Senin, 12 April 2021

Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

 Kita lebih mengenal sosok Ibu Fatmawati sebagai "First Lady" setelah kemerdekan Indonesia, namun sebelum menikah dengan Fatmawati, Bung Karno telah lebih dulu menikah dengan gadis yang bernama Siti Oetari.Namanya mungkin memang tidak terlalu sering disebut dalam sejarah Indonesia, namun wanita asal Surabaya tersebut sebenarnya adalah istri pertama Bung Karno.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Pernikahan pertama Bung Karno waktu itu dimulai di usia yang masih sangat muda, yakni usia 20 tahun. Sukarno waktu itu menikahi Siti Oetari yang berusia 16 tahun. Oetari adalah putri pertama dari tokoh Sarekat Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto adalah 'Bapak Kos' Sukarno, selain itu Tjokro adalah sosok yang menginspirasi sekaligus guru bagi para pelajar yang kos dirumahnya yang berlokasi di Gang 7 Peneleh, Surabaya. Karena tinggal di tempat yang sama, hal itu membuat Siti Oetari dan Sukarno sering bertatap muka sehingga menjadi akrab. Keduanya bertemu pertama kali ketika gadis itu berumur 14 tahun, sementara Sukarno masih berusia 18 tahun.

Pada usia tersebut, tentu mereka sudah bisa tertarik dengan lawan jenis. Tidak butuh waktu lama bagi Sukarno untuk jatuh hati pada Oetari. Suatu hal yang tidak mengherankan, mengingat Oetari mempunyai wajah yang rupawan. Ternyata gayung pun bersambut, Oetari juga tertarik kepada Sukarno. Di mata Oetari, pemuda tersebut dikenal sebagai orang yang supel dan pandai.


Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Sukarno dan Oetari.

Ilustrasi Gambar: boombastis.com



Selain dikenal sebagai "Singa Podium" karena kemampuannya dalam berpidato, agaknya gelar "Raja Gombal" bisa disematkan kepada Bung Karno. Dengan rayuan mautnya, sudah banyak wanita yang berhasil ditaklukan. Kebetulan Sukarno juga memperlihatkan kepiawaiannya dalam "merayu" kepada Siti Oetari.

Suatu hari Siti Oetari diajak oleh Sukarno untuk berjalan-jalan di sebuah taman. Kesempatan tersebut tentu saja tidak dilewatkan begitu saja untuk menggombali gadis itu. Kurang lebih percakapannya seperti ini.


Quote:



Pada waktu itu, mereka sedang duduk berdampingan. Mendengar gombalan seperti itu, hati wanita mana yang tidak meleleh ? Terlebih lagi, orang yang mengatakannya adalah Sukarno yang dari dulu sudah banyak disukai oleh banyak gadis. Tak hanya digombali saja, gadis itu juga diberi panggilan sayang, yaitu 'Lak'.


Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Ilustrasi taman zaman dulu.

Foto: ndonesia-zaman-doeloe.blogspot.com

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Dari situ hubungan Sukarno dan Oetari semakin dekat. Meski begitu, Sukarno tetap berusaha menaruh hormat pada Tjokro dengan tidak menunjukkan kasih sayangnya kepada Oetari di hadapan Tjokro. Pada tahun 1919, istri Tjokro, Suharsikin wafat. Tjokro sempat kehilangan semangat dan Oetari merasakan kesedihan yang mendalam. Melihat Oetari bersedih, Sukarno pun ikut berduka.

Suatu hari, paman Oetari menanyakan sesuatu pada Sukarno. Sukarno ditanya apakah ia memiliki perhatian pada Oetari ? Tanpa ragu, Sukarno menjawab “Iya.” Hanya saja ia sempat dibuat ragu, mengingat saat itu baik Sukarno maupun Oetari masih berusia muda. Tapi akhirnya, Sukarno membulatkan tekad untuk menikahi Oetari.

Pernikahan Soekarno dengan Oetari dilakukan di rumah Tjokroaminoto yang legendaris, Gang Peneleh 7, Surabaya. Meski Tjokro adalah tokoh yang dikenal publik, pernikahan putrinya berlangsung sederhana dan dengan persiapan seadanya.


Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Gang Peneleh 7, tempat kos sekaligus tempat pernikahan Sukarno dan Oetari.

Ilustrasi: historia.id



Sebelum prosesi akad nikah, sempat terjadi ketegangan antara Sukarno dengan penghulu. Masalahnya cukup sepele. Penghulu meminta Sukarno mengganti jas dan dasi yang dikenakan saat akad nikah. Menurut sang penghulu, gaya pakaian Sukarno tidak sesuai dengan adat dan kebiasaan Islam pada masa itu. Sukarno pun marah, dengan suara lantang, Sukarno menolak peemintaan sang penghulu. Dia membentak penghulu dengan kata-kata tajam.

Quote:



Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Setelan jas yang pernah membuat ribut di hari pernikahan.

Ilustrasi: boombastis.com

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Pernikahan itu kemudian berlangsung setelah Sukarno menenangkan diri. Saat menenangkan diri itu, jari Soekarno terbakar saat hendak menyalakan korek api ketika akan merokok untuk meredakan ketegangan. Sukarno memaknai itu sebagai sebuah firasat tidak baik dalam pernikahannya dengan Oetari.

Sukarno menikah dengan Oetari pada tahun 1921, saat itu Bung Karno berusia 20 tahun dan Oetari berusia 16 tahun. Setelah menikah, hubungan Sukarno dengan Oetari tidak terlihat mesra. Bahkan, Sukarno dan Oetari tidak menikmati masa bulan madu. Firasat buruk Sukarno pada hari pernikahannya pun mulai terlihat.

Setelah menikah, Sukarno semakin sibuk dengan aktivitas politik, termasuk ikut menemani Tjokro ke berbagai acara. Pada perkembangannya Sukarno pun mulai berpidato menggantikan Tjokro, saat Tjokro berhalangan.

Dikutip dari otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, kepada Cindy Adams, Sukarno mengatakan kalau Oetari tak pernah disentuh dan tetap dijaga dalam keadaan suci. Rasa sayang kepada Oetari adalah rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya.

Namun, ketika Oetari jatuh sakit, Sukarno tetap merawatnya dengan sepenuh hati. Akan tetapi sebagai suami istri tak ada keintiman yang tercipta. Meski berdampingan di satu tempat tidur, tetapi secara jasmaniah Bung Karno menganggap hubungannya sebagai kakak beradik.

Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Siti Oetari.

Ilustrasi Gambar: boombastis.com



Bung Karno juga memaknai pernikahannya sebagai 'kimpoi gantung', karena niat Sukarno menikahi Oetari untuk meringankan beban Oetari yang waktu itu baru kehilangan sang ibunda. Dilihat dari usia, sejatinya mereka belum matang untuk melepas masa lajang.

Pada tahun 1921 setelah menyelsaiakn pendidikannya di Surabaya, Bung Karno memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB). Ia pun harus meninggalkan sang istri di Surabaya. Namun, baru dua tahun di Bandung, Sukarno memilih menceraikan Oetari.

Pangkal masalahnya karena Sukarno muda waktu itu kepincut istri orang yang merupakan cinta sejati pertamanya, Inggit Garnasih. Inggit merupakan ibu kos Sukarno di Bandung. Menurut pengakuan Bung Karno yang juga tertulis dalam otobiografinya, saat bertemu Inggit, Sukarno merasakan cinta dewasa yang sudah ada birahi di dalamnya.

Karena kepincut sang ibu kos, Bung Karno lantas memutuskan untuk menceraikan Oetari pada tahun 1923, hal yang sama juga dilakukan Inggit dengan meminta cerai kepada suaminya. Kemudian Sukarno menikahi Inggit tanggal 24 Maret 1923. Perceraian antara Suakrno dan Oetari tidak membawa semacam luka. Masing-masing ikhlas dengan perpisahan yang ada. Setelah berpisah dengan Bung Karno, Oetari menikah dengan orang lain, sedangkan sang proklamator memulai kisah cintanya dengan Inggit.


Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Inggit Garnasih dan Soekarno.

Ilustrasi: wikipedia.org

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Pengakuan Sukarno yang tidak pernah menyentuh Inggit sempat diragukan kebenarannya oleh Lambert Giebels, salah satu penulis otobiografi Sukarno berkebangsaan Belanda. Menurut Giebels, Oetari yang secara fisik memiliki daya tarik dan masih muda tidak mungkin 'didiamkan' Soekarno. "Bahwa apa yang dikatakan (Sukarno) pada otobiografi itu adalah penghinaan bagi Oetari yang manis dan menarik itu," ucap Giebels, dikutip dari buku Istri-istri Soekarno.

Lantas benarkah Sukarno tidak menyentuh Oetari sama sekali ? Hal ini masih menjadi perdebatan bagi beberapa orang, namun dari beberapa otobiografi yang pernah ditulis, Sukarno dengan tegas mengatakan tidak pernah 'menyentuh' Oetari.

Tidak begitu banyak foto mengenai Siti Oetari yang bisa ditelusuri di dunia maya, jika gan sist penasaran dengan sosok Siti Oetari. Agan dan sista bisa melihat sedikit gambaran mengenai sosok Siti Oetari pada diri Maia Estianty. Kebetulan Mbak Maia merupakan cucu dari Siti Oetari.


Siti Oetari - Istri Pertama Sukarno yang Jarang Diketahui

Maia Estianty cucu Siti Oetari.

Ilistrasi: maiaestianyreal/Instagram



Setelah bercerai di usia 18 tahun, Siti Oetari kembali menikah pada tahun 1924 di usia 19 tahun dengan seorang bernama Sigit Bachroensalam. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang putra benama Harjono Sigit Bachroensalam yang lahir tanggal 21 September 1939. Bapak Harjono Sigit juga dikenal sebagai ayah dari artis Maia Estianty. Bapak Sigit meninggal pada tahun 1981, meninggalkan Ibu Oetari sebagai janda di usia 76 tahun.

Cukup banyak wanita yang menjalin hubungan dengan Bung Karno, dan nenek dari Mbak Maia adalah salah satunya. Meskipun sosoknya jarang diketahui dan jarang disebut dalam buku sejarah di sekolah, akan tetapi beliau pernah menjadi seseorang yang spesial di hati Sang Putra Fajar.

Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

 Dari balik pintu kamar, Ade Irma dan Yanti (kakaknya) mengintip. Sementara di dalam kamar yang tampak remang, seorang lelaki tampan sedang membaca sepucuk surat. Ade dan Yanti merasa geli menyaksikan betapa seriusnya lelaki muda tersebut. Tiba-tiba muncul ide mereka untuk menggodanya. Yanti  lalu menghidupkan lampu kamar.  


Quote:



Bagi agan dan sista yang dulu semasa kecilnya mendapat kewajiban menonton film Pengkhianatan G30S/PKI, pasti beberapa ada yang masih ingat percakapan diatas, walaupun kebanyakan dari agan dan sista pasti sudah ada yang lupa dengan adegan percakapan tersebut.

Percakapan yang TS tulis diatas terdapat dalam film Pengkhianatan G30S/PKI besutan sutradara Arifin C. Noer yang dirilis tahun 1984. Ade dan Yanti merupakan putri dari Jenderal Abdul Haris Nasution, sementara Letnan Satu Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal Nasution.

Lewat adegan membaca surat dari sang kekasih itulah sosok Pierre Tendean diperkenalkan dalam film. Dalam iringan suara biola Idris Sardi, adegan itu menggambarkan citra Pierre Tendean sebagai pria yang tengah dilanda rindu. Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya saat kejadian G30S/PKI, Pierre Tendean sudah memiliki pujaan hati yang bernama Rukmini.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Rukmini dan Pierre Tendean.

Ilustrasi: Repro buku biografi resmi Pierre Tendean "Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi"



Punya wajah yang tampan khas Eropa membuat pria yang menjadi salah satu lulusan terbaik dari Atekad (Akademi Teknik Angkatan Darat) waktu itu banyak dilirik oleh para wanita. Namun, Pierre Tendean tidak menghiraukan para wanita yang coba mendekatinya waktu itu. Ia lebih memilih fokus terhadap tugasnya sebagai seorang tentara, meski memiliki wajah yang tampan, ia tidak menggunakan kelebihan fisiknya untuk menjadi seorang 'playboy'.

Pierre Tendean memiliki darah Eropa dari ibunya yang bernama Maria Elizabeth Cornet, seorang wanita Belanda yang berdarah Prancis. Sementara ayahnya Dr. A.L Tendean adalah seorang dokter yang berdarah Minahasa. Meski banyak wanita yang mendekati Pierre, namun semuanya tidak cocok di hati. Pierre baru merasa ada yang cocok di hati tatkala ia berkenalan dengan gadis bernama Rukmini.

Sewaktu bertugas sebagai ajudan Jenderal Nasution, Pierre memang sedang menjalin asmara dengan seorang wanita asal Medan keturunan Jawa. Nurindah Rukmini Chamim, demikian nama lengkap sang gadis pujaan hati. Mimin adalah nama panggilan sayang Pierre kepada Rukmini. Sementara Rukmini memanggil Pierre dengan sebutan “Mas Pierre”.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Potret Rukmini.

Ilusttasi: nasional.okezone.com
  


Pierre dan Rukmini pertama kali bertemu di Medan pada tahun 1963. Saat itu, Pierre baru saja menamatkan pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) dan bertugas dalam satuan Batalion Zeni Tempur 1 Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan.

Sementara Rukmini saat itu masih duduk di bangku SMA. Mereka terpaut beda usia yang lumayan jauh. Pierre Tendean lebih tua delapan tahun dari Rukmini. Perkenalan keduanya merupakan hasil comblangan dua rekan Pierre, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.

Rukmini merupakan putri sulung dari Raden Chamim Rijo Siswopranoto, seorang pengusaha di Sumatra Utara. Rukmini memiliki paras yang ayu, seperti umumnya gadis Jawa. Keluarganya penganut Islam yang taat, keluarga besar Rukmini juga termasuk dalam Barisan Muhammadiyah Kota Medan dan Yogyakarta.

Awalnya Pierre sempat menolak dikenalkan dengan Rukmini, alasannya karena ia ingin fokus di batalyon tempatnya bertugas. Namun, Setijono dan Satrijo juga tidak menyerah begitu saja membujuk rekannya tersebut. Mereka memaksa Pierre, hingga akhirnya Pierre yang jengkel atas ajakan teman-temannya tersebut kemudian menurut dan mengiyakan untuk bertemu dengan Rukmini.

Setelah bertemu sekaligus berkenalan dengan Rukmini, ternyata gadis tersebut pada akhirnya berhasil membuat Pierre jatuh hati. Di mata Pierre, Rukmini adalah sosok yang sederhana dan lembut. Pierre cukup beruntung waktu itu, tak disangka rumah sang pujaan hati ternyata tidak berada jauh dari tempatnya bertugas.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter



Setelah menjalin hubungan asmara, Pierre pun rajin berkunjung ke rumah keluarga Chamim di Jalan Sekip 4B, Medan. Lokasinya tidak jauh dari asrama Pierre di Sei Sikambing di kawasan Markas Kodam II/Bukit Barisan. Pada awal kunjungan ke rumah Rukmini, Pierre masih di kawal kedua sahabatnya. Namun, pada kunjungan-kunjungan berikutnya ia memberanikan diri pergi sendiri, untuk mengenal lebih dalam sang pujaan hati.

Pierre sebelumnya tidak pernah terpikir untuk mencari jodoh saat pergi bertugas ke Medan. Namun, pada akhirnya ia menyadari bahwa sosok Mimin telah mengisi kekosongan hatinya, yang selama ini selalu diisi oleh jiwa patriotisme.

Ada beberapa kepribadian yang mirip antara Rukmini dan Pierre, salah satunya adalah tegas, meski dibungkus oleh sifat yang lemah lembut. Kesederhanaan Mimin begitu menonjol, dan itu menjadi daya tariknya. Rukmini bukan tipe perempuan yang senang berfoya-foya meski keluarganya terbilang cukup terpandang saat itu.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ade Irma dan Pierre Tendean.

Ilustrasi: kompas.com



Sewaktu di Medan, Pierre kerap kali menjadi penerjemah bahasa saat ada kunjungan dari tamu-tamu asing yang kebetulan merapat ke pelabuhan Belawan. Pierre sendiri menguasai berbagai bahasa kala itu, mulai dari bahasa Prancis, Inggris, Belanda sampai Jerman. Karena kepandaian serta kemampuannya sebagai komandan pleton waktu itu, Pierre kemudian dipanggil untuk menempuh pendidikan intelijen TNI AD di Bogor, Jawa Barat.

Pendidikan yang dilakukan selama 3 bulan ia selesaikan dengan nilai sempurna. Berkat prestasi ini Pierre kemudian dipercaya untuk melaksanakan berbagai tugas intelijen. Pierre kemudian ditugaskan dalam Operasi Dwikora dan dikirim untuk mengadakan penyusupan ke wilayah Malaysia.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ilustrasi persiapan Operasi Dwikora.

Foto: Arsip Nasional RI



Pada Maret 1964 Pierre Tendean juga dipercaya sebagai Komandan Basis Y di Pasir Panjang, Karimun. Saat itu disana memang disiapkan pasukan untuk misi pengintaian sekaligus sabotase untuk menyusup ke Malaysia melalui Johor. Pierre Tendean waktu itu memimpin tim kedua yang akan diberangkatkan ke Malaysia.

Karena wajah bule dan kemampuan menguasai berbagai bahasa, ia kerap kali menyamar sebagai turis. Dalam setahun selama Operasi Dwikora, Pierre sampai tiga kali ditugaskan menyusup ke daratan Malaysia. Sering pergi jauh dari rumah, tak membuat Pierre lupa terhadap keluarga dan orang terdekatnya. Sepulang dari Operasi Dwikora misalnya, Pierre Tendean juga tak lupa membelikan buah tangan untuk keluarganya, termasuk juga Rukmini.

Saat bertugas dengan durasi cukup lama, sudah pasti Pierre selalu disergap rasa rindu terhadap sang kekasih. Karena itu tatkala mendapat waktu libur maupun cuti, selain pulang ke rumah orang tuanya di Semarang, Pierre juga menyempatkan pergi ke Medan untuk bertemu Rukmini.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Pierre Tendean berfoto bersama keluarga.

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Pada bulan April 1965 setelah Operasi Dwikora, Pierre yang sudah naik pangkat menjadi Letnan Satu terpilih sebagai ajudan Jenderal A.H. Nasution yang menjabat sebagai Menteri Keamanan dan Pertahanan. Salah satu alasan terpilihnya Pierre karena sosoknya bisa dipercaya. Selain itu reputasi dan prestasinya selama Operasi Dwikora juga jadi pertimbangan.

Selain karena kemampuannya yang sudah terbukti, terpilihnya Pierre juga tak lepas dari peran sang ibu, Nyonya Cornet. Ibunda Pierre sangat menyayangi anak lelaki satu-satunya tersebut, karena tugas yang diemban cukup berat, beliau tidak ingin melihat putranya bertugas di garis depan lagi. Nyonya Cornet lantas mengirim surat permohonan kepada Jenderal A.H. Nasution untuk memindahkan tugas sang anak, kebetulan Nyonya Cornet mengenal baik mertua Pak Nas.

Nyonya Cornet juga mengirim surat kepada Mayjen Dendi Kadarsan yang mengenal Pierre ketika menjadi taruna. Permohonan tersebut akhirnya dikabulkan, lalu Pierre terpilih sebagai ajudan Pak Nas tanggal 15 April 1965. Orang tua Pierre pun lega, anaknya tidak lagi berada di tengah medan pertempuran. Saat menjadi ajudan Pak Nas, Pierre sangat akrab dengan kedua anak beliau, Yanti Nasution dan Ade Irma Nasution. Hubungan mereka sudah seperti keponakan dan paman.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter



Suatu hari saat mendampingi Jenderal Nasution bertugas ke Medan, pada tanggal 31 Juli 1965, Pierre menyempatkan diri menemui keluarga Rukmini untuk melamar. Lamaran pun diterima, kemudian hari pernikahan disepakati bulan November tahun 1965. Meski berbeda keyakinan, hal itu tidak menghalangi Pierre untuk mengajak Rukmini melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Saat kemabli ke Jakarta, untuk menambah biaya pernikahan, ia setiap malam mengambil kerja sampingan sebagai sopir traktor untuk meratakan tanah pembangunan proyek Monumen Nasional (Monas). Pierre yang saat itu masih berpangkat Letnan Satu bahkan sudah mencari lokasi tempat tinggal di kawasan Menteng untuk ia huni bersama Rukmini saat sudah menikah nanti.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Pembangunan Monas zaman dulu.

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Meski Rukmini dan Pierre saling mencintai dan merasa cocok, namun kedua sejoli ini pada akhirnya memang tidak berjodoh. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Pierre ditangkap oleh pasukan Tjakrabirawa yang sebenarnya hendak menculik Jenderal Nasution. Pasukan tersebut kemudian membawa Pierre ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menurut penuturan salah satu anggota Tjakrabirawa, disana Pierre ditembak sebanyak 4 kali. 

Ada beberapa versi terkait ditangkapnya Pierre oleh Tjakrabirawa, versi pertama seperti yang kita lihat dalam film. Di hadapan pasukan Tjakrabirawa, saat ditanya "Dimana Nasution ?" Pierre lalu menjawab "Saya Nasution". Namun, versi kedua yang diceritakan oleh beberapa pasukan Tjakrabirawa dan ajudan yang bertugas saat itu, mereka tidak mendengar Pierre berkata demikian. Karena diburu waktu, para pasukan yang ditugaskan menculik Pak Nas (Jenderal Nasution) langsung membawa Pierre ke Lubang Buaya. Entah versi mana yang benar ?

Berita kepergian Piere tentu saja membuat sedih hati Rukmini. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Rukmini untuk memulihkan perasaannya. Di hari perayaan Kesaktian Pancasila tahun 1967, Rukmini pun datang untuk mengenang sosok kekasih tercinta yang dipisahkan oleh maut. Pada tahun 1972, Rukmini akhirnya menemukan jodohnya kembali. Bukan seorang tentara, melainkan seorang karyawan bank.


Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter



Dikutip dari buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi suntingan Abie Besman. Rukmini dikaruniai 3 anak serta 5 cucu dan hidup berbahagia sampai akhir hayat sang suami di tahun 2014. Saat ditemui tim penulis biografi Pierre Tendean, Rukmini sendiri enggan membahas lebih dalam tentang hubungan cintanya dengan Pierre.

Menurut Noviriny Drivina, salah satu tim penulis biografi resmi Pierre Tendean, Rukmini tertutup bila ditanya soal Pierre. Tahun 2018, tim penulis menyambangi Rukmini yang tentu saja sudah sepuh dan tinggal bersama tiga cucunya di Bekasi. Rukmini hanya berkenan mengkonfirmasi apa yang didapat oleh tim penulis.

Menurut Rukmini, hubungannya dengan Pierre adalah privasi mereka berdua. Mengenai sifat Pierre yang berkesan maupun pertemuan dengan Pierre, Rukmini tidak mau menjawab. Hingga beliau meninggal pada tanggal 27 Juli 2019, Rukmini tetap menyimpan rapat kenangan terhadap sosok Pierre Andries Tendean. 

Untuk menghormati Pierre Tendean yang gugur dalam tragedi G30S/PKI, TNI AD memberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Kapten Czi. Bersama enam perwira lainnya, Pierre Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pierre Tendean dan para Jenderal korban G30S kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965.



Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini, Dua Sejoli yang Terpisah Karena G30S/PKI

Ilustrasi: mazini_giusepe/Twitter


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

 Bicara soal perang, Amerika Serikat memang jagonya. Dari perang Dunia, Perang Vietnam, sampai Perang di Timur Tengah, negara adidaya ini selalu ikut serta. Mungkin selama ini kita sering mendengar Amerika selalu sukses menjalankan setiap misinya. Namun, ada cerita unik sekaligus konyol selama Perang Dunia 2 yang melibatkan Amerika.


Bisa dibilang operasi militer yang dilakukan kala itu adalah operasi terbodoh yang pernah dilakukan Amerika selama Perang Dunia 2. Sebelum kita ke inti cerita, TS akan menjelaskan akar masalah dari kejadian yang berakhir konyol ini.

Operasi militer yang dilakukan Amerika waktu itu adalah untuk merebut kembali Pulau Kiska yang dikuasai oleh Jepang. Di bawah pimpinan Kapten Takeji Ono, Jepang mendarat di Pulau Kiska pukul 01:00 pada tanggal 7 Juni 1942 bersama 500 pasukan marinir Jepang. Tidak lama setelah mendarat, mereka menyerbu stasiun cuaca Amerika Serikat. Mereka membunuh dua orang dan menangkap delapan perwira Angkatan Laut Amerika Serikat. Delapan orang tersebut kemudian dijadikan tahanan perang di Jepang.

Selanjutnya 2.000 tentara Jepang kemudian tiba di Kiska Harbor. Waktu itu, Laksamana Muda Monzo Akiyama memimpin serangan ke Kiska. Pada Desember 1942, satuan anti-pesawat, teknisi, dan infanteri bantuan tiba di pulau ini. Selain mengirim tentaranya, Jepang juga membawa 500 pekerja sipil ke pulau itu untuk membangun fasilitas pelabuhan dan sistem gua serta terowongan yang rumit di seluruh dataran tinggi berbatu.


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Saat pasukan sekutu mendarat di Pulau Kiska.

Ilustrasi: wikipedia.org



Sekilas tentang Pulau Kiska, pulai ini merupakan bagian dari Kepulauan Aleut, berupa rangkaian pulau vulkanik yang membentang dari daratan Alaska hingga ujung barat Laut Bering. Daerahnya gersang, berangin, dan diselimuti kabut abadi. Jepang sangat tertarik pada Kepulauan Aleut karena geografi yang unik. Dengan menduduki lokasi strategis utama di sepanjang Aleut, Jepang berharap bisa mengontrol dan mempertahankan batas utara kerajaan di wilayah Pasifik mereka yang mulai berkembang.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Upaya merebut kembali Pulau Kiska mulai dirintis akhir tahun 1942. Laksamana Ernest J. King (Kepala Operasi US Navy) memerintahkan Laksamana Chester Nimitz (Panglima Armada Pasifik US Navy) untuk menyiapkan pasukan guna merebut kepulauan di lepas pantai Alaska itu.

Bersama Letjen John L. DeWitt (Panglima Komando Pertahanan Barat), Nimitz merancang operasi pembebasan Kiska. Laksda Thomas C. Kinkaid ditunjuk sebagai komandan pasukan gabungan yang akan menyerbu Kiska dan pulau-pulau lain di Aleut, Amerika kemudian mulai memblokade laut dan membombardir Aleut dari udara. Operasi ini disebut sebagai Operasi Landcrab yang dimulai pada Mei 1943.

Akibatnya, sejak Maret 1943 Jepang hanya bisa menyalurkan logistiknya lewat kapal selam. Kesuksesan Kinkaid merebut Pulau Attu lewat Operasi Landcrab pada Mei 1943, membuat AS semakin percaya diri bisa merebut kembali Pulau Kiska yang dijaga sekitar 7000 personel garnisun Jepang.


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Saat pasukan Jepang mendarat di Pulau Kiska tahun 1942.

Ilustrasi: wikipedia.org



Setelah jatuh banyak korban akibat peristiwa pemboman oleh Amerika, para petinggi militer Jepang mulai menyadari bahwa pulau terpencil itu tidak lagi dapat dipertahankan. Mereka kemudian merencanakan untuk mengevakuasi seluruh pasukan dari pulau tersebut.

Pada tanggal 29 Juli 1943, Laksamana Muda Kimura Masatomi memimpin dua kapal penjelajah ringan dan sepuluh kapal perusak. Ia menyelinap melalui blokade Amerika di bawah selubung kabut dan berhasil menyelamatkan 5.193 orang.

Operasi tersebut melibatkan kapal penjelajah ringan Abukuma dan Kiso, serta kapal perusak Yugumo, Kazagumo, Usugumo, Asagumo, Akigumo dan Hibiki. Kapal perusak Hatsushimo, Naganami, Shimakaze dan Samidare kemudian juga ditugaskan untuk melindungi operasi tersebut. Evakuasi seluruh pasukan Jepang tersebut berhasil dengan lancar dan tanpa sepengetahuan Amerika dan sekutunya.


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Penjatuhan bom di Pulau Kiska oleh USAF.

Ilustrasi: Library of Congress, Prints & Photographs Division, FSA/OWI Collection



Sebelum melakukan pendaratan pasukan di Kiska, selama bulan Juli tahun 1943 pesawat bomber AS menjatuhkan 424 ton bom di Kiska, sementara di lepas pantai, kapal penjelajah dan kapal perusak Angkatan Laut AS menembakkan total 330 ton munisi ke pulau itu. Setelah serangkaian serangan tersebut, kemudian operasi pengintaian dari udara dilakukan tanpa henti.

Pada akhir bulan Juli tahun 1943, mulai ada peningkatan tanda-tanda penarikan diri pasukan Jepang. Dari hasil analisis foto udara, memperlihatkan bahwa aktivitas rutin di pulau itu sangat berkurang drastis dan hampir tidak ada pergerakan yang dapat dideteksi di pelabuhan. Kerusakan bangunan akibat serangan bom tampak belum diperbaiki, para awak pesawat yang berpatroli juga melaporkan tembakan anti-pesawat sudah sangat berkurang. Pada tanggal 28 Juli, sinyal radio dari Kiska pun berhenti sama sekali.

Para analis dari intelijen Sekutu beranggapan Jepang telah mengevakuasi pasukannya dari Kiska secara diam-diam. Namun, Kinkaid menolak pendapat itu dan terus melanjutkan Operasi Cottage. Maka, pada pagi hari tanggal 15 Agustus Kiska kedatangan 600 personel pasukan SSF, kemudian disusul ribuan pasukan TF51 dan TF16. Pendaratan berjalan lancar karena terlindungi kabut pekat.

Operasi merebut Pulau Kiska tersebut, kemudian dinamai 'Operasi Cottage'. Dengan mengerahkan dua gugus tugas penuh US Navy, TF51 dan TF16, ditambah lima tim tempur resimen. Kinkaid kembali ditunjuk memimpin invasi yang dijadwalkan tanggal 15 Agustus tersebut.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Pendaratan pasukan sekutu di Kiska, pasukan Amerika dari selatan sementara pasukan Kanada dari utara.

Ilustrasi: wikipedia.org



Mayjen Charles Corlett waktu itu yang ditunjuk untuk memimpin pasukan darat guna menyerang Kiska. Total pasukan yang datang waktu itu berjumlah 34 ribu personel terdiri dari pasukan Amerika dan Kanada. Pasukan Amerika mendarat di pantai selatan sementara pasukan Kanada nendarat di pantai utara. Dalam Operasi Cottage ini didukung oleh 40 kapal perang dari berbagai jenis dan 250 pesawat.

Namun, hingga beberapa jam setelah mendarat di pulau, kemudian pasukan sekutu tak menemukan seorang pun tentara Jepang. Laporan pertama oleh pasukan SSF disampaikan pukul 09.15. Laporan ini adalah indikasi awal mengenai pergerakan musuh. Laporan mengatakan ‘pos-pos terdepan musuh semua telah tutup, semua personel telah pergi.

Para pasukan Amerika dan Kanada saat itu sama sekali tak melihat tanda kehadiran tentara Jepang, membuat mereka justru bingung dan khawatir. Begitu malam, tembak-menembak pun dimulai. Baik pasukan AS dari selatan maupun pasukan Kanada dari sisi utara, mereka mengira tembakan itu berasal dari pasukan Jepang. Terkadang suara ledakan granat tangan yang terdengar meyakinkan mereka bahwa akhirnya sudah mulai kontak senjata dengan musuh.


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Pendaratan pasukan sekutu di Pulau Kiska.

Ilustrasi: wikipedia.org



Setelah melewati malam dingin tanpa tidur, psikologis pasukan Sekutu semakin tak karuan di hari kedua. Kebingungan pasukan Sekutu makin bertambah ketika mereka mengevakuasi mayat atau membawa rekan-rekan mereka yang terluka ke rumah sakit di pantai.

Mereka berpikir ada yang salah di sana, tak satu pun tubuh tentara Jepang ditemukan. Tak ada yang bisa ditemukan untuk menunjukkan bahwa musuh telah mendekati garis pertahanan Amerika. Hanya ada darah orang Amerika yang tumpah, dan tak seorang pun orang Jepang yang ditemukan menjadi korban operasi tersebut.

Sungguh operasi militer yang tragis, pasukan Kanada dan Amerika justru saling menembak sekaligus membunuh satu sama lain. Pasukan Jepang yang mereka cari ternyata sudah mengosongkan pulau tersebut. Pada tanggal 18 Agustus para pasukan Sekutu tetap tak menemukan tentara Jepang, pimpinan akhirnya memutuskan Operasi Cottage selesai. Pulau Kiska pun resmi kembali ke pangkuan Amerika.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Para analis intelijen AS benar, Jepang sudah pergi. Pasukan Kimura tiba di Kiska pada pukul 01:40 tanggal 29 Juli, tanpa insiden lebih lanjut. Dalam waktu satu jam, kapal-kapal Jepang yanhg dikirim waktu itu dengan cepat mengevakuasi 5.193 personel dan memulai perjalanan pulang beresiko.


Operation Cottage - Kisah Operasi Militer Terbodoh yang Pernah Dilakukan Amerika

Thomas Cassin Kinkaid, orang yang betanggung jawab dalam operasi konyol waktu itu.

Ilustrasi: history.navy.mil



Tidak satu pun anggota garnisun Jepang yang tersisa waktu itu, meskipun sebagian besar senjata ditinggalkan atau dibuang di pelabuhan. Sebenarnya sebelum berangkat, para pasukan Jepang meletakkan ranjau di laut maupun di darat, serta memasang berbagai peledak dan jebakan untuk memberi kesan bahwa pertahanan pulau itu masih ada.

Dalam kejadian penyerbuan pulau kosong ini, total kedua negara kehilangan 113 pasukan. Mayoritas pasukan yang tewas berasal dari kapal perang USS Abner Read yang terkena ranjau laut Jepang. Sebagian lain, tewas oleh jebakan serta ranjau Jepang, dan sekitar 24 orang tewas akibat "friendly fires" antara pasukan Amerika dan Kanada yang saling salah sangka.

Tak heran jika Operasi Cottage menjadi operasi militer terbodoh sekaligus terkonyol yang pernah dilakukan oleh Amerika semasa Perang Dunia 2, bagaimana bisa mereka malah membunuh rekan sendiri ? Ketidakpercayaan Kinkaid kepada hasil patroli udara waktu itu justru menyebabkan korban jiwa di pihak Sekutu. Bahkan lebih jauh, kegagalan operasi ini sudah tertulis dalam tinta sejarah, dan tak akan pernah bisa dihapus lagi.