Berbicara tentang pengusaha di bidang kerajinan di Indonesia, pikiran saya tertuju pada 6 tokoh yang cukup terkenal di bidangnya karena mampu mengolah bahan-bahan sederhana bahkan berupa barang bekas yang tak berguna menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Keenam tokoh tersebut antara lain :
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN KLIK DISINI
1. Eni Suryani
Eni adalah seorang pengusaha yang menyulap kayu dan kaleng bekas menjadi suatu produk yang bernilai jual. Bayangkan saja omset yang ia perolah bisa mencapai ratusan juta perbulannya.
Ada beberapa jenis produk yang dibuat oleh Eni, yaitu kaleng kerupuk, tenong, ceret angkringan, guci stempel, vas bunga, pensil, ember, tempat kue, siraman bunga, dan barang-barang rumah tangga lainnya.
Meski produk yang dihasilkan dari barang bekas, tetapi Eni menjualnya dengan harga mahal. Sekitar ratusan sampai jutaan rupiah. Alasan utama mengapa harganya mahal yaitu karena produk tersebut dibuat secara manual dengan tangan. Anda bisa melihat beberapa produknya di wastraloka.
2. Diah Rahmadita
Diah Rahmadita juga adalah salah satu pengusaha yang produknya dari barang bekas. Bedanya mbak Diah ini produknya adalah Decoupage dengan brand Lita Art.
Bisnis yang dimulai pada tahun 2007 ini mengandalkan bahan baku berupa barang bekas seperti piring, gelas, dan botol beling. Decoupage sendiri pada dasarnya adalah seni menempelkan kertas tisu dan dilukis menggunakan cat. Awal mula mbak Diah menjalankan bisnis ini berawal dari hobinya yang senang membuat karya kerajinan tangan.
Sampai saat ini mbak Diah mengaku sudah punya beberapa pembeli di beberapa negara lain, baik itu di Asia maupun di Eropa.
Harga produk decoupage sendiri dijual dengan harga Rp 20 ribu bahkan sampai jutaan rupiah. Produk decoupagenya yang paling mahal adalah produk yang dibuat dari botol beling besar. Harganya sekitar 1,5 jutaan. Omset yang dihasilkan dari penjualan produk tersebut sekitar 10 sampai 20 juta perbulannya.
1. Eni Suryani
Eni adalah seorang pengusaha yang menyulap kayu dan kaleng bekas menjadi suatu produk yang bernilai jual. Bayangkan saja omset yang ia perolah bisa mencapai ratusan juta perbulannya.
Ada beberapa jenis produk yang dibuat oleh Eni, yaitu kaleng kerupuk, tenong, ceret angkringan, guci stempel, vas bunga, pensil, ember, tempat kue, siraman bunga, dan barang-barang rumah tangga lainnya.
Meski produk yang dihasilkan dari barang bekas, tetapi Eni menjualnya dengan harga mahal. Sekitar ratusan sampai jutaan rupiah. Alasan utama mengapa harganya mahal yaitu karena produk tersebut dibuat secara manual dengan tangan. Anda bisa melihat beberapa produknya di wastraloka.
2. Diah Rahmadita
Diah Rahmadita juga adalah salah satu pengusaha yang produknya dari barang bekas. Bedanya mbak Diah ini produknya adalah Decoupage dengan brand Lita Art.
Bisnis yang dimulai pada tahun 2007 ini mengandalkan bahan baku berupa barang bekas seperti piring, gelas, dan botol beling. Decoupage sendiri pada dasarnya adalah seni menempelkan kertas tisu dan dilukis menggunakan cat. Awal mula mbak Diah menjalankan bisnis ini berawal dari hobinya yang senang membuat karya kerajinan tangan.
Sampai saat ini mbak Diah mengaku sudah punya beberapa pembeli di beberapa negara lain, baik itu di Asia maupun di Eropa.
Harga produk decoupage sendiri dijual dengan harga Rp 20 ribu bahkan sampai jutaan rupiah. Produk decoupagenya yang paling mahal adalah produk yang dibuat dari botol beling besar. Harganya sekitar 1,5 jutaan. Omset yang dihasilkan dari penjualan produk tersebut sekitar 10 sampai 20 juta perbulannya.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN KLIK DISINI
3. Made Sutamaya
Masih dengan produk dari barang bekas, Made Sutamaya juga mampu membuat produk yang bernilai jual tinggi dari barang bekas, tepatnya dari kayu bekas.
Pemilik kioski Gallery ini mengolah tumpukan sampah kayu yang ada di pinggir pantai menjadi produk desain interior yang bernilai jutaan rupiah.
Modal awal yang dibutuhkan Made saat memulai usaha ini hanyalah 2 karung plastik kayu pantai, paku, dan palu. Dengan pengalaman yang ia miliki, ia mampu menyulap kayu bekas menjadi produk berkualitas yang harganya tinggi.
Beberapa karya yang dihasilkan berupa kursi, meja, kaca, dan lampu berdiri yang dijual dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Dalam menjalankan bisnis ini, ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Made, karena dengan ia membuat kerajinan dari kayu bekas. Ia juga bisa menekan jumlah sampah-sampah kayu yang ada di pinggiran pantai.
Selain terkenal dalam interior desain yang menggunakan sampah kayu bekas, made sendiri mengaku bisa menghasilkan omset sampai Rp 300 juta perbulannya.
4. Nur Handiyah
Kalau membahas tentang sampah kulit kerang, maka Nur Handiyah lah jagonya. Beliau adalah pengusaha yang menyulap sampah kulit kerang menjadi suatu produk yang bernilai jual.
Dengan brand Multi Dimensi Shell Craft, beliau membuat beberapa produk pajangan antik seperti lampu, vas bunga, piring, kursi, meja, lampu gantung dan sebagainya.
Untuk bahan bakunya, Nur sendiri mendapat pasokan dari para nelayan yang ia beli dengan harga Rp 1,5 juta setiap tonnya.
Nur menyebutkan bahwa ia rata-rata ia mampu mengirim 4 kontainer barang pajangan kulit kerang ke berbagai negara di Uni Eropa. Seperti Spanyol, Jerman, Perancis, dan Inggris. Bukan hanya itu saja barang dagangannya ini juga dikirim ke beberapa negara di benua Afrika, Amerika, dan pasar Timur Tengah.
3. Made Sutamaya
Masih dengan produk dari barang bekas, Made Sutamaya juga mampu membuat produk yang bernilai jual tinggi dari barang bekas, tepatnya dari kayu bekas.
Pemilik kioski Gallery ini mengolah tumpukan sampah kayu yang ada di pinggir pantai menjadi produk desain interior yang bernilai jutaan rupiah.
Modal awal yang dibutuhkan Made saat memulai usaha ini hanyalah 2 karung plastik kayu pantai, paku, dan palu. Dengan pengalaman yang ia miliki, ia mampu menyulap kayu bekas menjadi produk berkualitas yang harganya tinggi.
Beberapa karya yang dihasilkan berupa kursi, meja, kaca, dan lampu berdiri yang dijual dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Dalam menjalankan bisnis ini, ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Made, karena dengan ia membuat kerajinan dari kayu bekas. Ia juga bisa menekan jumlah sampah-sampah kayu yang ada di pinggiran pantai.
Selain terkenal dalam interior desain yang menggunakan sampah kayu bekas, made sendiri mengaku bisa menghasilkan omset sampai Rp 300 juta perbulannya.
4. Nur Handiyah
Kalau membahas tentang sampah kulit kerang, maka Nur Handiyah lah jagonya. Beliau adalah pengusaha yang menyulap sampah kulit kerang menjadi suatu produk yang bernilai jual.
Dengan brand Multi Dimensi Shell Craft, beliau membuat beberapa produk pajangan antik seperti lampu, vas bunga, piring, kursi, meja, lampu gantung dan sebagainya.
Untuk bahan bakunya, Nur sendiri mendapat pasokan dari para nelayan yang ia beli dengan harga Rp 1,5 juta setiap tonnya.
Nur menyebutkan bahwa ia rata-rata ia mampu mengirim 4 kontainer barang pajangan kulit kerang ke berbagai negara di Uni Eropa. Seperti Spanyol, Jerman, Perancis, dan Inggris. Bukan hanya itu saja barang dagangannya ini juga dikirim ke beberapa negara di benua Afrika, Amerika, dan pasar Timur Tengah.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN KLIK DISINI
5. Naomi Susilowati Setiono
Naomi adalah tokoh yang cukup terkenal dalam dunia perbatikan, khususnya batik lasem. Beliau merupakan tokoh yang telah berjuang keras mengenalkan batik lasem ke berbagai daerah, bahkan sampai ke rana internasional.
Salah satu upayanya dalam mengembangkan batik laseman adalah dengan merintis pengaderan pengrajin batik di sekolah-sekolah secara gratis.
Naomi dan para pekerjanya di Batik Tulis Tadisional Laseman Maranatha bisa menghasilkan rata-rata 150 potong batik tulis perbulannya. Beberapa daerah yang menjadi target pengiriman batiknya adalah Surabaya, Serang, dan Medan.
6. Komang Adi
Komang Adi adalah Pelukis asal Gianyar Bali yang saat ini telah sukses menjadi pengusaha dengan galerinya yang diberi nama “Komang Adi Galeri”.
Untuk masalah pemasaran, lukisan Komang Adi sudah memasuki pasar luar negeri. Beberapa negara langganannya adalah Australia, Amerika, Jerman, dan Perancis.
Dengan dibantu oleh 34 pelukis, Komang mengaku bisa menjual 300 lukisan ke pasar domestik perbulannya untuk domestik dan mancanegara sebanyak 300 lukisan tiap 3 bulannya.
Harga lukisan sendiri dibanderol mulai dari 50 sampai 45 juta rupiah. Komang menuturkan bahwa omset yang bisa dihasilkan dari usahanya adalah sekitar 175 juta perbulannya. Sebagian pelanggan yang datang ke galerinya adalah para turis asing yang kebetulan sedang berkunjung ke pantai Kuta.
Sumber : Tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses di indonesia
5. Naomi Susilowati Setiono
Naomi adalah tokoh yang cukup terkenal dalam dunia perbatikan, khususnya batik lasem. Beliau merupakan tokoh yang telah berjuang keras mengenalkan batik lasem ke berbagai daerah, bahkan sampai ke rana internasional.
Salah satu upayanya dalam mengembangkan batik laseman adalah dengan merintis pengaderan pengrajin batik di sekolah-sekolah secara gratis.
Naomi dan para pekerjanya di Batik Tulis Tadisional Laseman Maranatha bisa menghasilkan rata-rata 150 potong batik tulis perbulannya. Beberapa daerah yang menjadi target pengiriman batiknya adalah Surabaya, Serang, dan Medan.
6. Komang Adi
Komang Adi adalah Pelukis asal Gianyar Bali yang saat ini telah sukses menjadi pengusaha dengan galerinya yang diberi nama “Komang Adi Galeri”.
Untuk masalah pemasaran, lukisan Komang Adi sudah memasuki pasar luar negeri. Beberapa negara langganannya adalah Australia, Amerika, Jerman, dan Perancis.
Dengan dibantu oleh 34 pelukis, Komang mengaku bisa menjual 300 lukisan ke pasar domestik perbulannya untuk domestik dan mancanegara sebanyak 300 lukisan tiap 3 bulannya.
Harga lukisan sendiri dibanderol mulai dari 50 sampai 45 juta rupiah. Komang menuturkan bahwa omset yang bisa dihasilkan dari usahanya adalah sekitar 175 juta perbulannya. Sebagian pelanggan yang datang ke galerinya adalah para turis asing yang kebetulan sedang berkunjung ke pantai Kuta.
Sumber : Tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses di indonesia