1. Euforia Pembantaian Penyihir di Skotlandia
The Great Witch Hunt of Scotlandia, yang tercatat sebagai pembantaian massal terbesar dalam sejarah Skotlandia.
Terjadi pada tahun 1661 dan berawal dari sebuah desa kecil Eidenburgh, dimana 200 orang dituduh sebagai penyihir hanya dalam tempo 9 bulan saja.
Sebelum tahun 1662 berakhir, total 660 tertuduh penyihir telah dieksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup. Akan tetapi laporan sejarah mencatat, hanya 65 orang saja yang dieksekusi melalui pengadilan resmi.
Ahli sejarah menganalisis bahwa pembiaran pembantaian penyihir sengaja dilakukan oleh pihak otoritas. Hakim Inggris tidak bersedia menuntut tersangka sihir Skotlandia, meskipun saat itu, Skotlandia masih dibawah kekuasaan kerajaan Inggris. Dengan demikian, maka rakyat Skotlanladia diberikan kekuasaan penuh untuk menentukan nasib para penyihir. Bagai api yang membakar di musim panas, orang-orang di Skotlandia melakukan tindakan main hakim sendiri. Laman sains Smithsonian malahan mengutip angka 3000 untuk korban yang meninggal, akibat perburuan ini.
2. Kekuasaan Absolut Uskup Agung di Jerman
Pihak gereja pun tidak mau kalah, mereka juga berperan dalam perburuan untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk membangun kembali posisi tawar mereka di tengah masyarakat. Terjadi pada tahun 1581 hingga 1593, dan dimulai pada saat Johan Von Schoneburg ditunjuk sebagai uskup di Trier, sebuah kawasan pedesaan di Jerman. Uskup Von Schoneburg adalah seorang garis keras yang berniat untuk melenyapkan para praktisi sihir. Dalam kurun waktu 10 tahun, 368 orang terduga penyihir, yang semuanya adalah wanita, dibakar hidup-hidup.
Pembantaian ini begitu masif, sehingga dari 22 desa, hanya dua desa saja yang masih menyisakan perempuan.
Itupun dari golongan bangsawan atau pejabat pemerintahan. Selebihnya, kalau bukan dibakar, dipenjara, melarikan diri entah kemana. Ini belum termasuk beberapa orang terkemuka dari kalangan hakim, pastor paroki, dosen, hingga pemimpin desa yang dianggap sebagai simpatisan yang melindungi para praktisi sihir.
Cornelius Loos, seorang ilmuwan terkemuka, dipenjara, disiksa, dan dibakar hidup-hidup di depan umum, karena menerbitkan sebuah buku yang menolak pandangan tentang pengadilan bagi penyihir.
3. Ratusan ribu orang di Eropa dieksekusi hanya karena dianggap penyihir
Jurnal sosiologi yang ditulis pada 1980 dan pernah diterbitkan dalam laman JSTOR berjudul "The European Witch Craze of the 14th to 17th Centuries: A Sociologist's Perspective" mengungkap bahwa sejak awal abad 14 hingga 1650-an, sudah ada 200 ribu hingga 500 ribu orang yang dieksekusi di Eropa karena dianggap sebagai penyihir.
Sekitar 85 persen dari korban eksekusi tersebut adalah wanita. Pada era tersebut, Eropa memang tengah diliputi dengan zaman kegelapan dan kemiskinan. Periode yang cukup menyiksa tersebut akan berpengaruh kuat pada psikologis banyak orang yang membutuhkan pelampiasan kemarahan.
Zaman dulu juga tidak ada banyak orang yang bisa memahami sesuatu berdasarkan sains dan logika. Keterbatasan pemahaman inilah yang juga dikaitkan sebagai penyebab utama mengapa orang-orang Eropa di zaman kuno tampak brutal dan barbar terhadap mereka yang dianggap tukang sihir.
4. perburuan penyihir secara besar-besaran di Skotlandia pada abad ke-16 dan 17
Laman sains Smithsonian Magazine mencatat bahwa di abad ke-16 dan 17, di Skotlandia ada sediktinya 3.000 orang yang dituduh telah melakukan praktik sihir. Pada rentang tahun 1600-an memang perburuan dan eksekusi terhadap penyihir dilakukan secara masif di tanah Skotlandia.
Bahkan, parahnya lagi, kasus-kasus pertengkaran dalam rumah tangga pun bisa berujung pada pengadilan yang pada akhirnya menjatuhkan hukuman mati karena dikaitkan dengan hal-hal mistis. Peta persebaran perburuan penyihir di abad 16 dan 17 telah diteliti di zaman modern oleh ahli sejarah dari Universitas Edinburgh.
Ada banyak bukti dan peninggalan sejarah yang dapat menjelaskan mengenai perburuan dan eksekusi penyihir tersebut secara gamblang. Bahkan, ada banyak catatan pengadilan di zaman dulu yang bisa dijadikan arsip mengenai kasus-kasus yang bersinggungan dengan praktik sihir dan perdukunan. Parahnya lagi seorang dokter atau tabib Skotlandia di zaman kuno bisa dianggap tukang sihir. Seperti eksekusi seorang tabib bernama Janet Boyman pada 1572, ia dituduh melakukan praktik sihir karena dapat menyembuhkan pasien dengan obat-obat rahasianya. Bahkan ia dianggap sebagai tukang ramal yang dapat meramalkan kematian. Padahal Janet hanya memprediksi kematian pasien akibat penyakit keras yang dideritanya.