Rabu, 29 Juli 2020

KETIKA PARA GURU MARAH


Wajarlah bila para guru marah kepada seorang penggiat media sosial bernama Dede Iskandar yang mengatakan (dalam bahasa Sunda) :

"Negara memberi gaji buta ini sih, kan sekolah diliburkan, jadi seharusnya gurunya juga jangan digaji, biar pada ikut merasakan kelaparan."

Bisa dipahami pula bila para guru meminta agar persoalan ini diselesaikan secara hukum, walau Dede Iskandar telah meminta maaf. Hingga terkesan ricuh, karena para guru tetap ngotot saat pihak Kepolisian melerainya.

Yang bijaksana adalah pihak Kepolisian setempat seharusnya mengamankan Dede ke kantor Polisi, lalu perwakilan guru ikut ke kantor Polisi untuk menyelesaikan persoalan ini. Bila ada pasal yang bisa dikenakan untuk persoalan tersebut, maka Polisi segera proses.

Tentu saja setelah menetapkan, Dede pun bisa pulang, karena bila ada pasalnya pun, sangat mungkin ancaman hukumannya ringan atau di bawah 5 tahun. Dimana tersangka di bawah 5 tahun tidak harus ditahan secara langsung.

Ini jadi pelajaran bagi siapa saja agar bisa menggunakan media sosial dengan cerdas dan bijaksana. Jangan asal membuat tulisan. Jaga jari-jarinya untuk sesuatu yang tidak dipahami.

Di saat pandemi Covid-19 ini, sekolah bukan diliburkan. Tapi polanya yang dirubah dengan pola belajar secara daring. Sehingga tugas dan tanggung jawabnya atau hak dan kewajiban guru tetap sama, bahkan kini lebih sulit, karena harus secara daring. Bukan plonga plongo.

"Heug atuh Jang ari belegug teh ulah kabina-bina teuing."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Wahyu Sutono

Selasa, 28 Juli 2020

SURVEI CYRUS NETWORK: RUU CIPTA KERJA JALAN TENGAH KEPENTINGAN INVESTASI, UMKM, DAN PEKERJA


Cyrus Network mengumumkan hasil survei nasional terkait penilaian publik terhadap Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja dan penanganan dampak Covid-19.

Penyampaian hasil suvei dilakukan secara virtual, Jakarta, Senin (27/7/2020).

Tim Ahli Cyrus Network Riswanda mengatakan, secara umum, persepsi terhadap RUU Cipta Kerja cukup baik dengan 69 persen responden setuju terhadap RUU tersebut.

Publik, kata Riswanda, juga menilai RUU Cipta Kerja merupakan jalan tengah antara kepentingan investasi, UMKM, dan kepentingan pekerja.

"Ini terlihat dari 72 persen responden yang menilai RUU pro investasi. 67 persen responden juga menilai RUU ini pro terhadap UMKM, dan 64 persen responden menganggap RUU ini pro terhadap pekerja," kata Riswanda.


Tercatat, 80 persen dari responden yang pernah mendengar soal pembahasan RUU Cipta Kerja tersebut, merasa memang perlu ada penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya oleh pemerintah.

Sebanyak 85 persen responden sadar dan setuju, penciptaan lapangan kerja perlu dilakukan dengan mempermudah syarat masuknya investasi dan pendirian usaha di Indonesia.

"Sebanyak 84 persen responden juga mendukung penyederhanaan regulasi yang berbelit-belit dan mempersulit investasi. 73 persen responden juga menganggap tingkat kesulitan memulai usaha di Indonesia cukup tinggi," ucapnya.


Cyrus Network melaksanakan survei pada tanggal 16-20 Juli 2020 melalui tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan.

Adapun survei dilakukan kepada 1.230 responden dan tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia.

Margin of error dari survei ini sebesar kurang 2,85 persen. (Tribunnews)

Solusi Sekolah Online yg bisa ditiru


kepada admin ICJ..saya minta tolong diloloskan postingan ini… ada beberapa anggota grup ICJ yg inbox dan menanyakan soal bagaimana proses belajar online dikampung saya seperti komen saya di status anggota grup ICJ beberapa hari yg lalu

saya jelaskan di status saya saja sekarang seperti dibawah ini :

saya kebetulan ketua RT di daerah saya..ber-inisiatif memasang Indihome untuk akses internet anak anak sekolah di lingkungan RT saya… caranya ya seperti ini :

1. satu rumah tidak dihitung berapa jumlah anak yg sekolah..tapi dihitung per KK wajib menabung 1000 rupiah per hari..disimpan di toples dinding depan rumah yg diambil setiap akhir bulan oleh karang taruna..jadi dalam 1 bulan setiap rumah mengumpulkan 30 ribu rupiah nah ini dikumpulkan dari 55 kk

2. dari 1,6 juta yg terkumpul..600 ribu untuk membayar akses internet  50 mbps… sisa 1 juta dipergunakan untuk membeli kertas beberapa RIM… beli tinta printer..… jadi kalau ada tugas yg mesti di print..ya tinggal di print saja..ga perlu ke warnet atau ke rental komputer..untuk membayar uang transport guru2 yg mau datang mengajar di kampung kami

3. dibalai RT pun di sediakan komputer hasil sumbangan orang mampu dikampung kami…anak2 yg tidak punya hp dipinjamkan hp dari anak karang taruna yg mengurusi kegiatan belajar bersama dikampung kami…anak2 muda lulusan SMA/SMK/D3 yg masih nganggur dan mau membimbing dikasih kerjaan membimbing adik2 nya di kampung..dibayar sehari 20 ribu dari uang kas RT

SOLUSI dikampung saya ya seperti itu… cukup menabung sehari 1000 rupiah per rumah

orang tua yg kerja ya silahkan kerja..yg usaha silahkan usaha… di kampung ada anak2 muda yg ga bekerja diberi tugas bimbing adik2nya yg sekolah… dibayar sehari 20 ribu bagi yg mau mengajari adik2 nya

ngumpulin uang buat beli proyektor kecil…ini tujuannya biar membuka akses RUANG GURU lebih besar tangkapan layarnya..jadi anak2 bisa fokus ke layar besar tampa harus membuka hp..karena tidak semua anak punya hp

kalau ada anak yg dari luar kampung kami mau ikut belajar dikarenakan tidak mempunyai hp..ya kami persilahkan dengan catatan di periksa dulu setiap hari kesehatan nya..ikutin aturan di kampung kami

dibalai RT disediakan meja ke meja diatur jaraknya…yg mengatur sesuai prosedur kesehatan/sosial distancing

cuman 1000 rupiah perhari loh… sangat bermanfaat… kalian yg dikota masa hal seperti itu saja kalian tidak mampu ?

setelah proses belajar online selesai… WIFI dimatikan… karena ini hanya akses buat belajar saja

bukan untuk dipergunakan untuk membuka akses youtube atau buat akses maen games..tiap hari pasword diganti..biar tidak dipakai sembarangan oleh anak anak yg tidak sekolah

silahkan contoh kegiatan seperti itu seperti halnya dikampung saya.

sekian..terima kasih

NB : maaf saya tidak bisa menyebutkan nama kampung secara jelas berikut RT dan RW nya..karena warga kampung sepakat tidak mau di ekspos… soalnya orang2 Kantor Desa suka Pansos dompleng doang…giliran ada kampung seperti itu di Desa nya riweuh/ribet pengen ikutan PANSOS doang..waktu diminta bantuan mah susaaah nya minta ampun

saya hanya menyebutkan nama Kecamatan nya saja ya..Kecamatan. Tanjungsiang..Kabupaten Subang… Provinsi Jawa Barat

SESAT PIKIR "I BELIEVE IN SITI FADILLAH"

I Persoalan terbesar umat manusia di hari ini adalah kita hidup di zaman milenial. Dengan ciri dasar, manusianya cepat merasa bosan, gampang menyuarakan kepentingannya sendiri, dan menjadi berbeda adalah bagian dari unjuk identitas diri. Dalam konteks inilah, saya gagal memahami munculnya gerakan liar dan absurd berjuluk "I believe in Siti Fadillah". Bagi saya ini sungguh sesat pikir. Karena dengan demikian, selama nyaris empat bulan ini kita dianggap sedang bersandiwara, tidak sekedar dipermainkan kita juga sedang dalam status dibohongi. Lepas itu benar atau tidak, hal tersebut mengabaikan fakta bahwa sudah ratusan ribu orang meninggal, jutaan orang terinfeksi, dan kehidupan secara keseluruhan berada pada titik nadir terendah!

Lalu tiba2 kita dipaksa untuk segera kembali normal, tapi dengan dasar pendapat seorang perempuan pesakitan. Yang tidak bosan memaksa kita berpikir dan memberontak, menganggap semua yang terjadi adalah produk konspirasi global yang jahat. Saya (hanya) ingin fokus pada kenapa Siti Fadilla Soepari, tidak layak diikuti dan dibela dalam kasus Pandemi Covid-19 ini. Mari kita dedah satu persatu.

Pertama, Siti Fadilla menyamakan kasus Covid-19 ini sama sebangun dengan Flu Burung. Bahwa Covid-19 adalah sequel dari Flu burung. Segoblok yang satu tahu, mustinya ini adalah dua kasus yang berbeda. Flu burung belum sampai pada titik pandemik. Barangkali ia masih epidemi, tersebar dalam geografis tertentu. Bukan pandemik yang telah menjangkau nyaris secara global ke seluruh negara yang ada di muka bumi tanpa mengenal sekat2 geografis. Ia memaksa kita berpikir untuk menyamaratakan keduanya. Bahwa ia bisa sembuh dengan sendirinya, salah satunya melalui herd immunity. Kalau pun betul, sesat pikirnya ia mengabaikan ratusan ribu, yang barangkali tak lama lagi jutaan orang menjadi korban karenanya. Di sini ia tidak punya empati pada korban dan yang terdampak!

Kedua, selalu menyalahkan WHO sebagai lembaga dunia yang sesungguhnya tak lebih kaki tangan industri farmasi dunia. Dalam kasus yang dialaminya, ia menganggap WHO mencuri contoh virus di Indonesia. Lalu diberikan kepada lembaga farmasinya yang menjadi kak tangannya. Bila kelak jadi vaksin, negara pemilik virus justru harus membayarnya. Kalau pun tuduhan ini benar. Sesat pikirnya: Flu Burung tidak pernah menjadi pandemik, tidak pernah butuh vaksin, dan tidak ada satu pun negara yang harus membayarnya untuk itu. Hal lain, coba tengok sekalipun AS di bawah Trump telah memutuskan hubungannya dengan WHO. Menunjukan bahwa AS justru merupakan salah satu negara yang terdampak terbesar di dunia, dan hingga saat ini gagal mengatasi dampak Covid-19.

Ketiga, menyeret Bill Gates sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pandemik Covid-19. Hanya karena, ia telah telah meramalkan lima tahun sebelumnya bakal terjadi pandemik global. Di sini saya menduga dasarnya hanya satu: kebencian terhadap sukses seorang filantropis dunia yang berdarah Yahudi. Cara berpikir yang berkecenderungan menunjukkan dirinya sebagai pemuja teori konspirasi. Area abu2 yang menjadi wilayah asyik bergosip dan mencari kambing hitam. Kalau fair membenci Bill Gates, kembalilah ke zaman batu. Tinggalkan komputer, gadget, atau apa pun teknologi maju yang bersentuhan dengan dirinya. Seburuk2 orang yang berjiwa filantropis, tak kan mungkin ia membunuh bisnis utamanya sendiri. Dengan beralih ke bidang lain yang tak dikuasainya.

Keempat, mendorong Indonesia membuat vaksin sendiri. Tidak salah, tapi sekaligus justru menunjukkan borok kerja Kementrian yang dipimpinnya, sekaligus lembaga2 penelitian maupun BUMN yang berada di lingkaran kekuasaannya. Produk apa yang telah dihasilkannya sejauah ini? Ia merasa jadi pahlawan ketika flu burung bisa berhenti begitu saja, tanpa menimbulkan banyak korban. Lah hawong gak ngapa2in kok jadi pahlawan? Sependek info yang saya tahu, ketika Jokowi meminta Unpad untuk (hanya sekedar) mempercepat pengujian vaksin Sinovac dari China. Mereka menyatakan keberatan atas dasar tahap2 prosedural ilmiah yang harus diikuti dan ditetapkan WHO. Lah katanya gak suka WHO? Bisa dibayangkan, jika mengandalkan ritme kerja lembaga domestik menemukan vaksin untuk Covid-19 ini, mungkin sudah terlalu terlambat. Hawong ini pandemik global, ya jelas butuh kerjasama internasional!

Kelima, terkait dengan kasus hukumnya. Sebagaimana biasa kasus korupsi seorang menteri, ia menganggap dirinya bersih dan korban konspirasi jahat. Ya iyalah, mana ada menteri yang nyolong langsung uang negara, ia akan selalu melibatkan atau menyuruh eselon2 di bawahnya untuk melakukannya. Semua orang tahu, dana anggaran adanya di tingkat dirjen. Tapi semua tak mungkin bergerak, tanpa sepengetahuan sang menteri. Dalam konteks dirinya, sebenarnya orang yang pertama kali membocorkan betapa kotornya si ibu ini, justru adalah Faisal Basri. Seorang intelektual bersih yang semula berada satu kubu dengan dirinya yaitu di lingkaran Partai Amanat Nasional (PAN).

Dalam kasus dirinya, sedemikian banyaknya kasus yang melibatkannya, sehingga hakim jadi linglung harus mulai dari mana. Sehingga berseloroh merasa tak perlu bukti tambahan lagi. Karena silang sengkarut penerima dana KKN yang tersebar kemana2. Kasus Siti fadilla dan Kemenkes-nya adalah sebuah fenomena gunung es yang biasa dalam kasus korupsi di Indonesia. Teradilinya seseorang selalu hanya berdasar satu dua kasus yang kadang tdak terlalu dianggap penting. Padahal bila dikuak kasus2 lain di bawahnya, pasti lebih besar dan mengerikan. Sedikit menyegarkan ingatan, salah satu penerima uang haram itu adalah Amien Rais dengan duit kotor 600 juta itu. Mereka cuek dan baik2 saja tuh.

Di sini, di sisi ini wajar kalau ia merasa dikorbankan!

Tapi, kembali ke atas bila muncul gerakan "I Believe in Siti Fadilla" sungguh sangat menyedihkan. Di Bali muncul tokoh eksentrik bernama Jerinx. Bagi saya ia seorang yang menurut saya tiba2 "sarat beban", sehingga selalu terpaksa harus meyakinkan publik dirinya paling benar dan (sialnya) ia pemuja teori konspirasi. Hanya karena ia merasa terbelenggu dengan pemakaian masker, tidak bisa bebas pergi keluar rumah, dan tidak setuju dengan mahalnya biaya rapid test atau test SWAB. Lalu menggalang gerakan turun ke jalan, dengan mengabaikan protokol kesehatan. Tak dinyana, gerakan ini sudah meluas melibatkan artis2 yang bagaimana pun juga pasti sulit menerima kenyataan turun pendapatannya gara2 pandemik ini.


Saya bisa memahami kejenuhan yang dialami semua orang, rasa putus asa yang diakibatkannya, dan tentu saja keinginan untuk segera kembali ke kehidupan normal seperti sebelum adanya pandemik ini.

Tapi tentu saja bukan dengan cara sesat pikir berselera buruk seperti ini. Mari kembali bergandeng tangan kita lalui masa2 sulit ini. Ayo balik lagi waras...
.
.
.
.
Andi Setiono Mangunprasodjo

Jumat, 24 Juli 2020

Pernyataan calon presiden pertahana tentang 'Virus China'


Pernyataan calon presiden pertahana tentang 'Virus China' menurut Joe Biden tidak pantas diucapkan. "Benar-benar memuakkan" bagaimana Trump "berurusan dengan orang-orang berdasarkan warna kulit mereka, asal kebangsaan mereka, dari mana mereka berasal."

Kemudian, dia mengungkapkan bahwa tidak ada presiden yang menjabat sebelumnya pernah melontarkan pernyataan rasial seperti yang Trump lakukan.

"Tidak ada presiden yang menjabat pernah melakukan itu. Tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah. Tidak ada presiden Republik yang melakukan itu. Tidak ada presiden Demokrat yang melakukan itu," ujar Biden.

Biden juga mengatakan, "Kita telah rasis, dan mereka ada, dan mereka telah mencoba untuk memilih presiden (yang rasis). Dia (Trump) yang pertama yang melakukannya (rasisme)."

Mendengar hal itu, penasihat senior kampanye Trump, Katrina Pierson membalas pernyataan Biden dengan menyebut mantan wakil presiden Barack Obama itu telah melakukan "penghinaan terhadap kecerdasan para pemilih kulit hitam".

Kemudian Pierson menyatakan bahwa Trump "mencintai semua orang" dan "bekerja keras untuk memberdayakan semua orang Amerika."

Sejumlah presiden AS memiliki kebijakan pendukung yang meliputi penindasan penduduk asli Amerika dan pemisahan warga kulit hitam Amerika.

Princeton University mengatakan pada bulan lalu bahwa sebelum Trump ada mantan presiden AS Woodrow Wilson yang memiliki pemikiran dan kebijakan yang rasial.

Perang argumen rasial antara Trump dan Biden yang sama-sama orang berkulit putih menandai semakin sengit dan ketatnya pertarungan kedua kubu untuk memimpin suara pemilih di pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang.

Biden sebelumnya mengkritik Trump karena memicu perpecahan rasial, yang mana hal itu menjadi motivasinya untuk menacalonkan diri menjadi presiden AS.

Sebab, ia sangat menetang penilaian Trump bahwa "kedua belah pihak" yang harus disalahkan atas kekerasan antara supremasi kulit putih dan penentang pada kampanye 2017 di Charlottesville, Virginia.

Masalah ras menjadi lebih menjadi perhatian ketika protes berkecamuk atas kematian George Floyd, warga Afrika-Amerika yang tidak bersenjata terbunuh oleh polisi Minneapolis berkulit putih pada Mei, karena leher Floyd ditindih di atas aspal selama lebih dari 8 menit.

~ABRP

Pemakaman Unik Ini Ubah Jasad Jadi Pohon


Pernahkah kalian berpikir alangkah indahnya jika setelah meninggal dunia nanti tubuhmu masih dapat berkontribusi pada lingkungan tempatmu pernah hidup?  Jika kalian memiliki keinginan seperti itu, mungkin ada baiknya kalian mulai mencari tahu dan melakukan persiapan untuk membeli capsula mundi dari sekarang.

  Capsula mundi adalah sebuah peti mati berbentuk kapsul yang di atasnya terdapat sebuah pohon kecil. Nantinya, kapsul tersebut akan dikubur atau ditanam dan membiarkan pohon tersebut tumbuh dengan mengambil nutrisi yang ada pada jasad manusia di dalam kapsul tersebut. 

  Capsula mundi pertama kali diperkenalkan kepada publik pada tahun 2003 lalu di pameran furnitur ‘Salone del Mobile’ di Milan, Italia. Ide tersebut dicentuskan oleh Anna Citelli dan Raoul Bretzel. Keduanya mengatakan terinspirasi mengerjakan proyek ini karena berpikir kontribusi apa yang bisa dilakukan untuk masyarakat terkait tentang penghijauan. Keduanya ingin mendedikasikan pekerjaan mereka untuk kehidupan masyarakat luas dengan memandang kematian dari sudut pandang yang berbeda.

  Capsula mundi sendiri memiliki 2 jenis kapsul. Ukuran yang lebih kecil digunakan untuk menyimpan abu dari jenazah yang sudah dikremasi. Sedangkan capsula mundi yang berukuran sebesar tubuh orang dewasa dipakai untuk menyimpan jasad yang nantinya diposisikan seperti janin ketika dalam kandungan.

  Pembeli dari kapsul tersebut juga bisa memilih pohon apa yang nantinya akan ditempelkan pada kapsula mundi. Jadi, pohon yang kelak tumbuh akan dijadikan sebagai pengganti batu nisan yang mana ramah lingkungan dan dapat disimbolkan sebagai keberlangsungan dari keberadaan orang tersebut di dunia ini.
 ________________________________________
Cnn,com. The biodegradable burial pod that turns your body into a tree. Diakses pada 24 Juli 2020.

M,liputan6,com. Pemakaman Unik Ini Ubah Jasad Jadi Pohon, Prosesnya Bikin Penasaran. Diakses pada 24 Juli 2020.

Kamis, 23 Juli 2020

JANUARI VAKSIN COVID-19 SUDAH SIAP


Kerja.. kerja.. kerja.. dan tetap semangat terus. Semoga semua berjalan sesuai program yang telah disusun. InsyaAllah Allah berserta Bapak dan Ibu sekalian yang terus berusaha keras untuk mengatasi masalah Covid-19 di tanah air tercinta yang kini semakin mengkhawatirkan.

Memang sehebat dan sekeras apapun pemerintah berusaha, akan tetap saja ada yang mencela dari kaum yang bodoh atau mereka yang sok tau. Belum lagi banyak pihak yang dengan sengaja terus menciptakan opini agar masyarakat tidak percaya akan bahaya atau adanya Covid-19. Bahkan semakin banyak pihak yang sengaja menyebar hoax.

Ditambah lagi mental masyarakat Indonesia yang memang benar-benar payah. Hanya untuk sekedar mematuhi protokol kesehatan yang paling mendasar seperti halnya mengenakan masker sudah sulit. Karenanya tak heran bila jumlah yang terpapar saat ini sudah melampaui China. Itu pun dengan catatan bahwa data tersebut yang sudah diketahui. Artinya bahwa bisa jadi masih ada yang belum diketahui atau tidak terdata.

Ketika penulis mengatakan pada bulan Maret bahwa Indonesia sangat mungkin akan menjadi klaster raksasa yang puncaknya jatuh pada bulan Juli 2020, dan baru landai pada bulan Desember 2020, lalu baru terkendali pada Maret 2021. Sontak buanyak sekali penggiat media sosial yang ngamuk dan mengutuk penulis. Karena penulis dianggap ngawur, karena mereka percaya bahwa landainya pada bulan Juni 2020.

Mereka salah paham. Tentu saja itu bukan harapan penulis, akan tetapi hanya prediksi bila melihat mentalitas masyarakat Indonesia, dan nyatanya terbukti bahwa hingga menjelang akhir Juli ini kasus terpapar Covid-19 terus meningkat utamanya di ibu kota. 

Penulis bisa merasakan langsung, karena penulis kendati bulan ahli medis, namun ikut menjadi relawan, sehingga bisa melihat bagaimana ngeyelnya masyarakat, dan susahnya mereka untuk diajak hidup sehat. Yang ada justru penulis kerap mendapat perundungan atau amarah.

Sebelum jatuh sakit, penulis sempat frustrasi dan sempat berhenti menjadi relawan sekitar 10 hari dan berlanjut saat sakit hingga saat menulis status ini. Namun setelah melihat perjuangan keras pemerintah, rasanya kurang adil bila kita tidak ikut berpartisipasi dalam penanganan Covid-19 ini. Karena tanpa partisipasi masyarakat luas, akan semakin beratlah tugas dan beban pemerintah.

Oleh karenanya, penulis akan kembali semangat menjadi relawan, dan akan terus mengajak siapa pun yang peduli kepada kesehatan bangsa ini, agar Indonesia bisa segera pulih, lalu bisa segera benahi ekonomi dan terus menyelesaikan pembangunan. Kita tidak boleh terpaku atau mengandalkan vaksin semata. Walau Januari 2021 sudah tersedia, apa salahnya bila kita ikut mencegahnya.

Oleh: Wahyu Sutono

Salam Sehat untuk NKRI Gemilang 🇮🇩