Kamis, 21 Mei 2020

Jalani Karantina, Seorang PMI di Bali Mengaku Melihat Hantu



Seorang Pekerja Migran Indonesia ( PMI) kondisinya terus menurun saat dikarantina di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Karangasem, Bali. Ia mengaku melihat hantu di tempat itu.


Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama membenarkan kasus tersebut. "Dia tak bisa tidur selama 14 hari . Kepada petugas dia mengaku selalu diganggu hantu ketika malam hari. Jam 3 dan jam 4 (pagi) baru dia bisa tidur," kata Putra saat dihubungi, Rabu (20/5).


Pada saat hari terakhir karantina, PMI itu menjalani tes swab dan hasilnya diketahui positif Covid-19. Ia kemudian dirujuk untuk mendapat perawatan di rumah sakit rujukan di Denpasar.


Putra menerangkan, untuk tempat karantina SKB Karangasem adalah tempat pelatihan dan pendidikan para Aparatur Sipil Negara (ASN). Di tempat itu ada 47 PMI yang dikarantina dan semuanya telah berakhir waktu karantinanya.

Selanjutnya, dari jumlah tersebut ada 46 dinyatakan negatif Covid-19 dan hanya 1 dinyatakan positif Covid-19. Kemudian, untuk pasien yang positif tersebut sudah dibawa ke rumah sakit rujukan di Denpasar, Bali. ( KAD)

catatan kecil di 22 tahun Reformasi




GENERASI YANG TAK DI INGINKAN SEBUAH PERBANDINGAN ANTARA "YANG DISAYANG" DAN "YANG DIBUANG"

*Oleh : Adian Napitupulu*

1966 Gemuruh truk militer dan panser meraung, membelah jalan berdebu mengangkut mahasiswa untuk berdemonstrasi.
Dalam rangkaian peristiwa dari zaman bergolak itu,
Mahasiswa FK UI, Arief Rachman Hakim dan mahasiswa Unpar, Julius Usman tertembak dan meninggal dunia. 

Tidak lama kemudian melalui ketetapan MPRS no XXIX tanggal 5 Juli 1966 Arif Rachman Hakim di tetapkan sebagai Pahlawan Ampera dan di kemudian hari menjadi salah satu nama jalan di Kota Depok.
Sementara Julius Usman juga di tetapkan sebagai Pahlawan Ampera oleh Pangdam VI Siliwangi Mayjen H.R Dharsono lalu di makamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung, satu hamparan dengan Makam Ernest Douwes Dekker dan Kol A.E. Kawilarang. Selanjutnya nama Julius Usman di abadikan sebagai nama salah satu Jalan di Kota Malang.

12 Maret 1967 Soeharto dilantik menjadi Presiden dan ditahun yang sama sekitar 14 Aktivis Mahasiswa yaitu *Slamet Sukirnanto, T Zulfadli, Fahmi Idris, Mar"ie Muhammad, Firdaus Wadjdi, Soegeng Sarjadi, Cosmas Batubara, Liem Bian Khoen, Djoni Simanjuntak, David Napitupulu, Zamroni, Yozar Anwar, Salam Sumangat dan Rahman Tolleng* diangkat Soeharto menjadi anggota Parlemen (DPR GR) tanpa melalui pemilu.

Hampir di setiap periode Pemerintahan Soeharto aktivis 66 ada yang di tempatkan menjadi menteri, antara lain; 
*Abdul Gafur (Menpora), Abdul Latief (Menaker), Cosmas Batubara (Menteri Perumahan Rakyat), Mar'ie Muhammad (Menteri Keuangan), Akbar Tanjung (Menpora), Fuad Bawazier (Menteri Keuangan).*
Selain diangkat menjadi anggota Parlemen dan Menteri, tidak sedikit juga aktivis 66 yang kemudian diangkat menjadi Duta Besar bahkan ada yang di beri kemudahan dan kesempatan menjadi pengusaha bahkan konglomerat.

Selama 33 tahun Soeharto berkuasa penanaman modal asing merajalela hampir tanpa batas, jutaan hektar lahan diberikan untuk kroni dan perusahaan asing melalui kontrak karya (Freeport, Inco, Rio Tinto dll) menjadi Tambang dan kebun sawit.

Disisi lain Orde Baru mengistimewakan para Taipan dengan perlindungan, kemudahan dan fasilitas, seperti :
*Liem Bian Koen, Liem Sioe Liong, Liem Hong Sien, Oei Ek Tjhong, Oei Hwie Tjhong, Cai Daoping, Tjoa To Hing, Oei Hwie Siang, Lie Moe Tie, Poo Tjie Gwan, Tjie Tjien Hoan, Li Bai La, Tjia Han Poen, Liem Yu Chan, Oei Suat Hong* menjadi konglomerat yang menguasai ekonomi negara secara dominan hingga hari ini.

Kesewenangan, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, pelanggaran HAM, monopoli ekonomi dan perampasan hak Rakyat mengisi hari hari Indonesia selama 33 tahun.
Banyak peneliti menuliskan angka antara 500 ribu hingga 1 juta jiwa manusia meninggal dalam rangkaian kekerasan Orde Baru.
Jumlah konflik Agraria tercatat 1.753 kasus dengan luasan lebih dari 10 juta hektar dan korban hampir 1,2 juta KK.

Kampus di kepung panser, di bungkam,
aktivis mahasiswa di kirim ke berbagai penjara termasuk nusakambangan, satu persatu setiap periode selalu ada aktivis mahasiswa,
aktivis buruh, petani di tangkap, di culik bahkan di bunuh, ada Marsinah, ada Udin Bernas. Kebebasan informasi di kebiri, puluhan media termasuk Tempo, Sinar Harapan, Prioritas di breidel.
Berbeda kata maka izin terbitnya dicabut seketika.

Pinjaman luar negeri dan Pasar bebas di setujui dan sebagai imbasnya Tenaga kerja asing secara bertahap memasuki Indonesia sebagai bagian dari kontrak investasi dari berbagai PMA.

Setelah berkali kali perlawanan mahasiswa di patahkan, Embrio  Pembangkangan mahasiswa yang lebih besar mulai merebak di tahun 1996.
Salah satunya adalah tragedi April Makasar Berdarah dengan 3 korban jiwa yaitu :
*Syaiful Bya, Andi Sultan Iskandar dan Tasrif* lalu tahun 1997 beruntun terjadi penculikan Mahasiswa dan Aktivis pemuda.

Mereka diculik dan tidak pernah di kembali, diantaranya : *Dedy Hamdun, Abdul Naser,
Yani Afri, Sony, Nova Al Katiri, M Yusuf, Ismail, Petrus Bimo, Herman Hedrawan, Suyat, Wiji Thukul, Ucok Munandar, Hendra Hambali, Yahdin Muhidin dan Leonardus Nugroho* (jasadnya  di temukan dengan luka tembak)

1998 Gemuruh truk militer dan panser kembali meraung membelah jalan berdebu, namun kali ini  bukan untuk mengangkut dan mengawal mahasiswa berdemonstrasi melainkan untuk berhadapan dengan Mahasiswa.
Dari 1998 hingga 1999 merupakan periode perlawanan mahasiswa yang bersimbah darah. Derap sepatu lars, suara kokangan senjata, letusan dan dentuman berbaur dengan orasi dan teriakan menjadi suara yang didengar setiap hari.
Satu per satu Mahasiswa gugur, di tembak mati di jalan tempat mereka sampaikan aspirasi, yaitu :; *Moses Gatotkaca (8 Mei 98), Hedriawan Sie, Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan dan Herry Hartanto (Trisakti 12 Mei 98), kemudian Engkus Kusnadi, Heru Sudibyo,
Sigit Prasetyo, Teddy Wardani dan Bernardus Realino Norma serta satu pelajar Lukman Firdaus (Semanggi Satu, November 1998). Satu Mahasiswa UI, Yap Yun Hap ditembak mati di Semanggi 28 September 1999.
Di hari yang sama dua mahasiswa Lampung juga meninggal dunia yaitu M Yusuf Rizal dan Saidatul Fitria.
Satu mahasiswa Palembang, Meyer Adriansyah meninggal pada tanggal 5 Oktober 1999.*

Reformasi tidak Gratis, Reformasi dibayar tunai dengan darah dan nyawa puluhan mahasiswa dan aktivis (di luar dari ribuan lainnya yang luka dan cacat).
Reformasi lahir dari darah, keringat, air mata, luka dan memar puluhan ribu Mahasiswa.

Di atas seluruh pengorbanan itulah kebebasan dibuka,  demokrasi dibangun dan Indonesia merangkai kembali harapan harapannya diatas kesetaraan tanpa diskriminasi.

Berikutnya puluhan partai baru berdiri, kebebasan Pers terbuka lebar, banyak organisasi buruh, tani dan organisasi Rakyat di deklarasikan, jabatan Presiden di batasi 2 periode. Pileg, Pilpres dan Pilkada dilakukan dengan pemilihan langsung dan suara terbanyak.
Pemimpin baru bermunculan, Polisi dan Tentara dipisahkan dari ABRI menjadi lebih profesional dalam tupoksi masing masing, Newmont dan Freeport kembali ke pangkuan bumi Pertiwi, kembali dimiliki bangsa sendiri.

Reformasi memang belum sempurna tapi pelan pelan buah buah Reformasi mulai tumbuh dan dinikmati banyak orang termasuk mereka yang menolak Reformasi, termasuk para pembenci Reformasi, bahkan juga dinikmati oleh mereka yang menembak, menculik, menyiksa dan membunuh mahasiswa.

Hari ini, setelah 22 tahun kemana para pejuang Reformasi itu? Aktivis 98 berbeda dengan aktivis 66. Jika aktivis 66 demonstrasi dalam rentang waktu 60 hingga 90 hari, kemudian menikmati jabatan dan kekuasaan selama 33 tahun, maka itu berbanding terbalik dengan aktivis 98 karena sejak 22 tahun lalu hingga hari ini tidak ada "hak hak istimewa" tidak ada "kemanjaan" tidak ada "kemudahan dan kesempatan lebih" yang di peroleh aktivis 98 seperti yang dulu pernah dinikmati aktivis 66.

Aktivis 98 adalah anomali dari sejarah Gerakan Mahasiswa pada umumnya.
Mereka tidak punya pemimpin tunggal, dominasi pergerakan tidak di monopoli kampus negeri, bergerak hampir di 27 Propinsi. Beberapa perbedaan besar antara aktivis 66 dan 98 antara lain adalah :

*Aktivis 66 Berdemonstrasi dalam rentang waktu 60 hari hingga 90 hari.*

Aktivis 98 Embrionya dimulai sejak 1996 dan mulai reda di tahun 2000 atau lebih dari 1300 hari.

*Aktivis 66 mendapat dukungan Militer.*

Aktivis 98 di represi oleh militer.

*Aktivis 66 meninggal 2 orang.*

Aktivis 98 meninggal lebih dari 30 orang.

*Aktivis 66 meninggal 2 orang dan keduanya diberi gelar pahlawan lalu diabadikan jadi nama jalan.*

Aktivis 98 dari 30 lebih yang meninggal tidak satupun di berikan gelar pahlawan dan tidak ada yang di abadikan menjadi nama jalan.

*Aktivis 66 beberapa bulan setelah Soeharto dilantik sebagian di angkat menjadi anggota DPR tanpa melalui Pemilu.*

Aktivis 98 sampai hari ini selama 22 tahun, sudah 5 Presiden tapi tidak ada aktivis 98 yang diangkat secara istimewa jadi anggota DPR tanpa Pemilu.

*Aktivis 66 setiap periode pemerintahan Orde Baru selama 33 tahun selalu ada yang diangkat jadi menteri sebagai representasi ide yang diperjuangkan generasinya.*

Aktivis 98 selama 22 tahun tidak ada yang menjadi menteri sebagai representasi ide generasi Reformasi.

*Aktivis 66 diberi kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan membangun konglomerasi.*

Aktivis 98 tidak mendapatkan kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan membangun konglomerasi.

Tulisan ini merupakan perbandingan sejarah dari dua generasi yang berbeda dalam banyak hal termasuk beda pilihan geraknya.
Tulisan ini perbandingan dua generasi dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses sejarah itu sendiri. 

Memilih entah berkolaborasi, entah berkonspirasi atau  berjalan sendiri dalam perjuangan akan memiliki konsekwensi nya masing masing.
Apakah kelak menjadi yang di sayang atau mungkin menjadi yang di buang karena menjadi generasi yang tidak diinginkan. Apakah menjadi bagian dari kekuasaan dengan seluruh kewenangan dan kekayaan atau hidup dengan berselimut kesepian dipinggiran. Apakah menjadi "kuda tunggangan" dari cita cita orang lain atau menjadi tuan dari cita cita generasi itu sendiri.

Semua pilihan punya harga nya masing masing, harga yang harus di bayar entah sekarang atau kemudian.

Semoga para anak muda "pembangkang", pemuda pemudi yang "minim kesabaran" para pemuda/i "penjawab zaman" para pemuda/i "pengukir sejarah" bisa belajar dan memilih pola 66 atau pola 98 dengan segala kelemahan dan kekurangannya atau justru mampu mencari pilihan pola yang baru dan keluar dari pilihan dua generasi itu.

Karena biar bagaimanapun setiap generasi akan memiliki masalahnya sendiri, tantangannya sendiri, dan setiap generasi akan mencari jawaban serta jalan keluar dari masalah di zamannya. Setiap generasi akan melahirkan pejuang pejuang nya, pemimpin pemimpinnya dan mengukir sejarah nya sendiri.

Akhir kata, di tengah perbedaaan perbedaan antara kita, izinkan saya menyampaikan salam hormat untuk para senior aktivis 45, 66, 74, 78, 80 an, salam hormat untuk semua aktivis 98 dimanapun berada, salam hormat untuk semua aktivis yang sudah ada, yang sedang ada dan mereka yang akan ada.

*Adian Napitupulu, SH*
Sekjen PENA 98 (Persatuan Nasional Aktivis 98)

(Boleh di sebarluaskan dan dipublikasikan selama tidak merubah isi dan makna tulisan ini)

Rabu, 20 Mei 2020

PERINGATAN SERIUS DARI PENGAMAT INTELIJEN, SEMUA HARUS WASPADA!


jpnn.com, JAKARTA - Stanislaus Riyanta mengingatkan aparat keamanan tetap waspada terhadap potensi ancaman terorisme, kriminalitas, dan konflik sosial di tengah pandemi COVID-19. 

Stanislaus yang merupakan pengamat intelijen dan keamanan itu mengatakan, pemerintah yang sedang fokus menangani wabah corona, bisa dimanfaatkan para pengacau. 

"Terorisme, kriminalitas, dan konflik massa berpotensi terjadi dengan memanfaatkan pandemi COVID-19," katanya, saat diskusi publik virtual bertajuk "Implikasi Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum dan Keamanan" di Jakarta, Senin (18/5) malam. 

Dikatakan, kesibukan pemerintah dalam penanganan COVID-19 bisa menjadi celah bagi datangnya ancaman-ancaman, termasuk gangguan keamanan nasional. 

Terkait terorisme, kata dia, ada beberapa penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 Polri yang menunjukkan adanya gerakan signifikan dari kelompok teroris, terutama Jemaah Anshar Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang memanfaatkan situasi pandemi COVID-19. 

Dia menyebutkan beberepa penangkapan pada masa pandemi COVID-19, antara lain penangkapan empat orang jaringan JAD di Batang, Jawa Tengah, 26 Maret 2020, satu orang di Kemayoran Jakarta Pusat, 10 April, dua orang jaringan JAD ditangkap di Sidoarjo, Jawa Timur pada 11 April. 

Penangkapan juga dilakukan terhadap empat orang jaringan JAD di Muna, Sulawesi Tenggara, 13 April, tiga orang terduga teroris AS, AMA, CM di Serang pada 27 April, dan seorang terduga teroris MH di Sidoarjo pada 26 April. 

Selain itu, aksi teror juga telah terjadi di Poso, berupa penembakan terhadap anggota Polri (Briptu Ilham Suhayar) yang berjaga di Bank Mandiri Syariah, Poso (15/4) oleh dua anggota kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.

"Tingkat kriminalitas pada masa pandemi COVID-19 mengalami kenaikan. Polri menyatakan tingkat kriminalitas meningkat sebesar 19,72 persen selama pandemi corona," katanya. 

Disebutkan Stanislaus, potensi konflik massa juga bisa terjadi pada massa pandemi COVID-19 karena adanya kelompok yang mencoba melakukan provokasi untuk konflik massa, seperti kelompok Anarko. 

"Kelompok Anarko ini menentang kapitalisme dan pemerintah. Selain ini provokasi-provokasi dari kelompok tertentu yang mengarah kepada perlawanan terhadap pemerintah juga terjadi," katanya. 

Untuk menekan terorisme, kriminalitas, dan mencegah terjadinya konflik di masyarakat, kata dia, perlu dilakukan upaya-upaya tertentu oleh pemerintah secara berjenjang yang sangat perlu untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti sembako bagi warga di daerah PSBB dan tidak memperoleh pendapatan. 

"Masalah pangan sangat sensitif dan jika tidak terpenuhi dampaknya bisa berbahaya," ujarnya. 

Meskipun demikian, Stanislaus meminta Polri perlu hati-hati dan bijak dalam menangani pelaku kriminal yang didorong karena terdesak kebutuhan pangan. 

"Hubungan yang erat antara masyarakat dengan aparat keamanan akan menjadi benteng untuk mencegah gangguan keamanan. Kolaborasi antara aparat keamanan dan masyarakat harus terus dilakukan agar pada masa pandemi COVID-19 ini kriminalitas, terorisme dapat dicegah dan konflik massa tidak terjadi," katanya. 

Sementara itu, penasehat Ahli Kapolri Prof. Muradi meyakini Indonesia akan berada pada situasi normal kembali atau "new normal" dalam beberapa minggu ke depan meskipun pasien virus corona terus mengalami peningkatan setiap harinya.

Muradi mengatakan diperlukan instrumen lain untuk memperkuat aparat keamanan dalam mengantisipasi situasi keamanan nasional agar aparat keamanan tidak mengalami degradasi dalam menegakkan aturan di tengah ketatnya pemberlakuan PSBB di masa pandemi COVID-19. (antara/jpnn)

https://babe.topbuzz.com/a/6828321656100880898

SEJARAH SINGKAT DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL BAGI BANGSA INDONESIA⁣⁣

⁣⁣
Hari Kebangkitan Nasional dimaknai sebagai kebangkitan nasionalisme bangsa Indonesia di masa lalu dalam melawan agresi Belanda yang telah memporak-porandakan bangsa Indonesia. Bagian dari luapan semangat rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.⁣⁣
⁣⁣
Pada masa itu rakyat Indonesia berada pada puncak kegeramannya terhadap aksi-aksi kekerasan, penindasan dan pembodohan oleh sistem kolonialisme Belanda. Bagaimana tidak, selama 350 tahun lebih Indonesia dijajah dan diperbudak oleh bangsa lain. Semua hak-hak asasi terenggut, kesejahteraan rakyat semakin terpuruk dan perbudakan ada di mana-mana.⁣⁣
⁣⁣
Kondisi bangsa Indonesia yang sengsara pada masa itu, membuat beberapa orang terpelajar ikut berpartisipasi membuat gebrakan baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah kalangan “priyayi” atau para bangsawan yang berada di lingkungan keraton.⁣⁣
⁣⁣
Sehingga pada Minggu 20 Mei 1908 bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya.⁣ Beliau menyatakan bahwa masa depan bangsa Indonesia ada di tangan mereka.⁣⁣
⁣⁣
Gelora semangat hari itu melahirkan sebuah organisasi yang bernama Boedi Oetomo sebagai organisasi pendobrak pada masa itu. Perintis organisasi ini, menurut sejarawan M.C. Ricklefs (1994), adalah Dr. Wahidin Soedirohoesodo (1857-1917). Ia adalah seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa di Weltevreden (yang sesudah tahun 1900 dinamakan Stovia). Ia bekerja sebagai dokter pemerintah di Yogyakarta sampai tahun 1899.⁣⁣
⁣⁣
Harkitnas lahir dari semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Masa itu ditandai dengan dua peristiwa, yakni berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dan terucapnya ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Asal usul kebangkitan nasional dimulai pada tahun 1912, saat berdirinya partai politik pertama, Indische Partij. “Tiga serangkai” Dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, dan dr. Douwes Dekker sebagai penggagasnya.⁣⁣

Jumat, 15 Mei 2020

Titik Kritis: “Perang” Melawan Pandemi Atau Berdamai dengan Covid-19







Oleh: I Gde Sudibya
Menyimak pernyataan pemerintah dan implementasinya di lapangan, tampak terjadi inkonsistensi kebijakan dan tidak seiramanya kebijakan beberapa menteri dalam upaya ” memerangi” pandemi Covid-19.

Contoh dari inkonsistensi kebijakan, di mana pemerintah secara tegas melarang warga untuk mudik, karena akan berpotensi mengakibatkan penularan virus dalam jumlah jutaan di pedesaan, yang sistem pelayanan kesehatannya sangat terbatas. Pada sisi lain, Kementrian Perhubungan memberikan izin ke perusahaan angkutan umum untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, walaupun dengan catatan para penumpang diwajibkan mengikuti protokol kesehatan.

Contoh dari lemahnya koordinasi antar menteri yakni Menko Perekonomia telah mengumumkan secara rinci program pelonggaran atau relaksasi, tetapi diberitakan Menteri Kesehatan tidak mengetahui program relaksasi yang dimaksud. Padahal kita mengetahui Kementrian Kesehatan yang lebih punya kewenangan dan tanggung jawab dalam program melawan pandemi ini.

Dalam inkonsistensi kebijakan ini, memarik untuk disimak ulasan kolom Jawa Post ( 12/5 ) JATI DIRI, dengan judul: Awas, dari Pandemi ke Pan-dinamit dikutip secara lengkap ( sebagian ): ” Perubahan strategi dari ” perang ” ke ” berdamai ” dengan Covid-19 akan berkonsekuensi panjang. Pilihan Jokowi ini patut dicemaskan akan memakan tak sedikit korban. Sebab, Covid-19 bukanlah musuh yang bisa diajak damai”.

Lebih lanjut kolom ini menulis: ” Ketika Jokowi berbelok untuk ” damai ” dengan Covid-19, maknanya ini adalah pelonggaran. Kemarin Ketua Gugus Tugas Covid- 19 Doni Monardo menyatakan, orang 45 tahun ke bawah akan diperbolehkan kerja. Demi menghindari PHK. Ini kelanjutan dari kejutan pelonggaran semua moda transportasi oleh Menhub Budi Karya Sumadi.”

Pelonggaran di Masa Puncak Pandemi
Inkonsistensi kebijakan pemerintah di atas, ulasan atau lebih tepatnya warning atau peringatan yang disampaikan dalam kolom JP di atas, menimbulkan sejumlah pertanyaan.

Pertama, kenapa tindakan pelonggaran begitu cepat dilakukan, pada saat pandemi diperkirakan ada pada titik puncaknya, minggu ke 2 dan ke 3 bulan Mei ini.Termasuk prediksi yang dibuat oleh ketua tim akhli dalam tim gabungan tingkat nasional penanggulangan pandemi?

Kedua, bagaimana simulasi skenario yang dibuat pemerintah terhadap risiko tingginya penularan, terlebih-lebih pasca pelonggaran. Bagaimana respons pemerintah terhadap pendapat para akhli epidemiologi dan bio statistik yang berupa relaksasi semestinya baru dapat dilakukan setelah curve korban dan penularan terus turun sampai tingkat landai, dan tidak ada lagi kasus baru?

Ketiga, apa dasar pemikiran pemerintah untuk melakukan relaksasi, sebutlah terlalu dini, dengan risiko besar jumlah korban, semakin panjangnya rentang waktu pembasmian dan kemudian berdampak terhadap mundurnya upaya pemulihan ekonomi.
Di era demokrasi dan transparansi dewasa ini, semestinya pemerintah segera memberikan penjelasan terhadap titik kritis ini ( relaksasi sekarang, atau ditunda dulu pasca curve pandemi terus turun melandai dan tidak ada lagi kasus baru ).

Penjelasan pemerintah ini sangat diperlukan, untuk menghindarkan terjadinya spekulasi berkepanjangan yang berupa : pemerintah tidak cukup dana untuk membelanjai PSBB, kekhawatiran akan terjadi tekanan sosial besar kalau ekonomi tidak segera dilonggarkan.

Tantangan untuk Bali
Sejalan dengan konsepsi kehidupan: Desa, Kala, Patra, Bali semestinya tetap fokus untuk peningkatan efektivitas pembasmian Covid-19, dengan target meminimalkan korban, memperpendek rentang waktu” peperangan” sehingga bisa mempercepat upaya pemulihan ekonomi.

Econimic rebound segera terjadi : menyebut beberapa diantaranya, di Ubud, Candi Dasa, Tulamben, Sanur, Kuta, Legian, Seminyak, Tanah Lot, Pemuteran dan Lovina. PKM yang dijalankan pemerintah Kota Denpasar, bisa dijadikan rujukan model dengan penyesuaian: Desa ( ruang ), Kala ( waktu ), dan Patra ( Manusia dan lingkungannya ).

I Gde Sudibya, ekonom pengamat sosial ekonomi dan kebijakan publik.

Kamis, 14 Mei 2020

PLN Jelaskan Tagihan Listrik pada Pelanggan

Bali Tribune / Pertemuan antara PLN UID Bali bersama perwakilan pelanggan. (ist)

balitribune.co.id | Denpasar - PLN melakukan pertemuan dengan perwakilan pelanggan dan Ombudsman Bali di Kantor PLN ULP Denpasar pada Rabu (13/5). Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bali Selatan I Made Suamba menyampaikan secara langsung penjelasan hitungan tagihan listrik kepada perwakilan pelanggan yang hadir. Suamba menyampaikan bahwa tarif listrik tidak mengalami kenaikan. 
“Pada pemakaian bulan sebelumnya, digunakan hitungan rata-rata. Ketika bulan April dilakukan pembacaan meter, terdapat selisih pemakaian bulan sebelumnya yang ditambahkan pada pemakaian April. Jumlah tagihan sudah disesuaikan,” jelasnya.
Kepala Ombudsman RI Provinsi Bali Umar Ibnu Alkhatab menyampaikan sebelumnya pihak PLN telah menjelaskan secara langsung terkait banyaknya keluhan masyarakat mengenai tagihan listrik. 
“Jumat lalu sudah dilakukan pertemuan. PLN berinisiatif untuk menjelaskan langsung kepada pelanggan melalui forum hari ini,” ungkap Umar. 
Menurutnya, langkah ini menjadi bentuk upaya perbaikan layanan PLN kepada masyarakat. Di hadapan Kepala Ombudsman RI Bali, perwakilan pelanggan menyampaikan apresiasi atas inisiatif PLN dalam mendengar langsung pendapat pelanggan. 
“Setelah mendapat penjelasan, saya memgerti, paham dan bisa menerima kenapa tagihan listrik melonjak,  sesuai dengan pemakaian. Terlebih ini bisa langsung berdiskusi,” kata Angga, salah satu perwakilan pelanggan
Melalui diskusi dengan perwakilan pelanggan ini, PLN mendapat masukan dan mendengar langsung harapan dan keluhan yang disampaikan pelanggan. 
“Kami berterima kasih pada perwakilan pelanggan. Masukan yang disampaikan akan menjadi bahan evaluasi ke depan,” ujar Manager PLN UP3 Bali Selatan. Kepala Ombudsman RI Bali juga menambahkan pihaknya berharap permasalahan ini tidak terulang. PLN juga bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
Untuk menjaga akurasi pembacaan meter pelanggan, PLN mengharapkan partisipasi aktif pelanggan untuk melakuka  pencatatan meter mandiri melalui Whatsapp PLN 08122123123 setiap akhir bulan. Bagi pelanggan yang merasa mengalami kenaikan tagihan listrik dapat menyampaikan keluhan melalui Contact Center PLN 123. 

WHO: Kita Harus Hidup dengan Covid-19, Virus Itu Mungkin Tak Bakal Hilang

WHO: Kita Harus Hidup dengan Covid-19, Virus Itu Mungkin Tak Bakal Hilang

Suara.com - WHO mengeluarkan pernyataan baru mengenai virus corona covid-19. Menurut organisasi kesehatan dunia tersebut, covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang.

Pernyataan tersebut diutarakan di tengah negara-negara di dunia melonggarkan aturan pembatasan wilayah atau lockdown.

Bahkan, WHO menyatakan semua orang di dunia harus belajar hidup bersama virus tersebut, demikian seperti disadur dari AFP.

"Kita memiliki virus baru yang memasuki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu sangat sulit untuk diprediksi kapan kami akan mengatasinya," kata Michael Ryan, direktur kedaruratan WHO dikutip dari AFP.

"Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik di komunitas kita dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," katanya dalam konferensi pers virtual di Jenewa.

Lebih dari setengah umat manusia telah dikunci sejak krisis virus corona dimulai. WHO juga memperingatkan tidak ada cara untuk menjamin bahwa pelonggaran pembatasan tidak akan memicu gelombang kedua infeksi.

"Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang diterapkan. Tapi rekomendasi kami tetap waspada dengan tingkat setinggi mungkin di negara mana pun." kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.


Michael Ryan menambahkan bahwa harus menempuh "jalan yang sangat-sangat jauh" untuk kembali ke keadaan normal.

"Ada beberapa pemikiran ajaib yang terjadi bahwa lockdown bekerja dengan sempurna dan bahwa melonggarkan lockdown akan sangat baik. Keduanya penuh dengan bahaya," kata ahli epidemiologi Irlandia tersebut.

Ryan juga mengutuk serangan terhadap petugas kesehatan yang terkait dengan pandemi, mengatakan lebih dari 35 insiden "cukup serius" tercatat pada bulan April saja di 11 negara. Dia mengatakan serangan itu merupakan reaksi berlebihan dari komunitas yang kurang informasi.

"Ini adalah tindakan kekerasan dan diskriminasi yang tidak masuk akal yang harus dilawan."

Tetapi pejabat WHO tersebut juga beranggapan pencarian vaksin ini merupakan kesempatan bagi umat manusia untuk berperan bagi kehidupan dunia.

"Ini peluang besar bagi dunia," kata Ryan.

https://www.suara.com/news/2020/05/1...k-bakal-hilang

Download GTA San Andreas Mobile