Rabu, 20 Oktober 2021

RI Terancam Gelombang 3 COVID-19, Panel WHO Beberkan Alasannya

 RI Terancam Gelombang 3 COVID-19, Panel WHO Beberkan Alasannya


Gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia berpotensi terjadi akhir Desember 2021, terlebih jika banyak pelonggaran aktivitas yang tidak dibarengi protokol kesehatan dan skrining ketat. Panel ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait COVID-19, Dicky Budiman mengungkap alasan Indonesia masih berpotensi mengalami gelombang Corona selanjutnya.

"Bicara setiap gelombang tentu multifaktor, tetapi yang utama adalah adanya kelompok masyarakat yang rawan atau belum memiliki imunitas ya artinya dia belum divaksinasi atau belum menjadi penyintas," ungkap Dicky kepada detikcom Senin (18/10/2021).

"Walaupun dalam prediksi lembaga AS (IHME) itu sudah mendekati 80 juta lah penduduk kita yang terinfeksi, ditambah dengan yang sudah divaksinasi menjadi katankanlah sudah 40 persen atau 50 persen," sambungnya.

Menurut dia, tetap ada 50 persen penduduk Indonesia yang masuk kategori rawan COVID-19. Berkaca pada Singapura dengan cakupan vaksinasi tinggi, tetapi kasus COVID-19 masih bisa melonjak.

"Singapura aja itu 8 persen yang penduduknya belum divaksinasi penuh aja masih bisa meledak apalagi kita, jadi tu yang membuat kenapa potensi gelombang ketiga atau gelombang berikut itu menjadi tetap besar," jelas dia.

Antibodi menurun pasca 6 bulan

Sejumlah studi vaksin COVID-19 menunjukkan penurunan perlindungan terhadap COVID-19 enam bulan pasca divaksinasi. Dicky juga menyoroti penurunan proteksi ini amat berisiko memicu kembali lonjakan kasus.

"Walaupun tidaklah sama dengan yang belum divaksinasi, tapi mereka juga masuk dalam kelompok yang relatif rawan, ditambah lagi adanya balas dendam libur," pungkas dia.

Batas aman pelonggaran

Dicky menilai ada tiga kategori yang perlu diperhatikan dalam pelonggaran aktivitas. Pertama, transmisi penularan harus berada di level terendah, positivity rate di angka 3 atau paling baik 1 persen.

Cakupan vaksinasi sebaiknya sudah melampaui 60 persen dan didukung dengan penguatan testing PCR.

sumber : https://health.detik.com/berita-deti...stPopular_list

Teori Kenapa Alien Sulit Untuk Ditemukan

 TEKNOLOGI MANUSIA BELUM MAMPU MENANDINGI



TEORI KENAPA ALIEN SULIT UNTUK DITEMUKAN



Teori pertama tentunya adalah teknologi umat manusia yang belum bisa menyamai teknologi mereka. Jika kita berfikir bahwa teknologi kita sudah sangat maju, mungkin tidak sepenuhnya benar. Selama ini umat manusia sangat susah dalam mengetahui kehadiran mereka. Bahkan radar tercanggih kelas militer pun masih lolos pengawasannya. Semua objek dan fenomena yang ada hampir muncul dengan cara tiba - tiba dan memiliki tempo yang relatif singkat. Kita belum bisa memprediksi jauh kehadiran para makhluk dari luar bumi atau bahkan mengetahui bagaimana cara mereka datang. Semua data dan bukti tentang keberadaan fenomena ini hampir tidak bisa di buktikan validitasnya. Jadi teori bahwa teknologi kita belum bisa menyamai teknologi mereka masuk akal bukan ?





PENEMUANNYA SENGAJA DIRAHASIAKAN



TEORI KENAPA ALIEN SULIT UNTUK DITEMUKAN



Teori ini muncul di banyak pembahasan dunia maya. Banyak orang berpendapat bahwa setiap penemuan fenomena Xenology selalu ditutup - tutupi bahkan terkesan dirahasiakan. Kenapa ini bisa terjadi ? Penemuan tentang hal berbau Xenology memang masih menjadi sesuatu yang langka, dengan itu ketika suatu badan atau golongan menemukan sedikit bukti keberadaan mahluk - mahluk itu, mereka akan menyembunyikannya sebagai langkah pertama perlombaan di bidang ilmu Xenology. Ingat tentang tempat bernama Area 51? Sebelum keberadaanya diakui publik pada tahun 2013, Area 51 dianggap sebagai sebuah situs penelitian para Alien dari luar bumi. Namun, hingga kini semua data dan rahasia proyek di Area 51 pun tidak pernah diketahui secara pasti. Di beberapa sumber disebutkan bahwa konspirasi mengenai makhluk dan benda dari luar bumi adalah sebuah rekayasa manusia semata. Semua fenomena dan kemunculannya pun adalah bentuk dari pola pikir berlebih manusia dalam menangkap visualisasi kehidupan alam. Jadi, jika semua itu merupakan rekayasa manusia semata, menutupi keberadaanya pun bukan suatu hal yang sulit bukan ?




SAKSI MATA YANG DIHILANGKAN KEBERADAANNYA


TEORI KENAPA ALIEN SULIT UNTUK DITEMUKAN



Jika kita melihat kebelakang, semua kasus penampakan UFO dan sejenisnya kebanyakan adalah dokumentasi melalui media foto. Banyak sekali foto - foto bukti penampakan objek - objek aneh yang melintas atau menetap sesaat di langit bumi. Secara logika, para dokumenter pun ikut menjadi saksi langsung terhadap penampakan tersebut. Tapi, apakah kesaksian mereka terlepas dari hasil foto yang diambil adalah kebenaran ? Sebagaimana hal lain, fenomena Xenology memang menjadi daya tarik untuk menarik perhatian khalayak banyak. Jika kesaksian dan bukti fenomena adalah sebuah kepalsuan, bagaimana dengan para saksi langsung yang berinteraksi dengan mereka tanpa memiliki dokumentasi ? Sebagaimana sejarah mencatat, banyak orang yang mengalami fenomena berinteraksi dengan objek aneh ini dinyatakan hilang tanpa alasan yang pasti. Teori bahwa saksi mata adalah hal serius yang harus disembunyikan para makhluk Xenology adalah teori yang masuk akal. Mudahnya seperti ini, jika kalian tertangkap basah melakukan sebuah kejahatan, kemungkinannya hanya ada dua, melarikan diri secepat mungkin, atau membuat saksi diam selamanya.




BAHASA YANG SULIT DIPAHAMI


TEORI KENAPA ALIEN SULIT UNTUK DITEMUKAN




Ketika kita berinteraksi dengan wisatawan luar negeri tanpa menggunakan bahasa negara asal mereka, terasa sulit bukan ?  Ditambah lagi jika kita tidak bisa berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Kita tidak bisa mengetahui darimana, tujuan mereka dan bagaimana cara mereka sampai di sini. Apakah menggunakan jalur laut, udara atau darat ? 

  Hal ini sama dengan  umat manusia yang masih kesulitan dalam mempelajari bahasa Alien yang sangat susah untuk di pahami. Memang, banyak artefak atau benda yang dianggap sebagai peninggalan dari bangsa Alien dari luar bumi. Namun, sungguh sulit rasanya untuk mempelajari bahasa tersebut. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa bahasa Alien menggunakan bahasa Sumeria Kuno, tapi bahasa ini pun akan sulit dipahami jika peradaban bangsa yang menggunakan bahasa ini pun sudah punah. Dan kebenaran para Alien menggunakan bahasa ini pun belum bisa dikonfirmasi. Mungkin saja, jika umat manusia sudah bisa berinteraksi dengan para makhluk dari luar planet bumi dengan bahasa yang saling dipahami, asal usul serta fenomena tentang mereka akan dengan mudah untuk diketahui.



KONSPIRASI BAHWA TIDAK ADANYA MEREKA


TEORI KENAPA ALIEN SULIT UNTUK DITEMUKAN



  Mereka sama sekali tidak ada. Terlihat menarik bukan ? Xenology sama halnya dengan kasus Flat Earth atau ada tidaknya hantu di dunia. Xenology memiliki banyak pengikut dan penentang serta orang - orang yang percaya dan tidak percaya terhadap eksistensinya. Jadi, bagaimana jika makhluk Xenology memang benar - benar tidak ada ? 

  Mungkin kita akan sedikit paksakan teori ini karena memang bukti dan kesaksian adanya fenomena ini bisa dikatakan tidaklah sedikit. Tapi peluang teori ini muncul pun masih tersisa mengingat topik bahasan kita memang menggali alasan susahnya membuktikan keberadaan makhluk dan fenomena di luar planet bumi. Teori ini menjadi teori paling sederhana dan tidak berputar - putar. Teori ini biasanya dipercaya oleh orang - orang yang sudah lelah dan terbentur tembok betapa susahnya mencari bukti dan merangkai teori keberadaan makhluk dan fenomena Xenology. Mereka akan kembali menyerah dan lebih rasional dalam berpikir tentang ada dan tidak adanya objek dalam bidang ilmu Xenology.


  Semua kembali lagi kepada alam semesta, apakah waktu akan membuktikan atau bahkan semakin menghilangkan bukti - bukti dan kesaksian fenomena aneh dari luar bumi. Tapi karena kita diciptakan sebagai makhluk yang haus akan rasa penasaran. Kita sebagai umat manusia terus akan bertanya, ada siapakah di luar sana ?

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong

 Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong

Demonstran Hong Kong yang sedang menembakkan panah ke arah polisi. (bbc.com)

Poon Hiu Wing adalah nama dari seorang wanita asal Hong Kong yang tewas akibat dibunuh pada bulan Februari 2018 di Taipei, Taiwan. Poon dibunuh oleh kekasihnya sendiri yang bernama Chan Tong Kai. Dengan membaca penjelasan tadi, maka pengunjung mungkin akan berkesimpulan kalau ini hanyalah tragedi pembunuhan biasa. Namun benarkah demikian?

Chan memang berhasil ditangkap oleh polisi hanya sebulan sesudah pembunuhan ini terjadi. Meskipun sudah mengaku bersalah, Chan ternyata belum diadili atas kasus pembunuhan ini hingga sekarang. Ruwetnya status politik antara Hong Kong & Taiwan menjadi penyebab kenapa upaya untuk menyelesaikan kasus Chan masih menggantung.

Saat pemerintah Hong Kong mencoba menawarkan jalan keluar atas permasalahan ini, tindakan tersebut malah memicu timbulnya krisis politik & gelombang aksi demonstrasi di Hong Kong yang berlangsung hingga berbulan-bulan lamanya. Dalam perkembangannya, gelombang aksi protes ini turut mempengaruhi hubungan diplomatik antara Cina dengan negara-negara Barat.



PEMBUNUHAN YANG MENGAWALI SEMUANYA

Insiden naas yang menimpa Poon (20 tahun) bermula ketika pada bulan Februari 2018, ia & kekasihnya yang bernama Chan (19) pergi ke Taipei, Taiwan. Mereka berdua adalah pasangan asal Hong Kong yang pergi ke Taiwan dengan maksud untuk merayakan Hari Valentine. Saat bertamasya, mereka berdua sempat membeli sebuah koper besar di pasar malam setempat.

Tanggal 17 Februari, keduanya terlibat pertengkaran saat sedang berada di kamar hotel. Dalam pertengkaran tersebut, Poon mengaku sedang hamil & bayi yang dikandungnya berasal dari pria lain. Mendengar hal tersebut, Chan yang merasa murka langsung menyerang Poon & kemudian mencekiknya hingga tewas.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Poon Hiu Wing.

Chan kemudian memasukkan mayat Poon ke dalam koper yang baru saja mereka beli. Ia juga memasukkan barang-barang milik Poon ke 4 buah tas plastik. Keesokan paginya, Chan membuang barang-barang milik Poon ke dalam tempat sampah hotel, lalu pergi meninggalkan hotel sambil membawa koper berisi mayat Poon.

Sesudah itu, Chan pergi menuju Sungai Danshui / Tamsui & menyembunyikan mayat Poon ke semak-semak yang ada di tepi sungai. Sebelum membuang mayat Poon, Chan sempat mengambil kartu ATM & kartu kredit milik Poon. Chan kemudian pulang ke Hong Kong & menggunakan uang dari rekening milik Poon untuk keperluannya sendiri.

Memasuki bulan Maret, orang tua Poon melaporkan kasus hilangnya Poon ke polisi Hong Kong. Setelah melakukan penyelidikan, polisi berhasil mengetahui kalau Poon sempat pergi ke Taiwan bersama-sama dengan Chan. Pengamatan yang dilakukan pada kamera CCTV hotel menunjukkan kalau Poon terlihat masih hidup pada tanggal 17 Februari, namun tidak lagi terlihat di kamera CCTV hotel saat Chan mengembalikan kunci hotel keesokan harinya.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan Chan saat membawa koper besar. Koper itulah yang dgunakan oleh Chan untuk menyembunyikan mayat Poon. (nextshark.com)

Chan pada awalnya mengelak & berkata kalau ia tidak tahu menahu akan keberadaan Poon. Hingga kemudian di bulan yang sama, mayat Poon yang sudah membusuk ditemukan di tepi Sungai Danshui. Polisi pun kemudian melakukan penangkapan kepada Chan pada tanggal 13 Maret. Di hadapan polisi, Chan akhirnya mengakui kalau ia memang membunuh Poon.

Dari sini, kasus tersebut nampaknya bisa diselesaikan layaknya kasus pembunuhan biasa. Namun karena Chan adalah warga Hong Kong & ia melakukan pembunuhannya di Taiwan, penyelesaian kasus ini menjadi berbelit-belit karena masing-masing daerah memiliki status politik & sistem hukum yang unik.



MACETNYA PROSES HUKUM CHAN DI TAIWAN

Hong Kong secara politis berstatus sebagai daerah otonomi milik Republik Rakyat Cina. Berkat otonomi tersebut, Hong Kong memiliki kemandirian luas hal dalam hal memerintah & membuat sistem hukumnya sendiri. Di Cina, sistem pemberian otonomi luas ini dikenal dengan sebutan "1 negara 2 sistem".

Pemerintah Cina juga mengklaim Taiwan sebagai wilayah miliknya. Namun tidak demikian halnya dengan pemerintah Taiwan yang mengklaim wilayahnya sebagai negara merdeka yang terpisah dari Cina.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Peta lokasi Hong Kong & Taiwan. (iasbaba.com)

Perbedaan pandangan ini sendiri terjadi sebagai dampak dari perang saudara Cina antara golongan komunis & golongan nasionalis. Saat golongan komunis berhasil memenangkan perang & menjadi penguasa baru Cina daratan, golongan nasionalis beramai-ramai menyingkir ke Pulau Taiwan & menjadikan pulau tersebut sebagai negara baru mereka.

Kembali ke kasus Chan. Karena pemerintah Hong Kong tidak memiliki perjanjian ekstradisi / penyerahan tawanan dengan pemerintah Taiwan, Chan pun tidak bisa dikirim ke Taiwan untuk diadili di sana atas kasus pembunuhan. Upaya untuk membuat perjanjian ekstradisi baru juga terkendala oleh fakta bahwa Taiwan ingin diperlakukan sebagai negara berdaulat yang terpisah dari Cina. Sementara Cina & Hong Kong sama-sama memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayah Cina.

Chan sendiri pada akhirnya dijatuhi hukuman penjara 1,5 tahun oleh pengadilan Hong Kong. Namun ia dijatuhi hukuman bukan atas kasus pembunuhan, melainkan atas kasus pencucian uang & menggunakan kartu kredit milik orang lain. Pengadilan Hong Kong tidak bisa menjerat Chan dengan pasal pembunuhan karena lokasi pembunuhan Poon berada di luar Hong Kong.



DIMULAINYA AKSI PROTES DI HONG KONG

Karena Chan masih belum dijatuhi hukuman atas kasus pembunuhan yang dilakukannya, wacana untuk mengubah sistem hukum di Hong Kong pun terus menguat. Maka, pemerintah Hong Kong pun akhirnya mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) baru pada bulan Maret 2019.

Berdasarkan RUU ini, pemerintah Hong Kong bisa mengekstradisi seseorang jika orang tersebut terbukti bersalah melakukan kasus kejahatan di daerah lain. Rencananya, peraturan ini bukan hanya akan berlaku antara Hong Kong & Taiwan, tetapi juga dengan daerah lain (termasuk dengan Cina daratan).

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Demonstrasi oleh rakyat Hong Kong yang menentang RUU ekstradisi. (AFP / straitstimes.com)

Penolakan besar pun langsung muncul dari penduduk Hong Kong. Pasalnya jika RUU ini sampai disahkan, penduduk Hong Kong khawatir kalau pemerintah Cina nantinya bakal memanfaatkan peraturan ini untuk menangkap penduduk Hong Kong yang mengkritik pemerintah Cina. Mereka juga khawatir bahwa sesudah pengesahan RUU ini, pemerintah Cina bakal bertindak lebih jauh untuk membatasi otonomi milik Hong Kong secara bertahap.

Sebagai wujud penolakan atas RUU ini, aksi demonstrasi besar pun langsung timbul di jalanan Hong Kong sejak bulan April 2019. Semakin lama, jumlah orang yang mengikuti aksi demonstrasi ini semakin banyak. Pada tanggal 9 Juni, jumlah orang yang mengikuti aksi protes dikabarkan mencapai hampir 2 juta orang!

Saat jumlah orang yang mengikuti aksi protes semakin banyak, bentrokan antara demonstran & polisi pun semakin sering terjadi. Polisi mencoba membubarkan paksa para demonstran dengan memakai gas air mata, meriam air, & bahkan peluru tajam.

Namun para demonstran tidak mau kalah. Mereka membalasnya dengan cara melempari polisi dengan bom molotov, batu, & panah. Sejumlah toko yang dicurigai memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Cina juga menjadi sasaran vandalisme oleh para demonstran.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Para demonstran di Hong Kong saat ditembaki dengan granat gas air mata. (Nilo Tabrizy / nytimes.com)

Saat aksi protes yang dilancarkan oleh para demonstran tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, pemerintah Hong Kong akhirnya mengalah. Pada bulan September 2019, pemerintah Hong Kong memutuskan untuk membatalkan RUU ini. Namun tindakan tersebut tidak berhasil meredam aksi demonstrasi. Mereka meminta adanya investigasi oleh pihak netral terhadap aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh polisi.

Konflik bukan hanya timbul antara demonstran & polisi. Tetapi juga antara demonstran anti-pemerintah melawan demonstran pro-pemerintah. Pada bulan November, terjadi aksi saling lempar batu antara 2 kubu demonstran yang menewaskan 1 warga lokal. Masih di bulan yang sama, seorang pria dibakar hidup-hidup setelah ia terlibat pertengkaran dengan demonstran anti-pemerintah di stasiun kereta.



BERAKHIRNYA MASA PENAHANAN CHAN

Memasuki bulan Oktober, Chan Tong Kai akhirnya selesai menjalani masa hukumannya. Di hadapan kamera para wartawan, Chan mengaku menyesal & meminta maaf sebesar-besarnya kepada warga Hong Kong serta keluarga Poon. Ia juga mengaku siap pergi ke Taiwan untuk menjalani proses peradilan.

Pemerintah Hong Kong menyatakan kalau Chan bisa melanjutkan proses hukumnya dengan cara pergi ke Taiwan seperti biasa. Namun usulan tersebut langsung ditolak oleh pihak Taiwan. Mereka ingin supaya pemerintah Hong Kong & Taiwan membuat perjanjian tertulis terlebih dahulu sebelum Chan memasuki wilayah Taiwan.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Chan Tong Kai yang baru saja dibebaskan oleh polisi Hong Kong. (Reuters / bbc.com)

Pemerintah Taiwan menginginkan adanya perjanjian tertulis sebelum membiarkan Chan memasuki Taiwan untuk memunculkan kesan bahwa Taiwan merupakan negara berdaulat yang memiliki perbatasannya sendiri. Jika Chan pergi begitu saja ke Taiwan tanpa adanya perjanjian tertulis, maka kesan yang timbul adalah Taiwan & Hong Kong merupakan bagian dari wilayah Cina, sehingga Chan bisa berpindah antar wilayah secara bebas.

Akibat masih berlarut-larutnya situasi ini, Chan pun terpaksa tetap tinggal di Hong Kong. Namun supaya ia tidak menjadi sasaran main hakim sendiri oleh warga sekitar maupun oleh pihak-pihak yang ingin mengakhiri hidupnya, Chan sekarang tinggal di sebuah rumah rahasia yang dijaga ketat oleh polisi. Belum diketahui apakah ia kelak bakal benar-benar diadili di Taiwan.



KELUARNYA ATURAN BARU DARI REZIM BEIJING

Sementara itu di luar Hong Kong, masih maraknya gelombang aksi protes akhirnya menarik perhatian pemerintah pusat Cina. Maka, pada tanggal 30 Juni 2020, pemerintah Cina mengeluarkan Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong. Lewat UU ini, aksi demonstrasi yang disertai dengan kekerasan bakal langsung ditetapkan sebagai pelanggaran hukum berat & bisa dipenjara seumur hidup.

Namun poin tersebut bukanlah satu-satunya sumber kontroversi dalam UU baru ini. UU yang sama juga melarang penyampaian opini yang mendukung kemerdekaan Hong Kong & pembatasan campur tangan pemerintah pusat Cina di Hong Kong. Bukan hanya itu, jika ada poin dalam peraturan Hong Kong yang bertabrakan dengan peraturan Cina, maka yang dijadikan prioritas adalah peraturan Cina.

Pembunuhan Poon, Tragedi yang Memicu Krisis Hong Kong
Polisi Hong Kong saat melumpuhkan demonstran. (wric.com)

Pasca diumumkannya UU ini, aksi protes di Hong Kong memang masih berlangsung. Namun kali ini aparat Hong Kong bertindak jauh lebih agresif. Aksi penangkapan besar-besaran dilakukan kepada para tokoh & koordinator aksi protes. Dampaknya, meskipun gelombang aksi protes masih terus berlangsung hingga tahun 2021, intensitasnya secara berangsur-angsur kian menurun.

Di luar Hong Kong, keluarnya UU ini juga mengundang gelombang penolakan dari negara-negara Barat. Pemerintah AS, Australia, Inggris, Kanada, & Selandia Baru beramai-ramai membekukan perjanjian ekstradisinya dengan Hong Kong. Pemerintah Inggris & Australia juga menawarkan kesediaannya untuk menampung warga Hong Kong yang ingin berganti kewarganegaraan.

Tindakan negara-negara tadi jelas tidak disukai oleh pemerintah Cina. Maka, pemerintah Cina pun membalasnya dengan cara ganti membekukan perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tadi. Bak api kecil yang menimbulkan kebakaran hutan, tidak ada yang menyangka kalau tragedi berdarah antara 2 sejoli kelak bakal memicu krisis politik berskala internasional.


https://www.re-tawon.com/2021/10/pem...ng-memicu.html

Senin, 18 Oktober 2021

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan dalam perang sipil amerika serikat

 Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan

(Source : Google Image)

Perbudakan adalah suatu tindakan yang sangat tidak disetujui oleh masyarakat modern saat ini, karena perbudakan berarti merendahkan derajat seseorang yang sudah dianggap tidak manusiawi lagi. Hak asasi manusia tidak berlaku dalam perbudakan, hidup para budak sepenuhnya tergantung dari para majikan mereka. Bersyukur kalau majikan mereka masih memiliki hati, tapi jika majikan mereka sangat kejam, sudah jelas neraka dunia yang dirasakan para budak ini. Perbudakan bukan barang baru di peradaban manusia, dari jaman dahulu dan dahulu banget perbudakan sudah ada dan biasanya budak - budak ini merupakan masyarakat dari kelompok yang kalah perang. Berkembangnya zaman perbudakan tidak hanya terjadi di Eropa dan Asia saja, tapi sudah merambah ke benua Amerika seiring datangnya para pemukim - pemukim Eropa. Budak - budak dari benua Afrika dikirim ke Amerika melalui kapal - kapal dagang budak, dan mereka diperdagangkan disana. Masalah budak di Amerika ternyata menjadi masalah tersendiri di negara baru itu, mengapa tidak? deklarasi kemerdekaan yang mereka elu - elukan karena menjamin persamaan setiap warga negara ternyata pada kenyataannya masih ada perbudakan di negara itu. Pro kontra perbudakan ini  terbagi menjadi dua wilayah dimana Amerika Serikat bagian utara (Union) kontra terhadap perbudakan sedangkan Amerika Serikat bagian selatan (Konfederasi) pro dengan perbudakan. Bagaimana perbudakan dipandang oleh kedua wilayah ini? dan apa saja argumentasi mereka? 

Berdasarkan Deklarasi Kemerdekaan:
UTARA

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan

Pada deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat sudah sangat jelas perbudakan sesama umat manusia sangat ditentang, setiap manusia mendapat hak yang sama dalam memperoleh pendidikan, politik, dan kehidupan ekonomi. Begitu juga hak dalam berkumpul atau mengeluarkan pendapat, yang sudah diatur dalam deklarasi kemerdekaan tersebut. Didalam konstitusi Amerika Serikat sendiri mengamanatkan kepada setiap warga negara Amerika Serikat untuk hidup berdemokrasi tanpa memandang ras, status sosial, kepercayaan, maupun bahasa yang digunakan dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Warga pihak utara sangat mendukung dan memahami poin demokrasi dan HAM di deklarasi kemerdekaan ini. Para warga pihak utara menginginkan setiap orang - orang kulit hitam mendapatkan kemerdekaan dari perbudakan mereka, dan mengenyam pendidikan serta mendapatkan hak - hak mereka sebagai warga negara. 


SELATAN

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
Berbeda dengan pihak utara, para masyarakat kulit putih pihak selatan sangat pro dengan perbudakan ini. Cara pandang tentang poin persamaan warga negara di deklarasi kemerdekaan dipandang berbeda oleh masayarakat selatan, termasuk para negarawannya yang salah satunya bernama John C. Calhoun. Calhoun menyuarakan pendapatnya melalui tentang deklarasi kemerdekaan yang memuat poin persamaan warga negara didepan senat, dia berpendapat bahwa tidak semua manusia diciptakan memiliki kesamaan seperti yang dimuat dalam deklarasi kemerdekaan. Ras kulit hitam sudah jelas memiliki kulit dan bentuk fisik yang sangat berbeda dengan kulit putih, bahkan Calhoun menambahkan dari sisi psikis ras kulit hitam ini sangat terbelakang dan sangat susah untuk "memanusiakan" mereka. Calhoun juga berpendapat hakikatnya kemerdekaan itu bukanlah suatu hukum yang mutlak dalam hidup manusia, melainkan merupakan hadiah yang menjamin inteligensi patriotik sehingga keinginan untuk merdeka itu ada dan bagi Calhoun para masyarakat kulit hitam ini belum sampai pemikirannya untuk kesana. 

Berdasarkan Sosial:
UTARA 

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
Foto diatas merupakan foto dari William Lloyd Garrison yang merupakan politisi dari pihak utara sekaligus seorang pengamat sosial yang kontra dengan perbudakan. Garrison menerbitkan karyanya melalui sebuah buku yang diberi nama The Liberator pada tahun 1831. Dalam buku itu Garrison berpendapat bahwa perbudakan sangat bertentangan dengan hukum alam dan juga bertentangan dengan prinsip moral manusia, karena menurut Garrison fakta yang ada adalah para budak - budak kulit hitam ini diperlakukan seperti orang - orang barbar dan terbelakang seperti tidak ada peradaban di komunitas kulit hitam ini. Hak - hak mereka dirampas dan tidak diperhatikan, sehingga moralitas pada warga kulit putih yang menyiksa warga kulit hitam malah lebih mendekati bangsa barbar menurut Garrison. 


SELATAN 
Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
William Harper seorang filsuf dari pihak selatan menyuarakan pendapatnya, dan dia mengatakan bahwa justru sebenarnya perbudakan ini harus dilakukan untuk membangun sebuah peradaban. Kerja paksa dalam perbudakan menjamin suatu pekerjaan terhadap komunitas yang menjadi budak, karena jika tidak ada pekerjaan maka tidak ada kekayaan dan jika tidak ada kekayaan maka tidak ada peradaban. Karena kekayaan merupakan suatu elemen penting terbentuknya sebuah peradaban, dan untuk mencapai itu dibutuhkan perbudakan untuk mempercepat akumulasi kekayaan. Jadi menurut Harper perbudakan kulit hitam sendiri akan membentuk peradaban bagi bangsa negro, dan menaikan derajat bangsa kulit putih. Harper juga menyebutkan pengaruh ras sangat kental dalam perbudakan, karena menurut dia bangsa kulit hitam sangat terbelakang dan harus mengikuti gaya dan pemikiran kulit putih yang sudah menjadi karunia untuk acuan dalam hidup. 

Berdasarkan Teologia:
UTARA

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
Lukisan diatas merupakan momen ketika anak - anak kulit hitam mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang sama seperti anak - anak kulit putih lainnya. Selain pendidikan formal mereka juga diajari pendidikan agama di gereja. Di pendidikan agama inilah mindset anak - anak kulit hitam yang berpikir mereka adalah budak dan tidak punya hak dalam hidupnya, diubah secara perlahan dengan menjelaskan bahwa mereka juga punya kesempatan yang sama seperti anak - anak kulit putih lainnya, dan Tuhan mengasihi mereka juga. 

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
William Ellery Channing merupakan seorang agamawan dari pihak utara, dia melihat perbudakan sangat tercela dan dibenci oleh Tuhan. Dia berpendapat bahwa setiap manusia tidak boleh disamakan dengan barang dan benda kekayaan. Setiap manusia pada dasarnya sama dimata Tuhan, tidak ada yang menjadi pembeda dan berhak atas hidup manusia lainnya. Perdagangan budak berlawanan dengan peri-kemanusiaan, karena memperjualbelikan manusia seperti barang dagangan. Menurut Channing juga di dalam Alkitab sudah jelas dinyatakan bahwa hukum yang utama dan terutama adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri", sehingga tidak ada alasan perbudakan itu berlaku dalam kehidupan manusia. Apa lagi banyak terjadi kekerasan fisik yang dilakukan oleh para majikan kepada para budaknya, hal ini menurut Channing sudah menambah list alasan untuk menentang perbudakan. 



SELATAN 

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
James Thronwell merupakan tokoh gereja di selatan, dia mengeluarkan pendapat untuk mendukung perbudakan. Dia berpendapat bahwa memang sudah menjadi anugerah dari Tuhan untuk orang - orang kulit putih mendapatkan tanah di selatan, dan Tuhan sendiri juga menciptakan bangsa negro sebagai pekerja kasar, kotor dan khusus untuk melayani warga kulit putih. Menurut Thronwell juga sudah menjadi tugas suci bagi orang - orang kulit putih, untuk mendidik dan menyadarkan orang - orang kulit hitam ini agar mengetahui fungsi dan buat apa mereka tercipta.


Berdasarkan Ekonomi
UTARA 

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
Foto diatas merupakan satu keluarga kulit hitam yang berfoto bersama Granville Washington, pemilik dari perkebunan Wessyngton. Satu keluarga ini dulunya adalah budak tapi kabur ke utara dan bekerja di perkebunan Wessyngton, dan mereka dibantu oleh Granville Washington untuk mendapatkan sertifikat warga negara sehingga mereka tidak lagi dianggap budak dan dapat membangun usaha mereka sendiri. Cara - cara seperti ini banyak ditemukan diwilayah utara, para budak - budak diberikan kemerdekaan sehingga mereka dapat kesempatan bekerja dan mendapatkan gaji untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka pun juga dapat membayar pajak ke negara. Selain itu orang - orang kulit hitam ini juga bisa mengurus ijin dalam membangun usaha, sehingga mereka bisa lebih mandiri melakukan kegiatan perekonomian mereka. Inilah menyebabkan industri di wilayah utara sangat berkembang, dan sistem perekonomian berkembang sangat pesat. Masyarakat utara berpendapat bahwa perbudakan hanya menambah kekayaan segelintir orang saja dan ekonomi cenderung lambat, sehingga perkembangan ekonomi tidak maksimal. Akan lebih baik jika orang - orang kulit hitam ini mendapatkan kesempatan yang sama seperti mereka untuk mendapat bekerja dan mendirikan usaha, sehingga pendapatan yang masuk ke negara dan perluasan ekonomi jadi lebih berkembang. 



SELATAN

Poin - Poin Perbedaan Pandangan Pihak Utara dan Selatan Terhadap Perbudakan
Bagi orang - orang selatan budak merupakan tenaga penggerak roda perekonomian yang murah dan berjangka panjang. Budak tidak perlu digaji hanya diberikan makanan itu sudah cukup, selain itu jika para budak perempuan melahirkan maka itu adalah aset bagi para tuan tanah di selatan karena si anak ini nantinya bisa menjadi budak mereka atau bisa mereka jual lagi nantinya. Pundi - pundi keuangan mereka akan semakin bertambah dengan semakin banyaknya budak yang mereka punya, karena luas tanah yang dikerjakan bisa maksimal tanpa harus mengeluarkan ongkos yang besar untuk menggaji para budak. Ini mengapa para tuan tanah di selatan berusaha keras untuk mendukung perbudakan, karena pundi - pundi uang mereka bertambah dengan sistem kerja yang kejam ini. Selain itu perbudakan juga membuat munculnya juragan -  juragan budak (bukan juragan kaskus ya!) yang membuat Slave Market, dan tentu saja keuntungan yang didapat sangat tinggi sehingga banyak dari juragan - juragan budak ini memiliki hubungan dekat dengan politisi selatan dan mempengaruhi mereka untuk tetap menerapkan peraturan perbudakan di selatan. 

Itu tadi perbedaan sudut pandang antara pihak utara dan selatan Amerika Serikat dari berbagai bidang, sehingga bisa kita ketahui bahwa masalah perbudakan di Amerika bukan merupakan hal sepele malah sangat rentan dengan perpecahan. Terbukti dengan nantinya akan pecah perang saudara Amerika Serikat. Perbudakan merupakan tindakan yang keji terlepas dari apapun alasannya, karena hak hidup seseorang terampas dengan adanya perbudakan. Tentu saja semua orang tidak mau menjadi budak, maka dari itu harus dikuatkan rasa takut akan Tuhan, rasa kemanusiaan, rasa nasionalisme, dan demokrasi bertanggung jawab sehingga terciptalah persamaan sosial bagi seluruh aspek masyarakat.