Selasa, 09 Februari 2021

US$ 9,5 MILIAR INVESTASI SIAP MENGALIR KE LPI

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan ada sekitar US$ 9,5 miliar atau setara Rp 133 triliun, investasi yang akan mengalir ke Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA).

Dana yang akan dikelola untuk proyek pemerintah itu berasal dari United States International Development Finance Corporation (US DFC), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Caisse de depot et placement du Wuebec (CDBQ)-Canda, dan perusahaan pengelolaan aset asal Belanda yakni APG-Netherland.

Airlangga bilang, calon modal asing tersebut masuk seiring dengan reformasi kemudahan berusaha melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. “Iklim berusaha di Indonesia saat ini lebih kondisif,” kata Airlangga dalam acara bertajuk Indonesia Economic Outlook 2021, Senin (8/2).

Airlangga menekankan, UU 11/2020 telah memperbaiki perizinan berusaha yang berbelit atau tumpang tindih selama ini, melalui reformasi kebijakan. Selain itu, perizinan berusaha dapat dilakukan hanya dalam satu pintu yakni Online Single Submission (OSS). 

Setali tiga uang, reformasi iklim berusaha menimbulkan kepercayaan investor INA untuk menanamkan modalnya, sebab proyek yang bakal didanai dipastikan bisa berjalan lancar.

“Ini membuka peluang mempermudah berusaha di Indoneisa, melalui regulasi, kepastian hukum, dan pemberian insentif fiskal dan nonfiskal,” ujar Airlangga.

Di sisi lain, Airlangga mengatakan masuknya investasi asing lewat INA juga dipengaruhi oleh prospek pemulihan ekonomi di dalam negeri tahun ini yang diramal bisa mencapai 4,5% hingga 5,5% secara tahunan. Lantas untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi, Menko Airlangga bilang ada dua cara.

Pertama, pemerintah fokus memperbaiki confindence masyarakat melalui kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro yang bertujuan untuk menekan penyebaran virus corona hingga ke tingkat desa.

Upaya ini, beriringan dengan program vaksinasi untuk menciptakan herd immunity kepada 182 juta masyarakat Indonesia hingga akhir tahun ini.

Kedua, melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 dengan total anggaran sekitar Rp 619,83 triliun. Dana ini untuk penanganan kesehatan termasuk vaksinasi, perlindungan sosial, stimulus Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan korporasi, dan stimulus Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemda. 

https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/airlangga-hartarto-klaim-ada-us-95-miliar-investasi-siap-mengalir-ke-lpi

Pembunuh Sadis Asal Banyuwangi

 Pembunuh Sadis Asal Banyuwangi



Mungkin masih jarang yang tau tentang kisah pembantaian sadis yang satu ini. Pembantaian yang pernah terjadi di Indonesia ini sempat membuat heboh masyarakat terutama masyarakat Banyuwangi Jawa Timur.

Pada tanggal 15 April 1987 terjadi peristiwa mengerikan yang terjadi di desa Banjarsari Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Sebuah peristiwa menyeramkan yang dinamai sebagai Pembantaian Banjarsari.

Korban dari peristiwa tersebut berjumlah 20 orang meninggal dan 12 orang lainnya luka-luka. Dan jika GanSist berpikir kalau ini merupakan perbuatan sekelompok orang maka kalian salah. Karena faktanya hanya 1 orang yang ditetapkan sebagai tersangka pembantaian ini. Dan orang tersebut bernama Wirjo.

Wirjo merupakan seorang petani berusia 42 tahun yang tinggal dengan istri dan anak nya. Wirjo memang terkenal sebagai orang yang tempramental. Bahkan tak jarang ketika ada orang yang menasihatinya dia akan langsung mengacungkan celurit pada orang terssebut. Ditambah lagi dia juga sering mabuk-mabukan dan gemar berjudi. Walaupun awalnya Wirjo memiliki cukup uang dari hasil warisan orang tua nya, namun itu semua ia gunakan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Sehingga membuat hidup nya menjadi penuh keprihatinan.

Banyak yang menyakini kalau awal mula dirinya membunuh banyak orang terjadi karena sehari sebelum nya dirinya sempat ribut dengan istrinya. Namun ada juga yang menyakini kalau Wirjo sedang dirasuki sosok jahat yang membuat dirinya menjadi seperti itu.

Korban pertama dari kesadisan Wirjo adalah teman anak nya yang berusia 4 tahun. Wirjo membunuh bocah 4 tahun tersebut dengan celurit yang dibawanya. Dan barulah habis itu berlanjut ke tetangga nya. Bahkan orang-orang yang ditemui nya dijalan pun tak luput menjadi korban pembantaian Wirjo.

Setelah membunuh dan melukai banyak orang didesanya, Wirjo dikabarkan menghilang. Namun, warga di desa Banjarsari tetap saja takut jika Wirjo datang ke rumah mereka dan membunuh mereka.

Pencarian pun dilakukan untuk menemukan Wirjo. Bahkan polisi dan tentara pun juga ikut serta dalam pencarian tersebut. Setelah pencarian yang lumayan lama, akhirnya Wijo berhasil ditemukan. Wirjo ditemukan tewas dengan kondisi gantung diri dengan tali gesper yang mengikat lehernya.

Namun dengan kabar kematian Wirjo tidak dapat membuat semua warga desa menjadi tenang. Pasalnya masih ada yang beranggapan kalau Wirjo tidak gampang mati begitu saja.

Menurut kabar yang beredar, sebelum Wirjo melakukan aksinya, dirinya sempat melakukan beberapa hal aneh seperti berpuasa selama 40 hari sampai meminum darah sapi. Bahkan dirinya sempat memiliki nafsu makan yang tidak biasa, yang dimana dia membuat nasi goreng dengan 5kg nasi yang dihabiskannya sendiri dalam waktu yang singkat.

Selain itu beredar kabar kalau Wirjo sebenarnya juga menggunakan ilmu kebal. Hal itu dibuktikan ketika dirinya hendak membantai orang-orang, dirinya sempat mendapatkan perlawanan. Namun aneh nya di tubuhnya tidak terdapat luka-luka akibat perlawanan dari korbannya itu.

Hingga saat ini tempat Wirjo bunuh diri masih ditakuti oleh masyarakat sekitar. Dan makam Wijo sendiri tak jarang dikunjungi oleh orang-orang yang tertarik tentang cerita yang melegenda di Banyuwangi tersebut.

Mengungkap Manusia Pembawa Epidemi Penyakit

  Mengungkap Manusia Pembawa Epidemi Penyakit

Source image

Pasien zero adalah istilah yang diberikan kepada pasien pertama suatu wabah penyakit. Pada awalnya istilah ini merupakan panggilan provokatif bagi orang-orang yang dianggap bertanggungjawab terhadap penyebaran penyakit.

Istilah tersebut kini digunakan secara khusus bagi pasien pertama sebuah wabah penyakit yang terdokumentasikan secara resmi

1. Mary Mallon (penderita pertama pada penyakit tifus)
Mary Mallon (1869-1938) dikenal sebagai manusia pertama yang membawa dan menyebarkan penyakit tifus, berasal dari Irlandia pada usia 15 tahu dia pindah ke Amerika dan bekerja sebagai asisten rumah tangga pada tahun 1884 dan tahun 1906 karir nya meningkat dari asisten rumah tangga menjadi juru masak untuk keluarga Charles Henry Werren di Oyster Bay, Long Island.

Sebelum bekerja pada keluarga Werren, Mary telah memasak untuk setidaknyanya 8 keluarga dan 7 diantaranya mengalami apa yang kita kenal sekarang sebagai gejala tifus.

Kemudian pada 1907 New York menjadi pusat epidemi penyebaran penyakit tifus dan Mary dinyatakan sebagai pasien pembawa pertama. Setelah dikarantina secara paksa di North Brother Island, Mary pun akhirnya dilepaskan dan kemudian kembali mencari pekerjaan dan diterima sebagai juru masak di sebuah rumah sakit dengan menggunakan identitas palsu.

Wabah tifus pun kembali dan pada saat itu pemerintah memustuskan untuk mengkarantina Mery selamanya pada sebuah pulau sampai akhirnya dia meninggal pada 1938 dalam pengasingannya.

Dalam berita kematiannya di sebutkan bahwa dia adalah penyebab 51 kasus penyakit tifus yang merenggut 3 korban jiwa

2. Frances Lewis (penderita pertama penyakit kolera)
Pada tahun 1954 hanya dalam waktu 10 hari 500 orang tewas dalam satu wilayah dipusat kota London. Gejala-gejalan seperti munta-muntah, diare, kram perut, dan dehidrasi ekstrim menandai epidemik tersebut. Bahkan seorang pasien yang merasa mual bisa saja meninggal dunia pada saat itu.

Kolera menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat kota London pada zaman Victoria pada saat itu. Setelah penanganan epidemi, 10 ribu orang berada dibawah tanah dan para ilmuan langsung menyelidiki asal epidemi ini dan mereka berhasil menemukan ground zero nya pada kain popok seorang bayi berusia 5 bulan bernama Frances Lewis.

Seorang dokter bernama John Snow menemukannya dengan mengikuti pola tempat kematian korban kolera. Menggunakan metode yang dikenal dengan peta hantu, Snow menemukan fakta bahwa kebanyakan korban yang meninggal tinggal dekat dengan pompa air di Board Street.

Ibu Frances Lewis menyuci popok lewis disekirat tempat tersebut, yang kemudian air cuciannya meresap dan langsung masuk ke sumber air setempat dan memicu keracunan ribuan penduduk didaerah tersebut

3.Gaetan Dugas (penyebab pertama penyebab HIV/AIDS)
Gaetan Dugas adalah seorang pramugara maskapai air canada dan berhasil diidentifikasi oleh para ilmuwan pada akhir 1970an sebagai orang pertama yang membawa epidemi HIV/AIDS keAmerika Serikat.

Nama Dugas disebutkan secara resmi ke publik pertama kali oleh wartawan Randy Shilts pada tahun 1987 dalam bukunya “and the band played on” ketika bukunya dirilis surat kabar new york post meliput berita tersebut sebagai takjub utama yang berjudul “the man who gave us aids” atau orang yang memberi kita aids dan menjadikan nama Gaetan Dugas melekat sebagai orang yang menyebarkan epidemi HIV/AID.

Namun para ilmuwan sekarang baru mengetahui bahwa sangatlah tidak mungkin seorang Gaetan Dugas menjadi pasien zero dalam kasus epidemi HIV/AIDS. Sebuah studi genetika baru-baru ini menggunkan sampel darah yang diambil akhir 1970an sepertinya menunjukan bahwa virus tersebut datang ke New York pada tahun 1970 dan memiliki kaitan dengan virus yang ada di Haiti dan negara-negara Caribia lainnya

4. Mabalo Lokela (penderita petama penyakit ebola)
Ebola membunuh dengan cara membuat penderitanya mengalami pendarahan internal yang sangat parah, penyakit ini adalah penyakit yang sampai sekarang belum memiliki obat, tidak ada vaksin dan tidak ada gagasan nyata mengapa penyakit ini terus terjadi.

Wabah ebola yang menyerang Afrika Barat pada 2014 menyebabkan gelombang kepanikan diseluruh dunia dan tidak heran ebola disebut sebagai penyakit yang paling mengerikan di abad 21. Korban ebola yang pertama di dunia adalah seorang gura yang bernama Mabalo Lokela. Mabalo Lokela tinggal di kota Yambuku, di Demokratik Kongo Utara.

Pada bulan agustus 1976 dia pulang dari sebuah perjalanan dari daerah utara dengan demam tinggi. Awalnya petugas medis mendiaknosis Mabalo Mokela dengan malaria tapi setelah 2 minggu gejala mengerikan seperti muntah tak terkendali, maslah bernafas, pendarahan mata, hidung dan mulut membuat dia meninggal. Sayangnya virus ebola tidak mati bersamanya, banyak orang yang berhubungan dengan Mabalo saat masih sakit-sakitan pada akhirnya terjangit penyakit itu juga, sekitar 90% orang di desa Mabalo meninggal dunia. Para ahli di seluruh dunia terus mencoba mencari cara bagaimana menghentikan penyebaran virus pembunuh ini.

5. Dr. Liu Jianlin (penderita pertama penyakit SARS)
Hanya dalam waktu 9 bulan penyakit SARS berlahan menulari orang-orang diseluruh dunia mengakibatkan total 774 orang yang tinggal di 37 negara meninggal dunia, dan menyebabkan banyak orang mengalami penyakit pernafasan serius.

Pertama kali didiaknosis terjadi di provinsi Guadong China pada bulan november 2002. SARS pada awalnya hanya dianggap sebagai penyakit flu ringan dan tidak mendapat penangannan serius, virus ganas ini segera berkembang menjadi pneumonia penuh dan pada akhirnya mengakibatkan gagal pernafasan. Seperti yang terjadi pada wabah epidemi lainnya kita sering tidak tahu apa yang akan kita hadapi sampai terlambat.

Dan ketika dunia mulai memperhatikan penyakit menular ini, dokterLie Jianlin seorang dokter medis dari provinsi Guadong di China menginap di hotel metropole Hongkong.

Dokter Liu Jianlin diyakini telah menginfeksi sekitar 12 orang dihotel tersebut, sebelum meninggal karena gagal pernafasan.

Pemerintah Selamatkan Ekonomi dan Kesehatan, Warga Diminta Lebih Bijak






Ketua Komisi III DPRD Bali Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana. (Putu Agus Adegrantika/Bali Express)





DENPASAR, BALI EXPRESS –Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 03 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis desa atau kelurahan di Provinsi Bali telah final, Senin (8/2).


Langkah tersebut merupakan salah satu cara menyelamatkan perekonomian dan kesehatan masyarakat. Untuk itu, masyarakat pun diharapkan lebih legowo dan bijak demi keselamatan bersama.


Ketua Komisi III DPRD Bali Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana menjelaskan, PPKM yang berbasis mikro ini memperbaiki PPKM yang sebelumnya. Kini akan lebih mengkhusus kepada pada satu desa maupun kelurahan yang ada sesuai zona. “PPKM Mikro ini tentu pola yang dipergunakan untuk memperbaiki pola PPKM yang sebelumnya bersifat kedaerahan,” jelasnya.


Politisi PDIP ini juga menyampaikan PPKM tidak menutup kegiatan perekonomian. Aktivitas ekonomi tetap jalan, hanya saja terdapat pembatasan waktu. Meski pun peredaran virus Covid-19 tidak berdasarkan waktu. Hanya saja diarahkan dalam posisi kegiatan masyarakat saat berinteraksi dikurangi jumlahnya atau dibatasi.

“PPKM Mikro sekarang jam buka bisa normal sampai jam 9 malam sesuai instruksi. Namun, wilayah khususnya desa atau kelurahan yang menerapkan PPKM Mikro sampai jam 8 malam. Kegiatan keagamaan, di tempat ibadah juga ditekankan tidak berkerumun,” paparnya.

Ia juga menambahkan, batas buka pedagang sampai jam 8 malam agar dikomunikasikan kepada pelanggan, dengan cara jam buka lebih awal dari biasanya.

Diharapkannya, semua itu bisa ditindaklanjuti dengan hati yang dingin dan penuh kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat. "Jangan menumpahkan kesalahan pada pemerintah saja. Pemerintah sama, tujuannya sama ingin pandemi cepat selesai, supaya cepat ada perputaran ekonomi,” imbuhnya.

Langkah lain juga disebutkan, rencananya masing-masing desa adat akan diserahkan bantuan keuangan khusus (BKK) sebesar Rp 100 juta.

“Tentu itu digelontorkan secara khusus untuk mendukung kegiatan PPKM ini. Ini artinya pemerintah tidak melepas begitu saja dengan memberikan edaran, namun ada pertanggungjawaban,” tandasnya.

Di pihak lain, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Bali, I Wayan Rawan Atmaja menyampaikan di masyarakat lebih banyak mempertanyakan terkait jam tutup warung. Sementara pasar tradisional pada pagi hari buka seperti biasa dan beraktivitas layaknya tidak ada penyebaran Covid-19. Sehingga ia berpendapat supaya model seperti ini perlu dikaji lebih mendalam.

Pasalnya aktivitas di pasar jauh lebih riskan dengan kerumunan. " Ini perlu kajian mendalam. Jika diizinkan warung buka sampai jam 11 malam mungkin perekonomian akan ada kehidupan. Masalah PPKM apapun namanya itu, kebanyakan akan menimbulkan pertanyaan di masyarakat,” tegasnya.

Diungkapkanny, warung makan bisa dibatasi dengan meja duduk, dan bisa dibungkus untuk dibawa pulang oleh konsumen. Baik beli sendiri atau menggunakan jasa ojek online. “Ini akan ada penambahan lapangan kerja bagi mereka (ojek online). Sehingga kurang efektif dengan pembatasan yang tidak seimbang,” sambung Rawan Atmaja.

Ditemui terpisah, Ketua Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Provinsi Bali, Umar Ibnu Alkhatab melihat perpanjangan PPKM di Bali sudah tepat, karena angka penambahan terkonfirmasi positif Covid-19 di Bali kadang naik dan turun.

“ORI Bali memahami keputusan pemerintah untuk bisa menjamin kepada publik agar publik tidak didera kecemasan terus akibat lonjakan tersebut. Jangan sampai publik tidak menerima dengan legowo dengan PPKM, sebab PPKM untuk kebaikan mereka juga,” tegasnya.

Umar juga mengaku pemerintah sudah cukup maksimal bertindak, sekarang bagaimana publik menyikapi. “Kita meminta warga memahami, kalau tidak, mau sampai kapan kita akan berhadapan dengan Covid-19. Begitu juga pemerintah harus konsisten menangani. Agar ada pencegahan rutin dilakukan, supaya publik menyadari,” pungkasnya.



(bx/ade/rin/JPR)

Jalani Karantina di Hotel, OTG Asal Guwang Meninggal






MENDADAK : Petugas PMI Kabupaten Gianyar mengevakuasi jasad OTG, Drs. I Made S, 68, di hotel, Ubud, Senin (8/2). (istimewa)

GIANYAR, BALI EXPRESS - Orang tanpa gejala (OTG), Drs. I Made S, 68, yang tengah menjalani karantina di salah satu hotel di Ubud, Jalan Pengosekan, Ubud, Gianyar, meninggal dunia, Senin (8/2) sekitar pukul 06.45 Wita


Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan menyebutkan, jika Made S terkonfirmasi bersama istrinya Ni Nyoman R, 67, dan seorang anaknya I Made D, 37. Satu keluarga yang dinyatakan positif Covid-19 dengan status OTG ini merupakan warga Banjar Wangbung, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati. Selanjutnya mereka bertiga pun menjalani karantina di hotel di Ubud.

Sebelum ditemukan tak bernyawa, I Made S seperti hari biasanya bangun sekitar pukul 04.00 Wita. Kemudian sang istri membuatkannya sarapan roti dan susu. Made S kemudian menikmati sarapan tersebut di kursi depan kamar nomor 315 tempat mereka di karantina.


Hanya saja karena hari masih subuh, sang istri memutuskan untuk kembali tidur. Sementara korban masih duduk di kursi depan kamar sembari menikmati sarapannya.

Selanjutnya sekitar pukul pukul 06.00 Wita, istri korban kembali terbangun dan bergegas mandi karena akan ada pemeriksaan rutin dari dokter untuk semua OTG yang menjalani karantina.

Hingga selesai mandi, korban nampak masih dalam posisi terduduk di depan kamar hotel. Saat itu sang istri belum menaruh curiga sehingga ia kemudian membangunkan anaknya yang tinggal di kamar nomor 115. Istri korban menyuruh anaknya untuk mandi karena akan ada pemeriksaan kesehatan rutin dari tim kesehatan.

Saat itulah anak korban yang hendak mandi memanggil korban berkali-kali, namun korban tidak menyahut sehingga anak korban mendekati Made S yang ternyata sudah dalam kondisi meninggal dunia.

Anak korban kemudian menghubungi tim medis yang berjaga di hotel. Selanjutnya tubuh korban dipindahkan ke tempat tidur. Selang beberapa menit, tim medis menghubungi Kabid Yanskes Kabupaten Gianyar Putu Awan Saputra yang selanjutnya diteruskan ke dr I Gusti Ngurah Adnyana yang merupakan Kepala Puskesmas Ubud 2.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, dipastikan korban sudah meninggal sekitar pukul 06.00 Wita. Hal itu dibuktikan dengan belum ada lebam mayat. Pada tubuh korban juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan dan pupil mata melebar. "Menurut keluarga korban tidak mempunyai riwayat penyakit bawaan," ungkapnya.

Setelah diperiksa selanjutnya jenazah korban di bawa ke RS Sanjiwani Gianyar menggunakan mobil Ambulans Palang MerahbIndonesia (PMI) Kabupaten Gianyar, sekitar pukul 09.15 Wita.

Sementara itu, Perbekel Guwang, Anak Agung Alit ketika dikonfirmasi membenarkan jika korban merupakan salah satu warganya. Dikatakannya juga, bahwa keluarga korban memiliki tempat tinggal di Denpasar.



(bx/ras/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2021/02/08/240279/jalani-karantina-di-hotel-otg-asal-guwang-meninggal

Menolak Lupa Soal ISIS


Lagi rame kasus anggota ISIS ditangkapin ya? Tentu kita berterima kasih kepada Densus yang menjaga NKRI dengan bertindak tegas pada anggota kelompok teroris.

Namun, kita perlu ingat: sekarang adalah tahun 2021. Padahal, ISIS terang-terangan mendeklarasikan diri pada 16 Maret 2014 di BUNDARAN HI! Bundaran HI itu berada di Jakarta ya, IBU KOTA NEGARA! Kemana publik, media, MUI, pemerintah waktu itu?

Saya copas bagian awal liputan mengenai acara deklarasi tsb. 

***

Pagi itu (16 Maret 2014), Bundaran HI tampak tampak ramai oleh warga Jakarta yang berolah raga. Seperti biasa, di hari Ahad, jalan Sudirman sampai HI memang steril kendaraan terkecuali hanya Busway Trans Jakarta, sehingga masyarakat lebih nyaman berolahraga.

Namun kenyamanan pagi itu juga ‘diramaikan’ oleh acara bertajuk “Tabligh Akbar:Menyongsong Kehadiran Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah;  Support & Solidarity for ISIS.” Sekedar informasi, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) adalah salah satu dari sekian banyak kelompok militan yang menyerbu dan mengobrak-abrik Suriah dengan alasan jihad. ISIS ingin menggulingkan rezim Assad karena ingin mendirikan khilafah di Suriah dan Irak.

Beberapa laki-laki bercelana cingkrang, berjenggot, dan berpakaian serba hitam terlihat berkumpul di dekat bundaran, membentangkan bendera-bendera al-Qaeda dan berbagai macam atribut dan spanduk dukungan kepada ISIS. Sempat terjadi adu mulut antara mereka dengan seorang polisi yang bertugas menjaga kelancaran lalu lintas, sebab keberadaan pasukan berbaju hitam itu sempat memacetkan jalur Busway dan menyedot perhatian warga yang sedang berolah raga.

...

Tepat 09.30 WIB, orasi pun dimulai. Teriakan takbir bergema bersama kepalan-kepalan tangan yang diacungkan ke udara mengiringi orasi.

Orasi dipimpin oleh Koordinator Gerakan Khilafah Wilayah Jakarta. Orator pertama adalah Ustad Fachri dari Pamulang yang mengajak semua ikhwan untuk merapatkan barisan dalam rangka menyambut berdirinya Khilafah di Bumi Syam (Suriah) dan Irak, dan sebentar lagi akan memasuki Lebanon dan menyeberang ke Asia Tenggara. Ustad Fachri juga menyeru bangsa Indonesia agar kembali pada Hukum Allah. Ustad Fachri juga secara tegas menyampaikan rencana untuk menegakkan Daulah Islamiyah di bumi Indonesia dengan berbagai cara.

... [lanjutannya baca saja di websitenya langsung]

**
Yang bikin ngeri adalah baris akhir dari liputan ini. 

"Siang semakin menjelang. Acara pun usai. Seorang warga yang sedang bersepeda di bundaran HI mengacungkan jempolnya ke bawah, ke arah kerumunan pro-ISIS itu. Seseorang dari mereka membalas, “Mati, lu!" 

Itulah ideologi mereka: bila kita tidak sepakat dengan mereka, kita layak mati. Ideologi takfirisme, yang menyusup ke dalam berbagai nama, berbagai merk.

***
Kini di tahun 2021, kesadaran publik soal bahaya ISIS semakin meluas. Pemerintah juga semakin berani untuk tegas. PR besar kita semua adalah melawannya di tataran ideologi dan narasi. Organisasi dibubarkan, anggota ditangkap, tidak membuat ideologi mati. Karena ideologinya tidak diidentifikasi dengan jelas, banyak yang tidak paham/sadar bahwa mereka sedang dicekoki oleh ideologi yang sama (tapi berbeda merk). Apalagi para ustad-nya sangat lihai bermain narasi dan dengan dukungan dana besar, mampu mengisi ruang-ruang publik dengan ceramah-ceramah yang seolah baik.  

[bersambung]
  

Liputan Deklarasi ISIS di Bundaran HI 16 Maret 2014
https://liputanislam.com/liputan/deklarasi-baiat-organisasi-teroris-transnasional/
.
.
Dina Sulaiman

BPOM Resmi Terbitkan Izin Penggunaan Vaksin untuk Lansia

.
Dalam keterangan pers hari Senin (8/2), juru bicara pemerintah, dr. Reisa Broto Asmoro menjelaskan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19 Coronavac dari Sinovac bagi kelompok usia di atas 60 tahun.

Keputusan tersebut ditetapkan setelah melalui pembahasan antara Badan POM bersama KOMNAS (Komite Nasional) Penilai Obat, ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), Dokter Spesialis Alergi dan Imunologi, dan dokter Spesialis Geriatric. 

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah memutuskan untuk segera melakukan vaksinasi bagi tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun. “Vaksinasi perdana bagi tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun langsung dilaksanakan hari ini juga, pagi tadi, hari Senin, 8 Februari 2021 pukul 09.00 WIB”, jelas dr. Reisa.

Diperkirakan akan ada lebih dari 11 ribu orang tenaga kesehatan yang berusia di atas 60 tahun yang akan divaksinasi di seluruh Indonesia dengan tetap menerima vaksinasi dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari. 

“Pemerintah juga akan melakukan vaksinasi kepada lansia kategori non-nakes, diperkirakan sekitar 10% populasi Indonesia adalah kelompok lansia”, sambung dr. Reisa.

Selain itu, dr. Reisa juga menjelaskan bahwa pemberian vaksinasi kepada lansia dapat menekan kematian dan juga mengurangi tekanan terhadap beban rumah sakit, dengan begitu angka rawat inap dan bed occupancy ratio dapat turun, kasus aktif dapat turun dan angka kesembuhan akan naik.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Badan POM, Dr. Dra. L. Rizka Andalusia menjelaskan bahwa pemberian izin penggunaan vaksin Covid-19 Coronavac dari Sinovac bagi kelompok usia di atas 60 tahun didasarkan kepada hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China dan fase 3 di Brazil yang melibatkan subjek lansia dengan usia diatas 60 tahun.

“Uji klinik fase 1 dan 2 di China yang melibatkan subjek lansia sebanyak seitar 400 orang, menunjukkan bahwa vaksin Coronavac yang diberikan dengan 2 dosis vaksin dengan jarak 28 hari menunjukkan hasil imunogenisitas yang baik yaitu dengan seroconversion rate setelah 28 hari pemberian dosis kedua adalah 97,96%” jelas Dr. Rizka.

Selain itu, Dr. Rizka juga menjelaskan bahwa hasil uji Klinik fase 3 yang berlangsung di Brazil dengan melibatkan subjek lansia sebanyak 600 orang, diperoleh hasil bahwa pemberian vaksin Coronavac pada kelompok usia 60 tahun ke atas menunjukkan vaksin tersebut aman.

Untuk diketahui, dalam penerbitan izin penggunaan vaksin Covid-19 bagi lansia, pemberian persetujuan penggunaan (EUA) dapat dilakukan oleh Badan POM dengan mengevaluasi hasil uji klinik dari negara lain untuk mendapat data keamanan dan khasiat vaksin, dan data mutu produk dari laporan produksi.

Dr. Dra. L. Rizka Andalusia juga menambahkan bahwa dalam melengkapi pemberian persetujuan untuk lansia, Badan POM mengeluarkan informasi untuk tenaga kesehatan (Fact Sheet) yang dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan vaksinator dalam melakukan skrining sebelum pelaksanaan vaksinasi. “Mengingat populasi Lansia merupakan populasi berisiko tinggi maka pemberian vaksin harus dilakukan secara hati-hati”, sambung Dr. Rizka

Jakarta, 8 Februari 2021