Selasa, 25 Januari 2022

Rusia Pamer Replika Bom Nuklir Terbesar Sejagat

 Rusia Pamer Replika Bom Nuklir Terbesar Sejagat


MOSKOW - Rusia memamerkan replika bom nuklir terkuat yang pernah diledakkan dan yang terbesar sejagat. Replika dari “Tsar Bomba” itu bakal dipamerkan di jantung ibu kota Rusia, Moskow, pada 1-29 September 2015.

Pameran ini untuk merayakan ulang tahun ke-70 pengembangan nuklir Rusia. Lokasi pameran berada di Manege Exhibition Hall. Semua warga Rusia diperbolehkan menyaksikannya.

”Puncak utama dari pameran adalah bom termonuklir legendaris AN602 atau ‘Kuzkina Mat’ , yang tentu saja itu Tsar Bomba,” bunyi pernyataan perusahaan nuklir negara, Rosatom, yang menyelenggarakan pameran itu.

Replika bom nuklir Rusia itu akan dikirimkan dari Kota Sarov ke Moskow yang jaraknya sekitar 400 km. Sarov adalah rumah bagi Pusat Nuklir Federal Rusia.

Setiap pengunjung pameran juga akan memiliki kesempatan untuk melihat dokumen unik dan barang-barang yang menunjukkan perkembangan senjata nuklir. Pameran replika bom nuklir terbesar sedunia ini baru pertama kalinya digelar.

Ledakan “Tsar Bomba”, seperti dikutip BBC, Rabu (19/8/2015) diklaim 3.800 kali lebih kuat daripada bom atom Amerika Serikat (AS) yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.

Tsar Bomba juga dikenal sebagai bom hidrogen. Daya ledak bom itu melebihi kekuatan gabungan dari semua bahan peledak yang digunakan oleh semua negara selama Perang Dunia II.

Pada tanggal 30 Oktober 1961, pesawat pembom strategis Rusia Tu-95, pernah menjatuhkan bom besar itu dalam uji coba di Kepulauan Novaya Zemlya, Samudra Arktik.

Bom meledak di ketinggian 4.200 meter. Ledakan itu semula diprediksi berkekuatan 51,5 megaton. Namun, pada kenyataannya, kekuatannya berkisar antara 57-58,6 megaton. Ledakan itu memunculkan “jamur awan” dengan diameter 95km.


source: http://international.sindonews.com/r...gat-1439949101


Penendang Sesajen di Semeru Mengaku Tidak Tahu Pura

 Penendang Sesajen di Semeru Mengaku Tidak Tahu Pura


PENENDANG sesajen di area Gunung Semeru, Hadfana Firdaus diajak berdialog oleh Bupati Lumajang Thoriqul Haq atau Gus Thoriq, di Polres Lumajang, Sabtu (22/1).

Gus Thoriq didampingi Kapolres Lumajang AKBP Eka Yekti Hananto Seno, dan Dandim Lumajang Letkol Inf Andi Andriyanto Wibowo.

Awalnya Gus Thoriq bertanya soal latar belakang pendidikan, HF mengaku belajar di Pesantren Almukmin Ngruki Solo.

Gus Thoriq bertanya apakah HF tidak tahu sesajen yang ditendangnya itu di pura, tempat ibadah agama lain? Dia menjawab tidak tahu kalau itu adalah pura.

Gus Thoriq bertanya lagi apakah waktu SD tidak diajari kalau itu pura? HF malah bertanya balik, “itu kalau di SD negeri ya?”

Mendengar pertanyaan balik HF, Dandim Andi langsung menjawab pelajaran mengenali tempat ibadah dan menghargai agama lain bukan hanya diajarkan di SD negeri, tetapi juga di SD Islam.

“Anak saya SD Islam, SMP Islam, tidak ada yang mengajari tidak menghargai agama lain,” kata Dandim Andi.

Selanjutnya, HF hanya tertunduk mendengarkan penjelasan dari Gus Thoriq dan Dandim Andi.

Sementara itu, Kapolres Lumajang AKBP Eka Yekti Hananto Seno mengatakan HF resmi menjalani proses penyidikan di Mapolres Lumajang.

Sebelumnya, HF diamankan di Mapolda Jatim. Namun, saat ini HF ditahan di Mapolres Lumajang demi kelancaran dan mempermudah proses penyidikan.

Tak hanya itu, Eka Yekti menegaskan meskipun akan dilakukan klarifikasi pada HF, namun proses hukumnya terus bergulir.

“Kasus ini akan tetap bergulir ke ranah hukum. Jadi, adapun nantinya ada islah atau maaf-memaafkan itu sama sekali tidak berpengaruh pada proses hukum yang kita tempuh,” tegas Eka.(ing)

https://www.radarcirebon.com/2022/01...tahu-pura/?amp

Penendang Sesajen di Semeru Mengaku Tidak Tahu Pura

"Tsar Bomba" Bom Nuklir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

 Mengenal "Tsar Bomba" Bom Nuklir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

Tsar Bomba juga dikenal dengan sebutan alfanumerik AN602, adalah bom termonuklir dan senjata nuklir paling kuat yang pernah dibuat dan diuji. Tsar Bomba dikembangkan di Uni Soviet (USSR) oleh sekelompok fisikawan nuklir di bawah pimpinan Igor Kurchatov. 3 dari bom ini telah dibangun. Masing-masing memiliki berat sekitar 27 ton, dengan panjang 8 meter dan diameter 2,1 meter. Bom tersebut memiliki kekuatan 50-58 megaton TNT dan diuji pada tanggal 30 Oktober 1961. Bom itu dijatuhkan dengan parasut dari pesawat Tu-95V No. 5800302, yang dipiloti oleh Mayor Andrey Egorovich Durnovtsev di Situs Uji Negara No. 6 Kementerian Pertahanan Uni Soviet yang terletak di Novaya Zemlya.

Bom dengan berat 27 ton itu begitu besar sehingga Tu-95V harus menyingkirkan pintu bomb bay dan tangki bahan bakar di badan pesawat. Bom itu dipasang pada parasut seberat 800 kilogram dan seluas 1.600 m? yang memberikan waktu bagi pesawat pelepas dan pengamat untuk terbang sekitar 45 km dari ground zero, memberi mereka peluang 50 persen untuk bertahan hidup. Saat ledakan terjadi, gelombang kejut menyusul Tu-95V pada jarak 115 km dan Tu-16 pada 205 km. Tu-95V jatuh 1 kilometer di udara karena gelombang kejut tetapi mampu pulih dan mendarat dengan selamat. Menurut data awal, Tsar Bomba memiliki hasil nuklir 58,6 Mt, jauh melebihi apa yang disarankan oleh desain itu sendiri, dan dinilai terlalu tinggi hingga 75 Mt. Bola api selebar 8 kilometer hampir mencapai ketinggian pesawat pelepas dan terlihat hampir 1.000 km jauhnya. Awan jamurnya memiliki tinggi sekitar 67 km, lebih dari tujuh kali tinggi Gunung Everest. Detonasinya sangat kuat sehingga menyebabkan gelombang ledakan mengelilingi dunia sebanyak tiga kali, memecahkan kaca jendela di sebuah desa di Pulau Dikson yang berjarak 780 km dari lokasi ledakan, dan mengganggu komunikasi radio bahkan ratusan kilometer dari lokasi uji coba selama sekitar 40 menit.

Mengenal "Tsar Bomba" Bom Nuklir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
Bom itu diledakkan secara mandiri pada 11:32 Waktu Moskow pada 30 Oktober 1961, pada ketinggian 4.200m, sekitar 13.000 kaki, diatas permukaan laut di Situs Uji Coba Nuklir Teluk Mityushikha (Sukhoy Nos Zona C), Tanjung Pulau Severny, Novaya Zemlya, 15 km dari Teluk Mityushikha, utara Selat Matochkin. Ledakan itu dimaksudkan untuk dirahasiakan, tetapi terdeteksi oleh badan intelijen Amerika Serikat, melalui Pesawat KC-135A (Operation Speed Light) yang sedang di daerah tersebut. Sebuah pesawat pengintai rahasia AS bernama "Speed Light Alpha" memantau ledakan itu dengan jarak yang cukup dekat hingga cat antiradiasinya hangus. Tes tersebut juga dihadiri oleh pesawat laboratorium Tupolev Tu-16A No. 3709, yang dipiloti oleh Letnan Kolonel Viadimir Fyodorovich Martynenko dan Letnan Senior Vladimir lvanovich Mukhanov, yang dilengkapi peralatan untuk memantau tes tersebut.

Cara mudah Mendapatkan penghasilan Alternatif yang bisa anda andalkan

Salah satu peserta dalam tes melihat kilatan terang melalui kacamata gelap dan merasakan efek kejut termal bahkan pada jarak 270 km. Panas dari ledakan bisa menyebabkan luka bakar tingkat tiga yang berjarak 100 km dari titik nol. Pemfokusan atmosfer menyebabkan kerusakan akibat ledakan pada jarak yang lebih jauh, memecahkan jendela di Norwegia dan Finlandia. Setelah uji AN602, Amerika Serikat tidak meningkatkan kekuatan uji termonuklirnya sendiri dan pada tahun 1963 di Moskow, Perjanjian Larangan Uji Senjata Nuklir di Atmosfer, Luar Angkasa, dan Bawah Air ditandatangani.

Mengenal "Tsar Bomba" Bom Nuklir Paling Mematikan Sepanjang Sejarah
Hasil ilmiah dari tes tersebut adalah verifikasi eksperimental prinsip-prinsip perhitungan dan desain muatan termonuklir bertingkat. Namun, secara eksperimental terbukti bahwa tidak ada batasan mendasar untuk meningkatkan kekuatan muatan termonuklir. Ledakan tersebut telah menjadi salah satu yang terbersih dalam sejarah uji coba nuklir atmosfer per unit daya. Tahap pertama bom adalah muatan uranium dengan kapasitas 1,5 Mt yang dengan sendirinya memberikan sejumlah besar radioaktif. Namun demikian, dapat diasumsikan bahwa AN602 benar-benar bersih. Lebih dari 97% daya ledakan dihasilkan oleh reaksi fusi termonuklir, yang tidak menimbulkan kontaminasi radioaktif. Konsekuensi yang jauh adalah peningkatan radioaktivitas yang terakumulasi di Gletser Novaya Zemlya. Menurut ekspedisi 2015, karena uji coba nuklir,Ggletser Novaya Zemlya 65 hingga 130 kali lebih banyak radioaktif daripada latar belakang di daerah tetangga, termasuk kontaminasi dari uji Bom Kuzma's Mother.


Minggu, 23 Januari 2022

F. Silaban & R.M. Soedarsono


Dua arsitek yang ternama Indonesia Friedrich Silaban dan R.M. Soedarsono ini merupakan 
 2 arsitek yang merancang sekaligus menjadi arsitek yang membangun Tugu Monumen Nasional yang kini masih terlihat kokoh berdiri di depan Istana Merdeka, Jakarta.

Friedrich Silaban adalah arsitek pemenang dari sayembara desain konstruksi dari Monumen Nasional, namun pada saat desain ditunjukkan kepada Presiden Soekarno ada beberapa hal yang kurang pas di hati presiden, F. Silaban kemudian mendesain ulang Monas. Kembali ditunjukkan kepada presiden namun ternyata desain yang super bagus dari F. Silaban tidak bisa diwujudkan karena terbentur biaya, karena memang keuangan negara sedang krisis. Rencana pembangunan Monas pun ditunda.
R.M. Soedarsono hadir sebagai arsitek Monas yang kedua, kehadiran dua arsitek ini membuat rencana pembangunan Monas dilanjutkan lagi dan 17 Agustus 1961 Tugu Monas ini mulai dibangun, sekalipun banyak tertunda karena situasi Jakarta, pada akhirnya selesai juga dan diresmikan tanggal 12 Juli 1975. Dan secara 
keseluruhan proyek pembangunan dari semua bangunan di kompleks Monumen Nasional ini berakhir tahun 1976.

Berikut ini adalah sepenggal kisah tentang dua arsitek Monas yang  sudah berjasa besar bagi bangsa Indonesia, merancang bangunan indah yang hingga kini masih tetap kokoh berdiri dan menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta dan juga menjadi salah satu ikon Indonesia di mata dunia internasional.


1.  Friedrich Silaban  

Friedrich Silaban adalah seorang opzichter atau arsitek generasi awal Indonesia. 
Friedrich Silaban adalah alumni dari KWS atau Koningen Wilhelmina School di Batavia pada tahun 1931 dan Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950, dalam bidang arsitektur bisa disebut sebagai arsitek otodidak karena banyak desain bangunan yang dibuat dengan cara belajar sendiri/mandiri. 
Namun hasil rancangannya sangat luar biasa.
Stadion Utama Gelora Bung Karno - Jakarta, Monumen Nasional, Gedung Bank Indonesia dan Masjid Istiqlal Jakarta adalah hasil desain yang dibuat Freidrich Silaban. 

Dalam catatan biografinya, Friedrich Silaban dilahirkan di Bonan Dolok, Serdang Bedagai, Samosir, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 dan meninggal dunia di  Jakarta, 14 Mei 1984 dalam usia 71 tahun. 

Arsitek Friedrich Silaban ini menyelesaikan pendidikan formalnya di H.I.S. Narumonda, Tapanuli pada tahun 1927, kemudian masuk sekolah Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Batavia pada tahun 1931dan Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950. Setelah lulus Friedrich Silaban kemudian 
 bekerja menjadi pegawai Kotapraja di Batavia, selanjutnya menjadi Opster Zeni Angkatan Darat Belanda, Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat pada tahun 1937 dan sebagai Kepala DPU dari Kotapraja Bogor hingga tahun  1965. Friedrich Silaban kemudian mulai dikenal sebagai arsitek otodidak tetapi mempunyai  berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun yang mendunia dan beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia.

Friedrich Silaban adalah arsitek yang sudah mendapatkan Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil, berupa Bintang Jasa Utama dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa dan prestasinya dalam merancang arsitektur dan pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta.

Friedrich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yaitu sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung usaha dari pemerintah Republik Indonesia dalam memajukan kebudayaan nasional,  termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra atau Lembaga Kebudajaan Rakjat, onderbouw Partai Komunis Indonesia dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional, onderbouw Partai Nasional Indonesia dan Lembaga Seni Budaya Indonesia atau Lesbi, 
onderbouw dari PESINDO.

Friedrich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Pada bulan April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili Biro Arsitektur PT Budaya dan arsitek Friedrich Silaban yang merasa tidak puas dengan hasil Konferensi Nasional di kota  Jakarta, dengan pembentukan GAPERNAS atau Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional, dimana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana". 

Mereka berpendapat pekerjaan perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional atau disebut konsultan, yang ikut bertanggung jawab secara moral dan juga kehormatan perorangan yang terlibat di dalamnya, karena hal itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan atau yang disebut kontraktor, lebih cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan tanggung jawabnya secara yuridis atau formal hanya bersifat kelembagaan atau badan hukum, dan bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.

Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. Pertemuan yang dihadiri oleh 21 orang, termasuk diantaranya tiga orang arsitek senior, yaitu: Arsitek Friedrich Silaban, Mohammad Soesilo, Liem Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung atau ITB alumni  tahun 1958 dan tahun 1959. 

Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan juga  dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagaimana yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, yaitu : “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. 
Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia yang disingkat IAI.

* Karya arsitektur Friederich Silaban 
  1. Rumah Dinas Wali kota di Bogor (1935)
  2. Tugu Khatulistiwa di Pontianak (1938)
  3. Kantor Dinas Perikanan di Bogor (1951)
  4. Masjid Istiqlal di Jakarta (1954)
  5. Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata
       di Jakarta (1953)
  6. Kampus Cibalagung dari Sekolah Tinggi
       Penyuluhan Pertanian (STPP)/Sekolah
       Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor
       (1953)
  7. Gedung Bentol di Jawa Barat (1954)
  8. Rumah Pribadi Friedrich Silaban di  Bogor
      (1958)
  9. Kantor Pusat Bank Indonesia di Jalan
      Thamrin, Jakarta (1958)
10. Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon
       Sirih, Jakarta (1960)
11. Gedung BNI 1946 di Jakarta (1960)
12. Monumen Nasional atau Tugu Monas di 
      Jakarta (1960)
13. Menara Bung Karno di Jakarta (1960-1965) 
      ( Rancangan yang tidak terbangun)
14. Gedung BNI 1946 di Medan (1962)
15. Gedung Pola - Jakarta (1962)
16. Markas TNI Angkatan Udara di Jakarta
       (1962)
17. Stadion Utama Gelora Bung Karno di 
      Jakarta (1962) 
18. Monumen Pembebasan Irian Barat di 
       Jakarta (1963)
19. Rumah pribadi dari A Lie Hong di Bogor
        (1968)
20. Gedung Universitas HKBP Nommensen di
       Medan (1982)

* Masjid Istiqlal - Jakarta ( 1953)
Frederich Silaban memenangkan sayembara pembuatan gambar maket Masjid Istiqlal dengan motto atau sandi : "Ketuhanan" dan  kemudian bertugas membuat desain Masjid Istiqlal secara keseluruhan. Masjid Istiqlal ini juga merupakan Masjid yang terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1970-an

* Gedung Bentol - Jawa Barat (1954)
Rancangan gedung ini sudah diarsipkan pada tanggal  31 Juli  2005 di Wayback Machine. 

Gedung Bentoel ini merupakan bagian dari Istana Kepresidenan Cipanas. Gedung ini terletak di jalur jalan raya puncak, Jawa Barat dan berlokasi tepat di belakang gedung induk dan berdiri di dataran yang lebih dari bangunan yang lain. 

Gedung yang sering disebut sebagai tempat Soekarno mencari inspirasi dan kemudian  dinamakan Gedung Bentol karena seluruh dindingnya ditempel batu alam yang membuat kesan bentol-bentol.

*Kampus Cibalagung dari Sekolah Tinggi
  Penyuluhan Pertanian (STPP) atau Sekolah
  Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor
   ( 1953)
Arsitek Friedrich Silaban juga membangun Kampus Cibalagung dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) atau Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor pada tahun 1953. Sekolah pertanian ini telah melahirkan sejumlah tokoh kawakan di berbagai bidang. Beberapa orang di antaranya bahkan pernah menjabat sebagai menteri. Padahal sekolah yang kini berumur seabad Diarsipkan pada tanggal 6 Januari 2004 di Wayback Machine. Sekolah ini sejatinya "kawah candradimuka" bagi penyuluh dan teknisi di bidang pertanian.

*Rumah Dinas Wali kota - Bogor (1935) Friedrich Silaban memenangkan sayembara perencanaan rumah Wali kota Bogor (1935) dan beberapa hotel lainnya.
Dalam sayembara-sayembara tersebut, hanya Friedrich Silaban yang menjadi satu-satunya arsitek pribumi.

*Tugu Khatulistiwa - Pontianak (1938)
Tugu ini dibangun pertama kali pada 1928 oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1938 tugu ini dibangun kembali dan disempurnakan oleh Friedrich Silaban. Pada tahun 1990 dibangun duplikatnya dengan ukuran 5 kali lebih besar untuk melindungi tugu khatulistiwa yang asli. Dan pembangunan yang terakhir ini kemudian diresmikan pada tanggal 21 September 1991.

2. R.M. Soedarsono 

Arsitek yang kedua adalah R.M.Soedarsono yang berasal dari kota Solo, Jawa Tengah. 
Pada awalnya Presiden Soekarno tertarik dengan Tugu Pemuda yang berada di depan Balai Kota Malang, Presiden Soekarno akhirnya juga memanggil R.M. Soedarsono untuk ikut 
menyempurnakan desain dari Tugu Monumen Nasional hasil rancangan dari arsitek Friedrich Silaban.

Pada suatu hari Minggu pagi pada bulan April 1952, R.M.Soedarsono diminta menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor. Ia diterima Presiden di beranda yang menghadap Kebun Raya Bogor. Saat itu Bung Karno didampingi Kepala Rumah Tangga Militer Presiden Mayor Jenderal Soehardjo Hardjowardojo, arsitek Friedrich Silaban, pelukis Dullah dan Ernest Dezentje, serta pejabat rumah tangga Istana Merdeka, Tukimin. Soehardjo Hardjowardojo, yang berasal dari Solo, memperkenalkan R.M. Soedarsono kepada Bung Karno sebagai orang Solo. "Bukankah dia dari Malang?" ujar  Bung Karno.


Hari itu memang pertemuannya yang kedua. Sebelumnya, pada suatu hari di tahun 1946, keduanya pernah bertemu di Batu, Jawa Timur. Bung Karno kala itu menggagas pembangunan Tugu Pemuda dan kolamnya di depan Balai Kota Malang. 

R.M. Soedarsono bergabung dengan Badan Keselamatan Rakyat Bagian Teknik di Malang. "Sewaktu berkenalan dengan Bung Karno, saya merasa terpesona. Tampak sinar mata Bung Karno menunjukkan kewibawaan," kata dia kepada Solichin Salam yang dituliskan dalam buku : Tugu Nasional dan Soedarsono.

Rumah peristirahatan pribadi Bung Karno yang diberi nama Bima Sakti di Batutulis, Bogor, pada 1961 merupakan hasil goresan tangan dari R.M. Soedarsono."
Hasil kerja R.M. Soedarsono di Malang yang memuaskan membuatnya dipanggil ke Bogor. Seolah mengujinya, kali ini si Bung meminta R.M. Soedarsono untuk membuat gambar pemandangan dengan batu-batuan dan air yang mengalir di lereng perbukitan sebagai lokasi pembangunan rumah kecil. 

Bung Karno memperhatikan gerakan tangan R.M. Soedarsono dan hanya memberikan komentar pendek, "Yah!" Setelah Bung Karno  merampungkan tes kecil itu, R.M. Soedarsono pun diajak berkeliling Istana Bogor.

"Saya ditarik ke Jakarta untuk pemugaran Istana Bogor dan Istana Cipanas," kata R.M. Soedarsono. Ia pun diangkat sebagai arsitek Istana Presiden, menggantikan arsitek Volinga.

Terhitung sejak 1952, karya R.M. Soedarsono dalam bidang arsitektur mulai bermunculan. Dia diminta untuk menggambar gedung SMA Pancasila Yogyakarta. 
Kemudian pembangunan Istana Tampaksiring yang berada di Bali pada 1956. 

Kembali Bung Karno memintanya merancang masjid yang akan didirikan di samping Istana Merdeka. Masjid yang kemudian diberi nama Baiturahhim itu mulai dibangun pada 1960 dengan menggunakan batu-batu alam dari Sumatera, ornamen koral dari Bali, lampu krom dari Cekoslovakia, dan permadani dari Arab.

Rumah peristirahatan pribadi Bung Karno yang diberi nama Bima Sakti di Batutulis, Bogor, pada 1961 pun hasil goresan tangan dari R.M.  Soedarsono. Tentu yang paling monumental adalah Monumen Nasional.

R.M. Soedarsono lahir di Desa Gawok, yang pada saat itu masuk wilayah Kawedanan Surakarta. Ayahnya masih keturunan kerabat Kasunanan Pakubuwono. Pada 1927, ia lulus HIS Idenburg School, kemudian menempuh ujian sekolah lanjutan ke Technische School Princes Juliana School di Yogyakarta pada tahun 1928. Waktu itu ia pilih sekolah teknik dengan alasan agar bisa meraih kemajuan yang sejajar dengan bangsa-bangsa asing. Guru-gurunya semua orang-orang Belanda dan Perancis. R.M. Soedarsono akhirnya berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1932 untuk jurusan Spoorweg dan Waterbouw.

R.M. Soedarsono kemudian berguru pada insinyur bangunan dan pengembangan kota bernama Thomas Nix. Ayah empat anak itu bekerja bersama ahli-ahli teknik sipil Jepang kelompok Fujitagumi, yang melayani semua  pembangunan untuk keperluan bala tentara Jepang. Biro Fujitagumi dipimpin insinyur lulusan Amerika Serikat bernama Murashima. Pada saat Jepang menyerah, R.M. Soedarsono bergabung dengan Badan Keselamatan Rakyat Bagian Teknik di Malang. Ia ikut aktif dalam pengambilalihan perusahaan yang dikuasai tentara Jepang.

Setelah Negeri Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, R.M. Soedarsono kemudian pindah ke Surabaya. Ia bergabung ke Divisi Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur dan bertugas di bagian Perencanaan Gedung-gedung Negara dan akhirnya ditarik ke Jakarta menjadi arsitek kepercayaan Presiden Soekarno.

R.M. Soedarsono tidak pernah mengenyam pendidikan arsitektur secara formal, baik dari  universitas maupun akademi. Bakatnya dalam  merancang bangunan dikembangkan lewat latihan dan pengalaman. Ketika berada di Bandung sebelum masa pendudukan Jepang, ia berguru pada seorang insinyur bangunan dan pengembangan kota bernama Thomas Nix. Pada saat itu Thomas Nix bertugas di kantor Balai Kota Bandung dan mengerjakan bangunan militer serta perumahan sipil. Selanjutnya Thomas Nix menjadi guru besar 
di Universitas Teknologi Delft, Belanda. 
Ketika ditanya siapa gurunya, R.M. Soedarsono berkata, "Gurunya adalah Profesor Thomas Nix dan Bung Karno !"


Sabtu, 22 Januari 2022

Lowongan Kerja Marketing


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha




Lowongan Kerja Sales


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha




Lowongan Kerja Admin


Promo dan info lowongan kerja GRATIS!!!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Like, share dan tag teman atau saudara siapa tau ada yg butuh pekerjaan ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
PERHATIAN !!! Lowongan mungkin sudah tidak berlaku
Follow Sosial media di bawah untuk info lowongan terbaru


Facebook⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Info lebih lanjut hubungi kontak yg tersedia di gambar
kami juga melayani promo usaha