Sabtu, 21 Agustus 2021

Sejarah Perang Puputan Badung 1906: Ketidakadilan Belanda





Bencana itu bermula dari sebuah kapal/wangkang berbobot 90,27 Ton bernama 'Sri Kumala' yang mengangkat sauh dari Banjarmasin. Tanggal 27 Mei 1904, kapal karam ini di pesisir pantai Sanur,Wilayah selatan kerajaan Badung.

Menurut laporan sang pemilik yang bernama Kwee Tiktjiang, kapalnya tengah memuat gula pasir, minyak tanah, dan terasi yang akan dibawakan di Bali. Terdapat juga puluhan ribu uang kepeng dan uang perak senilai 3000 Ringgit atau setara dengan 7.500 Gulden.

Setelah gelombang laut reda, dengan didampingi syahbandar Tionghoa Sanur bernama Sik Bo, pemilik kapal dan nahkoda melaporkan kejadian ini pada punggawa sanur Ida Bagus Ngurah.

Ada kesepakatan antara kerajaan-kerajaan Bali dengan Belanda yang menyatakan bahwa raja harus melindungi dan menyelamatkan isi kapal yang karam. Kesepakatan ini diteken pada 1849.

Sebelum tahun itu, yang berlaku adalah hukum Tawan Karang/Taban Karang, dimana sebaliknya raja justru berhak atas kapal yang terdampar di wilayah beserta seluruh muatannya.


Salah satu sudut Denpasar yang ramai sebelum terjadinya peristiwa puputan padatahun 1906
Punggawa Sanur lantas memerintahkan bawahannya untuk menjaga bangkai kapal 'Sri Kumala' beserta isinya. Sayang setelah beberapa hari, bangkai kapal tidak bisa terancam dan terancam tenggelam. Punggawa memerintahkan rakyat sekitar untuk membongkar dan mengumpulkan muatannya di desa Beaung.

Beberapa pekan setelah peristiwa pembongkaran ini, pemilik kapal mengadu pada Residen Bali dan Lombok bernama J. Eschbach yang berkedudukan di Singaraja.

Dia memohon karena menganggap bahwa kapal beserta hartanya telah dirampas penduduk Sanur. Ia juga mengatakan bahwa ia telah kehilangan uang peraknya yang berharga 7500 Gulden.

Aneh karena para nahkoda dan penduduk berhasil menyelamatkan barang-barang dagangannya. Logikanya, jika benar ada uang di kapal tentulah para penduduk akan menyelamatkan tempat uang terlebih dahulu dibandingkan dengan barang dagangan yang nilainya jauh di bawahnya. Pengaduan tersebut tentu saja menyebabkan munculnya antara pemilik kapal dengan kerajaan Badung.



Potret penduduk Sanur di masa Belanda memulai ekspedisi militernya ke Badung 1906
Residen J. Escbach menugaskan bawahannya, yakni seorang kontrolir pada Kantor Urusan Masalah Bumi Putera bernama HJE F. Schwartz agar melakukan pemeriksaan secara teliti di Badung. Schwartz tiba di Badung pada 16 Juli 1904 dan langsung menemukan keterangan dari punggawa Sanur serta menyimpan catatan penyimpanan kapal. Ia tidak mampir ke puri Badung sehingga tidak bertemu dengan raja I Gusti Made Agung yang baru saja dinobatkan 2 tahun sebelumnya.

Dari hasil penyelidikan Schwartz, residen J. Esbach mengirim laporan kepada gubernur Jendral Van Heutsz di Batavia melalui surat Nomor 55/18 Agustus 1904/Rahasia yang isinya sebagai berikut.
menyimpulkan benar telah terjadi pencurian dan penjarahan oleh penduduk Sanur terhadap kapal 'Sri Kumala.


kerajaan Badung tidak melanggar pasal 11 perjanjian 13 Juli 1849 mengenai penghapusan Tawan Karang, namun raja dianggap lalai karena tidak menjaga kapal 'Sri Kumala' sehingga penjarahan tidak dapat dihindarkan.


mengusulkan agar permasalahan dibawa ke Majelis Kerta (Badan Peradilan Kerajaan Badung)


menetapkan agar raja Badung membayar kerugian yang dialami pemilik kapal senilai 7500 Gulden

Sebagai Gubernur Jendral, van Heutsz wajib menyertakan Dewan Hindia Belanda sebelum mengambil kebijakan. Ia menugaskan residen agar memantaunya ke Dewan Hindia Belanda.

Tanggal 28 Oktober 1904, J Eschbachpun memberikan laporan pada sidang Dewan Hindia Belanda di ibu kota Batavia. Pada 4 November 1904 Dewan Hindia Belanda mengeluarkan nasehat pada pemerintah agar.

mengambil tindakan yang sangat berhati-hati dalam menyelesaikan masalah 'Sri Kumala'


menganggap berlebihan bila raja dibebankan biaya ganti rugi 7500 Gulden karena terdapat indikasi ketidakjujuran pemilik kapal Kwee Tjiang dan Residen J. Eschbach yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari musibah 'Sri Kumala.


menyarankan gubernur jendral untuk menunggu keputusan Majelis Kerta untuk memutuskan perkara sesuai dengan hukum adat yang berlaku di Badung

Van Heutsz tidak menerima saran dari Dewan Hindia tersebut. Ia ternyata melihat sebuah peluang. Kini terbuka jalan bagi sang gubernur jenderal untuk menjalankan misinya di atas kerajaan Badung. Misi menjalankan prinsip Pax Neerlandica.

PAX NEERLANDICA

Johannes Benedictus Van Heutsz adalah pahlawan perang Belanda. Meskipun kontroversial, hingga kini namanya tetap dikenang dalam memori kolektif warga Belanda.

Ia pernah diabadikan sebagai nama kapal pada tahun 1926, sebagai nama monumen di Aceh dan Batavia tahun 1932, sebagai nama resimen infanteri kerajaan Belanda, nama jalan yang kini berganti menjadi jalan Teuku Umar di wilayah elit Jakarta, hingga judul lagu mars. Sungguh bukan pahlawan kelas kaleng-kaleng.

Perjalanan Luar Biasa. membayangkan, ia menginjakkan kaki pertama kali di tanah Aceh sebagai seorang prajurit letnan dua, namun saat keluar dari bumi serambi Mekah tersebut pangkatnya adalah yang paling tinggi; gubernur militer aceh. Semua itu berasal dari kegemilangannya menjinakkan Aceh.

Tak dinyana perang berlangsung berdarah-darah dan berlarut-larut. Belanda sudah hampir hilang akal akibat besarnya kerugian material dan prajurit yang diderita, sedangkan tanda-tanda kemenangan masih belum terlihat.


Gubernur Jendral Hindia Belanda 1904-1909 Johannes Benedictus van Heutzs, salah satu pahlawan besar Belanda
Van Heutsz dengan bantuan penasehatnya, Snouck Hurgronje mengatasi masalah, mempelajari adat setempat sehingga mampu menemukan strategi yang tepat guna melihat heroiknya perlawanan orang Aceh.

Iapun mampu merumuskan strategi brilian yang berhasil mengubah perang. Prestasi yang membawanya duduk di kursi empuk jabatan gubernur jendral Hindia Belanda untuk masa 5 tahun.

Ia terkenal sebagai perwira yang pro akan terwujudnya Pax Neerlandica, yakni penguasaan seluruh nusantara dibawah satu kesatuan pemerintahan mutlak di bawah pimpinan pemerintah pusat kolonial di Batavia.

Idealisme ini membuat Van Heutsz menutup mata pada realitas di lapangan. Kenyataan yang berlaku di masa itu tidak sesuai karena beberapa wilayah di Hindia Belanda termasuk di Bali memerlukan pendekatan yang berbeda.

Sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, peraturan-undangan pemerintah kolonial tidak berlaku bagi kerajaan-kerajaan di Bali. Bagi Van Heutsz hal semacam ini sangat tidak sesuai dengan prinsip kolonialisme dan mengganggu kewibawaan kerajaan Belanda.

Di bawah sebagai orang jajahan nomor satu di tanah jajahan, ia sangat terdorong untuk menguasai Bali dan menempatkan raja-raja Bali langsung di pemerintahan pusat Batavia. Tentu saja niat Van Heutsz itu tidak mudah diwujudkan karena perjanjian 13 Juli 1849 secara hukum menjamin berlangsungnya pemerintahan dalam negri kerajaan-kerajaan Bali tanpa campur tangan Belanda.

Memulai perang penaklukan di Bali tanpa sebab tentu akan membuat gaduh suasana politik Batavia dan berimbas pada terganggunya hubungan dengan Dewan Hindia maupun dengan parlemen kerajaan Belanda. Peristiwa 'Sri Kumala' adalah peluang tidak terduga yang telah dinantikannya selama ini.

BLOKADE PERAIRAN BADUNG OLEH ANGKATAN LAUT HINDIA BELANDA

Pada 19 Desember 1904 Residen J Eschbach berkunjung ke ibu kota kerajaan Badung Denpasar untuk berbicara dengan raja I Gusti Ngurah Made Agung yang didampingi para pembesar dan punggawa kerajaan.

Residensi pemerintah Hindia Belanda atas ganti rugi'Sri Kumala' yang dibebankan pada raja. Tuntutan ditolak dengan tegas karena raja tersebut dan pemerintah menyatakan Badung merasa tidak bersalah.

Raja telah bertindak sesuai prosedur yakni memerintahkan agar dilakukan penjagaan atas bangkai kapal. Meskipun belum berhasil, beliau juga sudah berusaha mencari pencuri yang dikatakan telah menjarah kapal.

Punggawa Sanur, 11 orang yang menurunkan muatan 'Sri Kumala', serta jumlah penduduk yang bersumpah di pura bahwa mereka tidak mengambil isi kapal.

Sebaliknya, dalam pembelaannya, raja menjelaskan bahwa hanya berkat bantuan 11 orang itulah yang dapat membantu tepat pada waktunya. Ke sebelas orang itu melaksanakan dengan jujur ​​dan tidak mencuri.

Selanjutnya raja berujar bila Kwee Tektjiang merasa dirugikan, sebaiknya dia datang ke Denpasar dan permasalahannya di sidang Majelis Kerta di Denpasar. Jika hal itu disetujui, maka raja juga akan tunduk pada segala putusan Majelis Kerta.



Asisten Residen Schwartz bersama rombongan hendak menemui raja Badung I Gusti Ngurah Made Agung di Denpasar 1906
Demi mendapatkan tegas tanpa tedeng aling-aling ini, Residen J Escbach meninggalkan Denpasar pada 23 Desember 1904 sambil meninggalkan surat ultimatum disertai ancaman agar raja I Gusti Ngurah Made Agung membayar ganti rugi Selambat-lambatnya pada 5 Januari 1905.

Residen J Eschbach melaporkan semuanya pada Gubernur van Heutsz di Batavia melalui kawat 25 Desember 1904 bernomor 621/ Rahasia. Ia meminta agar segera dikirimkan kapal perang dan pengangkut yang akan digunakan memblokade perairan Badung.

Pendaftarannya disetujui. Dikirimlah kapal 'Zwalu' dan 'Spits milik Angkatan laut Belanda. Waktu berlalu dan seperti yang telah dilupakan sebelumnya, hingga tanggal 5 januari 1905, ganti rugi benar-benar tidak dipilih oleh raja Badung.



Kapal perang pemerintah Hindia Belanda menurunkan kuda dan logistik di perairan Sanur 1906



Pendaratan pasukan ekspedisi militer Belanda di pantai Sanur badung 1906
keesokan harinya Belanda mulai melarang penangkapan ikan yang buruk. Keluar barang dagangan juga tidak boleh. Pada 14 Januari 1905 Residen J Escbach mengadakan kunjungan ke perairan Badung untuk memeriksa pelaksanaan blokade. Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengadakan pertemuan dengan raja-raja Bali yang lain.

PARA PENGUASA BALI

Residen melakukan pendekatan pada para penguasa Bali agar mendukung blokade terhadap Badung. Berturut-turut ia menemui raja Klungkung, Karangasem, Bangli, dan Tabanan. Raja Bangli Dewa Gede Rai dan raja Gianyar Dewa Manggis VIII memberikan bantuan kepada pemerintah.

Karangasem mendukung Belanda karena telah ditaklukan pada tahun 1894. Raja Karangasem Gusti Gede Jelantik menunjukkan bahwa sudah seharusnya penguasa Badung bertanggungjawab atas insiden “Sri Kumala' dengan membayar ganti rugi.


Kapten Schutstal van Woundenberg bersama raja Gianyar Dewa Manggis VIII di Puri Agung Gianyar 1906
Raja Klungkung Dewa Agung Jambe II lebih netral. Ia mendesak agar diselesaikan dengan cara damai. beliau mengirimkan utusannya ke Denpasar namun upayanya tidak berhasil.

Sikap Klungkung ini bisa dijangkau karena Klungkung banyak mengadopsi beras dari Badung. Bila terjadi blokade dikhawatirkan akan mengganggu pasokan sehingga penduduk terancam menderita.


Raja Klungkung Dewa Agung Jambe II saat tiba di Gianyar untuk bertemu dengan utusan Belanda 1906 kekunoan.com Membagikan



Raja Klungkung Dewa Agung Jambe II saat tiba di Gianyar untuk bertemu dengan utusan Belanda 1906



Para putri dan permaisuri puri Agung Denpasar tahun 1900-an
Pada dasarnya semua kerajaan yang telah ditaklukan Belanda membantu pemerintah kolonial walaupun masing-masing sulit memutuskan hubungan dengan Badung karena juga memiliki kepentingan masing-masing. Saat itu Klungkung dan Bangli belum ditaklukan.

Raja Tabanan Gusti Ngurah Agung memilih berpihak pada raja Badung I Gusti Ngurah Made Agung karena hubungan dua kerajaan ini sangat dekat. Mereka bahkan memiliki perjanjian pertahanan Bersama. Menurutnya, blokade Badung tidak hanya akan merugikan Badung saja melainkan seluruh Bali pada umumnya.

Blokade menjadi tidak efektif karena Tabanan tidak efektif karena Badung tidak membatasi perbatasannya.

KETEGUHAN DAN HARGA DIRI I GUSTI NGURAH MADE AGUNG

I Gusti Ngurah Made Agung, raja yang keras kepala dan anti diplomasi. Pada 10 Februari 1905 beliau sekali lagi mengirimkan surat pada residen dan menegaskan kembali bahwa badung tidak menodai kesepakatan yang pernah dibuat dan benar-benar tidak bersalah.

Blokade membuat rakyat sengsara karena tidak boleh melaut dan bea cukai dari kerajaan tersendat. Sebagai itikad baik, raja menghadirkan seorang anggota Dewan Kerta untuk bertindak sebagai pembela Kwee Tektjiang. Pemerintah Belanda juga harus membayar ganti kerugian akibat dampak blokade nomor 1500 ringgit atau 3.750 Gulden.

Permohonan ini tidak digubris pemerintah dan blokade jalan terus. Kondisi Badung mencekam sekaligus muram akibat politik ini. sejumlah peristiwa aneh dan fenomena alam ditandai sebagai pertanda akan terjadinya bencana di kalangan rakyat Bali yang masih berlangsung dihinggapi takhayul dan mistis.

Salah satunya adalah peristiwa runtuhnya sebagian bangunan pura Luhur Uluwatu, yang terletak di atas tebing karang tinggi, yang menjorok ke laut di desa Pecatu akhir tahun 1905. Kekhawatiran masyarakat Badung memuncak.



Potret Pura Luhur Uluwatu 1930
Rakyat dan jumlah pemuka Badung menghadap raja dan menambahkan bahwa mereka sanggup bergotong-royong menghimpun dana ganti rugi sebesar 75.000 Gulden agar hubungan dengan Belanda kembali seperti sedia kala.

Para pedagang Bugis dan Tionghoa yang bermukim di Kuta dan pulau Serangan berduyun-duyun datang menghadap hal serupa. Dapat dimaklumi oleh merekalah pihak yang paling dirugikan karena adanya blokade. Mereka tidak bisa berdagang lagi. Ekspor impor Badung berhenti total. Semua permintaan tersebut dengan tegas ditolak oleh raja I Gusti Ngurah Made Agung.

Konon muncul cerita bahwa pada suatu malam, datang seorang utusan berkebangsaan Belanda ke Puri Satria di dalam Puri Agung Denpasar. Utusan tersebut menanyakan apakah raja tidak memiliki uang untuk mengganti kerugian yang diminta.

Raja menjawab bahwa ia memiliki lebih dari cukup harta untuk membayar ganti rugi. Raja tidak menghargai bukan karena masalah uang, karena masalah harga diri.

Untuk menjaga martabat dan kewibawaan kerajaan Badung di mata rakyat dan sekaligus membela diri dari ketidak adilan yang dilakukan pemerintah Belanda atas kasus 'Sri Kumala' yang menimpanya.

PERUNDINGAN TERAKHIR

Bulan demi bulan berlalu dengan tidak adanya perkembangan berarti penyelesaian masalah. Iklim politik di kalangan pemerintah eksekutif Hindia Belanda di Buitenzorg ( Bogor) dan kalangan legislatif di Batavia tengah meninggi akibat semakin populernya Pax Neerlandica. Makin banyak pihak yang keranjingan pada pandangan ini.

Meskipun angin segar bertiup, Van Heutzs yang sejatinya sudah sangat menginginkan perang masih berhati-hati dengan meminta Dewan Hindia Belanda memberikan pendapatnya sehubungan dengan perkembangan yang terjadi.

Dalam rapat pada 31 Maret 1905, Dewan Hindia menginginkan agar Van Heutz berhati-hati dalam masalah pengiriman ekspedisi militer ke Badung.

Dewan Militer tidak setuju dengan Analisis Van Heutzs bahwa raja Badung tidak setuju membayar ganti rugi karena keras dan angkuh. Dewan memberi bukti bahwa raja Badung sebenarnya sangat kooperatif dan memiliki kemauan baik bekerja sama dengan pemerintah.

Pada tanggal 22 Desember 1904 raja I gusti Made Ngurah Agung pernah membuat keputusan tangani kesepakatan yang mengatur penghentian adat 'sati' atau 'mesatiye' (adat kerelaan membakar diri istri-istri bila raja meninggal) di kerajaannya, yang menurut pemerintah sangat tidakb.

Dewan ingin mendekatinya lagi dengan pejabat pejabat tinggi yang berpengalaman.
Gubernur jendral Van Heutzs menindak lanjuti rekomendasi tersebut dengan mengirimkan seorang anggota Dewan Hindia bernama FA Liefrinck pada 7 April 1905 untuk berunding dengan Residen Bali dan raja Badung.

Liefrick berangkat ke Bali pada 12 April tahun yang sama dan 3 hari kemudian mendarat di Singaraja, ibu kota Buleleng yang sekaligus merupakan ibu kota karesidenan Bali. Selanjutnya ia bertolak ke Bali selatan menggunakan kapal “Kwartel.

Lienfrick menjelaskan di hadapan raja Badung bahwa Kwee Tjiang adalah kawula Hindia Belanda yang berlayar dengan kapal berbendera Belanda sehingga pemerintah memiliki wewenang dan menyelesaikan masalahnya. Pemerintah Belanda juga menawarkan dukungan biaya blokade, raja Badung cukup membayar ganti rugi 7.500 Gulden saja.

Sikap raja diberitahukan oleh Van Kol dalam bukunya yang berjudul “Drie Maal Dwars Door Sumatra En Zwerfthochten Bali (Tiga kali melintas Sumatra dan Pelancongan di Bali) Sebagai berikut:

“Oleh karena gangguan-gangguan baru pihak Belanda dan menderita oleh tekanan-tekanan baru pula, maka membacalah raja Badung dengan penuh kebangaan: Lebih baik mati saja dari pada bertahta sebagai raja diperlakukan dengan cara seperti ini.

Pembicaraan Lienfrick dengan I gusti Ngurah Made Agung tidak menghasilkan kesepakatan yang memuaskan. Lienfrick Kembali ke Singaraja pada 5 Mei 1905.


PERJANJIAN PERTAHANAN BERSAMA BADUNG DAN TABANAN

Setelah gagalnya perundingan, raja Badung menghidupkan kembali perjanjian pertahanan dengan raja Tabanan. I Gusti Ngurah Made Agung mengunjungi puri Taban pada 14-19 Mei 1905. Kedua raja melakukan sumpah di pura pamerajan puri agung Tabanan untuk saling membantu satu sama lain dalam peperangan.

Kunjungan tersebut berbalas dengan kunjungan raja Tabanan ke puri agung Denpasar pada 23-30 Juni 1905. Pada 28 Juni 1905 kedua raja mengadakan sumpah setia di pura Tambang Ayung. Raja Puri Agung Pamecutan juga hadir.

Perlu diketahui bahwa secara tradisional, kerajaan Badung diperintah oleh 3 raja, yakni raja Puri Agung Pamecutan, raja Puri Agung Pamecutan, dan raja Puri Agung Kesiman dengan raja Badung bertindak sebagai raja utama berkedudukan di Badung).

Waktu dan permasalahan menjadi semakin membengkak dan seolah-olah berubah menjadi berbeda antara kerajaan Badung dan Taban melawan pemerintah pusat di Batavia.

Pada 17 Juli 1906, Van Heutzs yang telah sampai pada 'point of no return' memberi laporan pada Menteri jajahan Belanda di Den Haag dan menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Jendral no. 1 yang berisi ultimatum pemerintah pada Badung dan Tabanan.

Di kantor karesidenan di Singaraja sendiri sejak April 1906 telah ditempatkan seorang perwira Staf Umum Angkatan Darat Hindia Belanda, yakni kapten SH Schutstal van Woudenberg yang menyimpan peta penempatan secara besar-besaran di Badung dan Tabanan. Semua sudah yakin bahwa Badung dan Tabanan tidak akan menggubris ultimatum Belanda.

Raja Badung dan Taban menyadari bahwa mereka tidak akan memenang kan peperangan, namun mereka yakin dengan segala konsekuensinya demi mempertahankan kehormatan dan keadilan. Mayjend. MB Rost van Tonningen ditunjuk sebagai pemimpin ekspedisi militer.

Sebagai upaya terakhir, Lienfrick mengirimkan ultimatum pada raja Badung yang harus dijawab dalam 1×24 jam, dan pada raja Tabanan dalam 3×24 jam. Kedua raja menolak ultimatum untuk segera dilaksanakan.

JALANNYA PERANG YANG BERAT SEBELAH

Tanggal 12 September 1906 semua kapal perang dan kapal pengangkut telah merapat di Sanur dan menempati pos masing-masing. Kekuatan Belanda terdiri atas 2.312 pasukan, 140 marinir, 741 tenaga non militer, 10 meriam yang 4 diantaranya adalah meriam Houwitzer, 20 ekor kuda untuk perwira, dan 45 kuda untuk mengangkut logistik.

Pada 14 September malam hari , pantai Sanur diterangi lampu senter dari kapal-kapal besar Angkatan perang Hindia Belanda karena intelejen mendapat informasi akan adanya serangan pasukan Badung.

Serangan itu tidak terbukti dan bahkan punggawa Sanur menghadap Belanda dan menyatakan bahwa ia dan berharap rakyat Sanur tidak akan melawan.

:

Gerakan maju pasukan Belanda menuju Denpasar 1906



Kepala desa dan penduduk utara Denpasar mengambil sikap tidak memusuhi pasukan Belanda 1906



Patroli Belanda di Sanur 1906
pertempuran yang sebenarnya pecah pada 15 September saat dari pasukan Badung dari Denpasar dan Kuta menyerang bivak-bivak Belanda di Pabean Sanur. Pengepungan berlangsung hingga tengah hari dan mengakibatkan gugurnya 33 jiwa dan 12 orang luka dari pihak Badung.

Kapal-kapal perangpun mulai menembakkan Meriam ke arah Denpasar dan desa-desa sekitarnya selama 2 hari. Puri Agung Denpasar dan Puri Agung Pamecutan menjadi target utama.

Untuk menghambat serangan kavelari berkuda Belanda, Badung memasang ranjau bambu runcing di Renon. Pertahanan di desa-desa sekeliling 3 puri agung antara lain Sesetan, Lantang Bejuh, Kelandis, Tanjung Bungkak, bengkel.

Batalyon ke 18 dan ke 20 yang tiba di desa Panjer disambut serangan gencar dari sekira 2.000 pasukan Badung. Karena hari sudah sore, batalyon mundur ke bentengnya di sanur.

Di banteng serangan muncul serangan oleh 30-an pasukan Badung dari Kesiman. Tembakan perlindungan yang dilancarkan dari kapal perang berhasil melindungi batalyon ini.

Perang pada 16 September ini sangat menguras tenaga sehingga Belanda memutuskan untuk tidak menyerang pada tanggal 17. Meriam kapal dan Meriam banteng tetap ditembakkan ke arah puri.

kabar mengejutkan dari Puri kesiman pada 18 September. Punggawa Kesiman Gusti gede Ngurah Kesiman dibunuh oleh pembangkangan oknum dari suatu kelompok rakyat yang menolak perang terhadap pemerintah.



Potret sejumlah Belanda dari Batalyon ke20 yang terlibat dalam ekspedisi militer ke Badung pada1906
Tanggal 19 September pagi, dengan kekuatan pasukan Belanda meninggalkan banteng Sanur untuk menyerang Denpasar. Tujuan pertama adalah desa Kesiman dimana diperkirakan pasukan Badung akan mempertahankan puri Agung Kesiman. Saat tiba di desa Tukad Ayung, belanda disambut oleh tembakan dari kebun kelapa penduduk.

Terjadi pertempuran sengit antara tentara modern yang terstruktur melawan kekuatan rakyat yang bercorak tradisional. Strategi tempur berhadap-hadapan dengan jiwa kewiraan satria. Jumlah korban yang jatuh tidak berimbang.

Dalam bukunya yang berjudul 'Indische Reisherinneringgen' (Kenang-kenangan Perjalanan ke Hindia), Jhr .Dr. HM van Weede yang menyertai pasukan ekspedisi militer ini menggambarkan kekagumannya pada pertempuran berani yang belum pernah dilihatnya sebelumnya:

“dalam ingatan saya masih jelas tergambar seorang Bali berbadan tegap yang berdiri di suatu tempat yang agak tinggi, kira-kira 200 meter jaraknya dari pasukan infanteri kita.

Dia berdiri untuk memegangmbaknya yang Panjang yang ditancapkan di tanah. Dengan gerak dan suara ia mendorong dan merangsek yang menggambarkan sikapnya yang tidak gentar menghadapi maut sehingga menjadi teladan bagi yang lain.”

Setelah menghadapi beberapa pertempuran, pada pukul 14.30 Belanda berhasil menguasai Puri Kesiman yang telah dikosongkan. Panglima Van Toninggen segera menetapkan puri sebagai bivak pasukan Belanda.


Artileri meriam Belanda menyalak menghujami Puri AGung Denpasar dan puri Agung Pamecutan hingga terbakar 1906
Tanggal 20 September 1906 pasukan dari batalyon ke 11 dan 18 bergerak menuju Denpasar melewati desa Semerta. Serangan terlebih dahulu dengan tembakan 60 peluru meriam ke arah puri Denpasar sehingga menimbulkan kerusakan besar.

Perlawanan Badung di desa Semerta sangat hebat sehingga jatuh korban dari pasukan Belanda yang cukup signifikan. Setelah berhasil menguasai keadaan, pasukan Belanda bersitirahat selama 1 jam untuk selanjutnya bergerak kembali. Pukul 9 pagi pasukan Belanda mulai memasuki Denpasar.

Pada waktu itu, raja I Gusti Ngurah Made Agung beserta sekira 250 orang anggota keluarga dan pengikut setia tengah berkumpul di puri.

Mereka memegang teguh memegang ajaran, mereka menjunjung jiwa ksatria dan bersumpah setia hingga akhir untuk membantu raja meskipun meskipun konsekuensinya adalah kematian.

Raja lalu memerintahkan untuk membakar puri.

Pada pukul 11 ​​di jalan Denpasar – Tangguntiti pasukan Belanda melihat sejumlah besar rombongan orang Bali yang bergerak kea rah timur. Pasukan artileri menembaki kelompok tersebut, namun mereka tetap merangsek maju.

Sesampainya di perempatan jalan Jero Belaluan pasukan diserang oleh beberapa orang dari rombongan tersebut. mengetahui rombongan tersebut adalah raja I Gusti Ngurah Made Agung beserta kerabatnya yang setia, termasuk wanita dan anak-anak, yang sudah siap mati.

Berulang kali diberi peringatan agar berhenti, tetapi rombongan tetap bergerak maju mendekat hingga 100 meter, 80, lalu 70 meter. Pada jarak itu tiba-tiba raja I Gusti Ngurah Made Agung dan para pengikutnya yang setia berlari kencang sambal menghunus keris dan tombak menerjang pasukan Belanda.

Pada saat itulah tembakan salvo diikuti dengan tersungkurnya sejumlah orang. Raja Badung I Gusti Made Ngurah Agung gugur.



Tanah lapang di utara Denpasar tempat gugurnya raja Badung I Gusti Ngurah Made Agung pada 1906



Saudari tiri raja Badung I gusti Ngurah Made Agung ditemukan bunuh diri bernama di bagian puri Agung Denpasar Kaniyamata 1906

Sekali lagi Jhr .Dr. HM van Weede membuktikannya sebagai berikut:

“Raja dan para pengikutnya pengikutnya mengenakan pakaian yang serba indah bersenjatakan keris yang hulunya terbuat dari emas berhiaskan permata yang berkilauan. Semuanya berpakaian dalam warna merah atau hitam.

Rambut mereka diatur dengan rapi dan ditaburi minyak wangi. Para wanita berdandan dengan pakaian yang paling indah dan semuanya mengenalan selendang putih

Kami mengira kekuatan induk musuh berada dalam puri, kami mengira mereka dalah penduduk yang diutus raja untuk menghadang kami.

Setelah terdengan letusan, perlahan-lahan kami bergerak maju di suatu lapangan kecil. Sungguh pemandangan yang kami lihat di sana. Tumpukan mayat seperti gunung. Pria dan wanita menikam dirinya dan anak-anaknya. Jerit nyawa mereka yang tengah meregang terdengan dimana-mana”

Dari posisi gugurnya raja, pasukan Belanda bergerak maju menuju puri agung Denpasar. pasukan disergap oleh pasukan Badung di kampung-kampung yang dilewati, namun semua perlawanan bias diatasi tanpa kesulitan.

Sesampainya di Puri Agung Denpasar, panglima Van Toninggen memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan dan pencarian alutsista Badung yang tersisa.

Pada salah satu bangunan di dalam puri yang bernama Kaniyamata, Belanda menemukan jenazah saudari tiri serba raja yang berbusana putih dan mengenakan perhiasan serba indah, yang berbaring di atas sebuah balai. Diduga sang putri telah membunuh diri atau menyuruh abdinya menikamkan keris ke tubuhnya setelah mendengar kabar kematian raja.

Pukul 15.00 pemeriksaan atas Puri Agung Denpasar telah selesai. Pasukan lalu bergerak menuju sasaran terakhir, yakni Puri Agung Pamecutan. Berita meninggalnya I Gusti Made Ngurah Agung telah terdengar oleh I Gusti Gede Ngurah Pamecutan, satu-satunya raja Badung yang tersisa. Ia memerintahkan agar puri dibakar sebelum melakukan pertempuran dengan Belanda.



Puri Agung Pamecutan yang hancur saat Puputan 1906



Dalam gerak maju menuju Pamecutan, pasukan menghadapi perlawanan yang hebat, diantaranya dari seorang pangeran berusia 12 tahun. Kesaksian-kesaksian Jhr .Dr. HM van Weede di Pamecutan adalah sebagai berikut:

“semua orang berhati-hati karena rombongan warga Bali yang kedua tiba, yang dipimpin oleh adik raja lain ibu yang masih berusia 12 tahun. Ia tidak menanggung biaya yang besar dan panjang. Kapten Van Woudenberg memerintahkannya untuk berhenti.

Mula-mula menuntut anak itu ingin menuruti perintah tesebut sampai tampak salah satu pengikutnya mendesaknya untuk terus bergerak maju. Serangan hebat terjadi dan pada waktu pengambilan foto, anak muda itu beserta sejumlah pengikutnya tumbang disapu oleh peluru. Rombongan pahlawan ini menemui ajal yang mereka cari sendiri”

“semua orang telah dicoba haus untuk mati. Beberapa wanita melemparkan uang emas pada prajurit kita sambal menuding jantung mereka sebagai media agar mereka ditembak mati. Bila tidak tertembak, mereka akan menikam diri sendiri.

Orang yang bergerak bergerak diantara mayat-mayat yang bergelimpangan sambal menikam mereka yang terluka namun masih hidup di kanan dan kiri. Ia sendiri akhirnya juga tertembak mati. Senantiasa muncul lagi orang berikutnya yang disimpan untuk disimpan “

“Setelah meriam mereka dihentikan oleh meriam pasukan kita yang berkaliber 3,7 Cm, raja dan para pengiringnya, baik wanita dan anak-anak yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang maju menghadang dan semua membunuh diri.

Kami menemukan mereka bertumpuk. Badan raja terpendam oleh badan-badan para pengikutnya seolah-olah mereka berharap kesetiaan mereka melindungi raja sampai mati.

“Wanita-wanita muda yang paling jelita terlihat tidak bergerak lagi disamping anak-anak mereka. Tandu keemas an raja dan barang-barang lain berhamburan di tegah-tengah mayat. Dengan demikian berakhirlah secara suka rela dua keturunan raja, wakil dari keluarga yang paling di Badung”



Tumpukan jasad para patriot Puri Agung Pamecutan termasuk jasad raja I Gusti Gede Ngurah Pamecutan dekat tandunya. Beliau memang sudah berada pada saat terjadinya puputan dan lanjut di atas tandu.

DALAM TEKANAN, TABANAN TERPAKSA MENYERAH TANPA SYARAT

Setelah menyelesaikan urusan Badung, Van Toninn untuk menggerakkan pasukan ke Tabanan yang juga ikut membangkang ultimatum 16 September 1906. berita bahwa raja Tabanan Gusti Ngurah Agung dan putra mahkota Pangeran Gusti Ngurah Anom beserta pembesar kerajaan, punggawa dan pedanda ingin bertemu dengan Van Toninngen.



Raja Tabanan Gusti Ngurah Agung duduk di atas tandu saat menemui panglima ekspedisi militer Belanda setelah kekalahan sekutunya, yakni kerajaan Badung.
Tanggal 28 September 1906 pukul 08.00, raja Gusti Ngurah beserta rombongannya tiba di Baringkit dari desa Abean Tuwung dan mengadakan pertemuan dengan panglima Van Toninngen yang didampingi Asisten Residen Schwartz.

Belanda meminta penyerahan tanpa syarat apapun atau Tabanan akan menerima konsekuensi pembangkangannya. Tabanan tidak memiliki pilihan lain terlebih setelah mengetahui bahwa sekutunya, yakni raja Badung telah gugur dalam puputan.

Atas dasar penyerahan itu, raja beserta putranya akan mengasingkan diri ke Lombok. Sembari menunggu keberangkatan ke Lombok, raja dan rombongan ditempatkan di Puri Agung Denpasar.

Keesokan harinya tanggal 29 September 1906, terjadi peristiwa mengejutkan. Raja Tabanan Gusti Ngurah Agung Bersama dengan putra mahkota Pangeran Gusti Ngurah Anom ditemukan sudah tidak bernyawa.

Raja memutuskan bunuh diri dengan memotong urat nadinya menggunakan pisau kecil. Putra mahkotanya tewas meminum racun. Kejadian tersebut dilaporkan Liefrinck kepada Menteri Jajahan Belanda di Den Haag.

KERAJAAN BADUNG SELANJUTNYA

Meski telah direstorasi pada 1926, rakyat Badung masih tetap tidak bisa melupakan kekejaman kolonialis Belanda yang telah secara tidak adil memporak-porandakan negrinya.

Atas desakan tokoh-tokoh masyarakat di Lombok dan Bali, salah satu putra raja I Gusti Ngurah Made Agung yang saat berperang di Lombok, yakni Pangeran I Gusti Alit Ngurah diangkat oleh Belanda untuk kedudukan ayah sebagai raja Badung dengan sebutan “regent” (Kerajaan). Badung saat itu resmi menjadi salah satu wilayah swapraja atau daerah istimewa setingkat kabupaten dalam wilayah Karesidenan Bali dan Lombok).

Puri ketiga di Badung dihidupkan kembali.

Raja Badung I Gusti Ngurah Made Agung yang mendapat gelar anumerta “Cokorda Mantuk Ring Rana (raja yang gugur di medan laga) ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 4 November 2015 berdasarkan Keputusan Presiden No.116/TK/2015.

Kamis, 19 Agustus 2021

One Night with CLARA, Game yang Perlahan Membentuk Sebuah Hubungan Termanis

  One Night with CLARA, Game yang Perlahan Membentuk Sebuah Hubungan Termanis

sumber: One Night with CLARA

Dari informasi yang ane baca di websitenya, game ini akan bercerita tentang pertemuan pemain dengan gadis yang ditemui di aplikasi kencan. Nama gadisnya adalah Clara. Pemain harus mengajaknya berkencan di tempat-tempat romantis dan menarik seperti restoran, pantai, atau bahkan makan malam di rumahnya. Jika pemain bersikap baik padanya maka pemain akan mendapatkan apa yang pemain harapkan. Jadi, sebisa mungkin buat Clara tertarik padamu.



sumber: One Night with CLARA

Cara bermainnya sendiri bisa dibilang sangat mudah. Soalnya ini adalah game ini novel visual sederhana yang telah di-rendering secara real-time 3D penuh, ditambah dengan klimaks animasi penuh. Ceritanya pendek, sederhana dan mudah dipahami.


One Night with CLARA, Game yang Perlahan Membentuk Sebuah Hubungan Termanis
sumber: One Night with CLARA

Komponen Utama di Dalam Game:
+ Game novel visual sederhana, sepadan dengan uang yang dikeluarkan.
+ Jalan cerita yang menarik dan membuat orang yang bermain serasa menikmati tiap alurnya.
+ Grafis real-time 3D dan animasi penuh. Untuk persoalan grafis tidak usah diragukan lagi, dengan membawa versi animasi secara penuh makin membuat game ini hidup. Siapapun yang memainkannya akan merasakan momen-momen indah ditiap adegan permainan.
+ Tidak susah, cukup duduk dan nikmati setiap cerita yang disajikan di depan layar.
+ Banyak adegan tambahan yang makin membuat betah main berlama-lama.
+ Pengembang selalu melakukan pembaruan secara rutin tanpa tambahan biaya.


One Night with CLARA, Game yang Perlahan Membentuk Sebuah Hubungan Termanis
sumber: One Night with CLARA

Siapapun yan tertarik untuk membelinya, langsung aja menuju ke situs pembelian game favoritmu. Tetapi ane ingatkan yaa, game ini ditandai sebagai game '18+'. Walaupun tidak terlalu 'Dewasa' banget adegannya, namun ane tetap sarankan untuk gunakan kebijakan kalian ketika ingin membeli dan memainkan game ini.


One Night with CLARA, Game yang Perlahan Membentuk Sebuah Hubungan Termanis



Selasa, 17 Agustus 2021

Sejarah Dibalik Tradisi Pengibaran Bendera Jolly Roger Oleh Kru Kapal Selam Inggris



Jolly Roger bisa dibilang sebagai simbol atau bendera milik bajak laut, biasanya identik dengan gambar tengkorak dan tulang menyilang ditambah background hitam. Lambang tengkorak ini bukan hanya dijadikan identitas bajak laut dalam film, tapi juga oleh bajak laut pada masanya.
Ternyata bendera legendaris ini tak hanya digunakan oleh bajak laut, tapi juga oleh Angkatan Laut Inggris, khususnya oleh kru kapal selam. Sampai sekarang tradisi mengibarkan "Jolly Roger" masih diteruskan oleh awak kapal selam Inggris, bendera tersebut dikibarkan saat kapal selam muncul ke permukaan dan hendak sandar menuju pelabuhan. Lalu bagaiamana ceritanya para awak kapal selam Inggris bisa mengibarkan bendera tersebut ?


Dikibarkan Untuk Membalas Sebuah Sindiran

Saat ini kapal selam adalah salah satu alutsista strategis, beraksi dalam senyap dan tidak mudah dideteksi merupakan ciri khas kapal selam. Kelebihan tersebut membuat kapal selam banyak digunakan untuk misi infiltrasi maupun mata-mata. Akan tetapi, sebelum menjadi alutsista yang handal dan ditakuti, dulu kapal selam sempat dihina dan dinilai tidak dapat diandalkan.

Salah seorang yang menghina dan tidak menyukai kapal selam adalah Laksamana Sir Arthur Wilson, pemimpin pertama British Royal Navy pada awal 1900-an. Sang Laksamana menyatakan bahwa "Kapal selam itu menjijikan, curang, tidak adil, dan tidak bisa berbahasa Inggris !" Dia juga mengatakan bahwa, kru kapal selam layak untuk digantung seperti bajak laut.

Hampir satu setengah dekade kemudian, selama Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, kapal selam Inggris HMS E9 justru berhasil menenggelamkan sebuah kapal penjelajah Jerman yang bernama SMS Hela saat berpatroli. Kapal Jerman tersebut tenggelam setelah dihajar torpedo. Komandan "Max Horton" dari HMS E9 kemudain teringat komentar negatif yang menganggap kru kapal selam yang dianggap sebagai bajak laut. Ia lantas memerintahkan krunya untuk menyiapkan Jolly Roger yang besar dan mengibarkannya dengan rasa bangga saat kapal selam itu muncul kembali ke permukaan dan hendak sandar ke pelabuhan.




Pejabat Eksekutif HMAS Dechaineux Letnan Komandan Darren White mengangkat 'Jolly Roger' di kapal selam kelas Collins HMAS Dechaineux di Fleet Base West.

Foto: Chief Petty Officer Damian Pawlenko




Setelah E9 mengibarkan Jolly Roger sesudah pulang dari misinya, maka awak kapal selam Inggris yang lainnya mulai mengikuti hal tersebut. Tradisi HMS E9 yang tampak aneh namun menarik juga cepat dipahami oleh awak kapal selam lainnya. Ketika setiap misi berhasil para kru mengibarkan bendera Jolly Roger tambahan di menara pengawas, hal itu menyebabkan jumlahnya menjadi semakin banyak.

Pada perkembangannya, kemudian hanya diputuskan akan ada satu bendera Jolly Roger yang dikibarkan di menara kapal selam. Untuk menandai misi yang berhasil dilaksanakan, kru kapal selam Inggris mulai menambahkan jahitan pada bendera mereka. Jahitan itu menggambarkan misi yang sudah mereka jalani.

Misalnya ada jahitan simbol kapal selam, itu artinya mereka berhasil menenggelamkan kapal selam musuh. Jika ada gambar ranjau, maka kapal selam berhasil menjinakkan ranjau. Sementara jika ada siluet gambar pesawat, maka kapal selam itu sukses menghancurkan pesawat milik musuh. Berikut ini simbol-simbol yang terdapat pada Jolly Roger kapal selam:






Arti simbol yang terdapat pada bendera Jolly Roger.




Jolly Roger milik HMS Safari selama Perang Dunia II.





HMS E9, kapal selam yang mengibarkan Jolly Roger untuk pertama kali.

Ilustrasi: TheDrive.com




Personil kapal selam Inggris HMS Utmost memamerkan Jolly Roger mereka pada Februari 1942. Tanda pada bendera menunjukkan pencapaian kapal: sembilan kapal ditorpedo (termasuk satu kapal perang), delapan operasi "Cloak and Dagger" (operasi rahasia), satu target dihancurkan oleh tembakan, dan satu penyelamatan di laut.

Foto: wikipedia.org



Meski bendera itu tidak diakui oleh pejabat Angkatan Laut Kerajaan Inggris, namun Jolly Roger menjadi simbol semangat dan kemampuan awak kapal selam yang lebih mandiri dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang bertugas di permukaan. Praktek pengibaran bendera ini menjadi tersebar luas selama Perang Dunia II setelah HMS Osiris menjelajah jauh ke perairan Adriatik yang dijaga ketat dan berhasil menenggelamkan kapal perusak Italia, Palestro. Saat akan muncul ke permukaan dan menuju "home base", HMS Osiris juga mengibarkan Jolly Roger miliknya.

Tradisi pengibaran bendera kapal selam terus berlanjut mulai dari abad ke-20 sampai ke-21. Misalnya saat HMS Conqueror mengibarkan bendera yang dihiasi dengan siluet kapal penjelajah untuk mengakui keberhasilan serangannya terhadap kapal penjelajah Argentina ARA General Belgrano selama Perang Falklands. Beberapa kapal selam Inggris yang kembali dari misi menembakkan rudal jelajah Tomahawk juga mengibarkan Jolly Roger dengan siluet berbentuk kapak, siluet yang kemudian disejajarkan menunjukkan jumlah tembakan dari rudal tersebut.





Komandan Angkatan Laut Kerajaan Inggris Rob Dunn memegang bendera Jolly Roger di HMS Triumph saat dia berlayar kembali ke Davenport, Plymouth, Devon, Inggris, Sabtu, 2 April 2011 setelah mengambil bagian dalam operasi di Libya di mana dia menembakkan rudal jelajah Tomahawk ke darat .

Foto: TheDrive.com





Diikuti Oleh Banyak Negara, Termasuk Amerika

Selama Perang Dunia II bukan hanya kapal selam Inggris yang mengibarkan bendera Jolly Roger, hal tersebut juga dilakukan oleh beberapa negara di Eropa yang menjadi sekutu Inggris termasuk Amerika Serikat dan Australia. Saat beroperasi di Mediterania, kapal selam Polandia ORP Sokół dan ORP Dzik teerlihat mengibarkan Jolly Roger, hal tersebut diprakarsai oleh Jenderal Władysław Sikorski.

Angkatan Laut Australia juga pernah mengibarkan Jolly Roger dari kapal selamnya. Hal itu diakukan setelah mereka sukses melakukan penembakan langsung torpedo Mark 48 pada tahun 1987, kru HMAS Ovens menggunakan bendera tersebut untuk menunjukkan keberhasilan menenggelamkan kapal target yang bernama Colac.

HMAS Onslow mengibarkan Jolly Roger pada tahun 1980, setelah partisipasinya yang sukses dalam latihan yang bernama "Kangaroo 3". Di mana kapal selam tersebut bertindak sebagai lawan. Waktu itu bendera yang dikibarkan memuat siluet tujuh kapal permukaan yang dijadikan target dalam latihan, selama latihan Onslow berhasil 'menenggelamkan' ketujuh kapal tersebut.

Pada tahun 2017, USS Jimmy Carter tercatat dua kali mengibarkan Jolly Roger, yakni pada bulan April dan September. USS Jimmy Carter adalah kapal selam serang Angkatan Laut AS yang telah dimodifikasi untuk mendukung operasi pasukan khusus. Saat kembali ke pelabuhan asalnya para kru mengibarkan bendera Jolly Roger. Entah misi apa yang berhasil dilaksanakan waktu itu ?

Tercatat hanya Inggris dan Amerika yang terlihat aktif mengibarkan bendera Jolly Roger ini, sementara Angkatan Laut negara lain biasanya mengibarkan bendera negara saat akan sandar. Sampai saat ini tradisi pengibaran bendera Jolly Roger masih dilakukan, selain meneruskan tradisi, para kru kapal selam Angkatan Laut Inggris mengibarkan bendera tersebut untuk mengenang jasa Max Horton. Komandan kapal selam pertama Inggris yang berhasil membungkam orang-orang yang mengkritik kapal selam.

Meski sempat dihinakan, akan tetapi selama periode Perang Dunia, kapal selam berhasil membuktikan diri sebagai senjata yang mematikan sekaligus mengerikan. Dan sampai saat ini masih menjadi aset yang sangat penting bagi Angkatan Laut di penjuru dunia.




ORP Sokół milik Polandia juga mengibarkan Jolly Roger.




Awak kapal selam dari HMS Taku membuat simbol tambahan pada Jolly Roger.

Foto: wikipedia.org



USS Jimmy Charter milik Amerika juga mengibarkan Jolly Roger pada tahun 2017.

Foto: IanJKeddie via Twitter

Minggu, 15 Agustus 2021

Cerita Para Antivaksin yang Berujung Tragis Akibat Infeksi COVID-19

 Jakarta - Saat ini, vaksinasi menjadi salah satu cara untuk melawan pandemi COVID-19. Berbagai macam jenis vaksin pun menawarkan manfaat yang sangat baik untuk mencegah terinfeksi virus Corona.

Namun, belum semua orang percaya dan bisa menerima kehadiran vaksin Corona ini. Sebagian orang pun masih enggan divaksinasi karena termakan hoax soal vaksin yang beredar.

Berikut beberapa kisah orang-orang yang menolak untuk divaksinasi yang berujung tragis.

1. Sering mengolok-olok vaksin Corona berujung meninggal dunia

Seorang pria asal California, Amerika Serikat, akhirnya meninggal setelah terinfeksi COVID-19. Semasa hidupnya, pria berusia 34 tahun ini sering mengejek dan membuat candaan bernada sarkastis soal vaksin Corona.

"Saya punya 99 masalah, tapi vaksin bukan salah satunya," cuit Harmon di akun media sosialnya kepada 7 ribu pengikutnya pada Juni lalu.

Sayangnya, pria bernama Stephen Harmon itu dirawat setelah mengidap pneumonia dan COVID-19 di sebuah rumah sakit di kota Los Angeles. Ia lalu meninggal dunia sebulan setelah terinfeksi pada Rabu (21/7/2021).

Sebelum meninggal, ia mengunggah foto saat dirinya dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat bantu pernapasan. Harmond juga sempat meminta doa untuk kesembuhannya.

2. Alami komplikasi parah setelah menentang vaksin Corona

Mantan pembawa acara Newsmax dan penyiar radio bernama Dick Farrel juga sempat menentang dan menolak vaksin Corona. Menurutnya, vaksinasi hanyalah bualan semata.

Naasnya, pria 65 tahun tersebut mengalami sakit parah akibat COVID-19 yang mengharuskannya dibawa ke rumah sakit. Seorang sahabatnya, Amy Leigh Hair, mengatakan sebelum meninggal Farrel sempat mengajak para pendengarnya untuk segera divaksinasi. Ia mengaku menyesal tidak segera mendapatkan vaksin.

"Dia mengirimi saya pesan dan meminta saya untuk divaksin!" Dia memberitahu saya bahwa virus ini bukan lelucon dan dia berkata, 'Saya berharap saya mendapatkannya (vaksin)," kata Hair.

3. Sekeluarga meninggal usai termakan hoax antivaksin

Satu keluarga meninggal dunia setelah terinfeksi COVID-19. Ayah, ibu, dan seorang anaknya mengeluhkan gejala COVID-19 tepat setelah makan malam bersama.

Adalah Shaul Goncalves, pria berusia 40 tahun, Basil sang ayah berusia 73 tahun, dan ibunya bernama Charmagne 65 tahun. Ketiganya tak berhasil melawan COVID-19.

Dikutip dari Daily Star, mereka juga tidak menerima vaksinasi COVID-19 lantaran termakan konspirasi para antivaksin. Hal ini diungkap saudara laki-laki, Shaul, yaitu Francis, satu-satunya yang selamat dari Corona.

Diketahui keluarga tersebut takut menerima vaksin setelah para antivaksin menyebarkan hoax soal bahaya efek samping vaksinasi. Mereka pun takut dan memilih menunda untuk ikut vaksinasi COVID-19.

Hanya dalam waktu beberapa hari, ketiga anggota keluarga tersebut meninggal dunia. Ketiganya dimakamkan pada 1 Agustus 2021 lalu di Lisbon, Portugal.

Tak hanya masyarakat umum, seorang dokter juga sempat menentang vaksin COVID-19. Klik ke halaman selanjutnya.

4. Penyesalan antivaksin usai terinfeksi COVID-19

Seorang antivaksin asal Inggris yang bernama Faisal Bashir awalnya juga berpikir dirinya tidak akan terinfeksi Corona. Ia sangat percaya dengan rajin berolahraga bisa menjaga imunitas tubuhnya dan tidak memerlukan vaksin.
"Saya sempat ditawarkan vaksin, tapi saya arogan," kata pria berusia 54 tahun tersebut saat dikutip dari BBC pada Kamis (22/7/2021).

"Saya pergi ke gym, gowes sepeda, jalan, dan lari. Karena tubuh saya kuat dan sehat, saya pikir tidak butuh vaksin. Saya tidak ingin mengambil risiko bila kemudian vaksin itu tidak aman," lanjutnya.

Sayangnya, ia terinfeksi COVID-19 dan mulai merasakan berbagai efek samping buruk yang muncul. Bahkan ia harus mendapatkan bantuan oksigen saat dirawat di Rumah Sakit Bradford Royal Infirmary.

"Apa yang saya alami di RS membuat saya rendah diri... Banyak orang memenuhi RS karena mengambil tindakan berisiko dan itu salah. Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat bersalah dan harapannya dengan bercerita bisa membantu orang lain menghindari hal yang sama," ungkap Faisal.

5. Dokter antivaksin meninggal dunia akibat COVID-19

Seorang dokter di Kenya juga sempat menentang keras vaksinasi COVID-19 sebelum meninggal dunia. Dokter yang diketahui bernama dr Stephen Karanja itu meninggal usai dirawat di rumah sakit karena komplikasi akibat COVID-19.

Sebelum meninggal, dokter kandungan dan ginekolog itu selama berminggu-minggu mengatakan tidak perlu suntikan vaksin COVID-19, dan sebaliknya menganjurkan obat hirup uap serta tablet hydroxychloroquine.

"Kami juga tahu bahwa vaksinasi untuk penyakit ini sama sekali tidak perlu sehingga membuat tindakannya mencurigakan," jelasnya.

Dia lalu mendatangi berbagai forum untuk menganjurkan pengobatan alternatif, termasuk inhalasi uap dan obat seperti hidroksiklorokuin dan Ivermectin, yang belum disetujui WHO untuk mengobati COVID-19.

Dikutip dari laman BBC, dr Karanja disebutkan juga bertentangan pendapat dengan gereja Katolik atas keamanan vaksin Corona.


sumber

Cerita Para Antivaksin yang Berujung Tragis Akibat Infeksi COVID-19
Cerita Para Antivaksin yang Berujung Tragis Akibat Infeksi COVID-19
Cerita Para Antivaksin yang Berujung Tragis Akibat Infeksi COVID-19

Makanya disaat seperti ini vaksin benar menjadi jalan kita untuk memperkuat ketahanan tubuh dari infeksi covid. Jangan pula kita menjadi orang yang bersifat iblis diluar koar koar anti vaksin dan segala jenis penanggulangannya seakan-akan diri nya paling benar ketimbang ilmuwan kesehatan sehingga mempengaruhi orang lain untuk tidak divaksin.

Namun ternyata diam-diam vaksin dengan alasan A, B, C, D padahal takut mati tapi gak mikir akibat kelakukan dia berapa nyawa orang jadi korban. Stop nyebarin isu2 anti vaksin dan segala jenis penanggulangannya kalo kagak percaya silahkan simpan untuk diri sendiri jangan pengaruhi orang lain. Jangan menjadi setan pembunuh yang membahayakan jiwa orang lain padahal munafik diam2 vaksin dengan alasan dibuat-buat.

Keep Safe dan Selalu Jaga Prokes, kita bisa lalui pandemi ini apabila berjuang bersama, mau seperti apapun kebijakan yang diambil negara kalo di gak dukung oleh rakyatnya sampai kapan pun akan berlarut-larut pandemi ini. Gak ada satu negara pun mau membuat rakyat nya mati.

STOP JADI ORANG MUNAFIK YANG NIAT NYA BUAT BIKIN CELAKA ORANG LAIN.

Akhirnya Mau Divaksin, Jerinx SID: Saya Percaya Covid-19

 Akhirnya Mau Divaksin, Jerinx SID: Saya Percaya Covid-19


 Jerinx SID membagikan pengumuman yang cukup mengejutkan melalui akun Instagram miliknya, @tur_jrx pada Minggu (15/8/2021).
Musisi bernama asli I Gede Ari Astina itu mengumumkan dirinya percaya Covid-19 dan siap divaksin.

Jerinx menulis, ia bersedia divaksin Covid-19 setelah berkonsultasi dengan seorang virolog.
Pengumuman ini tentu mengejutkan publik, lantaran Jerinx sebelumnya menyatakan tidak bisa divaksin Covid-19.

"Setelah baca2 ilmu dan diskusi dengan virolog Dr Indro (Link utk kontak blio ada di bio saya) — saya putuskan besok akan mengambil vaxx Sinovac," tulisnya lewat akun @true_jrx.
Menurut Jerinx, ia mantap divaksin setelah dr Indro menyakinkan dirinya kalau vaksinasi Covid-19 aman untuknya yang memiliki riwayat penyakit.

Akhirnya Mau Divaksin, Jerinx SID: Saya Percaya Covid-19Unggahan Jerinx SID [Instagram/@true_jrx]

"Belio berhasil meyakinkan saya jika snvc aman utk pemilik riwayat medis seperti saya. Bagi yang belum divaxx saya anjurkan untuk konsultasi dengan Pakdhe Indro, atau ke dokter-dokter kepercayaan anda," sambungnya.

Pria yang tengah berseteru dengan Adam Deni itu kini nampak mendukung program vaksinasi. Ia mengajak publik untuk vaksin.
"Jangan khawatir, konsultasikan dengan dokter, cari vaksin yg sesuai dgn kondisi riwayat medis anda, jika memang tidak/belum boleh divaksin, Dokter pasti tidak akan menyarankannya. Yuk bersama kita dukung Indonesia agar lekas kembali bangkit!," pungkasnya.

Dalam postingan itu, Jerinx menyinggung soal diskriminasi bagi orang yang sudah atau belum divaksin. Menurutnya, daripada diskriminatif lebih baik edukatif.
"Saya pertegas sekali lagi, saya percaya Covid," kata Jerinx.

Ia berkaca pada orang-orang dekatnya yang terpapar Covid-19. Drummer SID tersebut meminta pengertian terkait unggahan endorse Covid-19 yang sempat memicu kegaduhan.
"Jadi kepada pihak-pihak yang tersinggung dengan statemen endorse CV19 saya mohon dipahami jika informasi di Instagram sata JRXSID -saat ini-- masih lenyap hanyalah informasi penyeimbang sebab, pandei memiliki banya sekali lapisan persoalan dan suduh perspektif yang berbeda-beda,".
Terakhir, ia pun mengumumkan undur diri dari polemik di tengah pandemi.

"Per 4 Juli 2021 lalu saya sudah resmi menarik diri dari polemik CVD19," tegasnya.


https://sumut.suara.com/read/2021/08/15/121810/akhirnya-mau-divaksin-jerinx-sid-saya-percaya-covid-19?page=all

Solusi Tak Dapat SMS Sertifikat Vaksin Covid-19






Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi masyarakat yang telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis kedua bisa mendapatkan sertifikat vaksinasi Covid-19 di situs Pedulilindungi.

Masalahnya, sejumlah warga tidak mendapatkan SMS berisi link sertifikat vaksin, hingga tidak mengetahui cara download sertifikat lewat situs dan aplikasi Pedulilindungi.

Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Dedy Permadi menjelaskan alasan sebagian masyarakat tidak mendapatkan pesan singkat berisi tautan (link) sertifikat vaksin usai menerima dosis kedua.

Ia mengatakan alasan pertama yakni ada jeda penerbitan sertifikat karena antrian pengiriman input pada sistem satu data. Ada juga kemungkinan data nomor HP masyarakat tidak terinput, sehingga pesan SMS tidak terkirim. Selain itu ada juga kemungkinan jika nomor yang diberikan tidak sesuai.

"Data nomor HP kosong atau tidak sesuai dengan yang digunakan saat mendaftar di Pedulilindungi.id," ujar Dedy beberapa waktu lalu.

Lantas ia juga menanggapi pertanyaan mengapa sebagian masyarakat ada yang langsung dapat menerima SMS berisi link sertifikat, sedangkan yang lainnya tidak. Ia mengatakan hal itu disebabkan nomor ponsel tidak sama, atau terdapat kegagalan dalam pengiriman SMS.

Kata Dedy untuk lebih jelas perlu dilakukan investigasi detail, yakni memeriksa nomor HP yang dimaksud untuk disesuaikan dengan log pada sistem.

Pada prinsipnya, dijelaskan Dedy penerbitan sertifikat vaksin secara otomatis dilakukan oleh sistem. Semua dilakukan usai petugas fasilitas kesehatan melakukan input informasi pelaksanaan vaksin di sistem PeduliLindungi.id.

Pemerintah diketahui memang akan memberi sertifikat vaksin jika penduduk sudah menerima dua suntikan vaksin covid-19, baik itu Sinovac, maupun AstraZeneca.

Perlu diketahui sertifikat vaksin merupakan tanda yang menunjukkan status vaksinasi seseorang. Sertifikat ini membuktikan seseorang sudah divaksin atau belum.

Masyarakat bisa memperoleh sertifikat vaksin dan mencetaknya secara mandiri lewat situs dan aplikasi Pedulilindungi usai mendapat suntikan. Caranya pun cukup terbilang mudah untuk dilakukan.

Berikut cara download sertifikat vaksin lewat situs pedulilindungi.id



Lewat situs Peduli Lindungi https://pedulilindungi.id/.

Ada beberapa syarat yang harus dilakukan agar bisa mengecek, download, dan cetak sertifikat vaksin lewat situs Peduli Lindungi sebagai berikut:

1. Sebelumnya pengguna disarankan harus login terlebih dulu. Sebab, jika langsung melakukan pencarian status lewat bar pencarian di halaman awal situs ini tanpa login, data yang ditampilkan tidak akurat.

Jika sudah login dengan nomor ponsel yang tepat, maka akan tertera data yang benar.

2. Lebih lanjut lakukan login lewat nomor telepon yang digunakan untuk mendaftar vaksin atau nomor yang digunakan saat melakukan vaksinasi.

Apabila sudah, masukan kode OTP yang dikirimkan ke SMS nomor ponsel. Sebab jika salah memasukkan nomor ponsel, bisa menyebabkan akun Anda tidak teridentifikasi sudah melakukan vaksin.

Setelah login dengan data yang tepat, maka sertifikat vaksin tahap 1 dan 2 bisa dilihat, di-download dan dicetak dengan cara berikut:

1. Pilih kolom Login/ Register di sudut kanan atas situs.
2. Lalu kemudian klik Login. Jika belum pernah membuat akun, pilih Buat akun PeduliLindungi.
3. Jika tampilan sudah berubah, masukkan nama lengkap dan nomor ponsel yang digunakan saat melakukan vaksin.
4. Lalu klik profil yang tertera dengan nama depan pengguna di sudut kanan atas.
5. Lebih lanjut pilih sertifikat vaksin dengan mengklik profil di kanan atas situs. Selanjutnya pilih menu "Sertifikat Vaksin". Sertifikat vaksin usai menerima suntikan vaksin Covid-19 akan muncul.
6. Jika seluruh data sudah benar, Anda bisa download sertifikat vaksin tersebut dengan klik "Unduh Sertifikat"
7. Apabila Anda ingin mencetak file unduhan yang ada di Galeri ponsel, bisa dikirm via email agar bisa dicetak di PC atau laptop yang sudah terhubung dengan printer.





Melalui Aplikasi Pedulilindungi

1. Buka toko aplikasi yang ada di iOS dan Android. Lalu download aplikasi PeduliLindungi.
2. Jika sudah terdownload dan terinstal di ponsel pintar Anda, lakukan login dengan nomor ponsel yang terdaftar saat melakukan vaksinasi.
3. Lalu masuk ke akun PeduliLindungi Anda dengan kode OTP SMS yang dikirim ke nomor ponsel.
4. Pilih ikon akun yang terletak di pojok kanan atas aplikasi PeduliLindungi, lalu pilih Sertifikat Vaksin untuk melihat sertifikat vaksin.
5. Pilih sertifikat vaksin yang ingin ditampilkan. Biasanya tampilan sertifikat otomatis muncul usai Anda selesai penyuntikan vaksin Covid-19 dua dosis.
6. Pilih "Unduh Sertifikat" untuk mendownload dan menyimpan sertifikat vaksin Covid-19 tersebut.
7. Apabila Anda ingin mencetak file unduhan yang ada di Galeri ponsel, bisa dikirim via email agar bisa dicetak di PC atau laptop yang sudah terhubung dengan printer.

Itulah sekilas penjelasan jika sebagian masyarakat tidak mendapat SMS setelah vaksin Covid-19, hingga cara mendownload sertifikat vaksin. Disarankan untuk mempergunakan metode tersebut apabila dibutuhkan sebagai kelengkapan dokumen.

(can/mik)

Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/teknolo...aksin-covid-19