Jumat, 18 Desember 2020

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial

 Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial

Jika kamu ingin membuat desain sticker sendiri untuk mempromosikan bisnismu, maka ada banyak hal yang harus kamu perhatikan. Itu tidak hanya soal gambar dan warnanya yang harus kelihatan bagus. Sebab, sticker yang didesain dengan tepat bisa menjadi alat marketing yang bagus untuk bisnis apapun. Namun, seringkali orang-orang masih bingung harus mulai dari mana ketika akan mendesain sticker. Daripada kamu juga ikutan bingung, ayo simak cara-caranya berikut ini.


Pilih Ukuran dan Bentuk stickernya

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk


Sebelum kamu memikirkan aspek apapun untuk desainmu, pertama-tama pastikan dahulu ukuran dan bentuk stickermu. Biasanya, ini tergantung pada keperluan penggunaan sticker tersebut. Bentuk yang paling umum adalah persegi panjang, persegi dan lingkaran. Ini umumnya paling efektif untuk marketing.


Buat Warnanya Cerah dan Warna-Warni

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk


Apapun tujuanmu membuat sticker, utamanya kamu ingin menarik perhatian orang melalui stickermu. Apalagi kalau stickermu ditempelkan di laptop, sepeda motor, mobil, maka semakin banyak orang yang bisa melihatnya. Makanya, gunakan warna cerah dan colorful untuk stickermu agar terlihat mencolok.


Gunakan Tipografi yang Bold

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk


Satu fokus yang penting untuk diperhatikan saat kamu mendesain sticker adalah pilihan tipografimu. Kalau penataan teksnya kurang tepat maka stickermu akan sulit menyampaikan pesan yang ingin dikomunikasikan melalui sticker. Pastikan kamu pilih jenis huruf yang bold dan jelas sehingga mudah dibaca.
Gunakan Teks Seminimal Mungkin Jika Bisa

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk



Meneruskan poin yang sebelumnya, tidak hanya memilih jenis huruf yang tepat. Namun, sebisa mungkin kamu perlu meminimalisir penggunaan teks di dalam stickermu. Kecuali itu memang tulisan teks brandmu. Tujuannya adalah membuat stickermu nyaman dilihat serta mudah diingat.

Selaraskan Brand dengan Tema Sticker

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk



Meskipun kamu perlu menggunakan warna yang tepat, tipografi yang bagus dan sebagainya, ingat bahwa brandmu menjadi fokus utama sticker. Jadi, selaraskan juga sticker dengan brandmu. Misalnya, sesuaikan tema gambar, tipografi dan warna stickernya dengan brand bisnis kamu agar enak dilihat.

Cantumkan Call-To-Action

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk


Call-to-action atau CTA biasa digunakan pada media marketing apapun. Kamu pasti sudah sering melihatnya di banner, selebaran, website dan terkadang brosur. CTA bisa berupa ajakan untuk menghubungi kontak bisnismu, mengunjungi website atau follow media sosial. Misalnya, “Hubungi kami sekarang.”


Selipkan Humor pada Stickermu

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk



Salah satu taktik yang tidak pernah gagal menarik perhatian adalah menggunakan humor untuk marketing-mu. Orang pasti akan senang kalau mereka bisa tertawa saat melihat stickermu. Misalnya, buat desain lucu seperti karikatur. Jika stickermu itu mengundang tawa, orang akan mudah mengingat brandmu.

Bikin Desain yang Simpel dan To-The-Point

Cara Membuat Desain Sticker Paling Keren untuk Keperluan Komersial
sumber: fastprint.co.uk



Satu hal penting lagi yang kamu perlu ingat yaitu selalu gunakan desain sticker yang simpel dan to-the-point. Untuk apapun jenis bahan cutting stickernya, hal ini perlu menjadi catatanmu sendiri untuk kamu ingat dan terapkan. Sebab, kadang kita lebih gampang mendesain sticker dengan heboh sehingga tampilannya malah jadi ribet. Padahal, sticker yang bagus justru yang minimalis dan mudah dipahami.
Demikian sejumlah tips penting dalam membuat desain sticker. Jika kamu menerapkannya saat mendesain sticker, maka hasilnya bisa jadi lebih bagus serta menarik perhatian. sticker merupakan bagian dari marketing terutama untuk brand-mu. Jadi, buat sebagus mungkin tapi tentu saja tidak berlebihan. Sesuaikan juga dengan tema dan warna brand-mu agar stickernya kelihatan setema. Ketika orang mudah mengingat stickermu, mereka juga gampang mengenali brand-mu.

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi

 5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi


Mempertahankan bisnis di kala pandemi sudah pasti tidak mudah. Bila perusahaan besar saja mengeluhkan dampak fluktuasi ekonomi akibat pandemi, maka sudah tentu bisnis skala UMKM pun akan merasakan. Namun, kamu jangan berkecil hati. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk tetap bertahan dan mendapatkan keuntungan dari menjalankan bisnis selama pandemi. Berikut kiat-kiatnya!


1. Beralih ke Online

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi
UMKM bisa beralih ke online


Buat UMKM yang mungkin masih offline dan belum mempunyai media sosial, sangat penting di saat pandemi seperti ini untuk mulai beralih ke online dan mempunyai media sosial. Beralih ke online penting karena banyak konsumen yang sekarang menggunakan media sosial untuk menemukan barang yang mereka ingin beli atau jasa yang ingin mereka gunakan.

2. Aktif di Media Sosial

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi
Aktif di media sosial


Untuk aktif di media sosial sudah menjadi keharusan bagi setiap UMKM. Tapi suka bingung nggak, sih, apa yang mau di-post? Nah, kalian bisa post.

proses pembuatan produk, proses packaging produk, repost review dari pelanggan, dan konten menarik lainnya yang berhubungan dengan produk.

3. Buat Strategi Bisnis

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi
Buat strategi bisnis


Saat kamu memutuskan untuk usaha secara online, kamu perlu memikirkan strategi agar langkah ini bisa membuatmu bertahan selama wabah corona. Pertama, kamu bisa menghitung satu hari jumlah pesanan yang kamu terima. Dari situ, kamu bisa menghitung pengeluaran untuk produksi yang kamu jalankan. Selain itu, untuk menambah pelanggan kamu bisa membuat promo menarik atau diskon untuk pembelian produk kamu. Kamu juga bisa menggunakan promo seperti “free ongkir” dan banyak lagi strategi yang bisa kamu siasati.


4. Punya dana darurat

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi


Memiliki dana darurat bisa menjadi solusi agar bisnis tetap bertahan di kala pandemi seperti ini. Bayangkan, dengan adanya wabah ini, tiba-tiba harga kebutuhan naik dan modal kamu tidak cukup. Untuk itulah guna punya dana darurat agar bisnis kamu masih mempunyai “backup” di saat sulit seperti ini.

5. Ikut gerakan #DukungUMKM

5 Kiat Agar Bisnis Kamu Bertahan di Kala Pandemi
Ikut gerakan #DukungUMKM



Gerakan #DukungUMKM diinisiasi oleh komunitas kemanusiaan yaitu Tersalur. Dengan mengikuti gerakan ini UMKM diharapkan dapat bersaing di era digital. Program gerakan #DukungUMKM murni untuk membantu UMKM agar tetap bisa mempertahankan bisnisnya dan tidak dikenai biaya sama sekali.
Serta, kami juga menyediakan beberapa webinar khusus untuk pemilik UMKM, di samping program inti dalam gerakan #DukungUMKM. Nah, sekarang apa aja sih program inti yang bakal tersalur sediakan dalam gerakan #DukungUMKM ini? Ada 3 program inti dari gerakan dukung UMKM, yaitu menghubungkan UMKM dengan para ahli, melakukan review di Instagram dan website Tersalur, serta bekerja sama dengan media partner dan juga para influencer.  Daftarkan bisnismu di bit.ly/TersalurUMKM dan cek IG @tersalur


Kamis, 17 Desember 2020

MENGAPA SEMETON DARI BULELENG ITU ASIK BANGET

 



Orang Buleleng memiliki beberapa karakter yg paling menonjol, antara lain: egaliter, skeptik, open-minded dan hangat.

Egaliter dalam artian, semua orang dipandang dan diperlakukan sama/setara. Tidak ada istilah kelas. Dalam percakapan sehari-hari misalnya, mereka lebih banyak menggunakan Bahasa Bali lumrah cenderung kasar (kadang bercampur Bahasa Indonesia) dibandingkan tata bahasa Bali halus—terlepas dari siapapun lawan bicaranya. Cai, awake, nani, kola, siga, dst, adalah sebutan “kamu” dan “aku” yang lumrah digunakan sehari-hari. Bagi mereka ini tidak kasar, tapi “akrab” katanya. Ada juga sebutan “ana” (=saya) dan “ente” (=anda) yang hanya digunakan oleh orang Buleleng.

Jika anda ingin tahu dimana istilah ningrat dan non-ningrat paling banyak ditentang di Bali, jawabannya: di Buleleng. Ketika bertemu orang ningrat yang selalu berbahasa Bali halus —entah karena memang ingin menunjukkan keningratannya atau karena kebiasaan semata— akan diledek dengan “Tyang sampun ngajeng, I ratu sampun ngeleklek?” tentu saja sambil tertawa sinis.

Bukan hanya terbuka dalam menyampaikan sesuatu. Orang Buleleng juga sangat terbuka terhadap nilai-nilai, konsep-konsep dan ide-ide baru—baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar. Bisa dibilang tidak ada yang “tenget” (=tabu) bagi mereka, asal masuk-akal. Bapak-bapak bertattoo atau berambut pirang atau mengenakan kalung rantai ala Harley Davidson’s riders, misalnya, bukan berarti mereka mantan preman atau anggota ormas tertentu. Itu hal biasa saja, bukan sesuatu yang luar biasa.


Mungkin karakter egaliter menonjol inilah yang membuat Orang Buleleng cenderung skeptik —istilahnya “meboya”— terhadap banyak hal terkait atribut. Mereka meboya terhadap hal-hal yang berbau feodal. Mereka meboya terhadap hal-hal yang ditabukan. Mereka meboya terhadap orang yang memposisikan dirinya lebih —entah entah itu dalam hal soroh/klan, strata ekonomi, strata pendidikan dan atribut-atribut sejenisnya. Terhadap perilaku yang dinilai sengaja memamerkan kelebihan atribut, Orang Buleleng katakan “Ake sing taen ngon!” (=aku tidak pernah silau.)

Dagang


Dalam pergaulan Orang Buleleng tergolong hangat dan ‘easy going’. Suka berkelakar, ceplas-ceplos dan tidak mudah tersinggung untuk hal-hal yang sifatnya tidak prinsipiil. Jika anda sedang bepergian sendiri dan butuh teman ngobrol, menemukan orang Buleleng mungkin suatu keberuntungan.

Kombinasi karakter menonjol inilah yang membuat orang Buleleng relative mudah bergaul dengan orang/kalangan manapun, termasuk dari etnis-ras-bangsa-dan-agama manapun.


Ingin gaul dengan Orang Bali tanpa mengkhawatirkan batasan-batasan dan aturan ini-itu selain common-sense? Coba gaul dengan Orang Buleleng.
BIN SIK ORANG BULELENG NAK MELIK2

#mana_suarany_orang_BULELENG
#jeleme_BULELENG_asah_udeg_ngenn

Repost Fb/Kadek Widia

Rabu, 16 Desember 2020

Makna dan Kisah Mistis Dibangunnya Tugu Singa Ambara Raja

 






SINGA : Tugu Singa Ambara Raja dibangun di depan Kantor Bupati Buleleng, Singaraja. (Dian Suryantini/Bali Express)





SINGARAJA, BALI EXPRESS-Tugu Singa Ambara Raja, bukan sekadar patung yang jadi ikon Kota Singaraja. Namun, dibangun dan dikonsep detail oleh tim khusus di masa lalu.


Berdasarkan buku yang disusun almarhum Ketut Ginarsa, diceritakan pada 16 Februari 1968 Bupati Buleleng kala itu Hartawan Mataram, membentuk panitia peneliti sejarah untuk menggali dan meneliti sejarah lahirnya Kota Singaraja, yang berujung dengan dibangunnya Tugu Peringatan Singa Ambara Raja, yang juga menjadi lambang daerah Kabupaten Buleleng. 






Panitia peneliti sejarah saat itu diketuai langsung Bupati Hartawan Mataram. Sedangkan Ketua Harian Made Gelgel, serta penulis Sudjadi, dibantu beberapa orang anggota. 

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Sedangkan almarhum Ketut Ginarsa sendiri, merupakan salah seorang anggota tim peneliti sejarah. Kemudian dari hasil kajian sejarah serta masukan dari berbagai sumber, maka dapat dirumuskan sejarah berdirinya Kota Singaraja beserta lambangnya, yang disesuaikan dengan karakter, sejarah dan tipologi Buleleng yang cenderung keras, kreatiaf, inovatif, religius, cerdas dan berbudaya. 

Tidak itu saja, sumber satu dan yang lainnya dihubung-hubungkan, hingga terbentuklah sebuah lambang yang kemudian dapat diterima dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat Buleleng. 

Sedangkan panitia perencana lambang Kota Singaraja dibentuk Bupati Hartawan Mataram dengan Ketua Harian Gede Putu Rijasa, Wakil Ketua Nyoman Oka Api, Sekretaris Putu Kasta. Pelaksananya adalah Rokhim B.A.E, seniman Subroto dibantu undagi Made Rudita, serta beberapa anggota lainnya. 

Tugu Singa Ambara Raja akhirnya diplaspas (diresmikan dengan ritual), 5 September 1971, bertepatan dengan purnamaning sasih katiga. Adapun makna dari Tugu Singa Ambara Raja dapat dibedakan dalam dua katagori, yakni nasional dan daerah.

Tugu Singa Ambara Raja yang dilambangkan dengan Singa Bersayap, memiliki beberapa bagian. Meliputi bangunan tugu atau yupa berbentuk segilima, yang melambangkan falsafah negara Pancasila.

Kemudian Singa Ambara bersayap tujuh belas helai melambangkan tanggal atau hari Proklamasi. Lalu jagung gembal delapan helai melambangkan bulan yang ke delapan atau Agustus. Butir-butir jagung gembal berjumlah empat puluh lima butir melambangkan tahun proklamasi 1945. 

Jika semua lambang itu digabungkan, maka dapat diartikan sebagai jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila.

Sedangkan dalam makna daerah dijabarkan, Yupa atau padmasana segilima melambangkan dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Lalu arca Singa bersayap sebagai lambang daerah Kabupaten Buleleng yang terbentang dari timur ke barat. 

Buleleng atau jagung gembal yang dipegang tangan-tangan Singa Ambara sebagai lambang nama daerah, yakni Buleleng yang dipegang oleh Kota Singaraja. 

Moto Singa Ambara Raja melambangkan kelincahan dan semangat kepahlawanan rakyat Buleleng. Sembilan helai kelopak bunga teratai melambangkan sembilan kecamatan yang ada di Buleleng. Tiga ekor Gajah Mina melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kepandaian masyarakat Buleleng. Tiga buah permata yang memancar berkilau melambangkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan rakyat Buleleng. 



Sedangkan jumlah bulu sayap yang besar dan kecil 30 helai, yaitu sayap jajaran pertama berjumlah lima helai, sayap jajaran kedua berjumlah tujuh helai, sayap jajaran ketiga berjumlah delapan helai, serta sayap keempat berjumlah 10 helai, melambangkan tanggal lahirnya Kota Singaraja. 

Tiga buah tulang pemegang bulu sayap melambangkan bulan yang ketiga atau Maret, yaitu bulan lahirnya Kota Singaraja. Rambut, bulu gembal, dan bulu ekor singa yang panjang jumlahnya 1.604 helai, melambangkan tahun lahirnya Kota Singaraja.

Tugu Singa Ambara Raja menyimpan berbagai misteri yang hanya dapat ditangkap beberapa orang tertentu saja. Usai dilakukan pamlaspas, konon beberapa kejadian aneh di seputaran tugu sempat menjadi buah bibir rakyat Buleleng. 

Konon ketika itu seorang tentara yang bertugas jaga di Markas Komando Wilayah Pertahanan (Markowilhan) yang kini menjadi Kantor Bupati Buleleng, melihat patung singa tersebut bergerak dan berputar. 

Keanehan lain juga dilihat ibu Nuryati, warga Jalan Gajah Mada Singaraja, yang konon sempat melihat wajah Patung Singa Ambara Raja yang menyorotkan sinar hingga ke laut pantai utara. 

Berdasarkan cerita Nyoman Sutrisna, Bendesa Desa Pakraman Buleleng, ketika terjadi peristiwa Bom Bali I, mantan Kapolda Bali Mangku Pastika kala itu sempat memohon petunjuk di Tugu Singa Ambara Raja. Kala itu konon salah seorang pengantar beliau mendapat pewisik (petunjuk gaib), bahwa para teroris akan terungkap dalam tenggang waktu 42 hari, atau dalam istilah Bali abulan pitung dina. Namun belum genap 42 hari, gembong teroris Amrozi akhirnya tertangkap. 

“Pada saat muspa di Tugu Singa Ambara Raja, turunlah pawisik melalui Anak Agung Dammar yang saat ini bertempat tinggal di gria di Sukasada. Pawisik beliau menyarankan supaya due dari Ida Bhatara di (Pura) Dalem Ped diberikan dulu kepada Bapak Mangku Pastika yang berupa keris yang saat itu masih diemban anak dari mantan Kabag Humas Pemkab (Buleleng), Nyoman Suarta, yang bekerja di Kantor Pajak di Denpasar,” ucap Nyoman Sutrisna.

Setelah itu, lanjutnya, mereka melakukan pertemuan dan sembahyang di merajan beliau yang ada di Petemon.

"Nah saat di Petemon mereka melakukan ritual atau melakukan penyerahan pusaka berupa keris kepada Bapak Mangku Pastika yang langsung diserahkan Anak Agung Dammar. Pada saat itulah Nyoman Suarta juga mendapaat petunjuk, bahwa dalam tempo 42 hari atau abulan pitung dina kasus Bom Bali akan terungkap. Persis 40 hari setelah peristiwa Bom Bali I dan 40 hari berikutnya sisa lagi dua hari itu memang benar-benar terjadi, dimana peristiwa terbunuhnya Azhari,” tuturnya, pekan kemarin.

Secara niskala Tugu Singa Ambara Raja memang menyimpan aura magis. Menurut Nyoman Sutrisna, yang malinggih di Tugu Singa Ambara Raja adalah Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala.

“Yang malinggih Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala yang dikatakan hidup. Makanya ada gelanggang yang berisikan bendera merah putih yang bertiang bambu runcing. Menurut kesan diluar, terkadang ada orang besar yang membawa rantai berjalan-jalan,” ujarnya.

Sejak kepemimpinan Bupati Putu Bagiada, pemerintah berupaya membangkitkan kembali taksu Tugu Singa Ambara Raja melalui upacara padudusan alit, tepatnya pada 7 September 2006 lalu, bertepatan pada purnama sasih katiga. 

(bx/dhi/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/12/03/228156/makna-dan-kisah-mistis-dibangunnya-tugu-singa-ambara-raja

Selasa, 15 Desember 2020

Pura Perjuangan,Tonggak Sejarah Perjuangan Warga Sumberklampok

 






PALINGGIH: Pura Perjuangan di Desa Sumberklampok, Buleleng, dan Jro Mangku Ketut Kasih. (Dian Suryantini/Bali Express)

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

SINGARAJA, BALU EXPRESS-Berdirinya Pura Perjuangan pada tahun 1991 di Banjar Sumberbatok, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tidak terlepas dari sejarah terbentuknya desa. 


Sejauh yang bisa ditelusuri, Desa Sumberklampok disebut berawal dari tahun1922. Ketika itu kawasan tersebut masih hutan belantara dan belum berpenghuni. 




Playvolume00:00/03:19Truvid







DI masa penjajahan Belanda kala itu, datang orang Belanda benama AW Remmert bermaksud membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa di hutan Bali Barat. 


“Awalnya AW Remmert terdampar di sebuah pulau yang bernama Pulau Menjangan dan berlabuh ke teluk yang kemudian disebut dengan Teluk Terima,” tutur Jro Mangku Ketut Kasih, Pemangku Pura Perjuangan Desa Sumberklampok, kemarin.

AW Remmert yang dibantu para pekerjanya dari Pulau Madura sebanyak sekitar 62 orang pekerja, lanjutnya, kemudian membuka hutan. Setelah hutan dibuka, lalu ditanami kelapa, pisang, dan tanaman rempah. Daerah itu pun diberi nama Gedebung Bunyu. 

Ternyata tidak hanya AW Remmert yang membuka hutan, Johan J.Powneel dan Gerrit Van Schermbeek, juga ikut membuka hutan untuk menjadikan kawasan tersebut areal perkebunan kelapa dan kapuk. 

Kemudian sekitar tahun 1930, izin perkebunan (Persil Onderneming) pun diberikan Pemerintah Belanda. “Pada saat Jepang menjajah Indonesia setelah Belanda, dan merusak semua tatanan pemukiman yang ada. Bahkan, diharuskan menggunakan karung goni, sampai mengonsumsi singkong setiap harinya, dan saat itu juga terjadi wabah malaria hebat,” tuturnya.

Kondisi tersebut tidak jauh berubah setelah Indonesia merdeka, semua perkebunan dikuasai perusahaan-perusahaan perkebunan yang mengelola, dan beberapa pergantian perusahaan perkebunan, hingga yang terakhir mengelola yakni PT Margarana dan Dharma Jati. 

Kondisi itu akhirnya membuat masyarakat merasa terusir secara pelan-pelan, serta dibatasinya lingkup jangkauan masyarakat, seperti pada bidang pertanian dan kesejahteraannya. Terlebih setelah Indonesia merdeka, semakin tahun akhirnya banyak penduduk berdatangan, seperti dari daerah Madura, Banyuwangi, Pulau Nusa, dan Karangasem. 



Terkait perubahan nama Gedebung Bunyu menjadi Sumberklampok, dikatakan Jro Mangku Ketut Kasih, itu terkait dengan nama Gedebung Bunyu yang dinilai tidak membawa berkah, dan dirasa akan memengaruhi kehidupan masyarakatnya. 

Sedangkan pemilihan nama Sumberklampok sebagai pengganti nama desa sebelumnya, dikarenakan banyaknya pohon Jambu Klampoak yang tumbuh, dan dibawahnya terdapat sumber mata air yang sering dikonsumsi warga, serta digunakan untuk keperluan sehari-hari, walaupun rasa airnya agak payau.

Penghapusan nama Gedebung Bunyu itu terjadi pada tahun 1991, saat kepemimpinan Gubernur Bali Ida Bagus Oka. Sedangkan seluruh masyarakat yang tidak berasal dari desa tersebut, diminta untuk kembali ke daerah asalnya. 

Saat itu, tanah peninggalan Belanda yang sudah dikuasai masyarakat, juga diajukan ke Agraria Pusat. “Dahulu yang asalnya dari luar desa dikembalikan. Yang dari Madura, pulang ke Madura. Yang dari Nusa balik ke Nusa. Karena tanah peninggalan Belanda atau tanah AGEO ini sudah dikuasai warga desa,” jelasnya. 

Karena itulah, keberadaan Pura Perjuangan disebut menjadi bukti perjuangan masyarakat Desa Sumberklampok untuk memperjuangkan tanah yang mereka tempati hingga kini. 

Menariknya, disebutkan jika dahulunya dalam satu banjar, warga di Sumberklampok terdata di dua desa berbeda, yakni Desa Sumberkima dan Pejarakan. Untuk warga yang beragama Hindu, mereka masuk ke dalam Desa Sumberkima. Sedangkan warga beragama Islam masuk ke Desa Pejarakan. 

Namun, dengan berjalannya waktu, dan atas saran pemuka masyarakat, maka pada tahun 1967 untuk pertama kalinya diadakan pemilihan kepala desa. Bahkan, pada 1 Juni 1967, Desa Sumberklampok diakui menjadi sebuah desa, dengan kepala desa pertama bernama Pawiro Sentono. 

Sejak saat itu mulai dibangun gedung sekolah dasar, kantor desa, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, sejak saat itu pula, pemerintah mulai melihat keberadaan Desa Sumberklampok dengan mendatangkan sumbangan untuk pembangunan desa. 

Sedangkan saat ini secara administratif Desa Sumberklampok dibagi menjadi tiga dusun, yakni Tegal Bunder, Sumberklampok, dan Sumberbatok. Sedangkan satu banjar, yaitu Teluk Terima menjadi satu dusun dengan Sumberbatok.

(bx/dhi/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/11/15/224798/pura-perjuangantonggak-sejarah-perjuangan-warga-sumberklampok

Senin, 14 Desember 2020

Lahir Melik Bukan Kutukan, Anugerah yang Berisiko, Ini Penjelasannya

 








BALI EXPRESS, DENPASAR - Seseorang yang terlahir Melik, konon terbatas dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan, kerap dinilai tak berumur panjang. Kenapa disebut Melik, apakah anugerah atau sebaliknya?

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Begitu banyak mitos di masyarakat yang memaparkan tentang kelahiran dengan kondisi Melik. Dalam lontar Purwa Gama menjelaskan, seseorang yang terlahir dengan kondisi Melik memiliki rerajahan tertentu yang dibawanya sejak lahir. Rerajahan yang umumnya berbentuk senjata para dewa itu dikatakan akan menyebabkan kematian.



Melik merupakan suatu anugerah energi ketuhanan atau energi kesidhian yang dibawa seseorang karena karma yang dibawanya ke kehidupan saat ini.


Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa menjelaskan, umumnya mereka yang terlahir Melik memiliki energi kesidhian jauh lebih besar dibanding mereka yang terlahir biasa. Hal itu bisa disebabkan karena karma. “Ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena memang anugerah yang diturunkan begitu saja padanya, atau bisa juga di kehidupan sebelumnya dia penekun spiritual yang bisa berlatih prana atau yoga, sehingga ketika reinkarnasi kembali ia terlahir membawa energi yang sama,” ungkap
sulinggih dari Griya Mengwi ini.


Secara kasat mata, lanjutnya, sangat susah mengetahui apakah seseorang terlahir Melik atau tidak, karena mereka yang terlahir Melik secara fisik tak ada perbedaan berarti dibanding orang kebanyakan. Dalam lontar Purwa Gama, terdapat beberapa caciren atau ciri – ciri seseorang dikatakan Melik, diantaranya memiliki tanda lahir berupa rerajahan senjata para dewa.

“Tanda lahirnya berbentuk gatra, cakra, trisula, dan masih banyak lagi. Nah kadang tak hanya berbentuk senjata para dewa, rerajahan tersebut juga berbentuk unsur seperti api air dan unsur Panca Mahabhuta lainnya," terangnya.



Dikatakannya, ada beberapa kasus di mana tanda lahir tersebut justru tak dibawa hingga dewasa. "Maka itu para ibu harus teliti memperhatikan anaknya, apakah Melik atau tidak. Karena semakin cepat mengetahui seseorang terlahir Melik semakin cepat bisa Mabayuh,” ujarnya.


Dalam lontar Purwa Gama juga dijelaskan, anak yang terlahir Melik dicirikan juga dengan kondisi ketika lahir terlilit dengan tali pusar, ada juga yang terlahir dengan memiliki usehan lebih dari satu.


Mereka yang Melik juga dicirikan dengan memiliki rambut yang gimbal serta memiliki warna lidah yang berbeda, seperti ada warna kehitaman pada daun lidah. “Ciri – ciri seseorang dikatakan Melik itu relatif, kadang ada yang hanya memiliki salah satunya contohnya terlahir dengan tali pusar yang melilit. Ada juga yang memiliki ciri itu hingga dua atau lebih ciri yang disebutkan dalam lontar,” ungkapnya.

Sulinggih yang sangat gemar dengan sepakbola ini, memaparkan, seseorang yang terlahir Melik biasanya terbawa karena karma yang ia bawa dari kehidupan sebelumnya. “Mereka yang terlahir Melik biasanya orang – orang pilihan. Kalau masyarakat umum bilang Melik itu memiliki Sixsenses atau orang dengan indra keenam. Bisa saja di kehidupan yang dulu orang tersebut memiliki karma yang bagus, bisa juga dia seorang spiritualis,” ujarnya.


Sulinggih berperawakan tinggi ini juga menjelaskan, mereka yang terlahir Melik sangat riskan, memiliki umur yang pendek. “Memang rata – rata ia yang terlahir dengan anugerah itu umurnya pendek. Malah tak jarang penyebab kematiannya karena salah pati. Tapi hal itu bisa dinetralisasi dengan melaksanakan upacara Mabayuh,” ungkapnya.


Mabayuh merupakan sebuah upacara yang bertujuan untuk menetralisasi kekuatan negatif dan mensinergikan energi yang ada pada Bhuana Agung serta Bhuana Alit. “ Mereka yang Melik, energi mereka justru berkebalikan dengan energi alam atau Bhuana Agung yang seharusnya bersinergi. Karena itu jika tidak Mabayuh akan berbahaya,” ungkapnya.


Ketika ditanya apakah ada tata cara tertentu merawat anak dengan kelahiran Melik? Ayah dari dua orang anak ini, mengungkapkan, memiliki anak dengan kelebihan memang harus lebih telaten. “Kalau larangan khusus tidak ada, hanya saja memang cara memperlakukan mereka yang lahir Melik agak sedikit berbeda,” ujarnya. Menurutnya, berbeda yang dimaksudkan adalah dengan menjaga perilaku serta pola hidup si anak. “Mereka yang terlahir dengan kelebihan itu biasanya memiliki atman yang setingkat lebih suci, ibaratnya dia sudah bersih. Nah untuk itu harus ekstra dijaga. Dari pola makannya, perilakunya, dan pola pikirnya,” ungkapnya.


Lebiih jauh ia menjelaskan, jika memiliki anak yang terlahir Melik, orang tuanya harus sering mengajaknya malukat, untuk makanan sebisa mungkin mengurangi daging yang berkaki empat, khususnya sapi, babi ataupun kambing. “Makanannya harus dijaga, jangan bermain ke tempat – tempat yang dianggap tenget dan harus lebih banyak sembahyang dan belajar ilmu agama,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa orang tua yang memiliki anak yang terlahir Melik, bukanlah sebuah kutukan, Melik itu anugerah.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

"Melik itu sebuah anugerah yang berisiko. Namun, risiko itu dapat ditanggulangi dengan cara Mabayuh. Kalau ada yang bilang Melik dapat dihilangkan itu salah. Melik tidak dapat dibuang atau dihilangkan, namun energinya dapat dinetralkan. Makanya harus rajin malukat, rajin sembahyang," terangnya. Bagi orang tua, lanjutnya, agar memperhatikan anaknya dengan teliti dan mengenali tanda tandanya. Bila diketahui Melik agar segera mebayuh agar tidak terlambat.

(bx/tya/rin/yes/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/08/15/92882/lahir-melik-bukan-kutukan-anugerah-yang-berisiko-ini-penjelasannya

Minggu, 13 Desember 2020

Menguak Misteri Manusia Bawa Panah Naik Gajah di Gedong Kirtya

 


KUNO : Gapura Gedong Kirtya saat diresmikan 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tempat naskah kuno ditata rapi, sehingga mudah menemukan yang dicari. (Dian Suryantini/Bali Express)





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI



SINGARAJA, BALI EXPRESS-Naskah kuno yang sangat berguna di bidang keilmuan berupa lontar pada zaman Belanda, hingga kini banyak tersimpan rapi di Gedong Kirtya, Jalan Veteran 20, Singaraja.


Gedong yang diresmikan pada 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini, dahulunya dinamai Gedong Lifrind Vandertook.


Dijelaskan Dosen Sejarah Undhiksa, I Made Pageh, ide mengabadikan semua daun lontar yang berisikan tentang cerita dan ilmu pengetahuan itu, muncul dari cendekiawan Belanda, yakni F.A Lifrind dan Vander Took.


Keduanya merupakan penyelidik kebudayaan, adat istiadat dan bahasa Bali. Ide ini kemudian disambut Residen Bali dan Lombok dan juga cendikiawan Belanda L.J.J Caron, hingga terwujudlah pertemuan di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli. 

Dari pertemuan itu terbentuk sebuah yayasan tempat penyimpanan lontar atau manuskrip. Yayasan lontar ini digalang Doktor Poerbadjaraka, Doktor WR Staterhaem, Doktor Goris, Doktor Pighaen dan Doktor Sheehoikess. 

Para cendekiawan ini dibantu pinandita dan raja-raja se-Bali. Mengingat kala itu Singaraja merupakan sebuah Ibukota Provinsi Sunda Kecil, maka yayasan itu didirikan di Buleleng pada 2 Juni 1928. 

“Kalon adalah seorang residen Bali-Lombok pada saat itu, dia mendirikan Gedong Kirtya itu dalam usahanya menghargai jasa seorang cendikiawan Belanda yang banyak melakukan penelitian, penyelidikan, dan kajian tentang Bali, yaitu dua tokoh besar yang dihormati itu adalah F.A Lifrind dan Vander Took,” jelasnya.

Di samping itu, pendirian Gedong Kirtya juga untuk menghormati tokoh besar yang banyak melakukan penelitian ini. Seperti kajian dan penelitian di bidang kebudayaan Bali, bahasa Bali, adat istiadat Bali. Sehingga muncul keinginan dari Caron untuk mengumpulkan hasil kajian guna dijadikan bahan pelajaran, sehingga lebih monumental. 



Hasil-hasil budaya, terutama artefak yang berupa lontar, tutur, dan sebagainya yang memang dijadikan pedoman hidup oleh orang Bali dikumpulkan di Gedong Kirtya, terutama adalah lontar-lontar yang tersebar di daerah Bali dan Lombok. 

Bali dalam artian umum, baik Bali Utara maupun Bali Selatan, Lombok terutama yang banyak di Lombok Barat, termasuk lontar-lontar yang tertulis dalam bahasa Sasak. 

“Tiga bulan kemudian, yaitu pada 14 September 1928 baru diresmikan penggunaannya secara resmi oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang ada di Batavia pada saat itu. Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) datang ke Bali untuk meresmikan,” tuturnya.

Pageh menjelaskan, perubahan nama Gedong Lifrind Vandertook menjadi Gedong Kertya, tak lain karena orang Bali kesulitan melafalkan nama asing. Hasil-hasil kajian akademis, termasuk hasil-hasil sumber ilmu pengetahuan tradisional dalam bentuk lontar dan tutur, sesungguhnya memang mulanya diberi nama Gedong Lifrind Vandertook. 

"Tetapi ketika Buleleng diperintah seorang Raja Gusti Putu Jelantik dari tahun 1937 atau 1940-an, maka kata Gedong Lifrind Vandertook itu ditambah dibelakangnya dengan kata Kirtya. Kirtya (Kerthi) yang artinya Yasa. Nangun Kerthi artinya Nangun Yasa, Miasa. Lambat laun akhirnya menjadi Gedong Kirtya. 

“Itu mungkin berkaitan dengan lidah Bali yang tidak terbiasa dengan kata asing. Umumnya membuang yang likad (sulit) untuk dibicarakan, sehingga diperpendek menjadi Gedong Kirtya. Gedong sudah popular di masyarakat, Kirtya lebih popular lagi. Sedangkan Vandertook hanya beberapa orang mungkin yang kenal,” katanya.

Nah, jika diperhatikan pada bagian pintu gerbang (angkul-angkul) Gedong Kirtya terlihat pahatan manusia menaiki gajah dengan busur panah di tangannya, kemudian membunuh musuhnya, dan orang yang kena panah itu pun mati. Gambar ini diperlihatkan dengan monogram atau Chandra Sengkala. 

Adapun makna simbol gambar tersebut diantaranya bahwa manusia merupakan simbol angka satu, gajah simbol angka delapan, panah simbol angka lima, dan orang mati nilainya 0. Jadi, kalau dibaca tahun Icakanya adalah Icaka 1850. 

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

“Kalau kita masuk Gedong Kirtya itu, kanan kiri di pintu masuk tergambar manusia menunggang gajah. Manusia yang menunggang gajah itu memegang busur panah yang anak panahnya mengenai manusia yang tergambar di pintu sebelahnya, sehingga manusia itu mati," urainya.

Kalau itu diartikan ke tahun Caka, lanjutnya, maka akan menjadi manusia bernilai satu berasal dari manu, manah atau pikiran, satu. Setelah itu, gajah asta, asti. Ingat istilah Karang Asti atau Karang Gajah? Asta itu sama dengan delapan. Kemudian panah itu lima sama denga Panca. Panah itu diambil dari Panca Tirta. Sedangkan orang mati itu 0. Sehingga mejadi 1850 Caka. 

Jika itu dibawa ke Masehi, maka ditambah 78 menjadi 1928. Dan, itu adalah tonggak sejarah. "Namun sayang saat ini gambar tersebut tidak ada, sudah dicat,” paparnya.

Diakuinya, dahulu banyak yang beranggapan ketika memasuki Gedong Kirtya, maka dianggap berkeinginan untuk melajah ngaleak, melajah dadi balian. 

"Itu merupakan anggapan kuno dan tidak modern. Karena sesungguhnya banyak ilmu tersimpan dalam Gedong Kirtya yang tersirat dalam ribuan lontar di dalamnya. Gedong Kirtya yang telah berusia ratusan tahun menyimpan banyak guratan sejarah Buleleng, bahkan Bali," urainya.

Dalam Gedong Kirtya tersimpan 5.200 salinan lontar dan terdapat koleksi lontar sebanyak 1.808 cakep. Dari ribuan koleksi tersebut, diklasifikasikn menjadi tujuh, yakni Lontar Weda, Agama, Wariga, Itihasa, Babad, Tantri, dan Lelampahan. 

(bx/dhi/rin/JPR)