Senin, 22 Februari 2021

Ini Syarat Dan Cara Untuk Mengajukan Pinjaman untuk UMKM di Bank BRI

UMKM merupakan salah satu yang paling terdampak sejak merebahnya pandemi Covid-19.

Banyak UMKM di tanah air yang terpaksa harus gulung tikar lantaran kurangnya omzet sehingga tidak memiliki modal yang cukup untuk memutar usahanya.

Oleh sebab itu,UMKM memerlukan tambahan modal atau pinjaman agar bisa kembali bergairah melanjutkan usahanya.

Pinjaman ini pun bisa berasal dari pinjaman online atau Finansial Technologi (Fintech) hingga perbankan.

Beragam perbankan di Indonesia memberikan layanan pinjaman kepada para nasabahnya khususnya para pelaku UMKM.

Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).

Lantas bagaimana syarat hingga skema peminjamannya?

Mengutip laman www.bri.co.id, Jum'at (19/02),Bank BRI menyediakan 3 kategori pinjaman UMKM yang bisa dijadikan pilihan, yakni Pinjaman Mikro, Retail Menengah, dan Pinjaman Program.

Sabtu, 20 Februari 2021

DOKTER SERIBU RUPIAH


Klinik dokter F.X. Soedanto terletak di Jayapura. Sudah hampir 40 tahun ia mengabdi di sana. Masyarakat mengenalnya sebagai “Dokter Seribu Rupiah” sebab ia hanya mengenakan biaya Rp 1.000 bagi tiap pasien yang berobat. Soedanto bahkan rela tidak dibayar. Semua ini ia lakukan utk menolong orang miskin. 

"Sebelumnya, saya kenakan biaya Rp 500/pasien. Jumlah tsbt telah meningkat menjadi Rp 1.000, tp jika seseorang membayar Rp 500 atau hanya dgn ucapan terima kasih, saya akn menerimanya," katanya.

Konsultasi dokter umum di daerah biasanya sekitar Rp 25.000, sementara dokter spesialis sekitar Rp 50.000.

Soedanto lahir di Kebumen, Jawa Tengah, anak bungsu dari enam bersaudara. Ayahnya Umar adalah kontraktor dalam pemerintahan kolonial Belanda dan ibunya, Mursila adalah perawat.

Soedanto pertama belajar matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Gadjah Mada, tetapi ditinggalkan setelah satu tahun untuk mengikuti saran ibunya, sebagai gantinya ia mendaftar di Fakultas Kedokteran.

"Saya mengambil tes lain di School of Medicine. Mungkin ibu saya ingin salah satu dari anaknya menjadi seorang dokter, untuk mengikuti jejaknya sebagai perawat," kata Soedanto.

Lulus pada tahun 1975, ia diwajibkan peraturan pemerintah melakukan pelayanan wajib di daerah pedesaan. Kementerian Kesehatan memintanya untuk memilih provinsi di mana ia ingin ditugaskan.
Soedanto muda memilih Irian Jaya, yang sekarang disebut Papua.

"Saya memilih Irian Jaya  karena saya menyukainya. Selain itu, pada waktu itu, jika kita memilih provinsi lain seperti Sulawesi, Jawa atau Sumatra, kami harus membayar semacam suap kepada pejabat kementerian. Saya tidak punya uang, sehingga saya memilih Papua, yang tidak mengharuskan saya untuk membayar suap".

Di Papua, Soedanto pertama kali ditugaskan di suku Asmat, sebelum dipindahkan ke Jayapura di mana ia bertugas di rumah sakit jiwa sampai ia pensiun beberapa tahun lalu.

Selama karirnya di Departemen Kesehatan, Soedanto menerima penghargaan untuk penggunaan obat generik terbanyak.

"Mereka hanya membayar Rp 1.000 untuk biaya dokter. Bagaimana kita bisa memberi mereka resep untuk obat yang mahal? Mereka datang ke sini karena mereka memiliki uang yang terbatas jadi kami memberi mereka obat obatan dengan harga yang cocok untuk mereka," katanya.

Dalam satu hari, jumlah pasien tertinggi yang di tangani bisa mencapai 200 orang. Dia membuka praktek jam 8:00 - 14:00 setiap hari. Tapi bahkan sebelum jam 8.00 pagi, sudah terdapat kerumunan antrian pasien di serambi Farmasi Rahmat, klinik Soedanto.

Kesan pertama dari dokter ini adalah bahwa beliau  sederhana. Kendaraannya pun hanya sebuah mobil tua. Namun hampir semua warga di Jayapura telah mendengar tentang dia.
Bahkan setelah bertahun2, Soedanto tidak memiliki niat meninggalkan Papua utk kembali ke kampung halamannya.

"Di mana-mana sama saja. Kami dapat menawarkan layanan kami tidak hanya di kampung halaman kami, tetapi juga di tempat-tempat lain di mana kita paling dibutuhkan," katanya.

Di Jayapura, Soedanto bertemu Elisabeth dan menikahinya pada tahun 1997. Mereka memiliki lima anak.

Ketika ditanya mengapa dia tidak menambah fee nya menjadi Rp 5.000, ia hanya berkata bahwa tidak semua orang memiliki Rp 5.000.

"Banyak orang memiliki masalah dalam mendapatkan uang sebanyak itu. Saya tidak ingin melihat siapa pun tidak bisa berobat ke dokter, hanya karena mereka tidak memiliki uang Rp 5000. Saya hanya ingin membantu orang orang yang kurang beruntung, saya tidak punya niat lain".

Dengan penghasilan sedikit, meninggalkan pertanyaan besar bagaimana ia mampu menghidupi keluarganya?

Soedanto mendapatkan penghasilan tambahan sedikit dari mengajar di Universitas Cendrawasih, serta Rp 2 juta dari pensiunnya. Keluarganya tidak pernah mengeluh tentang keputusannya untuk hidup dengan biaya rendah.

"Ini sudah cukup. Kami terbiasa dengan kondisi ini. Itu sudah cukup bagi kami," katanya ringan.

Ketika ditanya berapa lama ia akan menjalankan prakteknya?

"Sampai saya tidak mampu melakukannya lagi."

KEPUASAN HIDUP TERCAPAI BUKAN KARENA KITA MEMILIKI BANYAK MELAINKAN KARENA KITA BISA MEMBERI BANYAK.

(Ndoetch Dani)

Kamis, 18 Februari 2021

MENGAPA YAHUDI MAJU.




Jika saya menulis ttg bangsa Yahudi maka banyak yg tdk suka, dibilang saya pendukung Yahudi penjajah Palestina, antek2 Yahudi, dll. Padahal dari semua itu yg saya maksudkan adalah :
- Bercerminlah bahwa mengapa jumlah populasi Yahudi didunia ini hanya sekitar 14,5 juta atau sekitar 0,2% dari populasi dunia tetapi bisa sangat maju dlm segala bidang seperti sains, tekhnologi, ekonomi, pertahanan dll.
- Jadikanlah motivasi, jadikanlah cambuk, mengapa dgn jumlah populasi Yahudi dunia yg sgt sedikit itu bisa hebat, bisa sgt maju, bisa menguasai diberbagai sektor penting, contoh Populasi Yahudi di Amerika itu hanya 2 % saja tetapi mengapa mereka bisa berkuasa dibanyak sektor yg penting, bisa pegang kendali.
- Merenunglah bahwa jumlah populasi Yahudi dunia itu sekitar 14,5 juta ( sekitar 0,2% ) , tetapi bisa menghasilkan 201 peraih Nobel dunia ( sekitar 22,5% sejak penghargaan Nobel dimulai tahun 1901 ), sedangkan populasi umat islam dunia data th 2020 menurut Pew Research Center sebesar 1,9 Miliar lebih ( 24,9% dari populasi dunia ) tetapi kenapa yg berhasil meraih hadiah Nobel hanya 1,4% ( hanya 12 orang , tlng koreksi jika saya salah ).
Merenunglah, berpikirlah, apa yg salah ?
Apakah karena kita sibuk menghapal ayat ? Sedangkan mereka sibuk dgn IPTEK.
Apakah karena kita sibuk ributkan agama, ingin mendirikan negara agama/khilafah ? Sedangkan mereka sibuk sains, tekhnologi dan ekonomi.
Apakah karena kita sibuk ttg rumah ibadah, surga, pakaian seragam sekolah ? Sedangkan mereka sibuk meningkatkan SDM manusianya.
Faktanya kita hanyalah pemakai dan bukan pencipta, termasuk FB ini juga karya Yahudi.
UNESCO menyebut Indonesia urutan ke 2 dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah, paling malas membaca, menurut data Unesco minat baca masyarakat Indonesia sgt memprihatinkan, hanya 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia cuma satu orang yg rajin membaca. Kondisi ini menempatkan Indonesia pd posisi 124 dari 187 negara dlm penilaian Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ).
Hasil laporan PISA yg dirilis 3/12/3018, mencatat kemampuan membaca, matematika dan sains siswa Indonesia jeblok, berada dirangking 74 dari 79 negara. Melorotnya tingkat literasi pelajar Indonesia menjadi penyebab turunnya kemampuan berpikir kritis.
Bencana akibat kebodohan adalah sebesar2 musibah seorang manusia. ( Al Ghazali ).
Mengapa Yahudi maju ? Mengapa bangsa Yahudi maju ?
Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yg terkenal dinegara kita, tetapi kenyataannya sebagian dari kita malas belajar, malas membaca, sehingga mudah dibodohi apalagi ttg agama, tetapi terhadap berita hoax mereka rajin membaca dan percaya.
Buku adalah gudang ilmu, yang menduduki urutan pertama " Gemar membaca " adalah orang/bangsa Yahudi, mereka banyak berprestasi, para orang tua Yahudi sangat konsisten mendiktekan pentingnya membaca buku. Mereka tidak segan2 membeli buku yg mahal sekalipun, karena mereka yakin kualitas itu mahal. Orang2 Yahudi adalah kaum yg paling tinggi minat bacanya, mereka membaca buku2 tebal dgn hard cover. Menurut majalah Reform Jewish, 79% orang Yahudi Amerika membelanjakan uangnya utk membeli buku hard cover, 39% membeli 1-5 judul buku, 9% membeli 6-9 judul buku dan 17% membeli lebih dari 10 judul buku pertahun.
Orang2 Yahudi mengapresiasi tinggi terhadap pendidikan dan kehidupan intelektual, serta tetap mendidik anak2nya dgn agama. Mereka sgt memotivasi anak2nya utk sekolah tinggi, menjadi ilmuwan, dokter, pengusaha, dll.
Adapun kebiasaan/gemar membaca ini hanya dapat dikalahkan oleh orang2 Jepang yang sama gilanya bila mereka membaca buku. Orang Jepang diperkirakan melahap buku bacaan rata2 12 buku dan 35 majalah setiap tahun dan surat khabar. Belanja buku orang Jepang setiap tahun hampir mencapai 1 triliun Yen bahkan lebih.
Hukum universal berlaku, siapa yang gemar membaca mereka mendapatkan informasi, mereka mendapatkan pengetahuan. Siapa yg menguasai pengetahuan mereka menguasai tekhnologi. Dan siapa yg menguasai IPTEK, maka bersiaplah untuk menjadi " Raja Dunia '.
Dan itu semua diawali dengan satu kata perintah " Iqra ( Bacalah ) ", kita gemar menghapal dan mengucapkannya, sementara bangsa lain gemar melaksanakan dan membuktikannya.
Ilmu itu cahaya yg terang yg menerangi dengannya orang yg bahagia dan orang yg bodoh dalam kegelapan. Ilmu itu puncak kehidupan bagi para hamba sebagaimana orang2 yg bodoh itu mati karena kebodohan.
( Al Hafizh Al Hakamy ).

SALAM DAMAI.
By : ROF S.

Senin, 15 Februari 2021

Menyampaikan kritik tanpa perlu ditangkap

 



“ Babo, mau tanya.” Kata Nitizen via WA.

“ Tanyalah.”

“ Kan Jokowi bilang silahkan dikritik. Tapi apa jaminannya tidak akan ditangkap ? 

“ Kritik itu hak kita sebagai warga negara. Bahwa kebebasan berpendapat dilindung UU. Jadi yang jamin itu bukan Jokowi tetapi UU. Jokowi hanya ingatkan sesuai dengan UU.

“ Tapi mengapa ada yang ditangkap karena kritik presiden”

“ Itu bukan karena dia kritiik. Tetapi karena dia melanggar UU. “

“ UU apa ?

“ UU ITE No 19/2006, itu berkaitan dengan penghinaa, atau pencemaran nama baik, berita bohong yang bisa menimbulkan kebencian. “

“ Jadi kritik seperti apa yang dimaksud presiden?

“ Kritik membangun. Selagi tidak terkait dengan pencemaran nama biak, berita bohong atau hoax yang bisa menimbulkan kebencian. Itu bebas saja. Dijamin engga akan ditangkap”

“ Bagaimana bisa bedakan pencemaran nama baik dengan kritik kepada seorang pejabat?

“ Gampang say..kritik jabatannya. Jangan personalnya. Contoh kamu tidak suka dengan pemerintah karena kebijakanya. Maka kritik ditujukan kepada presiden atau gubernur atau walikota/bupati atau menterinya, bukan ke personalnya”

“ Bisa contoh konkritnya.” 
�“ Jakarta setiap tahun semakin banyak titik banjir karena pemda DKI gagal melaksanakan normalisasi kali dan penataan hunian di bantaran kali. Nah itu disebur kritik. Ada sebab akibatnya. Tetapi kalau bilang “ Anies engga bener urus jakarta. Makanya jakarta banjir” Nah itu disebut nyinyir. Tapi kalau bilang sejak Anies jadi Gubernur DKI jakarta semakin baik.  Itu hoax.  Sama juga bilang, sejak Anies jadi guberur jakarta terus banjir. Itu juga hoax. Karena banjir ada bukan hanya di era Anies, di era gubernur sebelumnya juga banjir. Paham ya.”

“ Paham Babo. Jadi harus paham sebab akibat mengapa peristiwa terjadi dan gimana solusinya? 

“Tepat.” 

“ Terimakasih Babo”

ARUS BALIK SANG PENDUKUNG

 



-  Media massa mainstrean dan konvensional bersama para aktifis LSM -  yang selama ini disuplai dana asing - juga kubu oposan,  kini kerepotan menghadapi netizen pro pemerintah.

Bahkan Dewan Pers pun terganggu. Menuding "buzzer" merusak kebebasan pers.   Bayangkan - lembaga berwibawa  yang seharusnya mengantisipasi perkembangan media massa - tidak siap menghadapi kehadiran media baru : media sosial - sebagai wujud demokratisasi sesungguhnya,  di mana kini setiap orang bebas bersuara (dengan gadgetnya) dan layak didengar.   Dewan Pers masih saja pakai paradigma lama. 

Sebagai orang media, saya tahu persis tak ada media (mainstream)  yang sepenuhnya independen.  Termasuk Dewan Pers - sebagai pengawasnya. Kasus Kompas TV yang terancam denda Rp. 500 juta atas laporan Veronica Koman dan sampul 'Tempo' yang tendensius - nyaman nendang sana sini -  adalah contohnya. 

Partisan selalu ada,   baik secara kelembagaan lewat kontrak bisnis,  maupun kesepakatan masing masing awaknya secara diam diam. Transfer langsung ke penulis berita. 

Banyak media mainstream terverikasi Dewan Pers patut diduga menyerang kementrian / instansi pemerintah supaya dapat jatah iklan atau diajak jalan jalan oleh menterinya. Dan dapat perlindungan mereka. 

Maunya mereka, presiden, menteri dan pejabat pemerintah boleh digebugi - bebas dicaci maki dan dihajar kanan kiri di media  -  dan tidak boleh melawan. Tak boleh menjawab - mengiyakan saja. Karena kritikus,  kalangan LSM,   dan aktifis antiperintah, jurnalis piaraan konglomerat dan mafia itu -  mahasuci dan mahabenar dan  menguasai kebenaran tunggal. Dan final.  

"Kalau mau jawab,  pasanglah advetorial / sponsor artikel di media kami. Kami segera kirim 'rate card'-nya ". 

Lho,  kok enak banget!?

Mereka merasa berhak mengawasi dan mengritik pemerintah dan kita rakyat yang nonton dan membaca tak boleh  mengawasi dan mengritisi mereka.  Wooh, enaknya! 

Kini mereka minta presiden menertibkan para pendukung istana dan menyembunyikan itikad jahatnya,  "ayo tertibkan buzzermu dan biarkan kami menyerangmu, menghajarmu. Jangan melawan, seperti sebelumnya". 

Media sosial dianggap panggung pertunjukkan wayang kulit.  Cuman dalang yang bebas omong -  yang lain musti diam dan nonton saja.  Yang berisik musti ditertibkan. 

Sosok publik yang dulunya pendukung mantan wapres mendadak membandingkan gubernur Jateng dan DKI dalam mengatasi banjir dan selalu menyebut diri "tidak berpihak kemana mana". 

Kadrun dan para pejabat pecatan,   menyerang di twitter, FB dan Youtube, lalu mereka minta pemerintah melalui humas,  membalas di koran dan majalah.  Jaka sembung bawa golok.  Ora nyambung,  Mbok. 

Logika yang sedang dikembangkan saat ini, warga pendukung pemerintah dijuluki "buzzer" dan "buzzerRp" - dengan konotasi negatif, hina dina  -  sedangkan penyerang pemerintah dijuluki "kritikus" / pengamat,  netizen : konotasi positif, makhluk mulia. 

Padahal  mereka itu itu juga. Pejabat pecatan yang tak laku laku,   nyinyir dan vokal karena masih ngarep posisi. 

Sebenar benarnya,  selogis-logisnya -  seakurat-akuratnya -  data dan fakta yang dikutip dari sumber pemerintah dan  pendukung, tetaplah disebut "buzzer" -  kelompok nista.  

Sedangkan oposan dan mereka yang cuma bisa cemooh,  nyindir,  mlintir pernyataan,  caci maki, nulis kotor dan meyebar hoax,  menyerang sebagai pelampiasan sakit hati itu tetaplah disebut "kritik" dari kritikus.  Orang mulia. 

Dulu Kwik Kian Gie mengritik di Kompas dan dimuliakan publik.  Kritiknya jadi nujum  dan kebenaran akhir yang tak terbantahkan.  Sekarang kritiknya digugat netizen.  Ini maksudnya apa?  Sudah pernah jadi orang pemerintah, memimpin Bappenas,   jejak hasilnya mana?    Dulu mengubah apa?  KKG langsung sewot. Ketakutan.  

KEMUNAFIKAN dan manipulasi adalah ciri netizen oposan dan penyerang para pendukung pemerintah.  Baik yang kini menggugat "buzzerRp" maupun buzzer gratisan.  Para relawan.

Bagaimana dengan aksi "buzzerDinar" dan "buzzer Dollar" ? BuzzerChaplin,  "buzzerCikeas" dan "buzzer Cendana" ?  Woii,   jangan belagak pilon!!  

Ada partai agama yang  claim sendiri punya "cyber army" sampai ratusan ribu yang tersebar di tanah air dan belagak pilon menggugat dana untuk influenzer di DPR RI.  Munafiqun !.


Sesungguhnya masing masing dari mereka juga punya tim buzzer dengan sebutan masing masing untuk  menyerang  istana dengan masif, sistematis  - lewat akun akun bodong. Bahkan ada yang digelari ustadz di kubu anti pemerintah yang ngaku ini "perang".  "Begini caranya perang sekarang" katanya pamer gadgetnya yang bertebaran di meja. 

Giliran dilawan,  diserang balik -  kalah dan  kehabisan logistik,  menjerit -  meraung raung. Teriak "bazzar - buzzer" istana.  Seperti yang lagi ramai sekarang. 

Mereka memanipulasi publik - seolah olah yang ditangkap polisi adalah intelektual dan ulama pengritik pemerintah dan istana.  Padahal yang ditangkap penyebar kebencian,   yang mencaci maki,  omong kotor dan menghina kyai/habib. Sengaja nantang aturan protokol kesehatan. Lagunya sok kuat padahal penyakitan.  

Akhirnya ko'it deh. Ormasnya koit, big imamnya sekarang sesak napas.  ***

By : Supriyanto M.

Jejak Digital, Fadjroel Rachman Kritik Bernada Fitnah ke SBY, Tak Pernah Ditangkap

 Fadjroel Rachman pernah terekam melontarkan kritik bernada fitnah ke Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun Fadjroel aman-aman itu, tak ada ditangkap polisi.


Jejak Digital, Fadjroel Rachman Kritik Bernada Fitnah ke SBY, Tak Pernah Ditangkap

Hal ini diungkap Wasekjen DPP Partai Demokrat Ossy Dermawan melalui cuitan di akun Twitter-nya @OssyDermawan, Sabtu (13/2) seperti dikutip Pojoksatu.id.

Ossy pun melampirkan sebuah cuitan dari Fadjroel Rachman tahun 2014 lalu.

“Ini contoh kritik yang bernada fitnah (“bagi2 uang utk SBY-Boediono”) namun tidak pernah dipermasalahkan aparat penegak hukum saat itu,” cuit Ossy Dermawan.

Menurut Ossy, cuitan Fadjroel Rachman yang bernada fitnah itu terdapat pada kalimat” Bagi-bagi uang untuk SBY-Boediono”.

“Pemimpin harus mau mendengar keluh kesah rakyatnya. Kritik rakyat adalah “obat” agar negara dan pemerintah selalu waspada & tidak salah,” jelasnya lagi.

Wasekjen DPP Demokrat Ossy Dermawan mencontohkan kebebasan mengkritik pemerintah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan cuitan Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman.

Berikut cuitan lengkap Fadjroel Rachman yang diunggah Ossy Dermawan tersebut.

“Januari 2014, utang pemerintah Indonesia Rp2.465,45 triliun. Ngotot beli pesawat, mercy, bagi2 uang utk SBY Boediono. Kita ini bangsa apa?” demikian cuitan Fadjroel pada 10 September 2014 lalu.

Tangkapan cuitan Fadroel Rachman ini kemudian dibagikan Ossy di akun Twitter pribadinya @OssyDermawan, dengan mengaitkannya dengan bentuk kritik untuk pemerintah.

Seperti diketahui, akhir-akhir ini kritik tengah ramai diperbincangkan publik usai pernyataan Presiden Jokowi meminta agar masyarakat lebih aktif dalam memberikan kritik kepada pemerintah.

https://pojoksatu.id/news/berita-nas...angkap-polisi/

SAM PO KONG

 

Menurut Sejarah merupakan tempat pendaratan kapal seorang Laksamana Tiongkok memeluk agama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Beberapa Pengamat sejarah mengatakan dulunya adalah sebuah bangunan masjid dengan arsitektur tionghoa, tetapi masyarakat menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng – dari bentuknya mengadopsi arsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng.

Zheng He / Cheng Ho perjalanan pertamanya ke Jawa tercatat sekitar tahun 1405-1407, dan setelah itu secara teratur ia selalu mengunjungi Jawa. Perjalanan laut armada Cheng Ho biasanya merupakan konvoi dari 300 kapal dengan awak kapal sebanyak kurang lebih 28.000 orang. Ia selalu memperhatikan persembahan dan doa bagi keselamatan perjalanan laut yang harus ditempuhnya bersama awak kapalnya. Masih menurut Wikipedia, dalam dunia modern Zheng He (Cheng Ho) dikenal sebagai simbol dari toleransi beragama.

Komplek Sam Po Kong dipercaya sudah berdiri sejak abad ke-15, setelah kedatangan Sam Po Tay Djien (Zheng Ho) di Jawa dengan mengemban misi menjamin persahabatan. Pendataran tersebut dilakukan di pelabuhan yang pada awal abad ke-15 terletak di Simongan. Setelah lompatan sejarah sekian lama maka pada bulan Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sebagai ungkapan terima kasih kepada Sam Po Tay Djien yang telah melindungi penduduk dari mara bahaya, sekaligus memperingati pendaratannya. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat tinggal Sam Po dulu runtuh disambar petir. Tak berselang lama gua tersebut dibangun kembali dan didalamnya ditempatkan Sam Po dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok. Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan gua.

Perbaikan pertama disusul oleh perbaikan kedua pada tahun 1879 yang diprakarsai dan dibiayai oleh hartawan Oei Tjie Sien (ayah Oie Tiong Ham) yang telah mengambil alih pemilikan kawasan tersebut dari Hoo Yam Loo, pemegang pakta madat yang merugi. Tidak begitu jelas apa saja yang ditambahkan pada pemugaran krdua ini, hanya setelah selesai maka komplek tersebut dibuka untuk umum. Pada tahun 1937 atas prakarsa Lie Hoo Soen komplek Sam Po dipugar kembali. Kali ini diadakan beberapa penambahan, yaitu gapura, taman suci dan selasar (Pat Sian Loh) yang menghubungkan Klenteng Sam Po dengan makam Kyai Jurumudi. Listrik masuk ke komplek Sam Po pada zaman pendudukan Jepang dan selanjutnya komplek tersebut dalam keadaan tidak terawat. Namun pada tahun 1950 kembali diadakan perbaikan dengan membuat gapura baru dari beton agar lebih kokoh , taman bunga di halaman belakang klenteng dengan dua buah paseban yang diberi nama Wie Wan Ting dan Tiang Lok Ting serta dua buah pat kwa ting (gasebo berbentuk segi delapan).

Setelah terlantar kembali dua dasawarsa maka pada awal tahun delapan puluhan diadakan penyempurnaan kembali komplek tersebut dengan mengutamakan gerbang klenteng dan ruang pemujaan lain, sarana akomodasi dan lain-lain.

By : Yap an L.

#persaudaraantionghoaindonesia