Selasa, 20 Juli 2021

Harga Uang Kripto Rontok, Dogecoin dan Ethereum Paling Parah

  Harga Uang Kripto Rontok, Dogecoin dan Ethereum Paling Parah


Harga mata uang kripto kompak melorot. Di antara 10 kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, dogecoin amblas paling parah mencapai 8,04 persen dalam 24 jam terakhir menjadi US$0,178 per koin. Diikuti, ethereum yang merosot 5,19 persen jadi US$1.876.

Sementara, mata uang kripto terpopuler bitcoin turun 2,38 persen jadi US$31.545 per koin.

Mengutip coinmarketcap.com, Senin (19/7), penurunan kripto terus terjadi dalam sepekan terakhir. Angkanya pun tidak main.

Dogecoin, misalnya, amblas 17,19 persen. Lalu, penurunan ethereum mencapai 12,41 persen dalam sepekan. Sedangkan, bitcoin melorot 7,60 persen dalam sepekan.

Mata uang kripto lain yang terjerembab adalah binance coin, cardano, dan XRP. Ketiganya mencatat penurunan 2,71 persen, 3,43 persen, dan 3,59 persen dalam sehari.

Sementara dalam sepekan terakhir, penurunan binance coin mencapai 7,57 persen menjadi US$299,71 per koin, cardano turun 13,18 persen menjadi US$1,17 dan XRP anjlok 9,43 persen menjadi US$0,579 per koin.

Pun demikian, masih ada kripto yang mengilap, seperti tether yang tercatat tumbuh tipis 0,04 persen menjadi US$1 per koin. Kemudian, USD coin turun 0,06 persen jadi US$1 per koin.

Sebagai pengingat, di Indonesia, uang kripto masih dilarang sebagai alat bayar.

Namun, kripto menjadi komoditas bursa berjangka, sehingga tak masalah selama digunakan sebagai investasi maupun komoditas yang diperjualbelikan oleh para pelaku pasar.

Aset kripto diregulasi oleh Bappebti lewat Peraturan Bappebti No 2 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pasar Fisik Komoditi di Bursa Berjangka.

link


Dogecoin, misalnya, amblas 17,19 persen. Lalu, penurunan ethereum mencapai 12,41 persen dalam sepekan. Sedangkan, bitcoin melorot 7,60 persen dalam sepekan.

Ajakan Stop Baca Berita COVID-19 Justru Mengancam Keselamatan Publik

 Ajakan Stop Baca Berita COVID-19 Justru Mengancam Keselamatan Publik

Pemakaman yang dilakukan oleh relawan MCCC kepada jenazah pasien Covid-19 pada 27 Juni 2021. (MDMC)

Nationalgeographic.co.id—Ajakan untuk tidak membaca, mengunggah, dan membagikan berita tentang COVID-19 beredar dalam beberapa media sosial selama sepekan terakhir. Seruan tersebut disampaikan melalui poster digital dan teks tertulis. 

Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) menemukan setidaknya sembilan poster digital ajakan tersebut dengan desain mirip. Poster-poster itu mengatasnamakan warga Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Purbalingga, Banyumas, Semarang, Yogyakarta, Majalengka, dan Cirebon. Seruan dalam bentuk tertulis dengan pesan serupa juga menyebar melalui grup-grup WhatsApp.

Tulisan tersebut mengklaim terdapat sejumlah negara yang melarang warga negaranya mengirimkan berita tentang COVID-19 melalui media sosial. Antara lain Timor Leste, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, dan Australia. Seruan melalui teks tersebut juga meminta agar pesan tersebut disebarkan sebanyak-banyaknya ke teman dan saudara.

Ada kesamaan pesan agar masyarakat tidak membaca, mengikuti informasi dan berita tentang Covid-19 di media, karena dianggap bisa menganggu imun. Belum diketahui siapa yang menjadi otak di balik penyebaran poster digital dan teks tertulis tersebut. Namun temuan jurnalis di beberapa kota, pesan ini awalnya justru disebarkan oleh pejabat dan aparat setempat.

AJI menilai hal ini merupakan bagian dari propaganda keliru yang justru bisa membahayakan keselamatan publik. Hal ini karena ajakan tersebut disampaikan di saat wabah COVID-19 sedang terjadi meluas di Indonesia dan banyak warga sudah kesulitan mendapatkan layanan fasilitas kesehatan yang tak mampu menampung lonjakan jumlah pasien. 

AJI juga menyebut ajakan ini bisa menyebabkan masyarakat terjebak pada rasa aman palsu (toxic positivity), yang justru akan membuat mereka abai dengan protokol kesehatan. "Informasi yang akurat mengenai skala penularan dan dampak dari pandemi ini justru dibutuhkan warga untuk membangun kesiapsiagaan," tegas AJI dalam keterangan tertulisnya. 

Tindakan publik mengunggah berita itu juga bagian hak kebebasan berekspresi yang telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar Pasal 28F. Isi pasal tersebut adalah "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."

Menyikapi hal tersebut, AJI Indonesia menyatakan mengecam penyebaran seruan tidak membaca, mengunggah, dan membagikan berita tentang Covid-19 karena dapat membahayakan keselamatan publik. Seruan ini berpotensi membuat publik tidak mendapatkan informasi yang tepat. Padahal informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan tindakan agar dapat selamat dalam situasi pandemi COVID-19 yang semakin mengganas.


"Seruan ini merupakan bentuk pelecehan terhadap jurnalis dan karya jurnalistik karena dinilai sebagai penyebab turunnya imun seseorang dalam situasi pandemi," kata AJI.Jurnalis profesional dalam bekerja selalu mematuhi Kode Etik Jurnalistik. Kendati demikian, masyarakat yang merasa dirugikan pemberitaan dapat meminta hak jawab dan hak koreksi, serta melapor ke Dewan Pers sebagaimana diatur dalam Undang-undang Pers.

AJI juga melihat seruan ini sengaja dipropagandakan untuk membungkam upaya kritis media dalam memberitakan fakta-fakta mengenai pandemi dan penanganannya di Indonesia. Karena itu, pemerintah, terutama Kementerian Komunikasi dan Informatika, perlu meluruskan salah kaprah mengenai seruan ini.

AJI juga meminta Dewan Pers segera menyikapi serangan-serangan terhadap jurnalis dan pers nasional dalam pandemi COVID-19 yang semakin masif dan mengancam kebebasan pers. Awal bulan lalu (5/7), kepolisian Indonesia atau Humas Polda Bengkulu juga memberikan stempel hoaks terhadap berita 63 pasien meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) DR. Sardjito Yogyakarta, akibat kelangkaan oksigen. 

"Stempel hoaks atau informasi bohong terhadap berita yang terkonfirmasi, merusak kepercayaan masyarakat terhadap jurnalisme profesional, yang telah menyusun informasi secara benar sesuai Kode Etik Jurnalistik," tegas AJI. Oleh karena itu, "Dewan Pers perlu berkoordinasi secepatnya dengan aparat penegak hukum untuk menghentikan kekerasan terhadap jurnalis yang mengancam kebebasan pers dan membahayakan keselamatan publik."


Sumber :
https://nationalgeographic.grid.id/a...ublik?page=all

Senin, 19 Juli 2021

José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia

 José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia

José Alberto "Pepe" Mujica Cordano (lahir 20 Mei 1935) adalah seorang politikus dan petani Uruguay yang menjabat sebagai Presiden Uruguay ke-40 dari 2010 hingga 2015. Mantan gerilyawan Tupamaros ini pernah dipenjara selama 12 tahun selama kediktatoran militer pada 1970-an dan 1980-an.

Dia adalah seorang anggota "Broad Front" koalisi dari partai sayap kiri, Mujica adalah Menteri Peternakan, Pertanian, dan Perikanan dari 2005 hingga 2008 dan menjadi Senator sesudahnya. Sebagai kandidat "Broad Front", ia memenangkan pemilihan presiden 2009 dan menjabat sebagai Presiden pada 1 Maret 2010.

Dia telah digambarkan sebagai "kepala negara paling sederhana di dunia" karena gaya hidupnya yang keras dan sumbangannya sekitar 90 persen dari gaji bulanan $12.000 untuk amal yang bermanfaat bagi orang miskin dan pengusaha kecil.

José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia


Masa Muda
Mujica lahir pada 20 Mei 1935, dari Demetrio Mujica, keturunan Basque Spanyol, dan Lucy Cordano,putri imigran Italia. Ayah Mujica adalah seorang petani kecil yang bangkrut sesaat sebelum kematiannya pada tahun 1940, ketika putranya berusia lima tahun. Orang tua ibunya adalah imigran yang sangat miskin dari Liguria. Lucy Cordano lahir di Carmelo, di mana orang tuanya telah membeli 2 hektar (4,9 acre) di Colonia Jose untuk mengolah kebun anggur. Antara usia 13 dan 17, Mujica mengikuti beberapa klub dalam kategori yang berbeda. Dia juga aktif di Partai Nasional, di mana dia menjadi dekat dengan Enrique Erro .


Gerilya
José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia
Pada pertengahan 1960-an, ia bergabung dengan gerakan MLN-Tupamaros yang baru dibentuk , sebuah kelompok politik bersenjata yang terinspirasi oleh Revolusi Kuba. Dia berpartisipasi dalam pengambilalihan singkat tahun 1969 di Pando, sebuah kota dekat Montevideo. Dia memimpin salah satu dari enam regu yang menyerang titik-titik strategis di kota. Tim Mujica dinyatakan mengambil alih kantor telepon dan merupakan satu-satunya yang menyelesaikan operasi tanpa kecelakaan.

Pada bulan Maret 1970 Mujica ditembak saat melawan ketika ditangkap di bar Montevideo; dia melukai dua polisi dan ditembak enam kali. Ahli bedah yang dipanggil di rumah sakit menyelamatkan hidupnya. Tupamaros mengklaim bahwa ahli bedah itu diam-diam adalah Tupamaro dan inilah mengapa nyawanya terselamatkan.

Pada kenyataannya dokter hanya mengikuti etika kedokteran biasa. Pada saat itu, presiden Uruguay adalah Jorge Pacheco Areco yang kontroversial , yang telah menangguhkan jaminan konstitusional tertentu dalam menanggapi MLN dan kerusuhan Komunis.

Secara total, Mujica ditangkap oleh pihak berwenang sebanyak empat kali. Dia termasuk di antara lebih dari 100 Tupamaros yang melarikan diri dari Penjara Punta Carretas pada bulan September 1971 dengan menggali dari dalam penjara sebuah terowongan ke ruang tamu sebuah rumah di dekatnya. Mujica ditangkap kembali kurang dari sebulan setelah melarikan diri, tetapi melarikan diri dari Punta Carretas sekali lagi pada April 1972. Pada kesempatan itu dia dan sekitar selusin pelarian lainnya melarikan diri dengan mengendarai papan beroda di bawah terowongan yang digali oleh Tupamaros dari luar penjara.

Dia ditangkap kembali untuk terakhir kalinya pada tahun 1972, tidak mampu melawan penangkapan. Pada bulan-bulan berikutnya, negara itu mengalami kudeta militer pada tahun 1973. Sementara itu, Mujica dan delapan Tupamaros lainnya secara khusus dipilih untuk tetap berada di bawah tahanan militer dan dalam kondisi kotor. Secara keseluruhan, ia menghabiskan 13 tahun di tahanan. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, termasuk dikurung di dasar palung tua yang dikosongkan untuk menyirami kuda selama lebih dari dua tahun.

Selama berada di penjara, Mujica menderita sejumlah masalah kesehatan, terutama masalah mental. Meskipun dua teman satu sel terdekatnya, Eleuterio Fernández Huidobro dan Mauricio Rosencof, sering berhasil berkomunikasi satu sama lain, mereka jarang berhasil membawa Mujica ke dalam percakapan. Menurut Mujica sendiri, saat itu ia menderita halusinasi pendengaran dan bentuk paranoia.

Pada tahun 1985, ketika demokrasi konstitusional dipulihkan, Mujica dibebaskan di bawah undang-undang amnesti yang mencakup kejahatan politik dan militer terkait yang dilakukan sejak tahun 1962.

Beberapa tahun setelah pemulihan demokrasi, Mujica dan banyak Tupamaros bergabung dengan organisasi sayap kiri lainnya untuk menciptakan Gerakan Partisipasi Rakyat, sebuah partai politik yang diterima dalam koalisi "Broad Front" .

Pada pemilihan umum 1994 , Mujica terpilih sebagai wakil dan pada pemilihan 1999 ia terpilih sebagai senator. Karena karisma Mujica, MPP terus tumbuh popularitas dan suaranya, dan pada tahun 2004, MPP telah menjadi faksi terbesar di dalam Broad Front. Dalam pemilihan tahun itu, Mujica terpilih kembali ke Senat, dan MPP memperoleh lebih dari 300.000 suara, sehingga mengkonsolidasikan posisinya sebagai kekuatan politik teratas dalam koalisi dan kekuatan utama di balik kemenangan kandidat presiden Tabaré Vázquez. Mujica kemudian terpilih pada tahun 2009 sebagai presiden dalam pemilihan berikutnya.


Menteri Pertanian
Pada 1 Maret 2005, Presiden Tabaré Vázquez menunjuk Mujica sebagai Menteri Peternakan, Pertanian dan Perikanan (latar belakang profesional Mujica sendiri adalah di sektor pertanian). Setelah menjadi menteri, Mujica mengundurkan diri dari posisinya sebagai senator. Ia menjabat posisi ini hingga pergantian kabinet pada 2008, saat ia mengundurkan diri dan digantikan oleh Ernesto Agazzi . Mujica kemudian kembali ke kursinya di Senat.


Posisi Politik
Ideologi politik Mujica telah berkembang selama bertahun-tahun dari ortodoks menjadi pragmatis . Belakangan ini dia telah menyatakan keinginannya untuk politik kiri yang lebih fleksibel. Gaya dan cara berbicaranya diakui sebagai bagian dari popularitasnya yang semakin meningkat sejak akhir 1990-an, terutama di kalangan penduduk pedesaan dan sektor miskin. Dia telah digambarkan sebagai "antipolitisi" dan seorang pria yang "berbicara dalam bahasa rakyat" sementara juga menerima kritik untuk komentar yang tidak tepat waktu atau tidak pantas.

Tidak seperti presiden Vázquez, yang memveto rancangan undang-undang yang diajukan oleh parlemen yang akan membuat aborsi legal, Mujica telah menyatakan bahwa jika undang-undang tersebut diajukan ke hadapannya di masa depan, dia tidak akan memveto undang-undang semacam itu. Di bidang hubungan internasional, ia berharap untuk negosiasi dan kesepakatan lebih lanjut antara Uni Eropa dan blok perdagangan regional Mercosur , di mana Uruguay adalah salah satu anggota pendirinya.

José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia
Mujica dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva , pada tahun 2010

Pada perselisihan pabrik pulp Sungai Uruguay antara Argentina dan Uruguay, Mujica lebih berdamai dengan pemerintah Argentina daripada pemerintahan sebelumnya, dan pada tahun 2010 kedua negara mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung lama dan menandatangani kesepakatan yang merinci rencana pemantauan lingkungan sungai dan pembentukan komisi dwinegara. Hubungan pribadi yang baik antara Mujica dan mitra Argentina Cristina Kirchner membantu menghasilkan kesepakatan, meskipun beberapa masalah bilateral masih belum terselesaikan, termasuk pengerukan saluran akses bersama Martin Garcia di River Plate.

Dia dekat dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez , yang dia anggap sebagai "penguasa paling dermawan yang pernah saya kenal." Pada tahun 2011, ia berbicara menentang operasi militer yang diluncurkan oleh beberapa negara Barat terhadap Libya.

Ditanya tentang keputusan Presiden Brasil Lula da Silva untuk menerima Mahmoud Ahmadinejad , dia menjawab itu adalah "langkah jenius" karena "Semakin Iran dipagari, semakin buruk bagi seluruh dunia."

Meskipun Presiden Vázquez memilih Menteri Keuangannya Danilo Astori sebagai calon presiden dari Broad Front yang bersatu untuk menggantikannya pada tahun 2010, daya tarik luas Mujica dan dukungan yang berkembang di dalam partai merupakan tantangan bagi presiden. Pada tanggal 14 Desember 2008, Kongres Luar Biasa "Zelmar Michelini" (sebuah konvensi partai) memproklamirkan Mujica sebagai kandidat resmi Broad Front untuk pemilihan primer 2009, tetapi empat kandidat lainnya diizinkan untuk berpartisipasi, termasuk Astori.

Pada tanggal 28 Juni 2009, Mujica memenangkan pemilihan utama menjadi calon presiden Broad Front untuk pemilihan umum 2009. Setelah itu, Astori setuju untuk menjadi pasangannya. Kampanye mereka dipusatkan pada konsep melanjutkan dan memperdalam kebijakan pemerintahan Vázquez yang sangat populer, dengan menggunakan slogan “Un gobierno honrado, un país de primera" (Pemerintahan yang jujur, negara kelas satu) – secara tidak langsung merujuk kasus-kasus korupsi administratif dalam pemerintahan mantan kandidat oposisi utama, konservatif Luis Alberto Lacalle Selama kampanye, Mujica menjauhkan diri dari gaya pemerintahan presiden seperti Hugo Chavez ( Venezuela ) atau Evo Morales ( Bolivia ), mengklaim pemerintah kiri-tengah dari Brasil Luis Inacio Lula da Silvaatau sosialis Chili Michelle Bachelet sebagai contoh regional di mana ia akan mencontoh pemerintahannya. Dikenal karena gaya berpakaiannya yang informal, Mujica mengenakan setelan jas (tanpa dasi) untuk beberapa perhentian dalam kampanye presiden, terutama selama kunjungan ke kepala negara daerah.

Pada bulan Oktober 2009, Mujica memenangkan pluralitas lebih dari 48 persen suara dibandingkan dengan 30 persen untuk mantan presiden Lacalle, jauh dari mayoritas yang disyaratkan oleh konstitusi , sementara pada saat yang sama memperbarui mayoritas parlemen Broad Front untuk legislatif berikutnya ( 2010–2015).

Kemudian diadakan putaran kedua pada tanggal 29 November untuk menentukan pemenangnya; pada tanggal 30 November Mujica muncul sebagai pemenang, dengan lebih dari 52% suara atas 43% Lacalle. Dalam pidato pertamanya sebagai presiden terpilih di depan kerumunan pendukung, Mujica mengakui lawan politiknya dan menyerukan persatuan, menyatakan bahwa tidak akan ada yang menang atau kalah ( "Ni vencidos, ni vencedores"). Dia menambahkan bahwa "adalah suatu kesalahan untuk berpikir bahwa kekuatan datang dari atas, ketika datang dari dalam hati massa (...) saya perlu seumur hidup untuk mempelajari ini".


Pemerintah
Mujica membentuk kabinet yang terdiri dari politisi dari berbagai komponen Front Luas, yang menyerahkan bidang ekonomi kepada pembantu wakil presidennya Danilo Astori .

Pada Juni 2012, pemerintah Mujica ini membuat langkah kontroversial untuk penjualan dikuasai negara Legalize dari ganja di Uruguay untuk melawan kejahatan terkait narkoba dan masalah kesehatan, dan menyatakan bahwa mereka akan meminta para pemimpin global untuk melakukan hal yang sama. Mujica mengatakan bahwa dengan mengatur bisnis ganja Uruguay yang diperkirakan senilai $40 juta per tahun, negara akan mengambilnya dari pengedar narkoba, dan melemahkan kartel narkoba. Negara juga akan dapat melacak semua konsumen ganja di negara ini dan memberikan perawatan kepada penyalahguna yang paling serius, seperti yang dilakukan dengan pecandu alkohol. Mujica mengesahkan undang-undang pernikahan sesama jenis dan melegalkan aborsi untuk wanita.

Pada September 2013, Mujica berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa , dengan pidato yang sangat panjang yang ditujukan untuk kemanusiaan dan globalisasi. Pidato tersebut meminta masyarakat internasional untuk memperkuat upaya melestarikan planet ini untuk generasi mendatang dan menyoroti kekuatan sistem keuangan dan dampak kejatuhan ekonomi pada orang-orang biasa. Dia mendesak untuk kembali ke kesederhanaan , dengan kehidupan yang dibangun di atas hubungan manusia, cinta, persahabatan, petualangan, solidaritas dan keluarga, bukannya kehidupan yang terbelenggu ekonomi dan pasar.

Secara umum, kebijakannya sejalan dengan amanat sebelumnya. Porsi pengeluaran sosial dalam total pengeluaran publik meningkat dari 60,9% menjadi 75,5% antara tahun 2004 dan 2013. Selama periode ini, tingkat pengangguran tetap sekitar 7%, tingkat kemiskinan nasional berkurang dari 18% menjadi 9,7% dan tingkat kemiskinan minimum. upah dinaikkan dari UYU$4.800 menjadi UYU$10.000 (tingkat inflasi tahunan rata-rata 7%) dan utang Pemerintah meningkat dari 59% menjadi 65%. Hal ini juga mendukung penguatan serikat pekerja. Menurut Konfederasi Serikat Buruh Internasional , Uruguay telah menjadi negara paling maju di Amerika dalam hal penghormatan terhadap "hak-hak buruh yang mendasar, khususnya kebebasan berserikat, hak untuk berunding bersama dan hak untuk mogok".

Pada 1 Maret 2015, masa jabatan Mujica sebagai presiden berakhir. Menurut koresponden BBC Wyre Davies, "Mujica meninggalkan kantor dengan ekonomi yang relatif sehat dan stabilitas sosial yang hanya bisa diimpikan oleh tetangga yang lebih besar."


Kehidupan Pribadi
Pada tahun 2005, Mujica menikahi pasangan lama Lucía Topolansky , sesama mantan anggota Tupamaros , senator dan mantan wakil presiden, setelah bertahun-tahun hidup bersama. Mereka tidak memiliki anak dan tinggal di pertanian milik Lucía di pinggiran Montevideo , di mana mereka menanam krisan untuk dijual, setelah menolak tinggal di istana presiden atau menggunakan stafnya. Juga tinggal di peternakannya adalah anjing berkaki tiganya, Manuela. Dia telah menarik perhatian dunia karena gaya hidupnya.

José Mujica, Presiden Termiskin Di Dunia
Mujica dan istrinya

Ia pernah menggunakan Volkswagen Beetle 1987 sebagai alat transportasi. Pada tahun 2010, nilai mobil tersebut adalah $1.800 dan mewakili keseluruhan deklarasi kekayaan pribadi tahunan wajib yang diajukan oleh Mujica untuk tahun itu. Pada bulan November 2014, surat kabar Uruguay Búsqueda melaporkan bahwa ia telah ditawari 1 juta dolar untuk mobil tersebut; dia mengatakan bahwa jika dia mendapatkan 1 juta dolar untuk mobil itu akan disumbangkan untuk menampung para tunawisma melalui program yang dia dukung.

Mujica adalah seorang ateis .

Minggu, 18 Juli 2021

'Ayah Saya Meninggal Usai Percaya Hoax dr Lois'

 'Ayah Saya Meninggal Usai Percaya Hoax dr Lois'



Hoax soal bahaya interaksi obat yang disebarkan oleh dr Lois Owien 'memakan korban'. Seorang warga Depok bernama Helmi Indra menceritakan kisah ayahnya yang wafat usai termakan hoax terkait Corona dari dr Lois.

Helmi awalnya menceritakan bahwa ayahnya termasuk orang yang termasuk hoax-hoax terkait Corona. Salah satunya terkait hoax vaksin Corona haram.

"Ayah saya termakan hoax vaksin itu haram. Padahal waktu itu saya sudah share berita soal MUI yang menyatakan vaksin itu halal. Waktu itu vaksinnya Sinovac. Padahal bapak juga punya komorbid," kata Helmi saat dihubungi, Sabtu (17/7/2021).

Ayahnya yang tinggal di Tegal itu pun menolak untuk divaksin. Hingga akhirnya, pada 6 Juli sang ayah terinfeksi Corona dan bergejala.

"Gejala pertama itu tanggal 6 Juli, padahal dua hari sebelumnya adek saya yang di Tegal juga, terpapar juga. Kemudian pusing lemah," ungkapnya.

Helmi juga mengatakan ayahnya saat itu juga tidak mau makan obat. Sebab, ayahnya saat itu ikut terpengaruh dengan paparan dr Lois Owien yang mengatakan interaksi obat justru yang membuat orang meninggal dunia.

"Sayangnya, minggu-minggu itu lagi ramainya podcastnya dokter Lois soal interaksi obat itu yang bikin banyak kematian yang ada tentang COVID-19. Nah, ayah saya percaya itu. Nggak mau minum obat banyak-banyak. Maunya obat pereda nyeri aja, takut nafas hilang. Saya sempet berdebat waktu nyuruh minum obat ke ayah," ujarnya.

Tak lama setelah itu, sang ayah pun wafat di usia 60 tahun. Barangkali, hoax seputar Corona bagi sebagian orang adalah lelucon. Namun bagi Helmi yang sudah kehilangan ayahnya, hoax seputar Corona dampaknya begitu luar biasa. Dia bahkan masih aktif berbantahan dengan sejumlah penyebar hoax di WAG.

"Dampaknya luar biasa ini hoax. Bahkan saya masih berdebat dengan orang-orang yang di WA Grup itu. Bahkan, dia nggak sadar bahwa yang dishare itu berbahaya," tuturnya.

Kontroversi dr Lois

Diketahui pernyataan kontroversi dr Lois Owien 'tidak percaya COVID'di media sosial, membuat heboh publik. Selain itu, dalam talkshow yang dibawakan oleh pengacara kondang, Hotman Paris, dia secara terang-terangan menyatakan tidak mempercayai adanya virus Corona.

Dalam acara Hotman Paris Show, yang disiarkan pada 8 Juli 2021, dokter Lois diundang sebagai bintang tamu. Hotman Paris dalam acara itu kemudian mempertanyakan alasan dr Lois tidak percaya Corona. Selama acara tersebut, beberapa kali Hotman mendebat dan memotong pembicaraan dari Lois.

"Kalau tidak percaya, itu banyak (meninggal) sudah 50 ribu kenapa gitu? Yang sudah dikubur. Ibu sebagai dokter, itu kenapa?" tanya Hotman kepada Lois.

Lois berargumen kasus meninggalnya pasien ada di rumah sakit (RS). Menurutnya, pasien yang meninggal bukan murni karena virus Corona, melainkan karena interaksi antarobat yang diterima si pasien.

"Interaksi antarobat. Interaksi antarobat. Jadi gini, makanya, kenapa katanya virus ini kalau menginfeksi pada orang komorbid akan parah...," kata Lois.

"Pak, kalau misal buka data di rumah sakit, itu pemberian obat itu lebih dari 6 macam," demikian salah satu pernyataan dr Lois dalam talkshow tersebut.

Polisi mengambil tindakan usai dr Lois membuat pernyataan kontroversi tersebut. Dokter Lois ditangkap pada Minggu (11/7) di sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Namun, akhirnya dr Lois tak jadi ditahan usai berjanji tak mengulangi perbuatannya lagi.



https://news.detik.com/berita/d-5646...hoax-dr-lois/2

ga heran Orang gila ngaku dokter pun dipercaya oleh mereka yg mempercayai teori konspirasi covid, karena yg mereka cari bukanlah kebenaran tapi pelarian. pada dasarnya mereka hanya ingin hidup bebas seenaknya sendiri tanpa perlu peduli orang lain.

Syuting Video Klip Band Dadali Harus Dibayar Mahal, Dua Personelnya Meninggal

 Syuting Video Klip Band Dadali Harus Dibayar Mahal, Dua Personelnya Meninggal


Jakarta: Satu pekan terakhir ini bisa jadi momen terkelam dalam hidup vokalis band Dadali, Dyrga. Dua personel Dadali meninggal dunia hanya dalam waktu enam hari.

Kabar duka pertama datang ketika gitaris Dadali, Yuda meninggal dunia pada Rabu 7 Juli 2021. Berita duka kembali menghantam ketika keyboardis mereka yaitu Rixx meninggal pada 13 Juli 2021.

Sebelum meninggal dunia, Rixx sempat positif covid-19. Sementara hasil tes terakhir Yuda menunjukkan dia negatif covid-19.

"Saya enggak menyangka kehilangan dua orang langsung dalam waktu satu pekan. Ini kayak mimpi kehilangan dua sahabat," kata Dyrga dalam siaran di media sosialnya.



Tragedi band Dadali rupanya diawali ketika mereka syuting video klip pada akhir bulan kemarin. Lalu pada awal Juli, sejumlah personel mereka dinyatakan positif covid-19. Dyrga sendiri juga sempat positif covid-19 sebelum memutuskan isolasi mandiri.

Namun, Dyrga sudah memamerkan hasil negatif covid-19 beberapa hari lalu. Sayang, nasib berbeda dirasakan Rixx yang harus meninggal dunia. Dyrga pun menyebut syuting video klip terbaru mereka menjadi 'mahal' karena secara tidak langsung mengakibatkan kematian.

"Kami punya tujuh lagu baru. Video klip yang kita buat itu sangat mahal harganya karena harus dibayar dengan nyawa. Kejadian ini sangat memukul saya. Membuat saya harus berjuang di Dadali," ucap Dyrga.

Setelah ditinggal dua rekannya, band yang berdiri sejak 2009 itu kini menyisakan tiga personel. Dyrga pun berjanji akan tetap melanjutkan karya-karya yang pernah dibuat Yuda dan Rixx semasa hidup.

"Saya enggak akan berpikir yang lain. Saya curahkan kepada band dan keluarga. PR saya semakin berat pasca kehilangan Yuda, Rixx semuanya. Saya yakin mereka bakal bahagia lihat saya, lihat kami bertiga. Akan saya jaga karya mereka. Doakan selalu," tutup Dyrga.

https://m.medcom.id/hiburan/selebrit...lnya-meninggal

Jumat, 16 Juli 2021

Dubes Indonesia di Tiongkok Cerita Cara Wuhan Hadapi Pandemi Covid-19

  Dubes Indonesia di Tiongkok Cerita Cara Wuhan Hadapi Pandemi Covid-19


Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok Djauhari Oratmangun mengungkapkan berbagai cara dan kebijakan yang diterapkan Negeri Tirai Bambu saat awal Covid-19 merebak di kota Wuhan, Provinsi Hubei.

Djauhari mengungkapkan, langkah pertama yang dilakukan pemerintah Tiongkok saat itu adalah melakukan metode full response.

Metode ini berarti pemerintah langsung memberlakukan lockdown terhadap Wuhan, yang pada Januari 2020 menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

"Pemerintah Tiongkok itu menerapkan full response, yang berarti segera me-lockdown kota Wuhan yang berpenduduk 10-11 juta dan provinsi Hubei," ujar Djauhari dalam webinar yang tayang channel YouTube Gelora TV, Selasa (13/7/2021).


Baca juga: Penjelasan Terkait Varian Delta dan Perbedaannya dengan Virus Corona yang Menyebar di Wuhan

Pemerintah Tiongkok segera me-lockdown Wuhan karena awal Covid-19 merebak sudah mendekati tahun baru Imlek.

"Kenapa segera di-lockdown, karena pada saat itu masa liburan menjelang Tahun Baru China dan libur akhir semester juga. Jadi langsung di-lockdown," ujar Djauhari.

Setelah menerapkan lockdown di Kota Wuhan, pemerintah Tiongkok segera meningkatkan kapasitas rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19.


Saat itu pemerintah Tiongkok segera membangun 16 rumah sakit sementara untuk pasien Covid-19 di Kota Wuhan.

Juga membangun dua rumah sakit baru dengan kapasitas tempat tidur mencapai 2.600 dalam waktu dua minggu.

"Kemudian membangun 16 rumah sakit sementara di Wuhan, dengan kapasitas kurang lebih 13 ribu. Lalu kemudian membangun dua rumah sakit baru dalam waktu yang sangat singkat, kurang lebih dua minggu dengan kapasitas 2.600 tempat tidur," ujar Djauhari.

SOURCE

Dua Pria BERPECI Nekat Hirup Nafas Pasien Covid-19 Hingga Akhirnya Meninggal Dunia

 Dua Pria BERPECI Nekat Hirup Nafas Pasien Covid-19 Hingga Akhirnya Meninggal Dunia


Beredar sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan dua orang pria berpeci dengan nekat menghirup nafas yang keluar dari mulut pasien Covid-19.

Dalam video yang diunggah oleh akun Twitter @julie307 pada Rabu (14/7/2021) terlihat dua orang pria berpeci menghampiri seorang pasien Covid-19 yang sudah dalam kondisi lemah terbaring dikasur dan disampingnya terdapat tabung berisi oksigen.

Kemudian mereka meminta pasien Covid-19 itu untuk menghembuskan nafasnya dengan kencang dan kedua pria berpeci tersebut langsung mendekatkan mulutnya ke pasien tersebut dan mulai menghirup nafas yang keluar dari mulut sang pasien.

Keduanya melakukan tindakan itu secara bergantian, agar nafas yang dikeluarkan oleh sang pasien benar-benar masuk ke dalam tubuhnya mereka juga mengibaskan tangannya sambil mengarahkan ke mulutnya.

Kedua pria berpeci itu diduga tidak mempercayai keberadaan virus Corona dan mereka melakukan eksperimen konyol dengan mendekatkan mulut mereka ke mulut pasien Covid-19.

Diketahui salah satu dari pria berpeci itu bernama Masudin yakni seorang pakar terapi saraf telinga terkenal di Jombang, Jawa Timur

Akibat perbuatannya itu, dikabarkan Masudin meninggal dunia pada Selasa (13/7/2021) dini hari. Pria kelahiran 47 tahun silam ini meninggal dunia karena mengalami sakit.

https://poskota.co.id/2021/07/15/vir...eninggal-dunia