Senin, 18 Januari 2021

Pemilihan Hari Baik Untuk Pernikahan

  Pemilihan Hari Baik Untuk Pernikahan


Dibali, upaca pernikahan / pawiwahan sangatlah di sakralkan. karena dari sinilah seseorang akan memulai kehidupan barunya sesuai dengan tujuan agama dan tujuan pernikahan itu sendiri. berkenaan dengan hal tersebut diperlukan hari baik untuk memperlancar proses pernikahan serta pencapain tujuan yang dimaksud.

Adapun hari baik yang biasa digunakan dibali berdasarkan Wariga – Dewasa, dimana ada hari – hari yang sangat baik untuk melaksanakan upacara dan ada juga hari yang harus di.hindari dalam pelaksanaan upacara pernikahan tersebut.

Untuk lebih cepat dalam pemilihan Hari Baik Untuk melakukan upacara (rutual) Pernikahan, bisa dengan cara mencarinya langsung di kalender bali. adapun tips cepat mendapatkan Hari Baik Untuk Pernikahan atau oleh orang bali sering disebut dengan Dewasa Ayu Nganten, dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

Langkah Pertama, Perhatikan WUKU dari kalender bali tersebut. Wuku yang baik untuk melakukan/melangsungkan upacar pernikahan adalah Wuku.

Langkah kedua, perhatihan HARInya. sesuai wariga, hari yang direkomendasikan (harus) untuk melangsungkan upacara pernikahan adalah Hari: Senin, Rabu, Kamis dan Jumat. selain itu dilarang.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Langkah ketiga, perhatikan penanggalnya. Penanggal merupakan perhitungan hari yang dimulai setelah Tilem, sehingga setelah Tilem merupakan penanggal 1 dan seterusnya, dan berakhir pada Purnama (Penanggal ping 15). untuk upacara Pawiwahan/Nganten, diharuskan dilangsungkan pada tanggal 1, 2, 10 dan 13.

Langkah keempat, perhatikan "SASIH"nya atau Bulan. yang direkomendasikan untuk acara manusa yadnya dalam hal ini upacara pernikahan adalah di Sasih Ketiga, Kapat, Kalima, Kapitu dan Kedasa.

Bila terjadi atau dalam keadaan mendesak, sehingga sulit menentukan hari (dewasa ayu) terbaik, maka:

Pilihlah Dewasa Ayu yang Terbaik diantara yang terburuk

untuk pertimbangan lebih lanjut, silahkan baca beberapa hal berikut ini:
berikut hari baik yang biasa dipilih dalam rangkan pelaksanaan upacara Pernikahan / pawiwahan:

Usahakan, meksanakan ke-4 langkah diatas, dan bila memungkinkan usahakan cari yang bertepatan dengan dina "SUBACARA", yang merupakan dewasa ayu melakukan semua karya ayu.

Pernikahan menurut Sapta Wara;
  • Redite / Minggu = Buruk
  • Soma / Senin = Menemukan Kebahagiaan
  • Anggara / Selasa = Sengsara
  • Budha / Rabu = Sangat Baik
  • Wrespati / Kamis = Kinasihaning Jana
  • Sukra / Jumat = Berbahagia, Mewah
  • Saniscara / Sabtu = Percekcokan, sengsara
Agar rukun dan berbahagia, pilihlah ;
  • Hari “Senin Wage tanggal ping 1”, maka kerahayuan, kebahagiaan serta putra yang luih utama akan diperoleh.
  • Hari “Rabu Pon tanggal ping 10”, maka kebahagiaan akan menyelimuti keluarga anda.
Pemilihan Hari pernikahan berdasarkan Penanggal (dimulai setelah hari Tilem);

    = Menemukan kebahagiaan
    = Berkecukupan
    = Banyak keturunan
    = Suami lekas meninggal
    = Menemukan kebahagiaan, langgeng
    = menemui kesengsaraan
    = menemukan kerukunan
    = Sangat Buruk, menemukan kematian
    = Sangat Buruk, sangat sengsara
    = murah rejeki
    = serba kekurangan
    = menemukan kesusahan
    = mewah, berlimpah
    = sering cekcok, penuh dengan pertengkaran, keributan
    = sangat teramat buruk.

Pemilihan Hari Pernikahan Menurut Bulan / Sasih
  • Juli / Kasa Shrawana, = Buruk, anak sakit – sakitan
  • Agustus / Karo, Bhadrapada = Buruk, Sengsara
  • September / Katiga, Asuji = Banyak memiliki keturunan
  • Oktober / Kapat, Kartika = murah rejeki
  • November / Kalima, Margasirsa = Berlimpah, mewah
  • Desember / Kanem, Pausya = Buruk, susah memiliki keturunan
  • Januari / Kapitu, Magha = Dirgayusa, langgeng
  • Februari / Kaulu, Phalguna = Serba kekurangan
  • Maret / Kasanga, Caitra = Sangat Buruk, penuh penderitaan
  • April / Kadasa, Waisyaka = Sangat Baik, Berbahagia, berwibawa
  • Mei / Jyestha = Buruk, hidup susah
  • Juni / Sadha = Buruk, Serba kekurangan
Perjodohan atau patemon
Perjodohan atau patemon laki-perempuan (lanang-istri) dalam dunia primbon ada beberapa cara,antara lain misalnya perjodohan berdasarkan sapta wara dan panca wara kelahiran calon laki-pempuan lalu masing-masing dibagi 9 tau disebutkan dalam prembon sebagai berikut:

Wetone panganten lanang lan wadon, Neptune dina lan pasaran digunggung, banjur kabage 9, lanag turah pira wadon turah pira, yen turah :
3 lan 9 sugih rejeki; 2 lan 7 anake akeh mati, 3 lan 5 gelis pegat. dari hari kelahiran lanang-wadon ; Selasa lan Rabo = sugih, Rabo lan Saptu = becik, Akada lana senen = Sugih lara.

Untuk mengetahui pertemuan laki-perempuan itu baik atau buruk maka Urip/neptu sapta dan Panca wara harus dipahami dengan baik.
berikut ini daftar urip Pancawara, Sadwara dan Saptawara:


Mencari hari untuk perkawinan orang harus terlebih dahulu mengetahui jumlah Urip/Neptu hari kelahiran kedua calon mempelai (temantin), kemudian dicarikan hari dan pasaran yang Uripnya/Neptunya bilamana dijumlahkan dengan jumlah Neptu kedua mempelai tadi dan dibagi 3 bisa habis.
Hitungan itu merupakan tiga kata-kata sebagai berikut :
  1. Wali, berarti bahwa dalam perkawinan itu kurang cinta kasih atau mudah bosen satu sama lain.
  2. Penghulu, berarti dalam perkawinan ini bakal banyak cedera antara satu sama lain.
  3. Temantin, berarti bahwa dalam perkawinan itu bakal beruntung.
Rumus Pemilihan Hari Baik Pernikahan Menurut Tri Pramana:
(Urip Saptawara + Urip Pancawara + Urip Sadwara Suami & Istri) : 16. sisa;
  1. Bergejolak, mesti tahan uji.
  2. Selalu menghadapi kesulitan, Banyak pengeluaran
  3. Selalu kecewa
  4. Sulit mendapatkan keturunan
  5. Terus mengalami kemajuan, rejeki berlimpah, meningkat terus
  6. Penderitaan
  7. Meningkat tetapi sangat lambat
  8. Serba kekurangan
  9. Mewah, kaya raya tetapi sering ricuh dan perebutan kekayaan
  10. Berwibawa
  11. Selalu dalam keadaan puas
  12. Murah rejeki
  13. Langgeng, panjang umur
  14. Berbahagia
  15. Teramat Buruk, sering mengalami kesusahan
  16. Selalu Rukun

Prembon Petemuan/Perjodohan, yang berlaku lima tahun umur perkawinan:
(Urip Saptawara + Urip Pancawara Suami & Istri) : 5 sisa;
  1. Sri = Selalu sejahtera dan bahagia
  2. Gedong = Tidak kurang sandang pangan
  3. Pete = Selalu bertengkar dan ribut
  4. Lara = Mlarat dan banyak maslah
  5. Pati = Salah satu mendahului meninggal belum waktunya.
Yang berlaku secara berkala 5 tahun secara bergantian, sehingga dengan mudah mengetahui masa berkumpulnya dalam rumah tangga dan suasana yang dilaluinya.
Hitungan detailnya adalah Urip lahir lanag-istri (panca dan sapta wara) digabung kemudian dibagi 5 sisanya menunjukkan keadaan selama 5 tahun berjalan, kemudian lima tahun berikutnya hasil pembagian dipakai mengurangi urip gabungan awal, hasilnya kemudian dibagi 5 sisanya keadaan selama 5 tahun berikutnya. Hasil pembagian selalu dipakai pengurang hasil terakhirnya dan selalu dibagi 5 menyatakan keadaannya, bila hasilnya 0 (nol) sama keadaanya dengan sebelumnya.


Baik-buruknya hari perkawinan menurut pertiti semutpada :
  • Awidiya = sebagai pedewasaan baik, tidak menemui kesulitan, dan keluarga akan mendapat kebahagiaan. 
  • Bawa = sebagai pedewasaan buruk, akan mendapat halangan atau kesulitan, pihak lain tidak bersimpati, tidak memperoleh kebahagiaan. 
  • Jaramarana = sebagai pedewasaan buruk, akan menemui kegeringan, pertengkaran dan kesulitan. 
  • Jati = sebagai pedewasaan cukup baik, pihak lain akan memberi perhatian, dan membantu sepenuhnya, namun masih dijumpai sedikit kesulitan dan hambatan. 
  • Namarupa = sebagai pedewasaan buruk, akan sukar mendapat kebahagiaan, orang-orang disekitarnya sering memfitnah, gossip jelek, memalukan dan sebagainya. 
  • Samskara = sebagai pedewasaan buruk, akan menemui kesulitan, kesedihan, pikiran kacau, menimbulkan konflik. 
  • Sedayatana = sebagai pedewasaan cukup baik, walau ada sedikit gangguan, keluarga dan pihak lain akan setia membantu. 
  • Separsa = sebagai padewasaan amat buruk, akan menimbulkan pertengkaran, kesulitan bingung, tidak menemukan kebahagiaan sekalipun banyak berkorban. 
  • Teresna = sebagai pedewasaan buruk, banyak musuhnya, akan menghadapi masalah yang serba sulit. 
  • Upadana = sebagai pedewasaan cukup baik, karena pihak lain akan bersimpati, sekalipun ada sedikit pengorbanan dan pemborosan. 
  • Widnyana = sebagai padewasaan baik, para kerabat akan membantu segala yang dikehendaki, dan akan menemui kebahagiaan. 
  • Wedhana = sebagai padewasaan cukup baik, banyak saudara yang membantu. Walau ada sedikit kesulitan dan pemborosan, tapi pikiran anda tetap tenang.


Amerta Yoga = sangat biaik melaksanakan Manusa Yadnya, adapun hari yang dimaksud antara lain;
  • Soma Klion Landep
  • Soma Umanis Taulu
  • Soma Wage Medangsia
  • Soma Klion Krulut
  • Soma Umanis Medangkungan
  • Soma Paing Menail
  • Soma Pon Ugu
  • Soma Wage Dukut
Dewa Mentas = Hari baik untuk semua jenis pekerja, Purnama nemu Wrespati.

Selain itu dapat juga memilih hari lainnya dengan mempertimbangkan hari – hari diatas, tentunya juga meminta pertimbangan para tetua adat dan sulinggih.

Berikut ini gambaran singkat Dewasa Ayu Nganten, agar para semeton bali memiliki bayangan Pemilihan Hari Baik Untuk melakukan upacara Pernikahan, diantaranya:
  •     Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2013
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Januari - April 2014
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Mei - Desember 2014
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Januari - Juni 2015
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Juli - Desember 2015
Artikel diatas memiliki prioraitas dari "wewaran - penanggal - wuku - sasih", yang kiranya dipandang "aman" saja yang dicantumkan dalam artikel-artikel diatas, yang tidak tercantum merupakan hari yang tidak direkomendasikan. tetapi, apapun itu, selama sulinggih pemuput karya berkenan untuk muput karya pawiwahan para semeton bali, itulah yang terbaik sementara dipandangan beliau. karena itu, dalam artikel diatas masih banyak kekurangannya, jadi mohon masukan dari para semeton untuk memperbaikinya.

Sudah barang tentu, tiada Dewasa Ayu yang sempurna, sehingga setiap pemilihan hari baik pasti memiliki sisi buruknya. nah untuk meredam efek negatif dari Dewasa Ala adalah dengan membuatkan Banten Bayuh Dewasa. hendaknya banten ini di"anteb" oleh pemangku khayangan tiga, bahkan lebih bagus lagi jika dipuput oleh sang sulinggih.

PERINGATAN!!!
Jangan sesekali Melaksanakan Pernikahan pada hari – hari tertentu karena sangat teramat buruk, bisa menyebabkan Kesusahan, pertengkaran, sampai kematian. adapun hari- hari tersebut diantaranya;
  • “hari atau Wuku yang berisi RANGDA TIGA”, seperti Wuku; Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Menail, Prangbakat. 
  • "Wuku TANPA GURU" diantaranya: Kuningan, Medangkungan, Kelawu dan Gumbreg
  • "Sasih tanpa Sirah" merupakan sasih/bulan yang tidak berisi tumpek (saniscara klion).
  • "Sasih Anglawean" merupakan sasih yang didalamnya terdapat perhitungan penanggal/pangelong 14 bertepatan dengan purnama/tilem, sehingga pada saat itu tercatat "penanggal atau pangelong 14/15".
  • “Uncal Balung” dari Anggara Wage Galungan (Penampahan Galungan) sampai Budha Klion Pahang ( Pegat Uakan). 
  • "CARIK WALANGATI" merupakan dina/wuku yang bertepatan dengan carik walangati.
  • "Pati Paten" apapun yang dilaksanakan akan bermasalah, dinanya Sukra tilem dan Sukra Penanggal/Pangelong 10.
  • "Kala Jengking" akan sering berselisih paham, Kajeng wage Maulu.
  • "Sampar Wangke" berakibat kurang baik, Soma nuju: Sinta, Wariga, Langkir, Tambir, Bala
  • “Mrta Papageran” Sangat buruk, yaitu; Saniscara / Sabtu nemu Purnama atau Yama. 
  • “Kalebu Rau” Sangat buruk, yaitu; Soma / Senin nemu Tilem atau Beteng. 
  • “Purwanin dina” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ; Anggara Klion / anggarkasih, Budha Klion, Sukra Wage, Saniscara Klion / Tumpek. 
  • “Purwanin Sasih” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ; tanggal dan panglong ping 6, 8, 14.
  • "Ingkel /Jejepan WONG" tidak baik melalukan manusa yadnya.

Perhatikan juga catatan dalam wariga berikut ini:

    " Aja wiwaha tatkalaning “pangelong” muang “uku Rangda Tiga” yan tempal ngawinang kageringan, sengsara wiadin balu "

    " Jangan melangsungkan pernikahan di hari pangelong dan Rangda Tiga, apabila tetap dilaksanakan maka akan berakibat kesengsaraan serta besar kemungkinan menjadi janda/duda "

Sumber : cakepane.blogspot.com

Minggu, 17 Januari 2021

Mau Menikah, Padukan Wuku, Dina, dan Tanggal yang Baik

  


Setiap pasangan pengantin umumnya menginginkan saat yang terbaik dalam memilih tanggal pernikahannya. Tentu dengan tujuan agar kelak rumah tangganya berjalan harmonis, bahagia, dan lancar. Lantas, seperti apa pemilihan dewasa ayu yang tepat ?

Penyusun kalender Bali, DR Gede Sutarya menyampaikan, ada beberapa  hal yang harus diperhatikan untuk menentukan dewasa ayu yang bagus dalam penanggalan Bali. Di antaranya wuku, dina (hari), tanggal, dan sasih.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

“Banyak hal yang harus diperhatikan, tidak boleh sembarangan kita memilih tanggal dan waktu untuk menikah. Jika kita salah memilih wuku atau sasih, maka akan berakibat fatal sepanjang pernikahan,” ujarnya.

Sutarya menjelaskan, yang harus ditentukan di awal adalah wuku. Banyak wuku dikategorikan baik untuk melaksanakan pernikahan, anatara lain wuku landep, ukir, kulantir, julungwangi, merakih, matal, uye, dan ugu. Sedangkan untuk menentukan dina atau hari yang baik untuk menikah adalah hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat. 

“Hari senin identik dengan kebahagiaan bagi calon pengantin, hari rabu dikatakan sebagai hari yang sangat baik untuk menikah, lalu hari kamis dikatakan sebagai hari Kinasihaning Jana, yang artinya disayangi oleh masyarakat. Dan,  jumat dipercaya pengantin akan hidup mewah dan bahagia,” ujar nya.

Untuk pemilihan tanggal, Sutarya menyarankan beberapa tanggal yang baik untuk menikah, di antaranya ping 1, ping 2, ping 3, ping 5, ping 7, ping 10, dan ping 13. Ketujuh tanggal tersebut dikatakan sangat baik untuk menggelar pernikahan, karena masing – masing tanggal mengandung arti yang berbeda beda. “Jika memilih tanggal 1 pengantin dipercaya akan menemukan kebahagiaan, tanggal 13 hidupnya akan mewah dan bahagia selama masa perkawinan begitu juga tanggal – tanggal lainnya punya makna sendiri sendiri,” ujarnya.

Dalam pemilihan sasih, ia menekankan jika memungkinkan calon pengantin memilih sasih kadasa yang jatuh di akhir bulan Maret sampai dengan April. Karena pada sasih tersebut dikatakan paling memberi kebahagiaan pada para pengantin.

“Sasih yang baik sepanjang tahun adalah  Sasih kadasa, sasih kapat, sasih kapitu, sasih katiga, dan sasih kalima. Masing masing sasih memiliki keunggulan tersendiri,” ujarnya.


Sasih kalima umumnya jatuh di bulan November, sasih ini disebut juga sebagai Margasirsa. Pengantin yang memilih menikah di sasih ini dipercaya selama pernikahannya rezekinya lancar, hidupnya mewah. Sedangkan sasih katiga jatuh di bulan September atau disebut juga Asuji. Mereka yang memilih sasih ini dipercaya selama pernikahan akan dikaruniai banyak keturunan. Jika sasih kapat atau disebut juga Kartika, pernikahannya dipercaya akan murah rezeki. Di sasih kapitu yang jatuh Januari, umumnya pengantin akan langgeng hingga akhir hayat. Sedangkan mereka yang menggelar pernikahan di sasih kadasa, dipercaya akan berbahagia, sejahtera, dan langgeng.

“Dari dasar itulah, sasih kadasa dianggap sasih terbaik untuk melaksanakan pernikahan. Agar langgeng, sejahtera, dan dikaruniai banyak keturunan,”tandasnya. 

(bx/tya/yes/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/03/25/59736/mau-menikah-padukan-wuku-dina-dan-tanggal-yang-baik

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Sabtu, 16 Januari 2021

Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan

 




- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Diceritakan pada abad ke 17, sosok penguasa Nusa Penida, yakni, Ida Ratu Gede Mecaling sempat tinggal di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar. Selama tinggal disana Ia gemar melakukan semedi, agar tidak ada yang mengganggu maka ia menciptakan sebuah pagar gaib agar orang yang mendekatinya, menjadi ketakutan.

Hal ini membuat resah warga Batuan, maka I Dewa Agung Anom, Raja Sukawati kala itu mengutus Patih I Dewa Babi untuk mengusir I Gede Mecaling dari Desa Baturan. I Gede Mecaling menantang Dewa Babi untuk bertanding ilmu menggunakan sarana babi guling. Babi guling milik I Gede Mecaling kakinya diikat dengan tali pelepah pisang dan milik Dewa Babi diikat dengan tali benang. Guling siapa yang ikatannya putus pertama saat dipanggang maka harus meninggalkan Desa Batuan. Dalam adu ilmu tersebut, Ratu Gede Mecaling kalah dan akhirnya diusir dari Batuan dan kembali ke Nusa Penida.


Merasa dicurangi, Ratu Gede Mecaling mengutuk warga Batuan bahwa setiap Sasih Kelima (mulai besok) hingga Sasih Kepitu, pasukan mahkluk halus Ratu Gede Mecaling akan mencari tetadahan (tumbal) di Desa Batuan. Dan barangsiapa warga Batuan yang datang ke Nusa Penida dan mengaku dirinya dari Batuan akan celaka. Benar saja, setiap Sasih Kelima di Batuan ada saja yang meninggal tak wajar, Seorang Pemangku menyarankan pada sasih kalima sampai kesanga agar masyarakat tidur di bawah tempat tidur supaya dilihat seperti babi.

Lama-kelamaan warga merasa jenuh dengan bayang-bayang Ratu Gede Mecaling, Ida Bhatara yang berstana di Pura Desa Batuan memberikan bisikan kepada jro mangku untuk menyuguhkan tarian Rejang Sutri dan Gocekan sebagai penyambutan datangnya Ida Ratu Gede Mecaling bersama pasukan mahkluk halusnya ke Desa Batuan. Diharapkan dengan menonton tarian itu dapat meluluhkan dendam beliau.
BACA JUGA
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah
Kamus Hindu Bali

Namun pada masa kini beberapa warga Batuan sudah sering melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Ped Nusa Penida, tempat berstananya Ratu Gede Mecaling, dan tak terjadi apa-apa, semoga beliau melupakan kejadian masa lalu dan memberikan keselamatan kepada kita.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

https://culturehindu.blogspot.com/2020/10/misteri-kutukan-ratu-gede-mecaling-di-batuan.html

Jumat, 15 Januari 2021

MENGAPA SEMETON DARI BULELENG ITU ASIK BANGET

 



Orang Buleleng memiliki beberapa karakter yg paling menonjol, antara lain: egaliter, skeptik, open-minded dan hangat.

Egaliter dalam artian, semua orang dipandang dan diperlakukan sama/setara. Tidak ada istilah kelas. Dalam percakapan sehari-hari misalnya, mereka lebih banyak menggunakan Bahasa Bali lumrah cenderung kasar (kadang bercampur Bahasa Indonesia) dibandingkan tata bahasa Bali halus—terlepas dari siapapun lawan bicaranya. Cai, awake, nani, kola, siga, dst, adalah sebutan “kamu” dan “aku” yang lumrah digunakan sehari-hari. Bagi mereka ini tidak kasar, tapi “akrab” katanya. Ada juga sebutan “ana” (=saya) dan “ente” (=anda) yang hanya digunakan oleh orang Buleleng.

Jika anda ingin tahu dimana istilah ningrat dan non-ningrat paling banyak ditentang di Bali, jawabannya: di Buleleng. Ketika bertemu orang ningrat yang selalu berbahasa Bali halus —entah karena memang ingin menunjukkan keningratannya atau karena kebiasaan semata— akan diledek dengan “Tyang sampun ngajeng, I ratu sampun ngeleklek?” tentu saja sambil tertawa sinis.

Bukan hanya terbuka dalam menyampaikan sesuatu. Orang Buleleng juga sangat terbuka terhadap nilai-nilai, konsep-konsep dan ide-ide baru—baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar. Bisa dibilang tidak ada yang “tenget” (=tabu) bagi mereka, asal masuk-akal. Bapak-bapak bertattoo atau berambut pirang atau mengenakan kalung rantai ala Harley Davidson’s riders, misalnya, bukan berarti mereka mantan preman atau anggota ormas tertentu. Itu hal biasa saja, bukan sesuatu yang luar biasa.


Mungkin karakter egaliter menonjol inilah yang membuat Orang Buleleng cenderung skeptik —istilahnya “meboya”— terhadap banyak hal terkait atribut. Mereka meboya terhadap hal-hal yang berbau feodal. Mereka meboya terhadap hal-hal yang ditabukan. Mereka meboya terhadap orang yang memposisikan dirinya lebih —entah entah itu dalam hal soroh/klan, strata ekonomi, strata pendidikan dan atribut-atribut sejenisnya. Terhadap perilaku yang dinilai sengaja memamerkan kelebihan atribut, Orang Buleleng katakan “Ake sing taen ngon!” (=aku tidak pernah silau.)

Dagang


Dalam pergaulan Orang Buleleng tergolong hangat dan ‘easy going’. Suka berkelakar, ceplas-ceplos dan tidak mudah tersinggung untuk hal-hal yang sifatnya tidak prinsipiil. Jika anda sedang bepergian sendiri dan butuh teman ngobrol, menemukan orang Buleleng mungkin suatu keberuntungan.

Kombinasi karakter menonjol inilah yang membuat orang Buleleng relative mudah bergaul dengan orang/kalangan manapun, termasuk dari etnis-ras-bangsa-dan-agama manapun.


Ingin gaul dengan Orang Bali tanpa mengkhawatirkan batasan-batasan dan aturan ini-itu selain common-sense? Coba gaul dengan Orang Buleleng.
BIN SIK ORANG BULELENG NAK MELIK2

#mana_suarany_orang_BULELENG
#jeleme_BULELENG_asah_udeg_ngenn

Repost Fb/Kadek Widia

Kamis, 14 Januari 2021

MASYARAKAT BALI MENYIMPAN HASIL SAWAHNYA DI DALAM LUMBUNG PADI ATAU DI BALI DI SEBUT "JINENG"TAHUN 1930AN

  


Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi empat jenis, antara lain: Jineng, Kelumpu,Gelebeg, dan Kelingking.

Jineng atau lumbung itu adalah sebagai tempat menyimpan padi bukan beras dan juga menyimpan sumber bahan makanan yang lainnya seperti jagung dan padi-padian lainnya. Hal ini melambangkan agar penggunaan hasil kekayaan yang diusahakan dari bumi ini digunakan secara hemat dan tepat. Menyimpan dalam bentuk padi itu bertujuan untuk menghemat secara tepat. Agar jangan menggunakan hasil kekayaan bumi ini dengan cara yang tidak benar.


Sesungguhnya adanya jineng itu jangan dilihat dari fungsi nyata (sekala) dewasa ini. Jineng di Pura Banua itu hendaknya dilihat dari sudut niskala sebagai simbol sakral. Simbol sakral berupa jineng itu sebagai media untuk menanamkan sikap hidup produktif dan hemat kepada umat. Ke depan ada baiknya jineng itu dibangun kembali untuk dijadikan media menanamkan nilai-nilai spiritual kepada generasi penerus agar ia bisa hidup produktif dan hemat sebagai cara membangun hidup yang makmur secara berkelanjutan. (https://sudarmadakaripura.wordpress.com/)

Dalam Tri Mandala Pura Besakih, Jineng di Pura Banua sebagai hulunya lumbung di Bali.

Pura Banua Hulunya Lumbung di Bali
Vaisyah krsivalah karyo-
gopah sasya bhrtvratah,
vartayukto grhopatah-
ksetra palo tha Vaisyah.
(Slokantara, 37)

Maksudnya:
Swakarma vaisya varna adalah bertani, mengembala ternak mengumpulkan padi-padian, berdagang, mengusahakan rumah penginapan dan menjadi pelindung ladang.

BERTANI dan beternak merupakan mata pencaharian awal dari manusia sebelum adanya perkembangan industri barang maupun industri jasa. Dari bertani dan beternak itulah munculnya usaha dagang sebagai lapangan pekerjaan untuk melangsungkan kehidupan. Orang yang bekerja di sektor ekonomi ini disebut Vaisya Varna dalam sistem profesi untuk mendapatkan mata pencaharian berdasarkan Weda.

Dagang Banten Bali


Tugas petani sebagai Vaisya Varna di samping memproduksi hasil-hasil tersebut agar dapat digunakan sehemat mungkin. Tentunya tidak sampai mengurangi fungsinya untuk membangun hidup sehat sejahtera lahir batin. Memproduksi sumber-sumber kebutuhan hidup sehari-hari itu dan juga menggunakannya agar hemat dan tepat guna bukan pekerjaan yang dapat dilakukan begitu saja.

Pekerjaan itu harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan dan juga ketenangan hati. Membina sikap hidup produktif yang hemat tepat guna dapat dilakukan dengan memulainya dari pemujaan pada Tuhan. Pemujaan ini untuk menumbuhkan bahwa pemahaman bahwa Tuhan menghendaki agar semua ciptaan-Nya ini tidak ada yang tersia-siakan. Swami Satya Narayana menyatakan bahwa ada empat hal yang tidak boleh diboroskan. Empat hal ini adalah rezeki, makanan, tenaga, dan waktu.

Hidup produktif dan hemat itu ditanamkan juga dalam sistem pemujaan pada Tuhan oleh umat Hindu di Bali. Karena hidup produktif dan hemat itu salah satu cara untuk membangun hidup yang sejahtera. Hal itu dikembangkan di salah satu kompleks Pura Besakih yang disebut Pura Banua. Di pura ini Tuhan dipuja sebagai Dewa Sri, Sakti Dewa Wisnu sebagai Dewi Kemakmuran.

Pura Banua ini salah satu kompleks Pura Besakih yang juga berkedudukan sebagai hulunya lumbung di Bali. Pura ini terletak bersebelahan dengan Pura Basukian di kanan jalan menuju Pura Penataran Agung Besakih. Kata ”banua” dalam bahasa Bali kuno artinya desa menurut pengertian sekarang. Banua dalam pengertian yang lebih luas adalah suatu wilayah pemukiman untuk membina kerja sama membangun dan memelihara kesejahteraan hidup bersama yang produktif dan hemat. Pelinggih atau bangunan suci yang paling utama di pura ini adalah sebuah pelinggih berbentuk Gedong sebagai stana pemujaan Batari Sri sebagai sakti atau power-nya Dewa Wisnu sebagai Dewa Kemakmuran.


Di pura ini ada sebuah jineng dalam ukuran besar yaitu lumbung padi menurut tradisi umat Hindu di Bali. Sayang lumbung yang disebut jineng itu setelah rusak tidak diperbaiki lagi sehingga bangunan tersebut terhapus. Di lumbung besar itulah hasil-hasil tanah laba Pura Besakih disimpan.

Umat Hindu di Bali kalau memanen padi di sawah umumnya menyisihkan seikat kecil padinya terus diupacarai dan distatuskan sebagai simbol Dewa Nini. Dewa Sri yang dalam hal ini disebut Dewa Nini. Seikat padi yang disimbolkan sebagai Dewa Nini inilah yang distanakan di bagian hulu atau keluwan di ruangan dalam lumbung yang ada di Pura Banua tersebut. Mungkin karena kurang paham akan makna jineng atau lumbung itu maka saat rusak tidak lagi diperbaiki karena saat ini tidak ada lagi orang menyimpan padi dengan cara tradisi seperti dahulu.

Sesungguhnya adanya jineng itu jangan dilihat dari fungsi nyata (sekala) dewasa ini. Jineng di Pura Banua itu hendaknya dilihat dari sudut niskala sebagai simbol sakral. Simbol sakral berupa jineng itu sebagai media untuk menanamkan sikap hidup produktif dan hemat kepada umat. Ke depan ada baiknya jineng itu dibangun kembali untuk dijadikan media menanamkan nilai-nilai spiritual kepada generasi penerus agar ia bisa hidup produktif dan hemat sebagai cara membangun hidup yang makmur secara berkelanjutan.

Untuk masyarakat awam ajaran agama yang abstrak itu divisualisasikan dalam bentuk simbol. Dengan simbol itulah berbagai hal bisa dijelaskan secara lebih mudah kepada umat kebanyakan. Apa lagi simbol tersebut terkait dengan pemujaan pada Dewi Sri, Sakti Dewa Wisnu manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kemakmuran. Kehadiran Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran diwujudkan sebagai Dewi Sri di pelinggih Gedong dan sebagai Dewa Nini di lumbung pura.


Dewi Sri lambang Tuhan dalam spirit kemakmuran, sedangkan Dewa Nini dalam wujud kongkretnya. Dewi Sri ibarat jiwa atau Purusa-nya, sedangkan Arca Dewa Nini sebagai wujud fisik atau Pradana-nya. Demikianlah dapat diumpamakan. Karena itu Dewa Nini itu disimbolkan dengan seikat padi. Padi yang dijadikan simbol Dewa Nini itu tentunya padi dari pilihan yang terbaik sehingga menjadi contoh produksi untuk diupayakan oleh masyarakat petani mempertahankan kualitas produknya.

Ini artinya seikat padi terpilih sebagai simbol arca itu, di samping bermakna sebagai simbol sakral ia juga memiliki nilai sebagai simbol material untuk dijadikan contoh oleh pada petani dalam mempertahankan dan mengembangkan kualitas produknya.

Di Pura Banua ini di samping ada Gedong dan Jineng stana Dewi Sri dan Dewa Nini ada juga Balai Pesamuan yang terletak di sebelah kiri Gedong Dewi Sri. Balai Pesamuan ini bertiang delapan dan dibagi menjadi dua bagian yang disekat dengan sebilah papan. Balai Pesamuan ini sebagai tempat bertemunya para pemimpin masyarakat Desa Besakih dengan telah ditentukan tempat duduknya masing-masing.

Balai Pesamuan ini sebagai simbol bahwa dalam membangun kehidupan ekonomi agraris itu tidak bisa para petani berjalan sendiri-sendiri. Apa lagi kehidupan petani sangat tergantung pada iklim dan musim yang ditentukan oleh dinamika alam. Para petani harus mendapat tuntunan dari para akhli dan praktisi astronomi yang dalam ajaran Weda disebut Jyothisa.

Di samping ditentukan oleh musim bertani itu juga ditentukan oleh hari baik atau dewasa menanam padi. Yang juga amat menentukan adalah manajemen irigasi. Hal-hal inilah yang akan menjadi pembahasan umat petani dalam mengembangkan kemakmuran bersama. Hidup bersama itu harus dikembangkan berbagai kebijakan melalui suatu musyawarah agar semua informasi yang ada dapat ditata sesuai dengan fungsi dan profesi yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan.* i ketut gobyah
http://www.babadbali.com/

#BALITEMPOEDULOE #TROPENMUSEUM # #SEJARAH # #BALILAWAS # #BALIAGE #KEUNIKANBALI #ADATTRADISI #ADATBUDAYA #

Rabu, 13 Januari 2021

Jenis-Jenis Uang Kepeng dan Fungsinya

 Uang kepeng merupakan salah satu sarana yang tidak lepas dari upacara agama Hindu, baik itu dalam upacara Manusa yajna, bhuta yajna, Dewa Yajna, Pitra Yajna mau pun Rsi Yajna. Uang kepeng dianggap sebagai sarana yang sangat penting dalam setiap upacara. Tak heran jika tanpa uang kepeng suatu upacara tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan jenisnya uang kepeng dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis diantaranya yakni Uang kepeng Lumrah, Uang kepeng Koci, Uang kepeng Kerinyah, uang kepeng Lembang, uang kepeng Jahi dan uang kepeng Jimat (Sudarma, 2008:15-16).




Foto; Mutiarahindu.com

Jika dilihat bentuk dan fungsinya, maka ke-enam uang kepeng diatas dapat dijelaskan sebagai berikut;


1. Uang kepeng Lumrah


Yaitu uang kepeng yang digunakan dalam setiap upacara agama. Ada pun bentuk dari uang kepeng Lumrah adalah pada bagian tengahnya bergaris tengah sekitar tiga sentimeter dengan warna hitam. Biasanya uang ini terbuat dari perunggu yang kadar tembagahnya tampak lebih besar (Sudarma, 2008:16). Uang kepeng lumrah dinilai memiliki nilaireligius dan lasim digunakan untuk membuat patung dewa seperti patung Dewa rambut sedana.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

2. Uang kepeng Koci


Yaitu uang kepeng yang bentuknya lebih kecil dari uang kepeng biasa dengan garis tengah sekitar dua sentimeter. Uang kepeng koci berwarna hitam dan terbuat dari perunggu yang campuran tembagahnya tampak lebih besar. (Sudarma, 2008:16).





3. Uang kepeng Kerinyah, 


Yaitu uang kepeng yang bentuknya sama dengan uang kepeng biasa, hanya saja yang membedakan dengan yang lain yakni warnanya berwarna kuning, sebab bahanya terbuat dari campuran kuningan. Uang kepeng ini tidak memiliki keistimewaan tertentu. (Sudarma, 2008:16).


4. Uang kepeng Lembang 


Yaitu uang kepeng yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan uang kepeng biasa. Uang kepeng Lembang memiliki ukuran garis tengah tiga setengah sentimeter dengan warna kuning seperti uang kepeng Kerinyah. Pada umumnya uang kepeng Lembang digunakan sebagai alat judi yang disebut dengan makeles. (Sudarma, 2008:16).





5. Uang kepeng Jahi 


Yaitu uang kepeng yang ukurannya sama dengan uang kepeng Koci. Uang kepeng ini pada umumnya juga digunakan sebagai alat judi yang disebut dengan Mapincer. (Sudarma, 2008:16).

Dagang Banten Bali


6. Uang kepeng Jimat 


Yaitu uang kepeng yang digunakan khusus untuk hal-hal tertentu dan tidak digunakan untuk pembayaran. Sebab dinilai memiliki nilai magis dan mistis. Uang ini memiliki beberapa jenis antara lain pipis arjuna, pipis bima, pipis jaran, dan pipis gajah. (Sudarma, 2008:16).

Pipis arjuna, dipercaya bahwa seseorang yang memakai Pipis ini sebagai jimat akan memperoleh sifat-sifat yang menyerupai Arjuna yakni memiliki kemampuan untuk bercumbur rayu dan menaklukan wanita.
Pipis bima, dipercaya bahwa seseorang yang memakai Pipis ini sebagai jimat akan memperoleh sifat-sifat yang menyerupai Bima yaitu jujur, berwibawa mempunyai kekuatan seperti Bima, berwibawa, mempunyai ketahanan dan kekuatan fisik.
Pipis jaran, dipercaya bahwa seseorang yang memakai Pipis ini sebagai jimat akan memperoleh karakteristik seperti kekuatan untuk berlari seperti kuda.
Pipis gajah dipercaya bahwa seseorang yang memakai Pipis ini sebagai jimat akan memperoleh karakteristik seperti memiliki kekuatan sekuat gajah (Sidemen, 1998: 37 – 40).

Selain dari keenam jenis uang kepeng diatas masih banyak lagi uang kepeng yang pernah ada di negeri Nusantara. Seperti misalnya uang kepeng Bobongan Jawa (Pis Bolong Gobongan Jawa), dan Uang Kepeng Gobongan Bali (Pis Bolong Gobongan Bali). Uang kepeng dini diperkirakan ada pada tahun 1769 Masehi sampai 1860 Masehi. 



RELATED:
Makna dan Fungsi Bunga Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Macam-Macam Jenis Air Suci Tirta Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Makna dan Fungsi Air Suci Tirta Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Kemudian Uang kepeng Rerajahan, Uang Kepeng Paica dan Uang kepeng Pretima. Uang kepeng Rerajahan termasuk dalam uang kepeng Jimat, sebab uang kepeng ini dibuat khusus dengan gambar-gambar (dirajah) yang memiliki kekuatan magis. Pada umumnya uang kepeng ini dibuat dari Tembaga, Kuningan dan perunggu.


Uang Kepeng Paica yaitu uang kepeng yang diperoleh karena melakukan tapa samadi pada tempat-tempat suci. Jenis uang ini tergolong Uang kepeng Jimat karena gambarnya merupakan tokoh-tokoh dalam pewayangan seperti dalam kisah Mahabrata dan Ramayana. Uang kepeng Pretima yaitu jenis uang kepeng yang digunakan untuk memuja Tuhan dalam bentuk simbol-simbol. Pada umumnya uang kepeng ini hanya ditemui pada tempat-tempat suci yang sacral.


Seperti kita ketahui bahwa uang Kepeng atau Pis Bolong secara umum dapat diartikan sebagai jenis uang logam yang berbentuk bulat dan ditengahnya berlubang segi empat. Arjan Van Aelst (1995: 357-359) mengatakan bahwa pemerintah majapahit sengaja mengimpor uang kepeng untuk mempermudah transaksi di wilayah Indonesia. Demikianlah jenis-jenis uang kepeng yang penulis dapat rangkum. Semoga bermanfaat.


Referensi https://www.mutiarahindu.com/2018/05/uang-kepeng-merupakan-salah-satu-sarana.html


Arjan, Van Aelst, 1995, Batavia Cas Cain, dalam oriental Numismatic News Letter.
Sudarma, I Putu. 2008. Esensi Uang Kepeng Dalam Ritual Hindu. Surabaya. Paramita.
Sidemen, Ida Bagus. Dkk. 1998. Sejarah Alih Fungsi Uang Kepeng Dalam Lontar Majalah Dokumentasi Budaya Bali, No 11 Tahun III. Denpasar: Tanpa Nama Penerbit

APA YANG BISA KITA LAKUKAN DI MASA PANDEMI???

 APA YANG BISA KITA LAKUKAN DI MASA PANDEMI???

APA YANG BISA KITA LAKUKAN DI MASA PANDEMI? Pandemi COVID-19 sedikit 
banyak berdampak diberbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang pekerjaan kita. Tidak sedikit yang mengalami pemotongan gaji dan pemutusan hubungan kerja. Sementara, kebutuhan dan tuntunan hidup di zaman sekarang semakin tinggi. Bahkan banyak kebutuhan yang aslinya sekunder sudah bergeser menjadi kebutuhan primer. Karena itu, smencari pemasukan tambahan dengan berbisnis sampingan bisa jadi salah satu strategi yang bisa kita lakukan lho.  

 
Di era digital ini, banyak pilihan bisnis yang bisa kita coba tanpa perlu dengan modal yang besar dan biaya pemasaran yang tinggi. Nah buat anda yang ingin berbisnis namun masih bingung, berikut ini ada beberapa ide bisnis yang bisa anda lakukan dan mungkin ini cocok. Berikut contohnya:
 
Jasa kursus online
Bagi anda yang mempunyai skill tertetu cukup mumpuni, misalnya seperti menggambar, digital marketing, menulis, ataupun itu, anda bisa coba membuka kelas kursus/pelatihan online. Apalagi jika anda mempunyai berbagai kemampuan ilmu atau mengajar yang baik, kelas online anda bisa menjadi favorit dan memiliki banyak favorit.
 
Kuliner online rumahan
Anda jago masak? Jika iya, anda bisa coba membuka usaha kuliner online rumahan lho. Tidka perlu memiliki restoran, semua bisa dilakukan dari rumah dan menjualnya lewat via market place atau social media. Yang terpenting jangan lupa untuk menganggarkan biaya promosi untuk pemasaran digital via sosmed atau membagi sample produk ke teman-teman, keluarga dan warga sekitar.
Jasa desain
Jika anda jago desain! Keahlian ini sangat bisa untk dipasarkan dan dijual di era digita ini. anda bisa coba menawarkan dengan sistem pre order. Anda bisa memasarkan keahlian ada ini di media sosial.
 
Buka toko online
Berjualan atau membuka took online. Meski pesaing banyak, tetapi kesempatan dan peluang selalu ada, jika anda tidak mempunyai produk sendiri, kita bisa memulainya dengan menjual barang-barang yang memang sesuai dengan interest kita. Misalnya kita hobi dengan baju-baju, mainan, alat rumah tangga, sepatu nah ide ini bisa anda lakukan dna menjualnya melalui online di berbagai media sosial. Selain sosmed, kita juga bisa memaksimalkan usaha kita dengan memanfatkan berbagai situs market place. Misalnya lewat buka lapak, shoppe, took pedia, dan market place lainnya.
 
Nah itu dia ide-ide usaha online yang bisa anda lakukan di masa pandemic ini, silahkan mencoba dan tentunya pilihlah bisnis yang sesuai dengan minat dan keahlian kita ya kak. Karena rasanya akan lebih hoki jika sesuai dengan hobi kita.