Rabu, 01 Desember 2021

ORANG TUA GROUP Bisnis Keluarga Chu(Djojonegoro)

Cikal bakal Grup ABC bermula dari usaha keluarga yang didirikan oleh dua bersaudara: Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak dan Chu Sok Sam di Medan pada 1948. Awalnya mereka berdagang anggur tradisional yang dikemas dalam botol. Pada 14 Februari 1950, mereka menggandeng Lim Kok Liang, Lim Tong Chai, dan Lim Mia Chuan untuk mendirikan NV Handel Maatschappij May Lian & Co. Perusahaan ini memproduksi minuman anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang, Jawa Tengah.

Perusahaan ini lalu berubah menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot (PBD) yang merupakan cikal bakal Grup Orang Tua dan Grup ABC. Tahun 1959 Grup Orang Tua mendirikan PT Everbright Battery Factory yang memproduksi baterai ABC. Keluarga Chu menguasai 31% sahamnya. Tahun 1968 mereka mendirikan International Chemical Ind. CL. Bisnis consumer goods mulai dirambah dua Chu pada 1975 dengan mengibarkan PT ABC Central Food Industry. Ditahun berikutnya, mereka masuk ke industri toiletries dengan produk perdana sikat gigi Formula lewat PT Ultra Prima Abadi. 

Dekade 1980-an, bisnis mereka tambah menggurita di tangan generasi ke-2. Chu Sok Sam meninggal dunia tahun 1986 dan disusul oleh Chandra tahun 1988. Usaha mereka lalu diteruskan oleh tiga putra Chandra: Hamid, Husain, Pudjiono Djojonegoro (anak perempuan Chandra, Chu Jang Lie, tidak ikut serta) dan dibantu oleh anak-anak dari Chu Sok Sam yaitu Kogan Mandala Chu, Sumito Chu, Vincent Kus Chu.

Upaya melanggengkan bisnis keluarga ini memicu mereka membangun perusahaan investasi yang berfungsi mewakili kepemilikan saham di perusahaan. Masing-masing dari mereka membangun kerajaan bisnis sendiri, meski terlihat ada saling silang kepemilikan, misalnya di PT Arta Boga Cemerlang, 

Di antara ketiga generasi kedua keluarga Chu, Hamid terlihat yang paling agresif mengembangkan bisnis pribadi meski kemudian dikembangkan dalam skema kerja sama antar keluarga. Selain Arta Boga Cemerlang, Hamid juga tercatat sukses mengibarkan PT Puri Ngajogjakarta (hotel bintang empat di Yogyakarta berkapasitas 200 kamar), PT Crownprince Jasaboga dan pabrik minyak goreng PT Darmex Oil & Fat di Bekasi.

Tahun 1982 Hamid mendirikan PT Panjang Jiwo Pangan Makmur di Surabaya. Perusahaan ini memproduksi aneka minuman kesehatan seperti Kiranti, Larutan Penyejuk Panjang Jiwo, Larutan Penyejuk Orang Tua dan juga permen Tango. Saat itu Kiranti tercatat sebagai satu-satunya produk minuman kesehatan bagi wanita yang sedang menstruasi di Indonesia. Sementara itu, permen Tango menempati posisi ke-6 dari 10 pemain di industri permen dalam negeri.

Di tangan Hamid, Husain, dan Kogan, kelompok usaha ABC dan Orang Tua makin menggurita dan merambah berbagai lini bisnis.

#tokohtionghoaORANG TUA GROUP
Bisnis Keluarga Chu(Djojonegoro)

Cikal bakal Grup ABC bermula dari usaha keluarga yang didirikan oleh dua bersaudara: Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak dan Chu Sok Sam di Medan pada 1948. Awalnya mereka berdagang anggur tradisional yang dikemas dalam botol. Pada 14 Februari 1950, mereka menggandeng Lim Kok Liang, Lim Tong Chai, dan Lim Mia Chuan untuk mendirikan NV Handel Maatschappij May Lian & Co. Perusahaan ini memproduksi minuman anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang, Jawa Tengah.

Perusahaan ini lalu berubah menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot (PBD) yang merupakan cikal bakal Grup Orang Tua dan Grup ABC. Tahun 1959 Grup Orang Tua mendirikan PT Everbright Battery Factory yang memproduksi baterai ABC. Keluarga Chu menguasai 31% sahamnya. Tahun 1968 mereka mendirikan International Chemical Ind. CL. Bisnis consumer goods mulai dirambah dua Chu pada 1975 dengan mengibarkan PT ABC Central Food Industry. Ditahun berikutnya, mereka masuk ke industri toiletries dengan produk perdana sikat gigi Formula lewat PT Ultra Prima Abadi. 

Dekade 1980-an, bisnis mereka tambah menggurita di tangan generasi ke-2. Chu Sok Sam meninggal dunia tahun 1986 dan disusul oleh Chandra tahun 1988. Usaha mereka lalu diteruskan oleh tiga putra Chandra: Hamid, Husain, Pudjiono Djojonegoro (anak perempuan Chandra, Chu Jang Lie, tidak ikut serta) dan dibantu oleh anak-anak dari Chu Sok Sam yaitu Kogan Mandala Chu, Sumito Chu, Vincent Kus Chu.

Upaya melanggengkan bisnis keluarga ini memicu mereka membangun perusahaan investasi yang berfungsi mewakili kepemilikan saham di perusahaan. Masing-masing dari mereka membangun kerajaan bisnis sendiri, meski terlihat ada saling silang kepemilikan, misalnya di PT Arta Boga Cemerlang, 

Di antara ketiga generasi kedua keluarga Chu, Hamid terlihat yang paling agresif mengembangkan bisnis pribadi meski kemudian dikembangkan dalam skema kerja sama antar keluarga. Selain Arta Boga Cemerlang, Hamid juga tercatat sukses mengibarkan PT Puri Ngajogjakarta (hotel bintang empat di Yogyakarta berkapasitas 200 kamar), PT Crownprince Jasaboga dan pabrik minyak goreng PT Darmex Oil & Fat di Bekasi.

Tahun 1982 Hamid mendirikan PT Panjang Jiwo Pangan Makmur di Surabaya. Perusahaan ini memproduksi aneka minuman kesehatan seperti Kiranti, Larutan Penyejuk Panjang Jiwo, Larutan Penyejuk Orang Tua dan juga permen Tango. Saat itu Kiranti tercatat sebagai satu-satunya produk minuman kesehatan bagi wanita yang sedang menstruasi di Indonesia. Sementara itu, permen Tango menempati posisi ke-6 dari 10 pemain di industri permen dalam negeri.

Di tangan Hamid, Husain, dan Kogan, kelompok usaha ABC dan Orang Tua makin menggurita dan merambah berbagai lini bisnis.

#tokohtionghoa

Selasa, 30 November 2021

GO SOE LOET Pendiri Kopi Kapal Api

 



Tahun 1920 Go Soe Loet yang baru berusia 13 tahun, merantau ke Indonesia dari Fujian, Cina. Ia tidak bisa membaca dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Untuk bertahan hidup, ia mengawali usahanya dengan menjual sayur. Setelah 8 tahun bergelut di sayur mayur, tahun 1927 ia bekerjasama dengan saudaranya Go Bie Tjong dan Go Soe Bie, mereka mendirikan perusahaan kopi bubuk merek Hap Hoo Tjan di Jalan Panggung, Kenjeran, Surabaya. Mereka berjualan kopi setelah mengamati ternyata Seluruh proses pembuatan masih dilakukan secara manual, mulai dari menimbang hingga membungkus kopi dengan kertas koran. Tahun 1928 ia menjual kopi itu dengan memikul. Sekali pergi berjualan, setidaknya ia membawa 20 kilogram kopi bubuk. Ia mulai berkeliling jam 6 pagi dari Jalan Panggung, lalu menelusuri kampung-kampung hingga jam 3 pagi ke Pelabuhan Tanjung Perak.

Untuk menekan harga agar terjangkau oleh masyarakat luas, ia mencampur kopi bubuknya dengan jagung. Perlahan-lahan kopinya mulai banyak peminat sehingga ia memutuskan naik becak untuk mengirim pesanan dalam jumlah banyak pada tahun 1950. Tahun 1952-1978 ia mulai berjualan dengan mengayuh sepeda menawarkan kopinya ke pabrik dan ke toko-toko di sekitar Pabean hingga Wonokromo, Surabaya.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Sebagai anak ke-4 dari 7 bersaudara, Soedomo Mergonoto, sudah menunjukkan minat yang besar terhadap usaha ini. Soedomo berkeliling kota dengan sepeda ontel tiap hari bersama Soetikno Gunawan dan Indra Boedijono. Tahun 1957 Soedomo membuat produk baru kopi Kapal Api. Ide membuat logo Kapal Api berawal dari seringnya Go Soe Loet menjual kopi di Pelabuhan Tanjung Perak. Di sana Soedomo sering melihat kapal-kapal bersandar sehingga lahirlah logo kapal api.

Tahun 1962 kongsi usaha Hap Hoo Tjan pecah lalu aset-asetnya dibagi tiga. Go Soe Loet mendapat bagian pabrik penggorengan kopi dan melanjutkan produksi kopi dibantu Soetikno, Indra dan Soedomo. Tahun 1982 Hap Hoo Tjan dinyatakan bangkrut.

Pada 7 Juni 1967 ketua Kabinet Ampera, Jendral TNI Soeharto mengeluarkan Instruksi Presidium Kabinet Ampera No. 37/U/IN/6/1967 tentang Kebijaksanaan Pokok Penyelesaian Masalah Cina menutup sekolah asing untuk WNI sehingga pendidikan Soedomo di SMA Sim Cong, Ngaglik, Surabaya hanya sampai kelas satu.

Soedomo merasa harus melakukan sejumlah terobosan yaitu:
-Mesin canggih untuk meningkatkan kapasitas produksi
-Promosi secara agresif
-Membuat kemasan eceran
-Lahan luas untuk pabrik dan kantor
-Perbaikan manajemen

Saat itu Kapal Api baru mempekerjakan 10 orang dengan mesin goreng lokal seharga 150 ribu Rupiah dan mesin giling seharga 10 ribu Rupiah. Suatu saat, ia kaget ketika membaca sebuah ensiklopedia bahwa mesin kopi yang umum dipakai di Indonesia saat itu adalah teknologi tahun 1800-an.

Tahun 1978 ia mengunjungi pameran mesin interpack di Dusseldorf dan melihat mesin buatan Jerman seharga 130 juta Rupiah. Karena tidak punya uang, ia mengingat-ingat mesin tersebut dan mencoba membuat ulang. Mesin pun jadi dengan harga 4,5 juta Rupiah. Meski secara fisik mirip, hasil produksinya tidak seharum mesin impiannya dan volumenya pun terbatas.

Ia lalu beriklan di TVRI, stasiun TV satu-satunya di Indonesia saat itu. Ia memilih Paimo, pelawak Srimulat sebagai bintang Kapal Api tahun 1978. Langkahnya waktu itu adalah gebrakan dunia pemasaran. Meski iklan TV hanya satu tahun, pengaruhnya luar biasa. Dari urutan ke-7 daerah Jawa Timur saat itu, menjadi ke-1.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Tahun 1980 Soedomo menghubungi pemasok mesin di Indonesia yaitu Lembaga Ikatan Indonesia Jerman. Dari sana ia mendapatkan kontak PT Erieska, agen mesin Jerman tersebut di Jakarta. Ia hanya diberi syarat bayar uang muka 20%, sisanya dicicil tiap 6 bulan selama 1,5 tahun. "Saya memberanikan diri mengambil kredit yang hanya 5 juta dari Bank Bumi Daya," kenang Soedomo. Dengan mesin baru kapasitas melonjak dari 300 kg/hari menjadi 500 kg/jam.

Langkah berikutnya adalah meningkatkan mutu kemasan. Ia terinspirasi kesuksesan Unilever tahun 1970-an yang berhasil memasarkan sabun lux dalam kemasan yang dibungkus rapi, dijual eceran, dibayar tunai dan harus antri untuk mendapatkan barangnya. Sebuah cara yang sangat baik dibanding cara menjual kopinya yang harus dalam skala besar per karung, sering dicicil, dan tidak ada sistem antrian.

Kopi yang sebelumnya diproduksi dengan ukuran 10 kg/kaleng dijual eceran dengan ditimbang dan dibungkus koran, diubah jadi kemasan plastik 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan seterusnya.

Tahun 1981 ia membeli tanah seluas 1 hektare di Jalan Raya Gilang, Sidoarjo dan memindahkan pabrik PT Santos Jaya Abadi. Sekarang total lahan produksinya mencapai 10 hektare. Pabriknya menempati areal 3 hektare, kantornya menempati gedung berlantai tiga, berdiri di atas lahan 15x50 meter. PT Santos Jaya Abadi juga melahirkan banyak merek minuman terkenal seperti ABC, Good Day, Fresco, Ya!, Kapten, Excelso dan Ceremix.

Sumber, Gosipnya.blogspot.com

Minggu, 28 November 2021

Kronologis Perang Jawa-Tionghoa melawan VOC (1740-1743)





Perang terbesar yang dihadapi VOC/ Belanda di Jawa adalah Perang yang terjadi tahun 1740-1743 yang dipicu oleh pembantaian Tionghoa di Batavia pada Oktober 1740, bukan Perang Diponegoro (1825-1830) sebagaimana yang diketahui oleh umum saat ini. Perang Kuning/ Perang Sepanjang ini meletus mulai dari Batavia, Karawang, Cirebon, pesisir Pantura-Tegal, Pekalongan, Semarang, Kudus, Purwodadi, Rembang hingga Lasem, Tuban, Surabaya hingga Pasuruan serta daerah pedalaman Mataram yang kini dikenal sebagai Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Pacitan, Madiun sampai Malang.



Peta gerakan perlawanan dalam peristiwa Geger Pecinan
Demikian dahsyatnya dampak perang sampai-sampai pemerintah kolonial merasa perlu merombak perspektif hubungan antara orang Jawa-Tionghoa secara total melalui pemisahan-pemisahan yang terstruktur untuk mencegah terjadinya koalisi kedua etnis ini di kemudian hari.

Akibat dari pemisahan ini masih kental kita rasakan hingga jaman sekarang.

Beginilah kronologi peperangan tersebut (silakan mengubah peta menjadi mode ‘Full Screen bila diperlukan agar dapat mengamati urutan lokasi peristiwanya secara runut) :
1690menerapkan kuota bagi imigran Tionghoa. Imigran Tionghoa yang resmi dan ilegal menjadi obyek pemerasan VOC. Krisis ekonomi di Batavia memperburuk keadaan.

25 Juli 1740 Dewan Hindia (Raad Van Indie) merazia orang Tionghoa yang mencurigakan

September 1940 lebih dari 1000 orang gerombolan Tionghoa terlihat di pabrik gula dipimpin Sepanjang yang disebut kompeni sebagai Khe (Que) Panjang (Tay Wan Soey) atau kapitan Sepanjang

7 Oktober 1740, pasukan tionghoa menyerang pos VOC di Meester Cornelis dan De Qual. Pasukan Voc dalam perjalanan ke Kaduwang (Kedawung), Tangerang, diserang.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

9 Oktober 1740 pasukan Tionghoa meninggalkan Batavia. VOC menangkapi orang Tionghoa. Muncul desas-desus orang yang ditangkap akan dibuang ke laut. Orang Tionghoa panik dan meninggalkan Batavia.

19 Oktober 1740, kebakaran di permukiman Tionghoa, Gubernur Jendral Adriaan Valckenier memerintahkan membantai orang Tionghoa.

10 Oktober 1740 puncak pembantaian massal. Gubernur Jendral Adriaan Valckenir memerintahkan 500 orang Tionghoa yang tersisa, disembelih di depan Stadhuis. Mayat mereka dibuang di Kali Besar. Diperkirakan 7.000 sampai 10.000 orang Tionghoa dibunuh dalam dua hari pembantaian tersebut.

11 Oktober 1740, 3.000 pasukan Tionghoa menyerbu Benteng Kompeni di Tangerang. Sementara 5.000-6.000 orang Tionghoa menyerbu pertahanan VOC di Meester Cornelis.

Kapitan Sepanjang semula bermaksud masuk wilayah Banten- melintasi Cisadane- tetapi Sultan Banten mengusir mereka karena tidak ingin terlibat konflik. Pasukan Tionghoa bergerak ke Bekasi.



9 Oktober 1740: Pembantaian kaum Cina oleh orang Belanda. Lukisan Abraham Van Stolk (1814-1896) and Gerrit van Rijk (1846-1912)

19 Oktober 1740, Bartholomeus Visscher, Gezaghebber (Kepala Perwakilan) VOC di Semarang. Visscher meminta Bupati Semarang Astrawijaya (Keturunan Tionghoa) untuk membantai orang Tionghoa di Semarang jika memberontak.

Kompeni mengirim pasukan di bawah komando Abraham Roos mengejar pasukan Tionghoa. Pasukan Tionghoa berkumpul di sekitar Bekasi dan Karawang. Pasukan Tionghoa menyingkir ke wilayah Mataram melintasi Cirebon-Losari-Tegal.

Oktober 1740, pengungsi Tionghoa yang lolos dari pembantaian Batavia tiba di Lasem. Mereka ditolong putra mantan Bupati Lasem, Raden Panji Margana dan Bupati Lasem baru Tumenggung Widyaningrat (oey Ing Kiat).

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

1 Februari 1741 di Majawa-Pati, gerombolan Tionghoa bersenjata menyerang rumah Kopral Claas Lutten seorang serdadu Kompeni. Mereka menjarah serta membakar rumah sebelum membunuh Claas Lutten.

Bupati Kudus mengejar gerombolan tersebut. Pemimpin kelompok Tionghoa ditangkap dan dipancung kepalanya.

April 1741, pasukan Tionghoa dalam jumlah besar muncul dipimpin Singseh (Tan Sin Ko) di Tanjung Welehan (dekat Demak). Bupati Demak @irasastro diminta menumpas pasukan Tionghoa. Pasukan Wirasastro mundur, diduga bersimpati pada perjuangan pasukan Tionghoa.

13 Mei 1741 Sunan Pakubuwono II meminta para pejabat keraton dan bupati bersumpah setia serta bersiap mengusir Kompeni VOC keluar dari tanah Jawa.

23 Mei 1741, Juwana diserbu pemberontak Tionghoa dari Welehan. Residen Kompeni melarikan diri. Pemberontak membunuh 9 pegawai VOC.

Mei-Juni 1741. Bala tentara pimpinan sepanjang memasuki Cirebon menuju Tegal. Penguasa Cirebon pura-pura memerangi laskar Tionghoa, bersimpati dan membiarkan laskar Tionghoa melintasi Sungai Losari memasuki wilayah Mataram.

12 Juni 1741. Kompeni mengerahkan pasukan Eropa, Bumiputera dan pasukan Bupati Surabaya Surengrono ke Tugu (barat Semarang). Pasukan Bupati Surabaya meninggalkan medan pertempuran. Meski terdesak, Kompeni berhasil memukul mundur serangan laskar Tionghoa dan mundur ke Semarang.

20 Juli 1741. Pasukan Mataram menyerang Benteng Kompeni di Kartasura. Konflik terbuka Mataram dan Kompeni dimulai.

27 Juli 1741. Rembang jatuh ke tangan laskar Tionghoa. Residen dan prajurit VOC dibunuh.

1 Agustus 1741. Pasukan Tionghoa tiba di Kartasura bergabung dengan pasukan Mataram mengepung Benteng Kompeni. Para Panglima Tionghoa dari wilayah Mataram (Singseh, Leyang, Etik dan Epo). Pasukan dan laskar Kapitan Sepanjang dari Batavia dipercaya mengoperasikan meriam Keraton Kartasura untuk menggempur Benteng Kompeni.



Pembantaian di sekitar kali Besar 1740

Awal Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II mendukung pemberontak Tionghoa melawan Kompeni.

Awal Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II meminta Pangeran Mangkubumi (kelak Hamengkubuwono I) memimpin pasukan Mataram-Tionghoa menghadang pasukan Cakraningrat di Tuban-Lamongan.

10 Agustus 1741. Benteng Kompeni di Kartasura direbut Mataram. Pasukan Tionghoa dan Jawa Mataram merampas 417 pucuk senapan dan tiga pucuk meriam Kompeni.

Akhir Agustus 1741. Sunan Pakubuwono II memerintahkan Bupati Banyumas Tumenggung Yudanegara ke Priangan Timur untuk menyerang VOC. Kompeni mengirim 500 serdadu dari Garnisum Tegal untuk mempertahankan Priangan Timur. Pertempuran di Semarang buntu. Batavia mengirim 500 prajuris Bugis, Ambon dan Makasar ke Semarang.

September-Oktober 1741. Fron Jawa Timur. Pasukan Mataram-Tionghoa memukul mundur pasukan Cakraningrat kembali ke Madura. Setelah pasukan VOC di bawah Kapten Gerrit Mom tiba di Sedayu, Cakraningrat mendarat di Ujung, Surabaya. Sawunggaling dan Bupati Japan menahan serbuan Madura. Cakraningrat menduduki Lamongan.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

29 November 1741. VOC merayakan kemenangan di Semarang.

Awal 1741. Sunan Pakubuwono II memutuskan koalisi dengan pasukan Tionghoa. Patih Notokusumo, Bupati Martapuro, Bupati Mangunoneng dan sejumlah bangsawan Mataram tetap memihak laskar Tionghoa.

Januari 1742. Fron Jawa Timur: Lasem-Gresik diduduki pasukan Madura pimpinan Bupati Cakraningrat IV. Laskar Tionghoa yang mundur dari Semarang, berkonsolidasi di Grobogan, Demak, Kudus, Pati, Jepara dan Lasem.

Awal Februari 1742. Pasukan Bupati Martopuro-Singseh (Tan Sin Kho)-Bupati Mangunoneng menyerbu dan menguasai Kudus dan Pati. Citrosoma, Bupati Pati yang kini memihak VOC mundur ke Jepara.

Akhir Februari 1742. Pertempuran meluas ke Kudus. Bupati Kudus, Arya Jayasentika, lari ke Mayong digempur Singseh. Wirasastra kalah besar di Demak. Pemberontak telah menguasasi seluruh timur dan timur laut Demak.

Februari-Maret 1742. Tiga Brigade Jawa dan tiga Brigade Tionghoa berkumpul di Groboga, dipimpin Sunan Amangkurat V (Sunan Kuning)

Juni 1742. Sunan Kuning menuju Kartasutra. Laskar Tionghoa dipimpin Entik, Macan dan Pibulung. Laskar Jawa dipimpin Kertawirya, Wirajaya dan Martapuro. Sunan dikawal Mangunoneng, Kapitan Sepanjang dan Singseh. Mereka bertempur di Salatiga hingga Boyolali.

30 Juni 1742, Pasukan Sunan Amangkurat V memasuki Kartasura. Kapitan Sepanjang memimpin pasukan. Sultan Pakubuwono II melarikan diri dari Kartasura. Kapten Van Hohendorff mengevakuasi Pakubuwono II ke timur menyebrang Bengawan Solo ke Magetan.

1 Juli 1742, Sultan Amangkurat V alias Sunan Kuning bertahkta di Kartasura.

5 Agustus 1742, serangan balik kubu Pakubuwono II ke Kartasura dari Ponorogo. Bupati Madiun menyerang melalui Sukowati (Sragen), dihadang Bupati Martapuro dan laskar Jawa-Tionghoa.

8-9 Agustus 1742, Kompeni menyerbu Demak yang masih dikuasai Jawa-Tionghoa. Kompeni dipimpin Kapten Gerrit Mom merebut Demak. Banyak korban di pihak kolasi Jawa-Tionghoa. Lim Pin Ko (Encik Ping) dan Tan Sin Ko (Singseh) masih tetap memimpin gerilya di sekitar Demak.

24 Agustus 1742, pertempuran Welahan, pasukan Jawa-Tionghoa dengan kekuatan 1200 orang dipimpin Raden Mas Said dan Singseh bersama 600 pasukan Tionghoa di Welahan, menghadapi serbuan Kompeni yang menghadang di Tanjung.

Agustus 1742, laskar Tionghoa Lasen dipimpin Tan Ke Wie dan laskar Tionghoa dari Grobogan menyerbu posisi Nathane Steinmets di Juwana. Kompeni Kewalahan. Usai pertempuran, Tan Ke Wie dan prajuritnya menuju Jepara dengan perahu. Di dekat Pulau Mandalika, Tan Ke Wie gugur.

Sebtember-Oktober 1742, Kapitan Sepanjang mundur dari Ungaran ke selatan Kali Tuntang.

15 Oktober 1742, Paukan Jawa-Tionghoa mundur dari Juwana ke Rembang. Pasukan Van Hohendorff, Steinmets, dan Mom menyerbu Rembang, memukul pasukan Jawa-Tionghoa yang mundur ke Grobogan menuju Kartasura, Lasem, bertujuan ke Pulau Bawean untuk melanjutkan perjalanan ke Johore. Singseh ke Lasem tetapi tewas disergap patroli VOC.

November 1742, Sunan Amangkurat V di Kartasura diserang dari tiga arah, Cakraningrat IV memimpin pasukan Madura, pasukan Sunan Pakubuwono II dari Jagaraga dekat Ngawi, dan pasukan VOC dari jurusan Ungaran-Salatiga.

26 November 1742, Pasukan Madura menduduki Kartasura. Sunan Amangkurat V mengungsi melintasi Kali Bengawan. Ratusan laskar Jawa-Tionghoa gugur melawan pasukan Madura. Laskar Tionghoa mengawal Amangkurat V ke selatan.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

20 Desember 1742, Sunan Pakubuwono II kembali ke atas takhta di Kartasura. Sunan Kuning didampingi Kapitan Sepanjang dan Raden Mas Said menyiapkan perlawanan dengan 900 prajurit di Randulawang dekat Prambanan.

Januari-Juni 1743, saling serang antara pasukan Pringgalaya dibantu oleh satuan pasukan dari Makassar, Mandar, dan Ternate mengejar pasukan Sunan Kuning di Randulawang.

3 Juni 1743, VOC mengirim ekspedisi di bawah Van Hohendorff dengan 1.007 serdadu (223 di serdadu Eropa), menyerang Randulawang. Sunan Amangkurat V bersama Kapitan Sepanjang dan Raden Mas Said mundur ke timur menuju Nguter lalu ke Keduwang.

14 Juni 1743, pertempuran pasukan Raden Mas Said dan Raden Panghulu melawan Wangsadipa dan VOC di Tembayat.

September 1743, Sunan Kuning dan Kapitan Sepanjang bergabung dengan Laskar Untung Surapati dan bergerilya di selatan Surabaya. Dalam satu pertempuran, Sunan Kuning terpisah dari Kapitan Sepanjang.

2 Desember 1743, VOC menahan Sunan Kuning, yang menyerah di Surabaya, dibawa ke Batavia, kemudian dibuang ke Sri Lanka.

Akhir 1743, Kapitan Sepanjang dan sisa pasukan bergerak ke arah Blambangan sambil menyerang pos-pos VOC. Catatan terakhir VOC (1750-an) menyebutkan Kapitan Sepanjang pindah ke Bali dan mengabdi pada sebuah kerajaan.




1910-1920 Daerah Pecinan di Kali Besar Batavia


𝙎𝙐𝙈𝘽𝙀𝙍: Geger Pacinan, Daradjadi.
Grafis peta oleh: Gunawan Kartapranata

Mengenal The Origin of Species, Karya Fenomenal Charles Darwin yang Penuh Kontoversi

 Mengenal The Origin of Species, Karya Fenomenal Charles Darwin yang Penuh Kontoversi


Charles Robert Darwin dalam bukunya The Origin of Species yang diterbitkan pada 24 November 1859, memperkenalkan teori ilmiah tentang populasi yang berevolusi dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam.

Buku tersebut merupakan hasil dari ekspedisi laut Darwin dengan kapal layar HMS Beagle pada 1830an. Kemudian ia melanjutkan penyelidikan dan eksperimen setelah kembali dari ekspedisi.

Pelayarannya selama lima tahun dalam ekspedisi membuatnya dikukuhkan sebagai ahli geologi terkemuka. Observasi dan teorinya saat itu mendukung ide uniformitarian Charles Lyell.

Namun, pada awalnya Darwin ragu untuk menerbitkan hasil pemikiran dan hasil observasinnya yang sangat radikal, terutama saat itu Inggris pada zaman Victoria. Bertahun-tahun Darwin menyimpan idenya dan hanya berbicara pada teman sekerjanya yang ia percaya.

Selanjutnya, karena dorongan yang diberikan oleh Alfred Russel, Darwin akhirnya menerbitkan buku The Origin of Species pada 24 November 1859, dengan penuh kontroversi. Namun tak disangka, setelah diterbitkan buku tersebut laku keras.

Tetapi disisi lain, timbul banyak kontroversi dan pertentangan teorinya. Dalam Teori Evolusi dijelaskan bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan monyet. Sontak isi dalam buku ini menimbulkan kontroversi, karena menentang teori penciptaan menurut kepercayaan agama.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Dalam teori kepercayaan agama disebutkan, bahwa makhluk hidup termasuk manusia diciptakan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna dan tidak berubah wujudnya sejak awal penciptaan.

Teori Darwin tersebut didasarkan pada pengamatan penting, hasil dari simpulan mengenai teori tesebut diantaranya:

1. Spesies pada dasarnya memiliki fertilitas yang sangat tinggi. Jumlah keturunan yang dilahirkan lebih banyak dari keturunan yang bisa mencapai usia dewasa.

2. Populasi kira-kira tetap berjumlah sama, namun sedikit perubahan.

3. Sumber makanan adalah terbatas, tetapi relatif stabil dalam jangka waktu lama.

4. Oleh karena itu terjadi perjuangan secara implicit untuk bertahan hidup.

5. Pada spesies yang melakukan reproduksi secara seksual, biasanya tidak ada dua individu yang identik.

6. Beberapa variasi dalam spesies secara langsung mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan dalam kondisi alam tertentu.

7. Sebagian dari variasi ini bersifat turunan.

8. Indivdu yang kurang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya memiliki kemungkinan bertahan hidup lebih kecil dan lebih banyak melakukan reproduksi.

9. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya.

10. Proses yang menyebabkan perubahan ini meghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, yang terus-menerus dapat membentuk keragaman baru dan spesies baru.

sumber

Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II

 Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II


29 September 2021, Partai Liberal Demokrat Jepang atau LDP memilih Kishida Fumio sebagai presidennya yang baru. Secara otomatis, Kishida juga menjadi perdana menteri ke-100 Negeri Matahari Terbit karena LDP memegang mayoritas di House of Representatives atau DPR Jepang Dalam sejarahnya, hanya 2 orang pemimpin partai ini saja yang tidak pernah menjadi perdana menteri Jepang. Dominasi LDP ini dalam lanskap perpolitikan Jepang dimulai bahkan sejak berdirinya partai ini pada 1955. Bagaimanakah kisahnya?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Latar Belakang
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Pemimpin Partai Liberal, Yoshida Shigeru, dan pemimpin Partai Demokrat, Hatoyama Ichiro.

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, ditegaskan lewat penandatanganan instrumen penyerahan tanpa syarat di atas geladak USS Missouri di Teluk Tokyo pada Minggu, 2 September 1945, membuat Jepang diduduki oleh Sekutu. Ini adalah kali pertama dan satu-satunya pendudukan asing dalam sejarah negeri itu.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Meskipun sama-sama kalah dan hancur, Jepang diperlakukan berbeda dari Jerman. Reich Ketiga dan Jerman sebagai negara tidak lagi ada setelah penyerahan tanpa syarat pada 8 Mei 1945. Bekas wilayahnya diduduki oleh empat kekuatan utama Sekutu : Amerika Serikat, Uni Soviet, Britania Raya, dan Prancis. Berlin pun juga dibagi empat. Empat tahun kemudian, sebagai dampak eskalasi Perang Dingin, negara Jerman dibentuk kembali namun menjadi dua : Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman.

Berbeda dengan Jerman, pendudukan atas Jepang dilakukan oleh AS sendirian, dengan nama Supreme Commander for the Allied Powers. Kekaisaran Jepang, eksis sejak Restorasi Meiji pada 1868, tidak langsung dibubarkan oleh otoritas pendudukan yang dipimpin Douglas MacArthur. MacArthur juga mencegah upaya mengadili Kaisar Hirohito atas kejahatan perang Jepang. Namun, para petinggi militer seperti Tojo Hideki akan diadili dan dihukum beragam. Pemerintahan sipil Jepang tetap ada namun harus bekerjasama dengan ototitas pendudukan.

Partai politik, yang ditekan di masa dominasi militer, berkembang lagi. Partai berhaluan kiri naik daun. Namun, Partai Liberal pimpin Hatoyama Ichiro yang berhaluan kananlah yang memenangi pemilihan umum pertama setelah perang pada 10 April 1946. Kemudian, SCAP melakukan pembersihan terhadap partai politik dari sisa-sisa pendukung militerisme Jepang. Karena partai kiri dilarang selama masa kekuasan militer, anggota mereka cenderung aman dari pembersihan. Partai berhaluan kanan menderita lebih banyak korban dari pembersihan ini. Hasilnya, Partai Sosialis menang pemilu 25 April 1947. Katayama Tetsu pun menjadi PM berhaluan kiri pertama dengan memimpin pemerintahan koalisi antara Partai Sosialis, Partai Demokrat, dan Partai Kerjasama Nasional.

Delapan hari kemudian, 3 Mei 1947, Kekaisaran Jepang resmi bubar dengan berlakunya Konstitusi 1947 menggantikan Konstitusi Meiji. Negara Jepang yang kita kenal sekarang resmi berdiri.

Mulai tahun 1947, dikarenakan dimulainya Perang Dingin, AS mengubah kebijakannya terhadap Jepang. Demokratisasi dan pembersihan sisa-sisa rezim lama dikesampingkan. Pembangunan ekonomi dan anti-komunisme diutamakan. Sebagai dampaknya, sebagian bekas pimpinan pemerintah Jepang sebelum 1945 yang ditangkap dibebaskan kembali. Seperti Kishi Nobusuke. Kakek Abe Shinzo ini mulanya ditahan di Penjara Sugamo dengan dugaan menjadi Penjahat Perang Kelas A karena perannya dalam eksploitasi ekonomi dan penggunaan buruh paksa dari Tiongkok saat menjabat di Manchukuo pada 1936-1940 dan karena ia juga menjabat di kabinet Tojo. Namun, ia akhirnya dibebaskan pada 1948 tanpa diadili dengan pertimbangan bahwa ia adalah orang yang tepat untuk memimpin Jepang yang baru. Jepang yang menjadi bagian dari strategi membendung ekspansi komunisme di Asia.

Pada 10 Maret 1948, PM Katayama mengundurkan diri dan digantikan oleh Ashida Hitoshi dari Partai Demokrat. Hanya 7 bulan kemudian, 15 Oktober 1948, ia digantikan Yoshida Shigeru dari Partai Liberal. Yoshida adalah figur penting dalam perpolitikan Jepang era 1940-an dan 1950-an.

Pada 8 September 1951, Yoshida menandatangi Perjanjian San Fransisco untuk menandai perdamaian Jepang dengan 47 negara Sekutu. Perjanjian ini mengakhiri pendudukan AS pada 28 April 1952 dan mengatur pembayaran pampasan perang oleh Jepang. Yoshida juga menandatangi Perjanjian Keamanan AS-Jepang pada hari yang sama.

Hanya 3 hari setelah kembali berdaulatnya Jepang, 1 Mei 1952, terjadi demonstrasi besar-besar menentang Perjanjian Keamanan AS-Jepang. Pasalnya, perjanjian ini mempertahankan kehadiran pasukan AS di Jepang (masih ada 260.000 tentara AS di 2.824 fasilitas militer seantero Jepang pada 28 April 1952) dan dianggap membuat Jepang menjadi "negara boneka" AS. 2 mahasiswa tewas dan 22 mahasiswa terluka tembak. Sekiranya 2.000 polisi dan pemrotes terluka.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Yoshida membentuk doktrin yang menekankan pada pembangunan ekonomi dan menyerahkan urusan keamanan Jepang dari musuh-musuhnya kepada perlindungan AS. Doktrin ini masih diterapkan hingga sekarang.

Lahirnya Sistem 1955
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Acara pendirian Partai Liberal Demokratik di Tokyo, 15 November 1955, yang menandai kelahiran Sistem 1955.

Pada 10 Desember 1954, Yoshida mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Ini dikarenakan banyak anggota Partai Liberal di Diet yang membelot ke Partai Demokrat (berdiri pada November 1954 dan berbeda dengan yang eksis pada 1940-an) dan menjadikan pemerintahannya minoritas di parlemen.

Hatoyama Ichiyo, pemimpin Partai Demokrat, menjadi perdana menteri yang baru. Pada saat itu, partai-partai berhaluan konservatif sedang mengonsolidasikan diri. Puncaknya pada 15 November 1955, Partai Liberal dan Partai Demokrat bersatu menjadi Partai Liberal Demokratik (LDP) dalam acara inagurasi di Universitas Chuo, Tokyo. Acara ini dipimpin oleh Hatoyama, Ogata Taketora (pimpinan baru Partai Liberal), Ohno Banboku, dan Miki Bukichi.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Penggabungan ini juga didesak oleh CIA, yang khawatir dengan meningkatkan simpati terhadap gerakan buruh sayap kiri, dan juga komunisme, di kalangan masyarakat Jepang.

Karena LDP adalah gabungan 2 partai politik yang sudah memegang kursi di Diet, ia langsung memegang 298 kursi di DPR dan 115 kursi di Dewan Penasihat. Ini sudah cukup untuk mengamankan mayoritas di Diet.

Di masa awal, oposisi utamanya adalah Partai Sosialis yang berhaluan kiri. Partai Sosialis baru saja dibentuk dari gabungan 3 faksi sosialis sebagai reaksi atas konsolidasi kelompok konservatif ke LDP.

Krisis Anpo yang Menggoyahkan Sistem 1955
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Anggota DPR dari Partai Sosialis mencoba mencegah Ketua DPR, Kiyose Ichiro, untuk menetapkan pemungutan suara untuk memperpanjang masa sidang Diet, sambil dicegat oleh polisi, 19 Mei 1960. Tindakan ini menjadi momen yang memperbesar Protes Anpo.

Sistem ini menemui cobaan berat pada masa krisis politik pada 1959-1960. Saat itu, Kishi yang telah menjadi perdana menteri hendak menggolkan revisi atas Perjanjian Keamanan AS-Jepang. Kishi telah menegosiasikan hal ini dengan Presiden AS, Dwight Eisenhower. Ia bahkan sudah menandatangani revisi ini dalam kunjungannya ke Washington D.C. pada 19 Januari 1960.

Revisi ini, dan perjanjian itu sendiri, ditentang publik Jepang, terutama oleh kelompok mahasiswa sayap kiri dan pro-komunis. Demonstrasi anti-revisi merebak sejak November 1959, dimotori oleh Zengaruken, organisasi mahasiswa terbesar di Jepang, dan juga kelompok lain seperti Gensuikyo, kelompok anti-senjata nuklir (patut dicatat, sampai detik ini, Jepang adalah satu-satunya negara yang menderita korban dari penggunaan senjata nuklir dalam perang).

Karena revisi ini membuat posisi AS dan Jepang lebih setara dibandingkan versi aslinya, Kishi yakin Diet akan dengan cepat meratifikasinya. Namun, Partai Sosialis, dengan dukungan rival Kishi di LDP, bermanuver untuk mengulur waktu sembari berharap oposisi publik terhadap revisi ini berkembang menjadi cukup kuat.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Pada 19 Mei 1960, Kishi mengajukan perpanjangan masa sidang Diet untuk memungkinkan pemungutan suara untuk ratifikasi revisi di Diet. Anggota Diet dari Partai Sosialis yang berusaha memboikot pemungutan ini dikeluarkan paksa oleh polisi yang dikerahkan Kishi. Revisi ini pun diratifikasi oleh anggota partainya sendiri. Tindakan ini memicu kemarahan publik dan demonstrasi ini, dikenal sebagai Protes Anpo, semakin membesar. Demonstrasi yang dipusatkan di depan Gedung Diet dan juga Kedutaan Besar AS di Tokyo ini bahkan menjadi yang terbesar dalam sejarah Jepang, dengan 6,2 juta orang berpartisipasi dalam mogok kerja pada puncaknya pada 22 Juni 1960.

Pada 10 Juni 1960, insiden lain terjadi saat mobil yang ditumpangi James Hagerty, Sekretaris Pers Gedung Putih, dan Douglas MacArthur II, Duta Besar AS untuk Jepang, dikepung massa yang meneriakkan slogan anti-AS. Mereka berdua bahkan harus dievakuasi dengan helikopter Marinir AS.

Kishi didesak mundur, bahkan oleh anggota partainya sendiri, namun berusaha agar dapat bertahan untuk menerima kunjungan Presiden Eisenhower yang direncanakan pada 19 Juni 1960. Protes di depan gedung Diet semakin membesar. Ketika seorang mahasiswi Universitas Tokyo yang juga aktivis komunis bernama Kanba Michiko terbunuh dalam demonstrasi pada 15 Juni 1960, reputasi Kishi berada di ujung tanduk. Ia terpaksa membatalkan rencana kunjungan Presiden Eisenhower. Meskipun revisi ini secara otomatis berlaku pada 19 Juni 1960, 1 bulan setelah diratifikasi Diet, Kishi terpaksa mengumumkan pengunduran dirinya pada 23 Juni 1960. Ia digantikan Ikeda Hayato pada 19 Juli 1960.

Ketika LDP sepertinya akan goyah akibat perpecahan faksi dan oposisi publik terhadap revisi tersebut, Ikeda berhasil menyelamatkan partai dengan "Rencana Pelipatgandaan Pendapatan" dan kesuksesan menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas di Tokyo pada 1964. Apalagi pada 12 Oktober 1960, Inejiro Asanuma, pemimpin karismatik Partai Sosialis, tewas dibunuh seorang pemuda nasionalis saat mengikuti debat pemilu yang direkam untuk disiarkan di televisi oleh NHK. Pidato Ikeda untuk mengenang Asanuma berhasil memoles citranya dan membantu LDP memenangi pemilu DPR 1960. Ini juga melemahkan Partai Sosialis dan memberi jalan bagi mantapnya kekuasaan LDP, juga kelanggenggan Sistem 1955 dan booming ekonomi Jepang.

Dominasi LDP dalam Perpolitikan Jepang
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Suga Yoshihde menerima tepuk tangan anggota Diet setelah dipilih sebagai perdana menteri Jepang yang baru, 16 September 2020. Ia baru saja dipilih sebagai Presiden LDP pada 14 September 2020.

Sejak berdiri pada 15 November 1955 hingga sekarang, LDP mendominasi lanskap perpolitikan Jepang dan telah memerintah Jepang selama kurang lebih 61 tahun 8 bulan (60 tahun 2 bulan bila hanya menghitung masa di mana jabatan perdana menteri dipegang LDP). Dari 26 orang yang menjabat sebagai Presiden LDP sejauh ini, hanya 2 orang saja yang tidak pernah menjadi perdana menteri Jepang. Mereka adalah Kono Yohei (memimpin LDP pada 30 Juli 1993-30 September 1995; jabatan tertinggi adalah Ketua DPR) dan Tanigaki Sadakazu (memimpin LDP pada 28 September 2009-26 September 2012; jabatan tertinggi adalah Menteri Keuangan, Menteri Agraria, Infrastruktur, Perhubungan, dan Pariwisata, dan Menteri Kehakiman).

Sejak 1955, hanya 2 kali saja LDP terdepak dari kekuasaan.

Pertama, pada pemilu DPR 18 Juli 1993, sebagai akibat dari pecahnya gelembung ekonomi Jepang yang memulai periode resesi panjang serta kegagalan melakukan reformasi struktural, LDP untuk kali pertama gagal membentuk pemerintahan. Sebenarnya LDP memenangi jumlah kursi terbanyak, namun tidak cukup untuk mengamankan mayoritas di DPR. 7 partai oposisi, tidak termasuk Partai Komunis, yang disatukan oleh sentimen anti-LDP dan berkekuatan 243 kursi (masih belum memenuhi ambang batas mayoritas 256 kursi, namun lebih banyak dari 223 kursi milik LDP) berhasil membentuk pemerintahan koalisi dengan Hosokawa Morihiro dari Partai Baru Jepang sebagai perdana menteri pada 9 Agustus 1993. Untuk kali pertama, LDP menjadi oposisi. Namun, keadaan ini hanya bertahan 11 bulan. Karena skandal dan ketidakcocokan di antara partai pengusung, Hosokawa mengundurkan diri pada 28 April 1994. Ia digantikan Hata Tsutomu dari Partai Pembaruan. Namun, ia terpaksa mundur pada 30 Juni 1994 setelah Partai Sosialis meninggalkan koalisi. LDP pun berhasil kembali ke pemerintahan pada 30 Juni 1994, namun hanya sebagai rekan junior dari pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Murayama Tomiichi dari Partai Sosialis. LDP baru benar-benar kembali berkuasa pada 11 Januari 1996 dengan Hashimoto Ryutaro sebagai perdana menteri.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Kedua, pada pemilu DPR 30 Agustus 2009, LDP kali ini benar-benar kalah. LDP, yang hanya memperoleh 119 kursi (hasil terburuk sepanjang sejarah), dikalahkan oleh Partai Demokrat (didirikan tahun 1998, berbeda dengan yang eksis pada 1940-an hingga 1950-an) pimpinan Hatoyama Yukio yang memperoleh 308 kursi. Aso Taro, perdana menteri yang dikalahkan, mengundurkan diri dari kepemimpinan LDP. Kekalahan mereka disebabkan rasa frustasi publik atas memburuknya kondisi ekonomi sebagai dampak Resesi Besar 2007-2009. Hatoyama menjadi perdana menteri pada 16 September 2009 dan LDP menjadi oposisi untuk periode 3 tahun, 3 bulan, dan 10 hari berikutnya.

Hatoyama hanya bertahan selama kurang lebih 8 bulan sebagai perdana menteri. Ia mundur pada 8 Juni 2010 setelah gagal dalam upaya menutup pangkalan militer AS di Okinawa dan skandal yang melibatkan petinggi partainya. Ia digantikan oleh Kan Naoto yang menjabat hingga 2 September 2011. Kan sendiri mundur setelah Jepang mengalami krisis akibat Gempa dan Tsunami Tohoku 11 Maret 2011 dan kebocoran PLTN Fukushima, meskipun Kan mengadvokasi untuk menghilangkan penggunaan nuklir dalam pemenuhan kebutuhan energi Jepang.

Pengganti Kan, Noda Yoshihiko, mengusulkan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai menjadi 10 persen. Ini membuat popularitasnya merosot. Ia juga mengaktifkan kembali reaktor nuklir Fukushima walaupun terjadi krisis hebat akibat kebocorannya tahun sebelumnya. Upayanya untuk membeli Pulau Senkaku/Diaoyu memicu ketegangan dengan Republik Rakyat Tiongkok yang mengklaim pulau tersebut.

LDP pun kembali berkuasa pada 26 Desember 2012. Dalam pemilu DPR 16 Desember 2012, Abe Shinzo membawa LDP merebut 294 kursi, melebihi ambang mayoritas. Sementara itu, Demokrat hanya memperoleh 57 kursi, jeblok 251 kursi dari 2009.

Perlu dicatat pula bahwa partai-partai yang berhasil mendepak LDP ini kebanyakan dibentuk oleh mantan anggota LDP yang terdepak. Hosokawa adalah mantan anggota LDP. Hatoyama Yukio malah merupakan cucu pendiri LDP (Ichiro) yang juga menjabat perdana menteri pada 1954-1957 dan presiden LDP pertama. Di antara perdana menteri non-LDP tersebut, Hanya Murayama, Kan, dan Noda yang tidak pernah menjadi anggota LDP. Kemudian, perdana menteri non-LDP sejak 1955 pun tidak dapat bertahan lama. Hanya 3 orang yang menjabat lebih dari 1 tahun (Murayama, Kan, dan Noda) dan hanya Murayama yang sanggup menjabat dalam 1 tahun kalender penuh (Murayama adalah perdana menteri Jepang sepanjang tahun 1995, sementara itu Noda terdepak hanya 6 hari sebelum dapat menyelesaikan keseluruhan dari tahun kalender 2012 sebagai perdana menteri). Inilah yang membuat Sistem 1955 juga disebut "Sistem 1,5 Partai". Selain itu, oposisi di Jepang hampir tidak pernah mampu secara efektif mengonsolidasikan diri dan menawarkan alternatif kepada publik terhadap kepemimpinan LDP. Faktor ini pula yang membuat LDP mampu bertahan sekian lama walaupun diterjang banyak skandal seperti Skandal Lockheed pada 1976 dan Skandal Recruit pada 1989.

Lebih mengenaskan lagi, partai-partai oposisi sendiri pun tidak dapat bertahan lama. Partai Demokrat, yang berkuasa di Jepang antara 2009 dan 2012, sudah bubar sejak 2016. Anggotanya telah pindah ke Partai Demokrat Konstitusional yang dipimpin Edano Yukio yang saat ini dianggap sebagai tokoh oposisi utama di Jepang.

Kekuatan Faksi LDP
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Empat kandidat presiden LDP 2021 yang berasal dari faksi yang berbeda.

Manakala posisi LDP dalam pemerintahan nyaris tidak terganggu, ancaman sebenarnya bagi jabatan seorang perdana menteri berasal dari internal partainya sendiri.

LDP adalah partai big-tent, partai yang menampung berbagai aliran politik dan kepentingan. Terdapat kelompok konservatif, kanan jauh, revisionis, pro-bisnis, pro-Tiongkok, dsb.

Pada 1970-an, terdapat faksi yang dipimpin Tanaka Kakuei (PM pada 1972-1974) dan Fukuda Takeo (PM pada 1976-1978). Faksi Tanaka berpengaruh hingga tahun 1987, ketika Nakasone Yasuhiro digantikan Takeshita Noboru.

Saat ini, faksi yang terdapat di LDP antara lain Seiwa Seisaku KenkyūkaiShikōkaiHeisei KenkyūkaiKōchikaiShisuikaiKinmirai Seiji Kenkyūkai, dan Suigetsukai.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Seiwa Seisaku Kenkyūkai adalah kelompok ultranasionalis yang mendukung Amendemen Pasal 9 Konstitusi (untuk mengizinkan Jepang menggunakan militer untuk keperluan perang), kunjungan ke Kuil Yasukuni, tarif pajak korporasi rendah, dan aliansi militer dengan AS. Abe Shinzo berasal dari faksi ini. Begitu pula ayahnya, Abe Shintaro, kakeknya, Kishi Nobusuke, dan dua mantan PM (Koizumi Junichiro dan Mori Yoshiro). Ini adalah faksi terbesar LDP saat ini.

Shikōkai dipimpin oleh Aso Taro dan memiliki pandangan lebih reformis serta pro terhadap Tiongkok.

Heisei Kenkyūkai memiliki pandangan lebih liberal, mendukung teori ekonomi Keynesian (peran besar pemerintah dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi), dan pro-Tiongkok. PM Hashimoto berasal dari faksi ini.

Kōchikai didirikan oleh PM Ikeda dam mendukung hubungan erat dengan Korea dan Tiongkok, bersifat moderat dalam kebijakan luar negeri, serta mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah. PM saat ini, Kishida, adalah pemimpin faksi ini.

Shisuikai memiliki pandangan paling kanan dari 5 faksi utama, meskipun mendukung teori Keynesian dan kerjasama internasional. Kinmirai Seiji Kenkyūkai dan Suigetsukai cenderung kecil dan memiliki pengaruh tidak banyak di partai.

Bukan hal yang aneh kalau LDP mencalonkan beberapa orang (dari beberapa faksi) untuk bertarung dalam satu distrik pemilihan. Ini untuk menjaga peluang LDP memenangi atau mempertahankan kursi tersebut, dan pada akhirnya mempertahankan mayoritasnya di DPR.

Politik Dinasti
Sistem 1955, Pondasi Perpolitikan Jepang Pasca-Perang Dunia II
Koizumi Shinjiro, menteri lingkungan hidup dalam kabinet Abe Shinzo, juga putra dari mantan perdana menteri Koizumi Junichiro. Junichiro sendiri pun juga merupakan putra dan cucu seorang politisi.

LDP, dan politik Jepang secara umum, juga diwarnai oleh politik dinasti yang kental.

Kakek Abe Shinzo, PM pada 2006-2007 dan 2012-2020, Kishi Nobusuke, adalah perdana menteri pada 1957-1960. Kakak dari kakeknya, Sato Eisaku, juga merupakan perdana menteri pada 1964-1972. Ayahnya, Abe Shintaro, adalah menteri luar negeri pada 1982-1987.

Aso Taro, PM pada 2008-2009, adalah cucu dari Yoshida Shigeru, PM Jepang pada 1946-1947 dan 1948-1954.

Hatoyama Yukio, PM pada 2009-2010, adalah cucu dari Hatoyama Ichiro, PM pada 1954-1956.

Selasa, 23 November 2021

Ketua IDI: Pandemi Covid-19 Selesai Jika Tak Ada Lonjakan Kasus Pada Desember

 Ketua IDI: Pandemi Covid-19 Selesai Jika Tak Ada Lonjakan Kasus Pada DesemberSuara.com - Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi memperkirakan pandemi Covid-19 di Indonesia akan selesai jika tidak terjadi gelombang ketiga pasca libur Natal dan Tahun Baru mendatang.


Adib meminta semua pihak untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan segera mendapatkan vaksinasi di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar terlindungi dari ancaman lonjakan kasus Covid-19.

"Itu yang paling penting sekarang, standarnya harus tetap kita pertahankan, jangan mencoba mengurangi standar, tetap jalankan, sampai kapan? kita berharap parameter Desember dan Januari ini kalau tidak ada lonjakan kasus positif dan pasien yang dirawat mudah-mudahan kita bisa selesai dengan pandemi Covid-19," kata Adib dalam diskusi FMB9-KPCPEN, Selasa (23/11/2021).

Dia menyebut pengetatan mobilitas dan kegiatan masyarakat pada libur Nataru nanti sangat penting dilakukan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama pada libur panjang sebelumnya yang menyebabkan gelombang pertama dan kedua Covid-19.

"Satgas Covid-19 masih bekerja menyampaikan ke tempat publik tempat wisata, kita harus tetap tegas terhadap protokol kesehatan, sekarang sudah ada aplikasi pedulilindungi, kartu vaksin, dan persyaratan perjalanan, termasuk yang paling penting di tempat itu benar-benar harus menjaga prokes," tegasnya.

"Kalau ini dijalankan dengan baik, maka potensi lonjakan kasus gelombang ketiga ini mungkin jangan sampai terjadi di Indonesia," sambung Adib.

Diketahui, Pemerintah akan memberlakukan kebijakan PPKM Level 3 di semua wilayah Indonesia mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.

Beberapa strategi kebijakan di antaranya:

1.Larangan cuti atau libur bagi ASN, TNI, Polri, karyawan BUMN maupun swasta selama libur akhir tahun;

2.Pembatasan pergerakan masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.

3.Nantinya penyesuaian syarat bepergian akan diatur dalam Surat
Edaran Satgas maupun Kementerian Perhubungan;

3.Pengetatan penerapan protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat di seluruh fasilitas publik;

4.Pengawasan penerapan kebijakan pengendalian sampai ke tingkat komunitas beserta pendisiplinan di lapangan secara langsung.

https://amp.suara.com/news/2021/11/2...-pada-desember