis dan legislator Massachusetts. Fisik Oscar gelap, seperti ayahnya, sementara Mary putih, seperti ibunya. Keputihan Mary tersebut membuat ia menarik bagi audiens kulit putih.
Quote:
Kisah hidup lanjutanSolomon Northup
Sepanjang musim semi 1855, Mary menjadi berita utama di Washington, New York dan Massachusetts. Pada bulan Maret, dia duduk di panggung Tremont Boston ketika Sumner memberi kuliah umum kepada ribuan orang. Dan setidaknya dua kali dia muncul bersama dengan Solomon Northup, seorang pria kulit hitam bebas yang pada kenyataannya, diculik dan diperbudak dimasa lalu. Dia menceritakan kisahnya dalam memoarnya Twelve Years a Slave .
"Little Ida May" menghilang dari peredaran setelah Perang Saudara berakhir, fakta-fakta dasar dalam hidupnya setelah itu ialah dia tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak. Dia besar dan tinggal di Boston, dekat dengan keluarganya, bekerja sebagai juru tulis dan terdaftar sebagai wanita kulit putih, sebuah keputusan yang dikriminalisasi di era Jim Crow sebagai "passing". Pendeta Thomas Wentworth Higginson, seorang abolisionis yang mengetahui tentang dia mengatakan dia
"rela kehilangan penglihatannya" agar Mary bisa "menghilang didalam barisan putih (menutup mata agar Mary bisa bebas)."
Bukan tanpa bahaya Sumner memperjuangkan hak budak, dia pernah hampir kehilangan nyawanya karena perdebatan dan saling serang antar kubu pro perbudakan
Mary pindah ke New York City pada tahun-tahun awal abad ke-20, dia meninggal pada tahun 1921 dan tubuhnya dikembalikan ke Boston dan dimakamkan bersama dengan keluarganya di pemakaman terpadu. Tidak pernah ditemukan sebuah surat atau dokumen yang ditulis oleh Mary sendiri, dan tidak ada kutipan kontemporer miliknya yang bertahan, kisah hidupnya sendiripun lama hilang dan hanya muncul ketika orang-orang kembali mengingat akan memory perbudakan.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar