Apakah konflik di masa lalu, menjadi alasan khusus penyebab kepunahan si kucing besar di tanah Jawa?
Sekelompok pria dan anak-anak berfoto dengan harimau Jawa yang mati diburu pada Mei 1941 di Malingping, Banten | Foto: Tropenmuseum/Wikimedia Commons
LINGKUNGAN—Keberadaaan hewan legendaris harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) di tanah Jawa, masih menjadi misteri. Badan Konservasi dan Sumber Daya Internasional (IUCN), menyatakan harimau Jawa telah punah pada tahun 1980-an.
Pada tahun 1950-an, populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini menyusut, hingga di tahun 1972 hanya ada sekitar 7 ekor harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.
Ada kemungkinan kepunahan ini diduga terjadi sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada jejak dari harimau Jawa ialah pada tahun 1972 dan 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa.
Menurut buku, A. Hoogerwerf 's:1970, "Udjung Kulon, The Land of the Last Javan Rhinoceros", jumlah harimau Jawa kian menyusut selama dua abad terakhir.
Salah satu dari sembilan subspesies harimau—harimau Jawa diketahui pernah menjadi predator dominan di pulau Jawa.
Pada abad ke-18, jumlah mereka begitu banyak di pulau Jawa, sehingga penjajah Belanda memberikan hadiah bagi siapa saja yang mendapatkan kepala hewan nahas tersebut.
"Mendorong agar masyarakat melakukan perburuan hewan tersebut," menurut media asing, smithsonianmag.com.
Padahal, penduduk lokal Jawa menahan diri untuk tidak membunuh hewan tersebut, namun konflik harimau dan manusia tak terelakan lagi—menjadi alasan khusus, salah satu faktor dari kepunahan.
"Populasi manusia semakin membengkak banyak pertemuan kucing besar yang mengakibatkan kematian manusia."
Pada 1940-an, para pemburu melaporkan harimau Jawa terlihat sedikit di pulau Jawa, sisanya telah melarikan diri ke daerah pegunungan dan taman nasional—agar manusia tidak dapat mengikuti dengan mudah. Penampakan terakhir kucing besar yang dikonfirmasi terjadi di Taman Nasional Meru Betiri Jawa pada tahun 1976—dan pada tahun 2003.
Meskipun begitu, para pecinta satwa liar belum menyerah, walaupun harapan kemungkinan harimau Jawa belum punah—sangatlah kecil. Hal tersebut berdasarkan beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, di area hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur—walaupun tidak bisa diverifikasi secara ilmiah.
Pada tahun 2017, geger sebuah video dan gambar diduga harimau Jawa di Ujung Kulon telah ditemukan lagi di Indonesia yang meningkatkan harapan bahwa hewan tersebut masih ada.
Menurut pekerja di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), seekor kucing besar tersebut sekilas nampak berbeda dari spesies mana pun yang biasanya terlihat di daerah tersebut, dan ketika gambar-gambar itu dipublikasikan secara online—menimbukan berbagai spekulasi apakah itu harimau Jawa?
"Ini dulunya adalah habitat harimau Jawa," kata Mamat Rahmat, kepala balai TNUK, mengatakan kepada media nasional.
Namun, para ahli skeptis, mencatat bahwa video bercak loreng yang menunjukkan seekor kucing sedang bergerak, lebih condong mirip dengan macan tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) daripada harimau.
"Saat video di-pause, efeknya terlihat seperti harimau," kata Wulan Pusparini, pakar harimau di Wildlife Conservation Society Indonesia (WCS Indonesia), yang melihat rekaman video hewan tersebut.
"Saat hewan itu terlihat bergerak, itu lebih mirip dengan macan tutul." katanya. Macan tutul Jawa adalah spesies yang terancam punah, dan jarang terlihat—mendapat perhatian dan perlindungan khusus dari IUCN.
Di tahun 2018, peneliti hewan karnivora sekaligus direktur Peduli Karnivor Jawa (PKJ), Didik Raharyono, memamerkan foto diduga harimau Jawa. Ia mendapatkan foto itu dari seorang komunitas pemburu yang diduga berada di wilayah Perhutani Jawa Tengah—namun ia tanpa memerinci lokasi spesifik lebih lanjut.
"Saya sudah klarifikasi lokasi, fotonya, kejadiannya seperti apa, siapa saja saksinya, bagaimana kronologinya, kita lihat background tanahnya."
Di tahun yang sama, sejumlah warga di Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengaku pernah melihat diduga harimau Jawa di kawasan Gunung Pegat. Namun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng menepis penampakan tersebut sebagai harimau Jawa—petugas memastikan anggapan warga tersebut merujuk ke hewan macan tutul Jawa.
Baru-baru ini, BKSDA Blitar mendapat laporan visual tentang klaim seorang warga Desa Nyawangan, Tulungagung-Jawa Timur yang melihat diduga seekor Harimau Jawa berkeliaran di area Perhutani yang disebut "Alas Watugondok" pada senin (11/1/2021). BKSDA Blitar, merespon dan menindaklanjuti penemuan visual dari warga desa, dengan memasang camera trap dilokasi untuk mengindentifikasi diduga harimau Jawa tersebut.
Pada akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional Harimau Jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan dipohon, dan rambut, yang diindentifikasikan sebagai milik harimau Jawa.
Para peneliti juga mendukung dan mendorong ekspedisi untuk melacak jejak harimau Jawa—apakah kemungkinan masih ada di daerah tempat rimba-nya itu?