Pasca insiden jembatan Marco Polo yang menjadi dalih Jepang untuk menyatakan perang dengan Tiongkok, maka Jepang dengan cepat memerintahkan pasukannya untuk bergerak cepat menyapu bersih wilayah utara Tiongkok. Jepang yang unggul persenjataan dan alutsista mampu menguasai wilayah utara pesisir Tiongkok, bahkan dengan cepat mereka juga melakukan pendaratan ke pantai di sebelah utara Shanghai pada 13 Agustus 1937. Tetapi pasukan nasional Tiongkok di kota Shanghai ini ternyata mampu memberikan perlawanan sengit kepada pasukan Jepang terutama di distrik Zhabei, sehingga bombardir Jepang dari darat, laut, maupun udara sangat intens ke kota ini. Foto diatas terlihat pasukan Jepang yang melakukan pendaratan dipantai sebelah utara kota Shanghai.
Pasukan Jepang secara perlahan mulai menguasai beberapa bagian di kota Shanghai bahkan tidak sampai 3 hari setelah pendaratan pusat kota Shanghai berhasil direbut oleh pasukan Jepang dan pasukan Tiongkok mulai terdesak di kota Shanghai. Pada tanggal 26 Oktober 1937 Chiang Kai-Shek pemimpin Tiongkok pada saat itu memerintahkan Go Zhutong selaku Komandan Militer ke - 3 Tiongkok yang mempertahankan wilayah Zhabei untuk mundur menuju pedesaan sebelah barat Shanghai untuk menghadang Jepang disana, dan meninggalkan Divisi ke-88 untuk mempertahankan distrik Zhabei. Go Zhutong sangat keberatan dengan perintah Chiang Kai-Shek dan tidak berniat untuk menjalankan perintah sang Generalissimo, maka dia mengirimkan telegram kepada komandan Divisi-88 Sung Yuanliang bahwa pertempuran melawan Jepang tetap dilanjutkan di distrik Zhabei. Tapi Sung yang melihat pasukannya juga sudah mulai kewalahan melawan Jepang terutama ketika dibombardir dari laut dan udara, merasa keputusan yang diambil Chiang Kai-Shek sangat tepat untuk menghindari kehancuran total divisi-88. Maka Sung dan Zhang Boting yang merupakan ajudan militer Go Zhutong, meminta Go Zhutong untuk menurut apa perintah Chiang Kai-Shek. Go Zhutong dengan terpaksa memenuhi perintah dari Chiang Kai-Shek ini, tapi disaat bersamaan Jepang mulai mengepung garis wilayah kota Shanghai sehingga jalur keluar kota banyak yang sudah ditutup Jepang. Sung yang sudah sempat keluar dari kota dengan divisi-88 menyadari nasib penduduk sipil Tiongkok yang terancam karena tidak bisa keluar dari wilayah kota Shanghai, dan satu - satunya tempat aman bagi para penduduk sipil ini adalah wilayah konsesi sembilan negara barat dimana tempat itu dijaga oleh pasukan - pasukan negara barat seperti Inggris dan Prancis. Satu - satunya jembatan yang masih terhubung dari wilayah Tiongkok ke wilayah konsesi adalah jembatan Lese, maka Sung memerintahkan satu batalion dari divisi-88 untuk menjaga jembatan dan jalur yang satu - satunya menjadi penghubung wilayah Tiongkok menuju wilayah konsesi. Sehingga membuka jalur evakuasi bagi penduduk sipil Tiongkok untuk mencapai wilayah konsesi. Sebuah gudang bertingkat 8 lantai yang berada tepat disebelah jembatan Lese dijadikan markas dan pusat pertahanan akhir pasukan Tiongkok, dan batalion ini dipimpin oleh perwira militer Letnan Kolonel Xie Jinyuan. Foto diatas merupakan pasukan Jepang yang mulai menyerbu stasiun kota Shanghai yang sempat dipertahankan oleh pasukan Nasional Tiongkok dengan gigih.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINIFoto diatas adalah momen dimana pasukan nasional Tiongkok bergerak mundur dan lari menghindari sergapan pasukan Jepang. Batalion yang dipimpin oleh Letkol Xie Jinyuan langsung membuat pertahanan yang kokoh di gudang Sihang dan disekeliling gudang itu itu, persediaan makanan, perlengkapan medis, dan amunisi juga sudah disiapkan didalam gedung yang dikirim melalui wilayah konsesi. Pada tanggal 26 Oktober 1937 jam 10 malam pasukan resimen ke-524 yang dipimpin oleh Mayor Yang Ruifu yang sebelumnya mempertahankan stasiun kota Shanghai, akhirnya harus bergerak mundur tapi Jepang yang sudah mulai mengepung mereka akhirnya membuat mereka harus mundur menuju gudang Sihang. Tapi mereka tidak bisa memasuki wilayah konsesi yang dijaga oleh pasukan Inggris, karena pasukan Inggris dan Prancis tidak mengijinkan tentara Tiongkok untuk memasuki wilayah konsesi yang takutnya akan memancing kemarahan Jepang dan menuduh Inggris serta Prancis ikut campur dalam pertempuran ini. Sedangkan Jepang tidak mau melakukan serangan menuju wilayah konsesi karena bisa memancing pernyataan perang dari negara - negara barat seperti Inggris, Prancis, bahkan Amerika Serikat yang dimana Jepang berusaha untuk tidak melibatkan negara - negara ini dalam perang Sino - Jepang kedua. Maka Mayor Yang Ruifu dan resimen ke-524 bergabung dengan batalion Letkol Xie untuk mempertahankan jalur dan jembatan evakuasi bagi penduduk sipil Shanghai.
Foto diatas merupakan salah satu kompi senapan mesin dari batalion ke-1 yang sedang berjaga dihalaman depan gudang Sihang, walaupun yang dikirim 1 batalion tapi kenyatannya jumlah personel yang ada tidak sampai 1000 personel melainkan hanya 800 personel. Bahkan ketika dalam perjalanan menuju gudang Sihang banyak pasukan dari batalion ke-1 yang tewas akibat serangan pasukan Jepang maupun bombardir dari pesawat - pesawat Jepang, dan dari data yang diketahui bahkan dengan tambahan resimen-524 kekuatan pasukan Tiongkok yang menjaga gudang Sihang hanya sekitar 452 personel. Mereka harus menghadapi tekanan dari divisi ke-3 pasukan angkatan darat Jepang yang dipimpin oleh Jenderal Iwane Matsui yang berjumlah kurang lebih 20.000 personel, dan disokong penuh pesawat - pesawat angkatan udara Jepang dan kapal - kapal tempur Jepang yang berlayar dilepas pantai Shanghai. Pasukan Jepang sendiri dari divisi ke-3 sangat berambisi untuk menghancurkan pasukan Tiongkok yang sedang mempertahankan gudang Sihang karena mereka mengetahui pasukan disana merupakan bagian dari divisi ke-88, dan pasukan Jepang dari divisi ke-3 ini sangat membenci divisi ke-88 Tiongkok, bahkan menjuluki mereka dengan "Musuh paling dibenci di Zhabei". Akibat dari kemampuan divisi ke-88 yang sempat menahan serang Jepang di distrik Zhabei.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINILetkol Xie menyebar beberapa kompi pada batalionnya untuk menjaga dibeberapa area disekitar gudang, seperti kompi pertama yang ditempatkan pada sisi kanan gudang untuk menjaga jalan menuju jembatan Lese, kompi ketiga ditempatkan pada sisi kiri gudang, tepat diseberang gedung bank kota, dan kompi kedua berada di bagian depan gudang. Dua senapan mesin berat termasuk meriam anti serangan udara dipasang diatap gudang, dan beberapa senapan mesin ringan dibagikan ke masing - masing kompi. Xie juga memerintahkan pasukannya untuk membersihkan area sekitar gudang dari puing - puing atau barang - barang rongsok yang bisa dijadikan tempat berlindung pasukan Jepang apabila menyerang gudang, sehingga Xie dan pasukannya dapat menyapu pasukan Jepang dengan senapan mesin yang mereka punya. Foto diatas merupakan foto gudang Sihang dan terlihat beberapa kantung pasir sebagai perlindungan sudah ditempatkan dibagian belakang gudang.
Kontak pertama terjadi ketika pukul satu siang tanggal 27 Oktober 1937 ketika kompi patroli Jepang mencoba mendekati gudang, tapi berhasil disapu bersih oleh pasukan senapan mesin Tiongkok. Pada pukul dua siang satu kompi tentara Jepang mulai menyerang gudang dari barat, tapi berhasil ditahan dengan pasukan kompi ketiga Tiongkok tapi harus dibayar mahal dengan tewasnya komandan kompi ketiga Shi Meihao yang tertembak pada bagian wajah dan kaki. Pasukan Jepang tersisa mencoba bersembunyi di gedung bank kota, tapi pasukan Tiongkok yang berada di lantai dua gudang melempari mereka dengan granat sehingga ledakan - ledakan yang terjadi membuat banyak pasukan Jepang yang tewas dan akhirnya bergerak mundur dari gudang. Foto diatas merupakan pasukan Jepang yang sedang bersiap untuk melakukan serangan ke gudang Sihang.
Keesokan harinya sekitar jam 3 sore ditengah gerimis Jepang melakukan serangan yang lebih besar dengan memusatkan serangan dari arah barat, mereka langsung menduduki gedung bank tepat diseberang gudang Sihang dan menempatkan meriam disana. Bombardir dari meriam - meriam ini cukup intens tapi tidak dapat menghancurkan tembok gudang yang tebal, selain itu pasukan - pasukan Tiongkok yang unggul ketinggian dapat menembaki pasukan meriam dari lantai atas atau bahkan atap gudang. Pertempuran ini dapat disaksikan oleh masyarakat wilayah konsesi dari jarak dekat karena mereka hanya dipisahkan dengan sungai Suzhou, dan selama pertempuran ditengah derasnya hujan para penduduk sipil Tiongkok berdiri dipinggir sungai sambil berteriak memberikan semangat kepada pasukan Tiongkok yang sedang bertempur Setelah bertempur selama dua jam, akhirnya pasukan Jepang bergerak mundur. Foto diatas merupakan Gudang Sihang yang sedang dibombardir oleh meriam - meriam Jepang.
Foto diatas merupakan pasukan Tiongkok dari kompi ketiga yang sedang bertempur dalam mempertahankan gudang Sihang.
Setelah pertempuran dua jam dan Jepang bergerak mundur, Letkol Xie mendapat kabar dari Kamar Dagang Shanghai di wilayah konsesi yang bersedia memberikan bantuan kepada pasukan Xie berupa makanan, obat - obatan, pakaian, dan surat - surat dari warga di wilayah konsesi yang menyemangati mereka. Barang - barang ini dikirim dengan memakai sebuah truk ditengah kegelapan malam agar tidak diketahui Jepang, dan didalam truk itu juga diselundupkan para wartawan terutama wartawan negara - negara barat yang ternyata bertempat tinggal disebuah hotel tepat diseberang sungai gudang Sihang. Sehingga selama pertempuran para wartawan ini melihat sendiri secara langsung pertempuran di gudang Sihang yang terjadi, sehingga para wartawan mengambil kesempatan ini untuk mewawancari para tentara Tiongkok yang berada di gudang. Kamar Dagang Shanghai juga mengirim sebuah bendera Tiongkok kepada pasukan Xie melalui perantara seorang gadis pramuka Tiongkok yang bernama Yang Huimin, yang selama ini juga sering menggalang dana atau bantuan bagi pasukan Tiongkok. Uniknya ketika para wartawan menanyakan jumlah pasukan mereka, Xie tidak mau Jepang mengetahui jumlah personel mereka yang sebenarnya, sehingga dia mengatakan jumlah mereka sekitar 800 bukan 411 sisa dari pertempuran sebelumnya. Dari sinilah tersebar kisah tentang "800 pahlawan Tiongkok di Gudang Sihang".
Pada pagi hari tanggal 29 Oktober 1937, pasukan Tiongkok mengadakan upacara pengibaran bendera di atap gudang Sihang. Berkibarnya bendera Tiongkok selebar 4 meter ini disaksikan oleh sekitar 30.000 warga sipil Tiongkok yang berkumpul dipinggiran sungai Suzhou dan berteriak "Hidup Republik Tiongkok!". Sedangkan untuk mengibarkan bendera ini pasukan Tiongkok menggunakan batang bambu seadanya sebagai tiang pengibaran. Pengibaran membuat Jepang sangat murka dan mengerahkan sebuah pesawat tempurnya untuk menjatuhkan atau merusak bendera itu, tapi karena dihadang dengan meriam anti serangan udara dan takut serangan pesawatnya mengenai warga di wilayah konsesi yang berkumpul di pinggir sungai maka Jepang memerintahkan pesawatnya untuk mundur.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINIPada siang harinya Jepang melakukan serangan terbesarnya ke gudang Sihang, semua pasukan dari divisi ke-3 Jepang dikerahkan, bahkan kali ini Jepang mengerahkan tank - tank tipe 94 milik mereka. Serangan ini pun muncul dari segala arah, kompi pertama, kedua dan ketiga yang menjaga di area luar gedung pun akhirnya terdesak masuk kedalam gudang. Jumlah korban tewas di pihak pasukan Tiongkok semakin banyak, tapi mereka tetap bertarung dengan gigih. Sekelompok tentara Jepang menggunakan tangga buatan yang mereka bawa untuk naik ke lantai dua di sisi barat gudang, Letkol Xia yang kebetulan berada disitu langsung mencekik leher tentara Jepang yang muncul dan menghajarnya sehingga terjatuh, dan dia pun langsung mendorong tangga - tangga yang digunakan pasukan Jepang hingga jatuh. Foto - foto diatas ketika pasukan Jepang mulai melakukan serangan terbesarnya ke gudang Sihang.
Jatuhnya tangga - tangga ini tidak membuat Jepang kehabisan akal, mereka pun menggunakan pelat baja untuk melindungi mereka dari tembakan pasukan Tiongkok, mereka berencana untuk membobok dinding barat gudang dan menggunakan peledak berdaya tinggi untuk membuat lubang besar di dinding gudang itu. Seorang perwira bernama Chen Shusheng yang melihat hal ini berinisiatif melompat ke arah pasukan Jepang yang sedang membobok dinding, dan meledakan dirinya dengan granat yang dibawanya dan tewas bersama pasukan Jepang didekatnya. Tindakannya ini tidak hanya dilakukan oleh dia sendiri tapi juga dilakukan oleh beberapa pasukan dari batalion ke-1. Foto diatas merupakan Diorama Chen Shusheng ketika melompat ke arah pasukan Jepang sambil membawa granat yang akan diledakannya.
Pertempuran berlangsung hingga malam tanpa diduga ternyata perlawanan dari pasukan Tiongkok sangat kuat, bahkan korban tewas di pihak Jepang jauh lebih banyak. Pada tengah malam Jepang pun mundur dengan korban besar yang mereka dapatkan, disaat bersamaan perwakilan negara - negara barat dari wilayah konsesi meminta Chiang Kai-Shek untuk memerintahkan pasukan batalion ke-1 untuk mundur ke wilayah konsesi, rupanya perjuangan pasukan Tiongkok di gudang Sihang menyentuh hati para pemimpin barat di wilayah konsesi dan bersedia mengijinkan mereka untuk mundur ke wilayah konsesi. Pada tengah malam 1 November 1937 Letkol Xie akhirnya mundur dengan sekitar 376 pasukannya yang tersisa menuju wilayah konsesi, dan pada pukul dua pagi evakuasi pasukan berhasil dan Chiang Kai-Shek menganggap ini adalah kemenangan karena berhasil menyedot perhatian dan dukungan negara - negara barat terhadap perjuangan Tiongkok melawan Jepang.
Seperti inilah peta ketika pertempuran gudang Sihang Terjadi, Pasukan Tiongkok membiarkan dirinya terjebak diantara pasukan Jepang dan wilayah konsesi.
Jenderal Iwane Matsui (paling depan) yang memimpin pasukan Divisi ke - 3 Jepang dalam usaha merebut gudang Sihang.
Letkol Xie yang memimpin Batalion ke-1 untuk mempertahankan gudang Sihang.
Yang Huimin seorang gadis Pramuka Tiongkok yang mengantarkan bendera matahari putih ke Letkol Xie.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI