Sabtu, 26 Februari 2022

5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesus

 5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesus

Pilatus menjabat sebagai Gubernur Romawi di Provinsi Yudea
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesus mosaik dari abad ke-6M di Gereja Sant' Apollinare Nuovo, Italia yang menggambarkan pengadilan Yesus Kristus oleh Pilatus (wikimedia.org/Jose Luiz)

Pontius Pilatus adalah salah seorang Prefek (Gubernur) Romawi di masa lalu untuk sebuah provinsi di wilayah Timur Tengah yang dikenal sebagai Provinsi Yudea.
Sebagaimana diketahui dari berbagai literatur sejarah, Kekaisaran Romawi memiliki wilayah kekuasaan yang membentang luas dari benua Eropa, Asia hingga Afrika melalui sejarah penaklukannya yang menjadikannya sebagai salah satu kekaisaran paling besar dan paling kuat yang pernah ada di atas muka Bumi ini.
Sebenarnya nama Pontius Pilatus sebagai salah seorang Gubernur Romawi tidaklah begitu terkenal, hanya terdapat sedikit catatan historis dan temuan arkeologis yang menyebutkan namanya. Ia menjadi dikenal karena namanya dituliskan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru umat Kristiani yaitu dalam Kitab Injil sebagai Gubernur Romawi yang mengadili dan menyalibkan Yesus Kristus, tokoh yang menjadi inti iman Kristiani.
Ingin tahu lebih lanjut tentang Pontius Pilatus? Berikut lima faktanya.
1. Gubernur Romawi untuk Provinsi Yudea
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesusilustrasi peta Provinsi Judea pada abad ke-1 Masehi (wikimedia.org/Andrew C )
Dilansir Britannica berdasarkan sejumlah catatan yang ada, Pontius Pilatus merupakan Gubernur Romawi untuk Provinsi Yudea yang memerintah pada sekitar tahun 26 hingga 36 M. Provinsi Yudea atau Judaea merupakan provinsi Romawi yang meliputi daerah geografis Yudea, Samaria dan Idumea. Menurut sejumlah literatur, Provinsi Yudea bukanlah sebuah provinsi penting dalam kekaisaran Romawi utamanya dalam hal penerimaan pajak.
Pilatus menjadi Gubernur Yudea dalam masa pemerintahan Kaisar Tiberius (14--37 M) berkuasa di Roma. Sebagai seorang gubernur, Pilatus merupakan perwakilan resmi kaisar Roma di provinsi tersebut. Saat Pilatus menjadi Gubernur Yudea, di wilayah ini juga terdapat Raja yang dikendalikan oleh Roma dan berkuasa atas wilayah Galilea serta Peraea yang bernama Raja Herodes Antipas.


Sebagai seorang Gubernur Yudea, kemungkinan Pilatus berkedudukan dan tinggal di daerah yang bernama Caesarea Maritima, kota yang dibangun di antara tahun 22 hingga tahun 10 SM oleh raja wilayah yang dikendalikan penuh oleh Roma yang bernama Raja Herodes Agung, ayah dari Raja Herodes Antipas.
Pilatus sesekali pergi ke kota Yerusalem untuk menjaga ketertiban seperti pada hari raya Paskah Yahudi ketika banyak sekali peziarah Yahudi datang ke kota tersebut. Selain itu ia juga berkeliling provinsi untuk mengetahui permasalahan yang ada dan untuk menegakkan hukum yang menjadi wewenangnya.
2. Temuan arkeologi yang menyebut namanya ditemukan pada tahun 1961
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesusbatu "Pilatus", merupakan satu-satunya temuan arkeologi yang menyebutkan nama Pilatus, disimpan di Museum Israel (private-tours-in-israel.com)
Selain namanya yang tertulis dalam Kitab Injil dan literatur-literatur kuno yang ditulis oleh sejarawan Yahudi seperti Flavius Josephus, hingga tahun 1960 tidak ditemukan bukti-bukti arkeologi yang berkaitan dengan Pilatus. Namun, dilansir Britannica, dalam sebuah upaya penggalian di situs Caesaria Maritima, Israel pada tahun 1961 ditemukan sebuah batu dengan inskripsi nama Pontius Pilatus yang masih dapat terbaca secara jelas.
Inskripsi tersebut jika direkontruksi, dalam bahasa latin berbunyi, "S TIBERIÉVM (baris pertama), PONTIVS PILATVS (baris kedua), PRAEFECTVS IVDAEAE (baris ketiga)." Tiberium berkaitan dengan nama Kaisar Tiberius yang berkuasa di Roma ketika Pilatus menjabat sebagai Gubernur Yudea, lalu baris kedua dan ketiga menyebutkan secara jelas bahwa Pontius Pilatus adalah seorang Prefek atau Gubernur Yudea.
Batu inskripsi Pilatus tersebut merupakan satu-satunya bukti otentik dan tak terbantahkan mengenai keberadaan secara historis seorang Pontius Pilatus dalam sejarah Kekaisaran Romawi.

3. Menjadi pengadil Yesus Kristus dalam peristiwa penyaliban
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesuspenggambaran Pontius Pilatus yang sedang mencuci tangannya dalam Film Passion of The Christ (villains.fandom.com)

Kitab Injil menuliskan pada sekitar tahun 30-an Masehi, muncul seorang pemuda bernama Yesus yang memberikan pengajaran tentang kasih, pertobatan dan pengampunan. Banyak orang yang tertarik dengan pengajaran dan khotbah Yesus, apalagi Yesus juga melakukan banyak mukjizat seperti menyembuhkan banyak orang sakit termasuk menyembuhkan penyakit yang dianggap kutukan pada masa itu yaitu penyakit kusta.
Yesus menjadi terkenal dan memiliki banyak pengikut, apa yang dilakukan Yesus sampai ke telinga para petinggi dan Imam agama Yahudi saat itu dan mereka tidak suka dengan apa yang dilakukan Yesus karena dirasa mengancam posisi istimewa mereka sebagai pimpinan agama Yahudi. Akhinya dengan rekayasa dan persekongkolan jahat, mereka memfitnah Yesus melakukan ajaran sesat yang melawan hukum Taurat meskipun mereka tidak bisa membuktikan tuduhan itu. Mereka menangkap dan menyerahkan Yesus ke Pilatus untuk disalibkan. Sebagai Prefek Roma di Yudea, Pilatus memiliki wewenang untuk melakukan pengadilan dan menjatuhkan hukuman mati kepada seseorang.


Pilatus mengadili Yesus namun ia tidak menemukan kesalahan yang menyebabkan Yesus pantas dihukum mati, namun karena tekanan massa yang sudah terprovokasi akhirnya Ia menyerahkan Yesus untuk disalibkan. Tiba-tiba di depan Imam Kepala Yahudi dan massa yang berkumpul ia mengambil bejana berisi air dan mencuci tangannya sambil menyatakan tidak bertanggung jawab atas darah Yesus dalam peristiwa ini.
Pilatus menyadari bahwa provinsi yang dipimpinnya merupakan salah satu provinsi yang mudah bergolak dan sedikit pemicu bisa menimbulkan pemberontakan yang tentu akan mengancam posisinya sebagai seorang gubernur. Pilatus lebih memilih kariernya daripada keadilan yang bisa dibuatnya. Yesus Kristus akhirnya disalibkan, peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya menjadi inti dari keyakinan umat Kristiani.

4. Penemuan jalan kuno di sebelah selatan kota Yerusalem yang dikaitkan dengan namanya
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesusjalan kuno berusia 2.000 tahun yang penemuannya diungkap pada tahun 2019 lalu diduga kuat dibangun pada masa pemerintahan Pilatus (cbn.com)
Salah satu fakta terbaru mengenai Pontius Pilatus diungkap melalui penemuan jalan kuno yang diduga kuat dibuat pada masa pemerintahannya di Yudea. Dilansir laman nationalgeographic dalam artikelnya yang berjudul "Road built by biblical villain uncovered in Jerusalem",  pada tahun 2019 arkeolog mengungkap sebuah jalan kuno yang ditemukan dalam sejumlah program penggalian yang telah dilakukan sebelumnya di selatan kota Yerusalem.
Dari sejumlah koin yang ditemukan terkubur di bawah kontruksi jalan tersebut merujuk pada masa pemerintahan Pilatus. Koin merupakan salah satu petunjuk paling penting mengenai suatu masa karena sejumlah Prefek Roma di Yudea termasuk Pilatus diketahui mencetak koin pada masa pemerintahannya, sehingga koin-koin tersebut dapat dicocokkan dengan catatan sejarah yang ada. 
Sebagaimana diketahui dari sejumlah literatur sejarah, di masa lalu kota Yerusalem merupakan salah satu pusat peziarahan bagi orang-orang Yahudi. Kemungkinan Pilatus membuat jalan tersebut untuk mengurangi ketegangan hubungannya dengan orang-orang Yahudi sekaligus memfasilitasi para peziarah Yahudi dari seluruh penjuru kekaisaran yang ingin berziarah ke kota Yerusalem. Sebagai tambahan informasi, setelah abad Masehi kota Yerusalem juga menjadi tempat terdapatnya situs-situs paling suci dari 3 agama, Yahudi, Kristen dan Islam.
5. Akhir kisah kehidupan Pilatus yang diliputi misteri
5 Fakta Pontius Pilatus, Gubernur Romawi Sang Pengadil Yesuskoin perunggu yang dikeluarkan Pilatus ketika menjadi gubernur Romawi Provinsi Yudea (wildwinds.com)
Karena terbatasnya sumber historis mengenai kehidupan Pontius Pilatus, akhir karier dan kisah kehidupannya setelah tidak menjabat sebagai Gubernur Yudea diliputi misteri. Dalam literatur Yahudi kuno karya sejarawan Yahudi, Flavius Josephus, dituliskan Pilatus dicopot dari jabatannya dan dikirim kembali ke Roma setelah menggunakan kekuatan berlebihan dalam menangani pemberontakan orang-orang Samaria. Setelah di Roma, Pilatus menghilang dari catatan sejarah. Menurut sejumlah cerita yang tidak bisa diverifikasi kebenarannya Pilatus bunuh diri atau dieksekusi oleh Kaisar Caligula.      
Kemungkinan hubungan Pilatus dengan orang Yahudi juga tidak baik dengan terdapatnya sejumlah catatan provokasi Pilatus yang bersinggungan dengan keyakinan orang Yahudi, akumulasi ketidaksenangan orang-orang Yahudi di wilayah Yudea terhadap pendudukan Romawi memuncak sekitar tiga puluh tahun setelah masa pemerintahannya.
Sebagaimana dituliskan dalam buku sejarah Roma berjudul "Rome Down Through the Centuries" (1990: F.LLI Mistretta Editori-Palermo), pada tahun 66 hingga 70 M orang-orang Yahudi memberontak kepada Romawi, untuk memadamkan pemberontakan Jenderal Vespasian memimpin ekspedisi militer sejumlah Legiun Romawi, termasuk salah satunya pasukan elit Romawi, Legiun X Fretensis yang terkenal tangguh. Dalam peristiwa tersebut, Vespasian dan pasukannya menghancurkan kota Yerusalem dan Bait Suci orang Yahudi.
Dalam sejarahnya, Kekaisaran Romawi banyak mendirikan provinsi di wilayah taklukkannya yang saat ini menjadi kota-kota dunia. Semoga hal ini dapat menambah pengetahuanmu mengenai salah satu provinsi dan Gubernur Romawi yang terdapat di Timur Tengah pada masa lalu, ya!

https://www.idntimes.com/science/dis...pilatus-c1c2/5

Gurita Bisnis Grup Salim, Penguasa Minyak Goreng Indonesia

 Gurita Bisnis Grup Salim, Penguasa Minyak Goreng Indonesia




KOMPAS.com - Grup Salim, salah satu konglomerasi terkaya dan tertua di Indonesia yang didirikan oleh mendiang Sudono Salim, terus mengembangkan gurita bisnisnya di Tanah Air.

Nama Grup Salim sendiri sempat mencuat beberapa hari terakhir, setelah salah satu gudang perusahaan miliknya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, digerebek aparat dari Satgas Pangan Sumatera Utara.

Satgas mendapati salah satu produsen yang berlokasi di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang diduga menimbun 1,1 juta liter minyak goreng.

Keberadaan tumpukan minyak goreng ini didapati di tengah kondisi masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng karena langka di pasaran. Kalau pun ada di pasar, harga minyak goreng masih dijual dengan harga cukup mahal.

Baca juga: Hutan Dibabat demi Sawit, Tapi Minyak Goreng Justru Langka dan Mahal

Bisnis Grup Salim mulai menggurita di era Orde Baru. Sudono banyak berkongsi dengan kerabat Soeharto dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan Sudwikatmono, sepupu daripada Soeharto.
Bisnis minyak goreng Grup Salim

Sebagaimana diketahui, Grup Salim adalah salah satu konglomerasi terbesar yang menguasai komoditas minyak goreng di Indonesia.

Grup Salim merambah ke bisnis minyak sawit terintegrasi, dari perkebunan sawit, pengolahan minyak CPO, hingga produsen minyak goreng lewat PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Selain kepemilkan pada Ivomas, Salim Group juga mengendalikan perusahaan sawit besar lainnya yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Kedua raksasa sawit ini terafiliasi dengan Indofood Agri Resources.

BACA JUGA : Cara mudah Mendapatkan penghasilan Alternatif yang bisa anda andalkan


Produk minyak goreng terkenal dari Grup Salim adalah Bimoli, Delima, dan Happy. Sawit dan minyak goreng berkontribusi besar terhadap kekayaan Anthony Salim, pewaris kerajaan Grup Salim sepeninggal Sudono Salim.

Generasi kedua keluarga Salim itu juga beberapa kali dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di Indonesia. Tahun 2020, ia berada di urutan keempat dengan kekayaan 5,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 83,35 triliun.

Namun di tahun 2021, nama Anthony Salim hilang dari daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes. Estafet kepemimpinan beberapa perusahaan Grup Salim sudah mulai beralih ke generasi ketiga, salah satunya Axton Salim.

Dalam beberapa tahun ke belakang, Grup Salim juga mengakuisisi banyak perusahaan kelapa sawit, sehingga luas kebun sawit yang dikelolanya semakin besar.

Baca juga: Sederet Gurita Bisnis Grup Bakrie

Grup Salim sendiri dikenal memiliki bisnis yang saling terkait dari hulu ke hilir. Sejumlah perusahaan di bawah Grup Salim adalah pengguna minyak kelapa sawit.

Memiliki perusahaan sawit yang juga produsen minyak goreng, tentu bisa mendukung bisnis anak perusahaan lainnya.

Di jaringan restoran, Grup Salim memiliki saham besar di PT Fast Food Indonesia Tbk yang merupakan pemegang merek ayam goreng KFC di Tanah Air.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Indofood CBP Sukses Makmur, keduanya merupakan produsen makanan, juga tentunya membutuhkan suplai minyak goreng cukup besar.

Baca juga: Kata Mendag Usai Sidak Minyak Goreng ke Pasar: Barangnya Ada

Grup Salim juga memiliki jaringan minimarket Indomaret yang berada di bawah bendera PT Indomarco Pristama, membuatnya bisa menjual berbagai produknya secara langsung ke konsumen.

Bisnis Salim Group begitu menggurita. Tak hanya menjadi penguasa bisnis makanan, namun juga merambah bisnis perbankan. Salim Grup pernah menjadi pengendali saham Bank BCA, bank swasta terbesar di Indonesia.

Sebagai konglomerasi bisnis, gurita bisnis Grup Salim tersebar di hampir semua sektor mulai dari ritel, otomotif, jalan tol, properti, telekomunikasi, perkebunan, dan sebagainya.

Kerajaan bisnis Grup Salim bermula dari perdagangan yang dijalankan Sudono Salim, seorang perantau asal China yang mengadu nasib di Indonesia di era Hindia Belanda. Bisnis pertamanya yakni jual beli cengkeh.

Baca juga: Selain Malaysia, Singapura Juga Banyak Menguasai Kelapa Sawit di RI

Usaha yang dijalankan Sudono Salim sempat mengalami pasang surut di masa penjajahan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia. Bisnisnya mulai meroket di era Orde Baru berkuasa. Sudono Salim diketahui menjadi salah satu orang dekat Presiden Soeharto.

Beberapa perusahaan besar lainnya yang berada di bawah Grup Salim antara lain PT Bogasari Flour Mill (tepung terigu), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (produsen roti Sari Roti), Indomobil (otomotif), Superindo (supermarket), Bank Ina (perbankan), dan Nusantara Infrastructure (jalan tol).


https://money.kompas.com/read/2022/0...page=all#page2


John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking

Bermodalkan swastika, pebisnis Jerman menyelamatkan 250 ribu nyawa. Disantuni penyintas Pembantaian Nanking di akhir hayatnya.
    
 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
John Heinrich Detlef Rabe memajang bendera Nazi sebagai atap tenda kamp pengungsi di Nanking (Repro: "The Good Man of Nanking")

MUSIM dingin di Nanking (kadang dituliskan Nanjing) pada akhir Januari 1938 masih begitu menusuk. John Rabe, lelaki plontos berkacamata dan menyandang armband Swastika Partai Nazi di lengan mantelnya, berjalan dengan hati-hati ditemani asistennya, Han. Mereka hendak mengecek sekitar 100 pengungsi di dekat pekarangan belakang rumahnya.
Kamp pengungsi itu berubah jadi rawa-rawa lagi. Sebelumnya terjadi badai salju selama dua hari. Hari Minggu, 30 Januari 1938, itu saljunya mencair. Terlepas dari keadaan yang memprihatinkan, mayoritas pengungsi itu memajang senyum saat ditemui Rabe. Maklum, sebelumnya pada perayaan tahun baru 1938, Rabe menyumbangkan 100 dolar Amerika untuk diberikan masing-masing satu dolar ke 100 pengungsi itu.
“Sungguh kemalangan yang luar biasa, dan besok adalah Tahun Baru China (Imlek), hari raya terbesar bagi orang-orang China yang malang! Komite memberikan kamp saya sebuah hadiah tambahan lima dolar untuk membeli rempah-rempah untuk membumbui nasi tahun baru mereka – lima dolar untuk 600 orang! Sayangnya kami tak bisa memberikan lebih dari itu walau uangnya mereka terima dengan rasa syukur. Semua orang juga menerima secangkir beras tambahan dari jatah harian dua cangkir,” tulis Rabe dalam catatan hariannya, Der Gute Deutsche von Nanking (terj. The Good German of Nanking).

Komite yang dimaksud adalah International Committee for the Nanking Safety Zone. Komite itu dibentuk pada 22 November 1937 oleh 15 ekspatriat Eropa dan Amerika Serikat setelah Nanking, ibukota China kala itu, dikuasai Jepang. Komite itu bertanggungjawab atas 25 kamp pengungsi di zona aman yang bebas militer dengan perimeter seluas 8,6 kilometer persegi dekat Kedutaan Besar Amerika.
Rabe dipilih jadi ketuanya mengingat ia juga anggota Partai Nazi. Pemilihan Rabe sebagai ketuanya diharapkan agar militer Jepang mau menghormati zona itu. Pasalnya terdapat Pakta Anti-Komunis Internasional yang ditandatangani pemerintah Jepang dan pemerintahan Jerman-Nazi di Berlin pada 25 November 1936.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
John Rabe (bertopi putih) bersama kolega-koleganya saat menyaksikan pesawat Jepang berseliweran di langit Nanking (The Good Man of Nanking)

Kendati begitu, posisi Rabe dan komite itu tengah dalam ancaman nyata. Pasalnya pada pagi 30 Januari, militer Jepang meminta zona itu dikosongkan. Oleh karenanya, Rabe keluar dari kediamannya untuk mengecek para pengungsi jelang Hari Raya Imlek.
“Pada Minggu, 30 Januari, polisi dan seorang tentara yang mewakili Korps Khusus (Jepang) datang ke beberapa kamp dan mengumumkan bahwa para pengungsi harus keluar paling lambat 4 Februari jika tak ingin barang-barang mereka disita dan kamp serta sejumlah gedung disegel,” imbuh Rabe.

Rabe mengkhawatirkan para pengungsi sipil itu jika komite dipaksa mengosongkan zona aman. Ia berpikir untuk kembali minta pertolongan perwakilan Kedutaan Jerman, Dr. Georg Rosen, untuk membicarakan perintah pengosongan itu.
“Di sisi lain, dengan berat hati, 600 pengungsi dalam perlindungan saya juga sudah paham bahwa mereka harus meninggalkan kamp pada 4 Februari. Dr Rosen dipilih untuk tugas itu dan mengingat saya warga Jerman dan ketua komite, sepantasnya proses itu tetap harus melalui perwakilan Kedutaan Jerman untuk menghalangi pihak Jepang memaksa pengungsi China keluar dari zona pada 4 Februari,” lanjutnya.
Kekhawatiran itu jadi kenyataan. Pada medio Februari, Rabe dipanggil pulang ke negerinya. Padahal sejak November 1937 bersama komite, Rabe pontang-panting menyelamatkan sekira 250 ribu nyawa sipil China dari kebrutalan Jepang sebagai dampak Perang Sino-Jepang II (1937-1945).
Moral dan Kesetiaan
John Heinrich Detlef Rabe lahir di Hamburg, Jerman pada 23 November 1882. Sejak kecil ia gemar berpetualang, mengikuti jejak ayahnya yang seorang pelaut. Sebelum sampai ke China pada 1908, Rabe sempat berkelana sampai Mozambik di Afrika.
Di China, ia ikut sejumlah proyek perusahaan telekomunikasi Siemens AG di Mukden, berturut-turut ke Peking (kini Beijing), Tientsin, Shanghai, hingga Nanking. Pada 1931, ia menjabat sebagai direktur cabang Siemens China Co. Rabe bahkan bisa mendirikan sebuah sekolah Jerman di Nanking setelah bergabung ke Partai NSDAP/Nazi) pada 1934. Sekolahnya mendapat bantuan pengajar dan dana dari partai.

Sembari mengikuti proyek Siemens membangun sistem telepon dan turbin untuk pembangkit listriknya, Rabe turut melatih banyak insinyur China untuk dijadikan karyawannya. Sebagai seorang Jerman, sebelum Perang Sino-Jepang II, Rabe mendapat banyak kemudahan. Pasalnya, pemimpin nasionalis China, Chiang Kai-shek, kala itu mendapat bantuan banyak alutsista dan perwira Jerman –seperti Kolonel-Jenderal Hans von Seeckt, hingga Jenderal Alexander von Falkenhausen– sebagai penasihat militer untuk memodernisasi angkatan perangnya.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
John Rabe berhelm baja (kiri) dan mengungsikan kantornya di lubang perlindungan (The Good Man of Nanking)

Namun semua itu berubah ketika Perang Sino-Jepang II pecah. Di akhir 1937, militer Jepang mulai merangsek ke Nanking setelah pada September menguasai Shanxi Utara dan Shanghai pada 5 November. Sejumlah diplomat maupun pengusaha Eropa dan Amerika mulai dievakuasi. Hanya 22 ekspatriat yang tak ikut dievakuasi, 15 di antaranya, termasuk Rabe, kemudian membentuk International Committee for the Nanking Safety Zone. Langkah itu meniru upaya pemuka agama Jesuit, Robert Jacquinot de Besange, yang membuat zona aman di kota tua Shanghai.
Mereka tetap bertahan kendati pemboman mulai terjadi pada Oktober-November dan Pertempuran Nanking pecah pada 1 Desember 1937. Rabe bahkan harus memindahkan kantornya ke ruang bawah tanah dadakan agar operasional Siemens tetap bisa berjalan. Ia menggunakan bendera Nazi yang dibentangkan sebagai atapnya agar tak dibidik pesawat-pesawat pembom Jepang.
“Dalam catatan harian Rabe tertanggal 17 November 1937, menggambarkan situasi di mana pemerintahan China sudah meninggalkan ibukota. Ditambah banyak diplomat dan anggota stafnya juga berniat pindah ke Hankou. Duta besar Amerika bersama para staf dan warga Amerika juga berencana meninggalkan Nanking pada 23 November dengan menumpang kapal USS Luzon,” tulis Marcia R. Ristaino dalam The Jacquinot Safe Zone: Wartime Refugees in Shanghai.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
Denah zona aman non-militer (kiri) & para petinggi International Committee for the Nanking Safety Zone (American Goddess at the Rape of Nanking)

Pada 25 November 1937 atau tiga hari setelah terbentuknya komite, Rabe mengirim telegram kepada pemimpin partai cum kanselir Adolf Hitler untuk meminta izin. Menukil Iris Chang dalam The Rape of Nanking: The Forgotten Holocaust of World War II, Rabe meminta Hitler agar mau campur tangan dan mendesak pemerintah Jepang mengizinkan zona-zona aman bagi para rakyat sipil yang tak terlibat Pertempuran Nanking.
“Di waktu yang sama Rabe juga mengirim telegram ke temannya, Konsul Jenderal Tuan Kriebel: ‘Meminta dukungan atas permintaan saya kepada Führer…jika tidak, akan terjadi pertumpahan darah yang mengerikan. Heil Hitler! Rabe –perwakilan Siemens dan Kepala Komite Internasional untuk Nanking’,” ungkap Chang.

Usai pemboman Nanking pada 12 Desember, Rabe yang mengenakan helm baja dan ditemani beberapa asistennya, mengecek situasi kota. Kepada rakyat sipil yang masih hidup, ia mengimbau untuk bergegas mengevakuasi diri ke kamp-kamp pengungsi yang tersedia di zona aman, termasuk di pekarangan kediamannya. Ia sudah menyiapkan sejumlah tenda dan lubang perlindungan beratapkan bendera Nazi Jerman.
“Keesokan paginya di kota yang sudah luluh lantak dan mayat-mayat orang China berserakan, ia melihat kebanyakan dari mereka ditembak dari belakang (dieksekusi, red.). Lalu ia melihat sekumpulan tentara Jepang mendobrak masuk ke kedai kopi Jerman. Ketika Rabe melabrak mereka dengan merujuk bendera Jerman yang terpajang, seorang tentara dengan berbahasa Inggris geram: ‘Kami lapar! Jika Anda mau protes, pergilah ke Kedutaan Jepang. Mereka akan membayarnya.’ Setelah ditinggalkan, kedai itu malah dibakar habis,” imbuh Chang.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
Pembantaian anak-anak dan perempuan (kiri) & dan para serdadu Jepang mengantre merudapaksa gadis-gadis Nanking di rumah bordil (The Good Man of Nanking)

Hari demi hari sarat keprihatinan menohok hati Rabe. Nanking yang dikenalnya sebagai kota yang ramai, berubah jadi horor. Bayi-bayi, anak-anak jadi korban eksekusi. Para gadis dirudapaksa dan dibunuh. Sedikit yang masih hidup harus menderita sebagai ianfu alias wanita penghibur.

“Ketika perwakilan kedutaan Jepang menemuinya dan mendesaknya untuk pergi, ia tetap bertahan. Seorang perwira, Mayor Oka yang ditugasi melindungi Rabe kala Nanking jatuh, mempertanyakan kenapa Rabe sampai mau peduli pada orang China. Rabe menjawab: ‘Saya sudah 30 tahun tinggal di China. Anak-anak dan cucu-cucu saya lahir di sini dan kami diperlakukan baik oleh orang China. Jika saya tinggal 30 tahun di Jepang dan diperlakukan baik oleh orang Jepang, Anda bisa memastikan, betapapun di waktu genting seperti yang dialami China sekarang, saya takkan meninggalkan rakyat Jepang’,” lanjut Chang.

BACA JUGA : Cara mudah Mendapatkan penghasilan Alternatif yang bisa anda andalkan

Selain anak-anak dan perempuan, zona aman yang didirikan Rabe dan rekan-rekannya juga menampung ribuan eks-pasukan China. Umumnya mereka yang sudah melucuti senjata dan seragamnya. Akan tetapi polisi Jepang acap merazia kamp tersebut. Sejumlah tanda bekas pegang senapan dan peralatan perang lain yang ditemukan tak bisa mengelabui mereka. Akibatnya, sekitar 1.300 eks-pasukan yang mengungsi diseret keluar dari kamp pada 14 Desember. Kesemuanya dieksekusi dekat kamp di depan mata para pengungsi lain.
Ke manapun Rabe berkendara di sekitar kota, selalu ada orang yang menghentikannya di tengah jalan untuk minta tolong karena saudari, istri, atau putri mereka hendak diperkosa Jepang. Bermodalkan armband Nazi, ia berkali-kali mengusir para tentara Jepang yang gelap mata itu.
“Ketika salah satu dari tentara Jepang keberatan, Rabe mengacungkan armband Nazi-nya ke muka mereka dan menunjukkan penghargaan Nazi lainnya dan menanyakan pada mereka apakah mereka tahu itu artinya apa. Upaya itu selalu berhasil,” kenang George Fitch, perwakilan YMCA (Asosiasi Pemuda Kristen), dikutip Chang.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
Kolase kebrutalan Jepang dalam Pembantaian Nanking (Japanese Atrocities in China/majalah LIFE 16 Mei 1968)

Berulangkali berhasil, berulangkali pula ia melaporkan kepada Hitler lewat telegram. Rabe tak pernah tahu apakah pesan itu sampai kepada sang führer.
“Sekumpulan tentara Jepang, 3-10 orang, juga biasanya berkeliling kota untuk merampok apapun yang mereka temukan. Orang Jepang punya pistol dan bayonet dan saya hanya punya simbol partai dan armband Swastika,” demikian bunyi salah satu laporan tertulisnya kepada Hitler.

Memasuki Januari 1938, kesibukan Rabe semakin tinggi. Kegiatan perusahaan terpaksa ia tinggalkan untuk saban hari mengawasi sekitar zona aman. Pasalnya ada saja tentara Jepang yang mencoba menyusup, entah untuk mencuri, menculik pengungsi untuk dijadikan pekerja paksa, atau menculik para gadis untuk dijadikan pemuas birahi.

“Pada suatu ketika simbol swastika itu benar-benar menyelamatkan nyawanya. Satu malam tentara Jepang menerobos kediamannya dan Rabe melabraknya dengan senter. Salah satu dari tentara mencabut pistol hendak menembaknya tapi urung dilakukan saat menyadari bahwa menembak seorang Jerman akan jadi perkara besar,” tandas Chang.
Jika tentara Jepang segan padanya, orang-orang China memujanya. Ia bahkan dijuluki “Budha Hidup” karena acap memberikan donasi di luar jatah harian dari komite untuk para pengungsi. Lazimnya, Rabe akan menghadiahi 10 dolar bagi bayi lelaki serta 9,5 dolar untuk bayi perempuan yang baru lahir. Banyak orangtua para bayi itu menamai bayi laki-laki mereka “Rabe” dan bayi perempuan mereka “Dora” –merujuk nama istri Rabe.
Hal itu juga menumbuhkan rasa hormat tinggi para kolega ekspatriatnya, terutama para ekspatriat Amerika dan Inggris, terlepas Rabe seorang Nazi. Ia pun sering disebut sebagai “Oskar Schindler-nya China”, merujuk industrialis Oskar Schindler yang menyelamatkan 1.200 Yahudi dari holocaust di Bohemia dan Moravia.


Ditangkap Gestapo, Disantuni Penyintas Nanking
Setelah memberi suaka bagi sekira 250 ribu orang, Rabe terpaksa pulang ke negerinya pada medio Februari. Ia tak bisa menundanya lagi lantaran sejak 10 Januari ia menerima telegram dari Siemens cabang Shanghai untuk bersiap-siap dievakuasi.
Dengan berat hati Rabe meninggalkan Nanking pada 28 Februari 1938 dan dilepas para pengungsi dengan derai air mata. Setelah mampir sejenak ke Shanghai untuk menjemput istrinya, ia melanjutkan perjalanan panjang ke Berlin pada 15 April 1938.

Ia banyak membawa dokumen foto dan film milik pendeta Amerika John Magee. Foto-foto tentang kebrutalan Jepang di Nanking itu ia presentasikan kepada para koleganya di Siemens Company, Berlin. Rabe bahkan kembali menulis surat pribadi kepada Hitler yang intinya berisi permintaan agar Hitler mendesak Jepang menghentikan kekerasan ekstremnya di China.

“Beberapa hari kemudian (setelah mengirim surat kepada Hitler), saya didatangi Gestapo (polisi rahasia Nazi), di mana dua perwira datang dengan mobil dan membawa saya beserta enam volume catatan harian saya dan film itu ke Prinz Albrecht Straße (markas Gestapo),” sambung Rabe.

 John Rabe, Nazi Anomali dalam Prahara Nanking
Makam John Rabe di Kaiser-Wilhelm-Gedächtnis-Friedhof (kiri) & bekas rumah John Rabe di Nanking (Wikipedia)

Selama berjam-jam Rabe diinterogasi secara intimidatif oleh Gestapo. Ia baru dibebaskan setelah petinggi Siemens AG, Friedrich von Siemen, datang. Rabe langsung dibebaskan dengan jaminan bahwa Rabe takkan bicara tentang Jepang lagi di forum manapun. Catatan hariannya dikembalikan namun dokumen foto dan filmnya disita Gestapo.
Agar tak diincar Gestapo, Siemens menugaskan Rabe ke luar negeri lagi. Kali ini ke Afghanistan. Rabe baru kembali ke Berlin ketika Perang Dunia II usai.
Lantaran statusnya sebagai anggota Partai Nazi, nahas menimpanya. Ia terpaksa menjalani denazifikasi pada 1946. Kehidupannya keluarganya pun berubah drastis. Ia hanya bisa tinggal di sebuah apartemen sempit dengan menjual koleksi benda seni China miliknya untuk menyambung hidup.
Kabar Rabe yang hidup terlunta-lunta baru sampai ke China pada 1949. Melalui pemerintah China, para warga sipil, terutama para penyintas Pembantaian Nanking yang ditolong Rabe dan komitenya pada 1937, menyumbang dua ribu dolar Amerika. Sumbangan itu sebagian dibelikan bahan-bahan makanan dan dikirimkan melalui walikota Nanking yang berperjalanan ke Berlin. Bantuan bahan makanan juga terus mengalir setiap bulan hingga Rabe wafat pada 5 Januari 1950 karena stroke.

https://historia.id/politik/articles...g-PzWmy/page/1