Ilustrasi. Sumber: Di sini
Sejak zaman dahulu kala, manusia telah membagi waktu menjadi periode yang lebih kecil seperti hari, minggu, dan bulan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kita memiliki tujuh hari dalam seminggu?
Sejarah menunjukkan bahwa konsep tujuh hari dalam seminggu pertama kali muncul di wilayah Mesopotamia, sekitar 4.000 tahun yang lalu. Mesopotamia, yang sekarang merupakan wilayah Irak modern, adalah salah satu dari peradaban tertua di dunia.
Penduduk Mesopotamia mempercayai bahwa tujuh planet di tata surya mereka dipimpin oleh tujuh dewa. Mereka juga membagi waktu menjadi tujuh periode yang disebut "shabbatu" dalam bahasa Akkadia, bahasa resmi Mesopotamia kuno.
Shabbatu ini awalnya diadakan untuk memperingati fase bulan baru, yang terjadi sekitar tujuh kali dalam satu siklus bulan. Perayaan tersebut dianggap sebagai waktu yang suci dan dihormati oleh penduduk Mesopotamia.
Ketika Kekaisaran Babilonia muncul di Mesopotamia pada abad ke-18 SM, mereka mewarisi tradisi ini dan memperkenalkan konsep tujuh hari dalam seminggu kepada dunia. Mereka memanggil hari-hari tersebut dengan nama planet yang dipimpin oleh dewa mereka, yaitu Shapattu, Sin, Shamash, Ishtar, Nabu, Marduk, dan Nergal.
Konsep tujuh hari dalam seminggu kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui penjajahan dan perdagangan antar bangsa. Sistem penanggalan Julian yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM juga membagi waktu menjadi tujuh hari dalam seminggu.
Selain itu, agama-agama besar seperti Islam, Kristen, dan Yahudi juga menggunakan konsep tujuh hari dalam seminggu dalam praktek-praktek mereka. Pada hari ketujuh, masing-masing agama memiliki tradisi dan ritual yang berbeda.
Dalam agama Kristen, hari Minggu dianggap sebagai hari suci dan disebut sebagai hari Sabat. Ini diadopsi dari agama Yahudi, di mana hari Sabat dianggap sebagai hari suci dan hari istirahat. Sementara itu, hari Jumat adalah hari suci bagi umat Islam dan diperingati sebagai hari berpuasa.
Meskipun alasan pasti mengapa tujuh hari dipilih sebagai jumlah hari dalam seminggu masih belum diketahui, namun teori populer menyatakan bahwa ini mungkin terkait dengan fase bulan baru dan waktu yang dianggap suci oleh penduduk Mesopotamia.
Dalam kesimpulannya, konsep tujuh hari dalam seminggu memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan kebudayaan manusia. Meskipun asal usulnya masih diperdebatkan, namun tetap menjadi bagian penting dari cara kita mengorganisir waktu kita dan merayakan hari-hari yang suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar