Kamis, 23 April 2020

Tips Aman Parkir Mobil di Rumah Dalam Waktu yang Lama

Himbauan untuk lebih banyak berkativitas di rumah membuat mobil lebih lama terparkir dirumah. Kondisi ini tentunya berdampak tidak baik, jika mobil diparkir dengan sembarangan tanpa pertimbangan – pertimbangan tertentu. Berikut ini ada beberapa tips GanSis, supaya mobil terparkir dengan aman dalam waktu yang lama:

Parkir di tempat beratap

Tips Aman Parkir Mobil di Rumah Dalam Waktu yang Lama

Supaya terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan, mobil harus di parkir di tempat beratap. Hal ini untuk memastikan mobil terlindung dari cuaca ekstrem, gangguan dan kotoran ham liar yang bisa merusak mobil. Selain itu, parkir di tempat beratap juga melindungi mobil dari cahaya matahari langsung. Dan juga bergunan untuk membuat suhu di dalam mobil tetap rendah sehingga sirkulasi udara di dalam kabin jadi tetap segar dan komponen interior jadi terjaga.

Posisi transmisi

Untuk mobil matik, pastikan transmisi berada pada posisi P. Hal ini bertujuan untuk mencegah mobil bergerak ketika parkir (tanpa menggunakan rem). Sementara untuk mobil manual, cukup posisikan transmisinya pada posisi netral.

Panaskan mesin dan AC mobil secukupnya

Usahakan untuk memanaskan mesin mobil di ruang terbuka dua kali dalam seminggu selama 20 menit sambil menginjak pedal gas agar putaran mesin minimal 2000 RPM. Sambil memanaskan mesin buka jendela mobil dan menyalakan AC kendaraan agar terjadi sirkulasi oli pada sistem AC dan udara di dalam kabin, sehingga fungsi kerja AC selalu prima.

Aktifkan rem tangan

Tips Aman Parkir Mobil di Rumah Dalam Waktu yang Lama

Untuk alasan keamanan lebih baik tetap gunakan rem tangan ketika mobil terparkir. Jika hanya mengganjal ban mobil, dikhawatirkan akan berbahaya bagi orang disekitar mobil. Kalian jangan takut komponen lain dari mobil rusak karena memarkir mobil dengan menggunakan rem tangan. Kalaupun nanti pada saat digunakan ada suara – suara aneh, itu normal dan akan hilang dengan sendirinya.

Angkat wiper atau ganjel dengan busa

Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penumpukan debu atau partikel lain yang bisa merusak karet wiper. Selain itu, mengangkat wiper atau mengganjel dengan busa juga bisa menghindari karet dari kerusakan akibat suhu panas.

Anies Bayar Commitment Fee Formula E 2021 Saat Krisis Corona, PSI: Bisa untuk Sembako


Anies Bayar Commitment Fee Formula E 2021 Saat Krisis Corona, PSI: Bisa untuk Sembako

 Jakarta, Beritasatu.com - Berdasarkan informasi dari laman dashboard-bpkd.jakarta.go.id, Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta telah membayarkan commitment fee Formula E tahun 2021. Commitment fee sebesar Rp 200 miliar dari total tagihan Rp 396 miliar telah dibayarkan DKI di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang tengah terjadi pada saat ini. Menyikapi hal tersebut, Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta menilai Pemprov tidak memiliki keberpihakan terhadap penderitaan rakyat.

“Balapan tahun 2020 ini saja belum jelas apakah akan dilaksanakan, kok malah sudah bayar commitment fee untuk balapan tahun depan 2021. Zaman susah begini rakyat butuh sembako, bukan balapan mobil,” kata Anggara Wicitra Sastroamidjojo, Wakil Ketua Komisi E dari Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Baca juga: Distribusi Bansos Amburadul, DPRD DKI Minta Anies Evaluasi Dirut Pasar Jaya

Apalagi, Anggara menjelaskan, dampak negatif Covid-19 terhadap keuangan daerah saat ini tidak main-main. Penutupan berbagai kegiatan ekonomi dalam rangka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan realisasi pendapatan daerah dalam APBD tahun 2020 akan defisit sekitar Rp 40 triliun.


“Yang saya heran, di tengah ancaman defisit anggaran dan krisis , bisa-bisanya Pemprov malah memprioritaskan bayar commitment fee padahal bisa ditinjau ulang bahkan dibatalkan karena krisis kemanusiaan global akibat bencana corona. Padahal, dengan harga sembako Rp 149.500 per paket, duit commitment fee Rp 200 miliar itu bisa dipakai beli tambahan sembako untuk 1,3 juta keluarga,” ujar Anggara.

Baca juga: Salah Sasaran, Warga Kembalikan Bansos

Anggara mempertanyakan sikap Pemprov DKI Jakarta yang lebih mengistimewakan pembayaran ke Formula E Operations Limited (FEO) selaku pemilik lisensi ajang balap Formula E, ketimbang memenuhi komitmen bantuan sosial (bansos) kepada warga Jakarta.

“Saya menilai komitmen Pemprov DKI terhadap bansos tidak sekuat komitmennya terhadap balap Formula E. Ini terlihat dari nilai bansos yang terus turun. Awalnya, Pak Gubernur berjanji tiap keluarga miskin akan dapat Rp 1 juta per bulan. Tidak berapa lama, angkanya turun jadi Rp 600 ribu per bulan. Belakangan, realisasinya cuma Rp 299 ribu per bulan. Saya ingatkan, Pemprov DKI bekerja untuk warga Jakarta, bukan ke panitia balapan mobil,” ucap Anggara.

Baca juga: Anies & Riza Diminta Alihkan Dana Operasionalnya Rp63 M/Bulan Buat Dana Corona Agar Jadi Contoh Kepala Daerah Lain

Anggara menduga nilai bansos yang terus berkurang ini disebabkan oleh realisasi pendapatan daerah yang jauh dari target. Sejauh ini, realisasinya baru Rp 11,8 triliun atau sekitar 14,4 persen dari target.

“Saat anggaran pemerintah terbatas, seharusnya uang yang sedikit itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Jangan sampai untuk balapan mobil uangnya ada, tapi giliran bansos uang tidak ada. Saya dapat laporan sampai sekarang masih ada ratusan ribu warga Jakarta tidak dapat bansos,” tutur Anggara.

Anggara memperkirakan pihak Pemprov DKI nanti akan membela diri dengan menyebut bahwa skema pembayaran sudah diatur di dalam kontrak, oleh karena itu harus dipenuhi.

“Kontrak itu bukan kitab suci. Kontrak bisa diubah dan dibicarakan ulang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apalagi saat ini statusnya bencana nasional pandemi Covid-19. Pemprov DKI punya alasan kuat untuk negosiasi kontrak Formula E. Bahkan menurut saya seharusnya Pemprov membatalkan kontrak dan meminta kembali commitment fee tersebut dikembalikan. Di masa sulit seperti ini rakyat tidak butuh tontonan balapan mobil,” tutup Anggara.

https://www.google.com/amp/s/amp.ber...-untuk-sembako

Buruh: Kalau Demo Tidak Boleh, Larang Juga Pabrik Beroperasi


Buruh: Kalau Demo Tidak Boleh, Larang Juga Pabrik Beroperasi

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Departemen Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Kahar S. Cahyono menegaskan buruh tetap akan menggelar aksi unjuk rasa pada Kamis (30/4) di Jakarta meski kepolisian melarang.

Kahar mengatakan aksi ini sekaligus bentuk protes mereka terhadap pemerintah dan aparat kepolisian yang membiarkan sejumlah perusahaan yang tetap beroperasi. Akibatnya para pekerja tetap wajib bekerja padahal PSBB sudah diterapkan.

"Kami mau bilang sebenarnya, kalau memang aksi dilarang, harusnya juga fair larang juga perusahaan-perusahaan yang sampai saat ini masih mempekerjakan buruhnya," kata Kahar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/4).


Seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta mencatat masih ada 281 perusahaan yang masih beroperasi pada Selasa (21/4). Padahal perusahaan-perusahaan itu tidak masuk dalam sektor yang dikecualikan dalam penerapan PSBB.


Kahar menjelaskan buruh bukannya tidak memperhatikan bahaya penyebaran corona dengan tetap memaksakan menggelar aksi. Melalui aksi ini, kata dia, buruh jstru berusaha terhindar dari corona.

"Justru kami meneriakkan aksi karena kami takut corona ini. Karena sampai saat ini pun kami masih tetap bekerja, masih datang ke pabrik," ucap dia.

Kahar berkata dalam aksi itu KSPI akan menyampaikan tiga tuntutan, yaitu menyetop pembahasan RUU Omnibus Law Cipta Kerja, menolak PHK, dan mendesak perusahaan meliburkan pekerja dengan tetap membayar upah secara penuh.

KSPI tetap akan mengerahkan ribuan massa untuk beraksi di depan Gedung DPR RI serta Kantor Kemenko Maritim dan Investasi. Kahar mengatakan buruh sudah biasa berhadapan dengan hadangan aparat ketika turun ke jalan.

"Bukan kami mentang-mentang mau berhadapan dengan aparat, tapi pemberitahuan sudah kami lakukan, sudah sesuai dengan prosedur,"ucap dia.

Aksi akan digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan. Buruh akan dilengkapi dengan masker, sarung tangan, hand sanitizer, dan wajib menjaga jarak.

Sebelumnya, Mabes Polri menyatakan tidak akan mengeluarkan izin untuk kelompok organisasi buruh yang berencana menggelar demonstrasi pada 30 April menjelang peringatan hari buruh atau May Day 1 Mei.


Kepolisian berdalih pelarangan terkait PSBB. Mereka berpegangan dengan Maklumat Kapolri bernomor Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan terhadap kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid-19.

"Dengan tegas pihak kepolisian menyampaikan, tidak akan mengeluarkan surat izin aksi unjuk rasa atau demonstrasi itu," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Komisaris Besar Asep Adi Saputra, di Mabes Polri, Senin (20/4).

Senin, 20 April 2020

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan


Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan fenomena menyedihkan yang terjadi di Ekuador. Negara yang berlokasi di bagian barat laut Amerika Selatan tersebut dikabarkan kewalahan menghadapi pandemi virus corona.

Melansir dari Infografis JHU CSSE, hingga Senin, 20 April 2020 pukul 15:02 WIB, diketahui jika total pasien yang terinfeksi di Ekuador mencapai 9.468 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 474 orang meninggal dunia, dan yang sembuh sebanyak 1.061 orang.

Namun, belakangan ini beredar informasi terkait pantauan langsung dampak dari virus corona yang mewabah di Ekuador. Fakta-fakta yang berdar pun cukup mengkhawatirkan. 

Guayaquil Layaknya Kota Mayat
Data resmi dari pemerintah Ekuador memang merilis jika jumlah korban yang meninggal akibat virus corona sebanyak 474 orang. Namun, beredar fakta dari warga Ekuador yang menyebut jika korban yang meninggal lebih dari itu. Bahkan jika dilakukan cek silang pada kawasan Guayas (negara bagian yang terdampak parah akibat virus corona), didapatkan fakta bahwa setidaknya 6.700 orang meninggal dunia pada dua minggu pertama di bulan April.

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan


Kematian tersebut memang tidak hanya karena virus corona. Ada juga yang diakibatkan penyakit lain. Namun tingginya angka kematian di kawasan tersebut karena dampak dari lumpuhnya layanan kesehatan Ekuador akibat pandemi virus corona. Masyarakat disana pun juga tidak bisa mengakses klinik swasta karena tidak semua orang sanggup membayar biaya pengobatan.

Dampak dari masyarakat yang tidak mendapatkan fasilitas kesehatan membuat banyak korban meninggal di pinggir jalan. Bahkan ada yang sudah berhari-hari tidak dikubur ataupun dikremasi.


Presiden Ekuador Akui Kegagalan
Presiden Ekuador, Lenin Moreno, merespon terkait fenomena yang menggemparkan dunia ini. Ia mengakui jika pemerintahannya telah gagal dalam mengatasi krisis kesehatan.

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan


Pemerintah Ekuador juga sadar jika selama ini cenderung lamban dalam menghadapi pandemi virus corona. Akibat hal itulah, pemerintah Ekuador pun telah meminta maaf kepada masyarakatnya.

Menteri Kesehatan Ekuador, Juan Carlos Zevallos, juga berjanji akan mengurus tragedi ini hingga situasi kembali normal.


Kesaksian Warga Setempat
Situasi yang menghebohkan di Ekuador disebabkan karena banyak kesaksian warga terkait fakta lapangan yang dilihat oleh mata mereka sendiri. Warga setempat menyaksikan banyak jenazah yang diletakkan begitu saja di pinggir jalan, dan menunggu hingga berhari-hari agar diurus.

Salah satu warga pun juga memperlihatkan jenazah dari kedua orang tuanya yang dibaringkan di depan rumahnya dan hanya terbungkus oleh kain. Kondisi tersebut lantaran ketersediaan peti mati yang sudah tidak ada lagi, dan memaksa warga menutup dan mengubur jenazan menggunakan kain hingga kardus.

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan


Selain itu ada juga warga Guayaquil bernama Jesica Castaneda yang kesulitan mengakses pelayanan untuk membantu mengurus jenazah pamannya. Berikut kesaksiannya:

“Pamanku meninggal 28 Maret, dan tiada yang membantu mengurus jenazahnya. Kata rumah sakit, mereka tak punya pengangkut jenazah, dan kami tak bisa meminjam karena ia meninggal di rumah. Kami memanggil ambulans, tapi cuma diminta bersabar. Sekarang jenazahnya masih di tempat tidur, sama seperti waktu dia meninggal. Tak ada yang berani menyentuhnya”.



Rumah Jenazah Tutup karena Kewalahan
Tidak hanya rumah sakit yang lumpuh, rumah jenazah juga ikut kewalahan akibat tingginya jumlah kematian yang terjadi di Ekuador. Dampak dari hal tersebut membuat sejumlah rumah jenazah tidak lagi menerima permintaan penguburan. Banyak dari karyawan rumah jenazah yang takut tertular dari jenazah-jenazah tersebut.

Kota Guayaquil juga sampai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat. Sebagian orang pun terpaksa harus membawa jenazah sanak saudaranya ke kota lain untuk dimakamkan.

Ekuador Gempar Gegara Virus Corona, Mayat Tergeletak di Tepi Jalan


Kebutuhan untuk menguburkan jenazah juga mengalami hambatan karena ketersediaan peti mati yang langka. Hal ini membuat sejumlah warga Ekuador menggunakan kardus sebagai peti mayat. Bahkan, narapidana pun sampai harus membuat peti mati dari kayu untuk membantu ketersediaan stok peti mati bagi korban.

Bagaimana Mie Menjadi Makanan Rakyat di Benua Asia?


Bagaimana Mie Menjadi Makanan Rakyat di Benua Asia?

Indonesia pertama kali memiliki mie instan di tahun 1968. Saat itu merek yang pertama kali muncul adalah Supermie. Merek berikutnya yang kemudian menjadi salah satu terlaris di dunia adalah Indomie. Sebenarnya awal mula kelahiran mie instan di Indonesia memiliki jarak waktu tak jauh beda dengan kelahirannya di negara lain.

Merek mie instan alias ramyun instan pertama di Korea adalah produksi Samyang di tahun 1963. Sementara itu ramen instan di Jepang lahir lebih awal lagi yaitu di tahun 1958. China pernah mencoba memproduksi mie instan pertamanya di tahun 1964 tetapi gagal. Empat tahun kemudian perusahaan lain memulai produksi mie instan kembali dan sukses.

Sebelum mengenal mie instan, negara-negara tersebut mengenal mie yang dimasak secara konvensional. Orang China menganggap mie sebagai sebuah karya seni. Diperkirakan mie telah dikonsumsi sejak 300 tahun sebelum masehi. Hal itu tak hanya diketahui dari catatan sejarah berdasarkan puisi karangan Shu Shi.

Para arkeolog juga menemukan semangkuk mie berusia empat ribu tahun yang terendam dalam lumpur di daerah Lajia. Mie yang ditemukan saat itu terbuat dari dua jenis varietas jawawut (sejenis biji-bijian).

Sebelum gandum dan beras menjadi primadona di Asia, kala itu penduduk Asia mengenal jawawut sebagai makanan pokok. Jawawut dianggap lebih mudah diolah dan sudah lebih dahulu dibudidayakan. Akhirnya masyarakat China menemukan mesin penggiling gandum yang menjadi titik tolak awal pembuatan mie dari tepung gandum.

Beberapa peneliti beranggapan sebenarnya mesin penggiling ini atau mesin pembuat mie justru berasal dari Timur Tengah. Meski demikian belum ada bukti sejarah yang cukup untuk menunjukkan hipotesis itu benar. Ketika akhirnya masyarakat China telah mampu mengolah gandum sejak itulah mereka menjadi terbiasa mengonsumsi mie.

Bila di Jepang ada kedai ramen yang menjual mie untuk dinikmati sebagai makanan cepat saji maka tidak demikian dengan di China. Orang China justru lebih suka membuat dan mengolah mienya sendiri. Salah satu contoh mie sebagai karya seni adalah pembuatan mie panjang umur alias lā miàn.

Pembuatan mie ini membutuhkan ketrampilan dan kecepatan agar adonan tidak terputus. Sejarahnya ini dimulai ketika Kaisar Wu dari Dinasti Han mengatakan semakin panjang wajah seseorang maka semakin panjang usianya. Sang menteri yang mendengar itu pun tertawa. Dalam bahasa China, kata yang digunakan untuk wajah dan mie adalah sama.

Sebelum mie instan menjamur, orang-orang China di abad 20 akan membeli mie segar dari pertokoan untuk memasaknya sendiri. Namun bila mie segar itu habis maka mereka akan mencari mie kering. Tentu saja keunikan dari semangkuk mie adalah kuah kaldunya yang unik.

Ketika datang ke Jepang, kuah kaldu ini mengalami modifikasi. Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai tahun persis mie datang ke Jepang. Ada yang menyebutkan resep mie dari China ketika itu dibawa oleh seorang pelajar bernama Shu Shunsui. Sementara itu, diketahui bahwa sebuah kedai ramen buka pertama kali di tahun 1910. Karyawannya adalah orang-orang China. Mereka memasak menu bernama shina soba alias mie China.

Harga yang murah dan penyajian yang cepat membuat shina soba menjadi primadona kelas pekerja di Jepang. Apalagi ketika kemudian Jepang berhasil menduduki China dalam perang. Menikmati mie China dianggap sebagai salah satu bentuk nasionalisme sebagai perayaan pendudukan tersebut. Mie pun menjadi salah satu makanan favorit tentara dan para pelajar Jepang yang radikal di masa itu. Sayangnya masa kejayaan mie cepat redup ketika tejadi perang dunia kedua. Terjadi kelaparan di mana-mana sehingga pemerintah Jepang melarang warganya untuk mengambil keuntungan dengan menjual makanan.

Bagaimana Mie Menjadi Makanan Rakyat di Benua Asia?


Setelah masa perang usai dan perekonomian Jepag mulai menyembuhkan diri, kedai-kedai ramen bermunculan. Sebenarnya ramen memiliki bahan baku yang banyak. Pembuatan kaldunya cukup rumit dan menghabiskan waktu yang panjang. Uniknya lagi, 80% kedai ramen yang ada di Jepang merupakan UKM bukan milik perseroan atau pemodal besar.

Ini karena adanya budaya noren wake. Noren sebenarnya adalah tirai yang biasa kita lihat di luar bangunan di Jepang. Noren ini bertuliskan nama dari sebuah kedai ramen.

Ketika seseorang bekerja pada sebuah kedai ramen selama satu hingga dua tahun, ia boleh mulai membuka kedainya sendiri. Sang bos akan memberikan resep juga menjelaskan caranya menjalankan bisnis. Si murid ini nanti akan membuka kedainya sendiri dengan semacam sistem cabang.

Noren itulah yang kemudian akan diturunkan ke si murid. Selain memakai nama yang sama, noren itu juga akan memberikan kredibilitas pada kedai ramen si murid. Inilah yang kemudian mendorong pertumbuhan kedai ramen yang pesat.

Sejak itulah ramen menjadi makanan rakyat. Meski ada banyak kedai, ramen pun sangat populer dalam bentuk instan terutama untuk orang-orang yang hidup melajang karena pembuatannya yang mudah.

Hal sama juga berlaku di Korea. Walau harganya murah, ramen tak hanya diminati orang yang memiliki penghasilan terbatas saja. Ramen adalah makanan sejuta umat. Sampai-sampai Korea menempati peringkat pertama untuk negara yang mengonsumsi mie instan terbanyak di dunia. Hal ini salah satunya didorong oleh kebiasaan orang Korea makan camilan tengah malam alias yangsik.

Dahulu, orang Korea sengaja keluar rumah di malam hari untuk bercengkerama dan makan camilan. Penjaja makanan akan berkeliling ke kampung-kampung. Namun modernitas telah mengubah budaya tersebut. Penjaja keliling mungkin tak lagi ada tetapi budaya makannya masih tetap sama.

Orang-orang Korea yang kini tinggal dalam apartemen kemudian beralih memasak ramyun instannya sendiri. Agar cepat matang, mereka sengaja memasaknya dalam panci aluminium. Kebiasaan ini kemudian menjadi ciri khas orang Korea dalam menikmati mie.

Selain itu, ramyun juga lekat dengan kaldunya yang pedas. Meski dicap tak sehar karena kandungan sodium yang tinggi, orang Korea tetap tidak peduli. Mereka berkilah bahwa untuk menambahkan gizi ke dalam semangkuk ramyun, mereka menambahkan kimchi maupun telur. Popularitas ramyun pun sampai ke telinga tetangganya, Korea Utara.
Korut ikut memproduksi ramyun instannya sendiri meski memiliki cita rasa agak berbeda. Ramyun ala Korut memiliki kaldu lebih kental tetapi rasa lebih ringan, tidak sepedas ramyun Korsel. Selain itu ramyun ala Korut adalah makanan favorit kelas atas di sana.

Turki pun mengenal mie dengan baik. Mereka menyebutnya sebagai sup mie. Bisa dibilang Turki adalah jembatan yang menyebarluaskan makanan dari Benua Asia ke Eropa. Tentu saja pasta yang kita kenal berasal dari Italia sebenarnya memiliki nenek moyang yaitu mie di China.

Meski dimasak dengan cara berbeda, keduanya sama-sama mie. Mie ala Turki sendiri memiliki cita rasa kaldu yang ringan dan bumbu yang sederhana. Turki adalah negara yang berhasil melakukan swasembada pangan sehingga banyak menggunakan bahan makanan segar dalam masakannya. Karena itu bumbunya sengaja dibuat ringan agar rasa asli bahan makanan keluar.


Bagaimana dengan Asia Tengah? Tentu saja negara-negara di sini juga memiliki budaya makan mie. Mereka memiliki lokasi yang berdekatan dengan China sehingga tak heran mengenal makanan yang sama. Turki sendiri mengenal mie karena cikal bakal Bangsa Turki adalah kaum nomaden. Sebelum mendiami wilayah yang sekarang ini dikenal sebagai Negara Turki, mereka adalah suku yang berasal dari Asia Barat dan melakukan perjalanan panjang. Tak heran bila di perjalanan mereka mendapatkan pengaruh dari kebudayaan bangsa lain.
Besh Barmak adalah salah satu makanan nasional di Kirgistan. Ini adalah daging yang disajikan dengan mie dan saus kaldu bawang.

Mie di sini tidak berkuah melainkan mie kering dengan saus kemerahan di atasnya. Dagingnya dimasak selama berjam-jam agar empuk. Sekilas bentuknya memang mirip pasta. Besh Barmak artinya lima jari karena makanan ini disantap dengan jari, bukan sendok atau garpu. Selain itu ada juga Boso Lagman alias mie goreng dengan daging, sayuran, dan rempah-rempah. Jenis mie berkuah juga ada yang disebut sebagai Shurpa. Makanan ini populer di Tajikistan dan Kirgistan.


Meski negara-negara di atas sama-sama menikmati mie, mereka tak lantas memandangnya dengan cara yang sama. Bagi China, Korea, dan Jepang mie adalah bahan utamanya. Kaldu, daging, sayuran, maupun topping yang disajikan merupakan pelengkap dari sajian mie itu sendiri. Sebaliknya di Turki maupun negara-negara Asia Tengah seperti Kirgistan dan Tajikistan mie adalah hidangan pelengkap. Bahan utama dari masakan-masakan tersebut justru adalah kaldunya atau dagingnya. Ini karena daging dan susu adalah makanan pokok di sana. Sementara itu di Indonesia mie pun bisa dianggap sebagai lauk dan dimakan dengan nasi.

Tulisan ini telat terbit di Cultura Magazine