Kamis, 11 Februari 2021

Polri: Keluarga Tahu Penyakit Ustadz Maaher, Istrinya Teken Surat Pernyataan

 Polri: Keluarga Tahu Penyakit Ustadz Maaher, Istrinya Teken Surat Pernyataan

Jakarta - Soni Eranata atau Ustadz Maaher meninggal dunia di Rutan Mabes Polri karena sakit. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono memastikan pihak keluarga mengetahui penyakit yang diderita ustadz Maaher.

"Dan yang menjadi catatan dari kami adalah penyakit yang diderita oleh saudara Soni Eranata itu diketahui oleh keluarga. Yaitu dengan adanya surat pernyataan dari keluarga bahwa keluarga mengetahui penyakit yang diderita oleh saudara Soni Eranata. Di pernyataan yang ditandatangani oleh istri almarhum," tutur Rusdi sambil menunjukkan surat pernyataan itu, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Rabu (10/2/2021).

Rusdi mengatakan meninggalnya Ustadz Maaher disebabkan murni karena penyakit yang diidapnya. Rusdi berharap tidak ada lagi isu liar yang mencuat imbas meninggalnya Ustadz Maaher di Rutan Mabes Polri.


"Sekali lagi bahwa penyakit yang diderita oleh almarhum itu diketahui oleh keluarga dan dapat dijelaskan di sini bahwa meninggalnya almarhum murni disebabkan oleh sakit," imbuh Rusdi. 

Rusdi juga memaparkan, sebelum Ustadz Maaher meninggal, dia sempat menolak tawaran dirawat di RS Polri. Saat itu, lanjut Rusdi, Maaher bersikeras ingin berada di Rutan Mabes Polri.

"Kemudian sekitar tanggal 6 Februari 2021, dokter sudah menyarankan kepada tersangka atas nama Soni Eranata untuk dilakukan perawatan kembali di RS Polri. Tetapi yang bersangkutan senantiasa menolak dan ingin tetap berada di rumah tahanan Bareskrim dan tentunya mendapat perawatan dari dokter kepolisian," ujarnya.

"Kemudian pada tanggal 8 Februari 2021, sekitar pukul 19.30 WIB tersangka atas nama Soni Eranata meninggal dunia," sambungnya.
Terlepas hal itu, Rusdi meminta semua pihak untuk mendoakan almarhum Ustadz Maaher

"Tentunya yang terpenting bagi kita semua, untuk mendoakan semoga arwah almarhum diterima di sisi Allah SWT. Dan tentunya dengan kejelasan ini menghilangkan kesimpangsiuran penyebab dari pada meninggalnya saudara Soni Eranata," ucapnya.

Sebelumnya, pihak keluarga menegaskan selama ditahan Ustadz Maaher diperlakukan dengan baik. Jamal, kakak ipar almarhum Ustadz Maaher mengatakan Ustadz Maaher sebelumnya menderita penyakit TB usus, jauh sebelum tersandung kasus ujaran kebencian.

"Aman kok, almarhum nggak disiksa. Sejauh ini penyidik perlakuannya baik," ujar Jamal, di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran, Cipondoh, Tangerang, Banten, Selasa (9/2).

Ustadz Maaher, menurut dia, tengah menjalani perawatan sebelum ditahan. Jamal menuturkan, banyak pihak yang menanyakan ihwal kebenaran Ustadz Maaher mengalami penyiksaan sebelum meninggal dunia. Dia pun menegaskan bahwa kabar tersebut merupakan hoax.

"Jadi minta tolong teman-teman media bantu nge-counter hoax-hoax itu lah," ucapnya.

"Iya ngebantah, nggak bener itu semua," kata dia memastikan.

Siapakah Gabriella Larasati? Artis yang Disebut Mirip Pemeran Video Syur 14 Detik

 Siapakah Gabriella Larasati? Artis yang Disebut Mirip Pemeran Video Syur 14 Detik



Nama Gabriella Larasati mendadak mencuat di media sosial hari ini setelah namanya terseret video syur yang beredar di internet. Warganet menyebut Gabriella mirip dengan wanita di video berdurasi 14 detik itu.

Setelah namanya menjadi perbincangan, seluruh informasi mengenai dirinya menjadi buruan warganet. Mereka langsung membanjiri media sosial Gabriella, tapi dia sudah keburu mematikan kolom komentar akun Instagram-nya.

Gabriella Larasati merupakan pesinetron kelahiran 12 Februari 1999. Dia mengawali karier sebagai model sebelum terjun ke dunia akting. Dia pertama kali tampil di sinetron "Putri Titipan Tuhan" sebagai Rona.

Siapakah Gabriella Larasati? Artis yang Disebut Mirip Pemeran Video Syur 14 Detik


Namanya mulai mencuat setelah berperan sebagai Sonya di sinetron "Siapa Takut Jatuh Cinta". Di sinetron itu, dia beradu akting dengan Verrell Bramasta dan Natasha Wilona.

Kariernya kemudian berlanjut dengan tampil di sinetron "Cinta Karena Cinta" bersama Caesar Hito dan Natasha Wilona.

Sembari aktif di dunia akting, Gabriella masih aktif sebagai model hingga kini. Dia juga bisa dibilang selebriti media sosial dengan pengikut mencapai 1,5 juta.

Siapakah Gabriella Larasati? Artis yang Disebut Mirip Pemeran Video Syur 14 Detik


Selain membagikan aktivitas syuting bersama sejumlah artis, dia juga kerap menampilkan foto-foto sedang berlibur di suatu tempat. Sebagai bintang media sosial, Gabriella Larasati juga tak luput dari tawaran endorse sejumlah produk.

Pertempuran Warsawa 1920 : Kekalahan Pertama Soviet




(Source : Google Image)


Pasca perang dunia I selesai pada tahun 1918 dan seiring perjanjian damai ditandatangani, lahirlah beberapa negara baru penghuni benua biru Eropa. Negara - negara ini akibat dari kekalahan dari negara - negara blok sentral, seperti Cekoslovakia, Republik Austria, Republik Hungaria, Yugoslavia, dan Polandia. Negara terakhir yang disebutkan merupakan negara yang cukup menarik karena negara ini merupakan negara pertama yang lahir setelah perang dunia I, dan juga korban pertama dari awal perang dunia II. Polandia merupakan negara yang terlahir kembali setelah absen sekitar 123 tahun akibat diinvasi dan dikuasai oleh Prusia/Jerman dan Kekaisaran Rusia. Setelah merdeka ternyata Polandia tidak bisa duduk tenang dan menikmati kemerdekaan mereka, karena Soviet Rusia ternyata setelah hampir 95% memenangkan perang saudara melawan Menshevik, kemudian menaruh perhatian terhadap keberadaan Polandia dan menilai negara baru itu merupakan jembatan revolusi komunis mereka untuk menyebar ke seluruh Eropa. Invasi Soviet ke Polandia pun terjadi, dan mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai ke jantung Polandia yaitu ibu kota Warsawa. Tapi ternyata pasukan Soviet pun tidak mampu menembus pertahanan Polandia di Warsawa, padahal kuantitas pasukan Soviet 4X lebih besar dari pasukan Polandia. Bagaiamana bisa demikian? Mari kita bahas di thread ini, cekidot gan!.

Spoiler for Perang Polandia Ukraina:


Pada awal berdirinya mereka langsung terlibat perang dengan Republik Rakyat Ukraina, konflik ini berakar pada perbedaan etnis, budaya, dan politik antara penduduk Polandia dan Ukraina di Galicia Timur. Perang ini dimulai dari November 1918 sampai Juli 1919, dan dimenangkan oleh Polandia dengan dibentuknya Traktat Warsawa 1919. Republik Rakyat Ukraina praktis ditinggalkan, dan Polandia mulai memberikan pengaruh pada wilayah Ukraina. Kita lihat peta diatas dimana ibu kota Republik Rakyat Ukraina yaitu Lvov (Ukraina berwarna biru) berhasil dikepung oleh pasukan Polandia (berwarna kuning), dan menyebabkan Ukraina dengan cepat pula untuk menyerah.




Foto diatas merupakan foto dari pasukan Republik Rakyat Ukraina dengan memakai masker gas. Ukraina yang juga baru berdiri akibat jatuhnya monarki Rusia tidak memiliki cukup banyak tentara reguler, ketika pasukan Polandia mulai menginvasi ibu kota Lvov, banyak dari rakyat Ukraina yang bergabung menjadi milisi atau gerilyawan melawan pasukan Polandia. Tapi ternyata dengan persenjataan, SDM, dan logistik yang tidak mencukupi memaksa Ukraina akhirnya menyerah terhadap Polandia.





Poster propaganda Ukraina ketika perang Polandia - Ukraina meletus, poster ini menggambarkan Josef Pilsudski pemimpin dari Polandia sebagai perampok wilayah Ukraina.





Polandia dalam peperangan ini memiliki persenjataan yang cukup modern, dan kendaraan tempur hibahan dari negara - negara sekutu seperti Prancis dan Amerika Serikat. Seperti kita lihat foto diatas dimana seorang sersan Polandia sedang berdiri disamping kendaraan lapis baja Amerika tapi sudah diberikan atribut militer Polandia, dan dengan bendera Amerika diatasnya.





Jenderal Polandia Antoni Listowski (kiri) dan Mantan pemimpin Ukraina yang diasingkan Symon Petliura (kanan) bertemu setelah Traktat Warsawa ditandatangani. Petliura diasingkan oleh pihak Ukraina karena membelot ke Polandia, disebabkan Petliura yang anti komunis tidak mau Ukraina memiliki hubungan dengan Soviet Rusia.




Kemenangan Polandia ternyata membawa pengaruh yang cukup besar, karena kemenangan mereka membuat beberapa petinggi Soviet seperti Vladimir Lenin dan Leon Trotsky memberi perhatian khusus kepada Polandia terutama setelah mereka mengalahkan Republik Rakyat Ukraina yang cenderung Sosialis. Lenin merasa Polandia bisa menjadi kekuata baru di Eropa Timur tapi memiliki pengaruh dari negara - negara barat, dan bisa mengancam pengaruh komunisme di Rusia, apa lagi perang saudara di Rusia masih berlangsung walaupun pihak komunis bolshevik sudah dipastikan akan memenangkan perang. Lenin merasa Polandia adalah jembatan utama Soviet untuk menyebarkan ajaran marxis dan membuat revolusi besar - besaran di Eropa, sehingga terwujudnya cita - cita marxis untuk menjadikan seluruh dunia beraliran kiri. Trotsky juga berpikir bahwa Polandia bisa menjadi jalan masuk Soviet untuk memperluas paham komunis di Eropa, selain itu juga kekalahan Republik Rakyat Ukraina memberikan peringatan bagi Trotsky bahwa pengaruh negara - negara barat sangat kental di tanah Polandia dan mengancam Soviet. Foto diatas merupakan foto Lenin yang sedang berpidato diatas podium dihadapan tentara merah Soviet dan memberikan semangat dalam memerangi Polandia yang dianggap mereka masih dikuasai oleh kaum imperialis, dan membebaskan para pekerja Polandia dari sistem kapitalisme. Foto ini diambil pada 5 Mei 1920. Terlihat juga Trotsky dan Kamenev yang berada di tangga podium.





Foto diatas merupakan Trotsky yang sedang memeriksa pasukan Soviet sebelum melakukan penyerangan ke Polandia. Tidak butuh lama bagi Soviet untuk menyusun kekuatan dan mulai melakukan serangan ke wilayah Polandia, kontak senjata pertama terjadi pada tanggal 14 Februari 1919 di kota Manevychi dan Biaroza di daerah perbatasan. Serangan ini cukup mengejutkan pasukan Polandia tapi langsung menyusun kekuatan untuk melakukan pertahanan, usaha itu sempat berhasil tapi Soviet tetap mampu mendorong pasukan Polandia jauh sampai menuju ibu kota Polandia yaitu Warsawa.







Soviet memiliki pasukan kavaleri khusus yang sangat ditakuti karena kebrutalan dan kecepatannya dalam melakukan serangan, yaitu pasukan kavaleri Cossack.





Foto diatas merupakan tiga pimpinan militer Polandia yang sedang meninjau peta yaitu Edwards Rydz-Smigly (kiri memegang pulpen), Wladyslaw Sikorski (tengah), dan Boleslaw Roja (kanan). Invasi Soviet cukup mengejutkan Polandia walaupun mereka sendiri sudah memperkirakan akan kedatangan pasukan merah, tapi mereka meleset dengan jumlah pasukan Soviet yang akan menginvasi wilayah Polandia. Ini disebabkan mereka memperkirakan pasukan merah sedang melakukan pertempuran besar - besaran dengan di kota Omsk yang merupakan basis utama dan terakhir dari pasukan Menshevik. Sehingga para pejabat militer Polandia memperkirakan kedatangan pasukan Soviet tidak banyak karena Bolshevik pastinya memerlukan sebagian besar pasukannya di Omsk, kenyataannya pasukan Soviet yang menyerang Polandia berkekuatan kurang lebih 950.000 personel. Selain itu pasukan Soviet juga memiliki pengalaman tempur yang banyak, seperti tentara dari perang dunia I maupun perang saudara Rusia. Hal ini mengakibatkan pasukan tempur Soviet dengan sangat mudah masuk ke wilayah Polandia, dan melaju cepat hingga ke batas kota Warsawa. Musuh diambang batas kota membuat Pilsudski selaku pemimpin Polandia dan Jenderal Sikorski menyusun rencana pertahanan kota.



Leon Trotsky sedang memberikan semangat kepada pasukan Soviet sebelum memulai pertempuran untuk merebut Warsawa. Tepat pada tanggal 12 Agustus 1920 pasukan Soviet memulai serangan ke Warsawa, pasukan Soviet dengan mudah merebut kota kecil penghubung Warsawa seperti Radzymin yang direbut oleh Tentara ke - 16 Soviet. Sedangkan korps Kavaleri Soviet pimpinan Gayk Bzhishkyan bersama tentara ke - 4 Soviet menyeberangi sungai Wkra dan merebut kota penghubung Wloclawek, sedangkan Tentara ke - 15 dan ke - 3 Soviet menghadapi pertempuran sengit di benteng Modlin yang dijaga mati - matian oleh pasukan ke - 5 Polandia. Setelah kejatuhan Radzymin maka pintu masuk ke Warsawa sangat terbuka lebar, maka banyak diplomat - diplomat asing yang meninggalkan Warsawa kecuali duta besar Inggris dan Vatikan yang memilih tetap tinggal di Warsawa.





Foto pasukan Soviet dari Tentara ke - 4 yang bersiap untuk menyeberangi sungai Wkra dan merebut kota Wloclawek, dan setelah mereka merebut kota Wloclawek, tentara ke - 4 Soviet menggabungkan kekuatan dengan Tentara ke - 15 dan ke - 3 yang sedang menggempur benteng Modlin. Benteng Modlin sendiri dipertahankan mati - matian oleh pasukan ke - 5 Polandia, karena benteng Modlin merupakan gudang senjata bagi pertahanan kota Warsawa. Pada tanggal 14 Agustus tentara Polandia di benteng Modlin mendapatkan bantuan tambahan pasukan dari Brigade Siberia yang merupakan pasukan khusus Polandia yang berisi tentara Menshevik Rusia, dan Divisi Infanteri ke - 18 pimpinan Jenderal Franciszek Krajowski. Pertempuran di sektor Modlin sangat sengit, dan sampai perang berakhir benteng Modlin tidak pernah berhasil direbut pasukan Soviet.






Foto diatas merupakan pasukan Polandia dari resimen Uhlan ke - 203, pasukan ini memegang kunci awal kemenangan Polandia. Pada tengah malam tanggal 15 Agustus pasukan resimen ini berhasil menerobos garis tentara Soviet dan menyerang pos komando Soviet, mereka juga menghancurkan stasiun radio milik Tentara ke - 4 Soviet. Jatuhnya stasiun radio milik pasukan Soviet memiliki arti yang sangat luar biasa bagi pasukan Polandia, karena mereka bisa mengetahui pergerakan dan rencana dari pasukan Soviet. Intelijen Soviet juga menyadap radio ini dan memblokir perintah dari markas pusat Soviet kepada Tentara ke - 3 Soviet yang diperintahkan menuju Selatan, karena perintah dari markas pusat diblokir maka Tentara Ke - 3 yang tidak mengetahui bahwa wilayah Torun dan Plock merupakan pusat konsentrasi dari resimen Uhlan ke - 203 berjalan terus menuju kesana. Benar saja Tentara ke - 3 Soviet dibantai oleh Resimen Uhlan ke - 203 di dua wilayah itu.






Setelah sempat menahan pergerakan tentara Soviet di Sektor Modlin, dan menyapu bersih tentara ke - 3 Soviet maka tentara Polandia ke - 1 dipimpin oleh Jenderal Franciszek Latinik bergerak untuk merebut kota Radzymin. Selain tentara ke - 1, pasukan rakyat front utara Polandia pimpinan Josef Haller juga bergerak menuju Radzymin membantu Tentara ke - 1 Polandia. Sedangkan kemajuan tentara Soviet didapat dari Divisi Infanteri ke - 27 Soviet dengan merebut desa Izabelin yang berjarak 13 Kilometer dari ibu kota Warsawa, tapi hanya sampai didesa inilah pasukan Soviet memiliki jarak terdekat dengan ibu kota sedangkan pasukan - pasukan Soviet yang lain mendapatkan serangan balik Blitzkrieg dari pasukan Polandia. Foto diatas merupakan foto dari Tentara ke - 1 Polandia yang memasuki Warsawa untuk merebut kota penghubung Radzymin.





Foto diatas merupakan pasukan senapan mesin Polandia yang berjaga luar batas kota Polandia, setelah Radzymin direbut Soviet maka Warsawa meningkatkan siaga 1 di sekitar garis batas kota untuk mengantisipasi jika pasukan Soviet melakukan serangan menuju Warsawa.








Pada tanggal 16 siang Tentara ke - 5 Polandia yang sebelumnya mempertahankan Benteng Modlin melakukan serangan balik dengan menyerang pasukan Soviet yang tersisa di kota Wloclawek dan setelah merebut kota Wloclawek mereka mulai menyeberangi sungai Wkra untuk bergabung dengan tentara ke - 1 Polandia yang sudah berhasil merebut kota Rydzmin. Tentara ke - 5 Polandia yang dipimpin oleh Sikorski langsung melancarkan serangan semacam Blitzkrieg kepada pasukan Soviet yang bergerak mundur menjauhi kota Warsawa. Tentara ke - 5 Polandia menjadi ujung tombak pasukan Polandia saat itu, dikarenakan pasukan yang berpengalaman, mereka juga memiliki kendaraan lapis baja yang diberikan oleh sekutu. Foto diatas merupakan dua pasukan Polandia yang sedang memegang bendera - bendera milik pasukan Soviet yang ditinggalkan.





Selain Tentara ke - 5 Polandia yang bergerak maju, Group Pasukan Penyerang Polandia yang dipimpin oleh Pilsudski bergerak ke utara menyeberangi sungai Wieprz dan menghadapi pasukan Soviet bernama Grup Mayzr. Tetapi Grup Mayzr ini juga sudah kehilangan banyak pasukan setelah dihajar gabungan Tentara ke - 1 dan ke - 5 Polandia di Rydzmin, sehingga pasukan Pilsudski tidak banyak mengalami hambata dan menyapu bersih Grup Mayzr. Kekalahan Grup Mayzr praktis memotong garis pertahanan pasukan utara dan selatan Soviet dan membuat celah yang cukup besar untuk pasukan Polandia dapat mendobrak kesana, dan membuat pasukan Soviet di utara terkepung. Foto diatas merupakan Pasukan Polandia yang menguasai parit pertahanan Soviet dan menembaki tentara Soviet yang bergerak mundur.





Kekalahan Soviet disini sebenarnya memiliki banyak faktor, tapi dua faktor utama dan yang paling penting adalah yang pertama berhasil direbutnya stasiun radio Soviet. Direbutnya stasiun radio Soviet memiliki arti yang sangat besar, karena dengan direbutnya stasiun radio ini maka pasukan Polandia dapat mengetahui arus informasi yang ada pada jalur komunikasi pasukan Soviet, selain pihak intelijen Polandia juga dapat menyelipkan informasi palsu di jalur komunikasi tersebut sehingga terjadi kekacauan dalam peregerakan pasukan Polandia. Faktor utama kedua adalah adanya persaingan pada kubu pasukan Soviet yaitu antara Trotsky dan Stalin, persaingan ini tidak hanya menjadi personal saja tapi juga merambah ke para Komandan militer Soviet dilapangan. Sehingga banyak dari Komandan - Komandan itu tidak mematuhi perintah apabila perintah datang dari Komandan yang bukan dari kubunya. Lenin yang melihat invasi ke Polandia sudah gagal akhirnya meminta gencatan senjata, dan pada tanggal 16 Maret 1921 disepakati perjanjian damai yang disebut Perjanjian Damai Riga antara Polandia, Ukraina, dan Soviet yang mengakhiri peperangan Polandia dan Soviet.

Polandia yang merupakan negara baru membuktikan bahwa mereka bisa mempertahankan negaranya sendiri, bahkan mereka harus mengalami negara raksasa seperti Uni Soviet. Kekalahan Soviet ini juga menjadi kekalahan perdana sejak Revolusi Bolshevik, dan kekalahan ini sangat membekas dihati para petinggi Soviet, karena ide mereka untuk menyebarkan komunisme di Eropa melalui langkah invasi harus tertahan. a

Gendo Sebut Jaksa Hanya Ingin Lakukan Pembalasan Terhadap Jerinx






KONTRA : Gendo dkk serahkan kontra memori kasasi di PN Denpasar. (Suharnanto/Bali Express)





DENPASAR,BALI EXPRESS-Tim Penasihat Hukum I Gede Ary Astina alias Jerinx, Rabu (10/2), turut menyerahkan memori kasasi ke PN Denpasar. Hal itu dilakukan setelah jaksa memberikan salinan memori kasasinya.


Dalam keterangan persnya, Wayan Gendo Suardana mengatakan memori kasasi jaksa hanya 10 halaman. Itupun 3 halaman yang memuat dalil memori kasasi.


Gendo menjelaskan memori kasasi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) merupakan memori kasasi yang dipaksakan dan sesungguhnya Jaksa Penuntut Umum tidak mempunyai argumentasi yang jelas dalam memori kasasinya, karena apa yang didalilkan oleh JPU sebenarnya sudah diakomodir oleh majelis hakim sebelumnya.


“Dalil memori kasasi Jaksa mengada-ada, tidak punya dasar argumentasi jelas dan terlihat hanya ingin melakukan pembalasan terhadap Jerinx SID”, sindir Gendo.

Dalam memori kasasinya, Jaksa Penuntut Umum menyatakan apa yang dilakukan Jerinx SID menyakiti seluruh dokter, menimbulkan rasa sakit dan penurunan kinerja dokter dan tenaga medis lainnya.

Selain itu, dalam memori kasasi juga mengulas tindakan Jerinx SID yang melakukan walk out pada saat persidangan pertama, ditanggapi Gendo bahwa hal tersebut sudah dipertimbangkan oleh majelis hakim sebagai hal-hal yang memberatkan.

Atas hal tersebut, Gendo menegaskan bahwa memori kasasi JPU tersebut sebenarnya bukan ditujukan kepada Mahkamah Agung, tetapi ditujukan kepada JPU sendiri. “Karena JPU memprotes diri mereka sendiri”, tuding Gendo.

Lebih lanjut, Gendo menambahkan bahwa keinginan Jaksa yang hanya ingin melakukan pembalasan tersebut telah ditolak oleh hakim banding dengan menyatakan bahwa pidana penjara 10 (sepuluh) bulan untuk Jerinx SID itu didasarkan pada prinsip hukum pidana bukan sebagai pembalasan, tetapi sebagai pendidikan. “Tuntutan 3 tahun sudah ditolak oleh hakim Pengadilan Tinggi Denpasar”, ujar Gendo.



(bx/har/rin/JPR)

Enam Wilayah di Buleleng Terapkan PPKM Bersekala Mikro






Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. (Putu Mardika/Bali Express)





SINGARAJA, BALI EXPRESS- Enam wilayah di Buleleng akhirnya menerapkan pembatasan dan pengendalian aktivitas masyarakat skala mikro yang sifatnya soft. Upaya ini dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 di Buleleng.


Enam wilayah tersebut adalah Kelurahan Banyuning, Kelurahan Banyuasri, Desa Pemaron di Kecamatan Buleleng. Kemudian di Desa Pejarakan Kecamatan Gerogak, Desa Menyali Kecamatan Sawan, dan Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan.

Sekda Buleleng Gede Suyasa mengatakan, Buleleng tidak punya desa yang memenuhi kriteria dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Pertimbangannya, karena masih belum ditemukan dalam satu desa dengan kasus terkonfirmasi mencapai 20 Rumah Tangga (RT).


"Pembatasan yang kami lakukan ini adalah PPKM mikro yang bersifat soft, tidak lockdown. Pembatasan aktivitas saja hingga pukul 21.00 Wita saja. Saya minta dinas terkait dan camat melakukan sosialisasi kepada seluruh warga. Sehingga, masyarakat mengetahui adanya pembatasan," kata Suyasa, Rabu (10/2) siang.

Dari data kasus angka terkonfirmasi di Buleleng saat ini, diakui Suyasa masih cukup stabil. Bahkan, kalau dilihat di Desa Tajun yang akan dilakukan pembatasan hanya ada 3 rumah dengan satu halaman dengan jumlah pasiennya hanya 7 orang. "Harusnya ini tidak masuk kriteria. Pembatasan di 6 desa ini dibuat tidak terlalu ketat melalui Surat Edaran Bupati Buleleng," jelas Suyasa.

Di sisi lain, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana terus mensosialisasikan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 3 tmTahun 2021 dan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2021 dan Surat Edaran (SE) Bupati Buleleng Nomor 304/Cvd19/II/2021 terkait Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis Desa/Kelurahan dalam Tatanan Kehidupan Era Baru.

Suradnyana menyebut, penerapan PPKM skala mikro ini dirasa cukup efektif, tanpa harus mengurangi sisi-sisi ekonomi. Sehingga ditekankan berbeda dengan lockdown, masyarakat tidak bisa berkegiatan. Penerapan ini hanya membatasi beberapa kegiatan yang disinyalir rentan terjadinya penularan Covid-19.

“Memang kita di Buleleng, bersama dengan Klungkung dan Karangasem, tidak masuk dalam kategori yang tertuang dalam Inmendagri maupun SE Gubernur. Dilihat dari survei, persentase pemakaian masker di Buleleng mencapai 70 persen. Masyarakat kita sudah tertib. Tapi sekecil apapun risiko penularannya, kita harus tetap berupaya memotong penularan virus ini,” ujarnya.

Pihaknya pun meminta agar Desa Dinas dan Desa Adat tetap bersinergi dalam penanganan Covid-19. Desa Adat juga diminta untuk mengaktifkan kembali Satgas Gotongrl Royong agar penerapan PPKM berbasis mikro ini berjalan dengan efektif. Peran Kepala Desa sangat dibutuhkan untuk melakukan pendekatan kepada warganya agar tertib menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi ini.

“Cara menyampaikan sederhana, berikan edukasi kepada warga desanya, dengan cara yang sopan dan halus. Kalau diajak bicara baik-baik, saya yakin mereka mau mendengarkan. Dalam situasi seperti sekarang ini tolong jangan pakai cara kasar,” pungkas Suradnyana.

Di sisi lain, Polres Buleleng pun mulai menyiapkan posko penanganan Covid 19 di enam wilayah yang akan menerapkan pembatasan aktivitas. Setiap posko akan ditempatkan sebanyak 16 personel yang terdiri dari unit Pencegahan, Penanganan, Pembinaan dan Pendukung lainnya dari desa itu sendiri.

Bahkan, setiap posko, dilengkapi dengan sarana dan prasarana, diantaranya data atau panel sebaran Covid-19, kendaraan, alat komunikasi (HT) dan kendraan publik adress.

Kapolres Buleleng AKBP Made Sinar Subawa mengatakan, posko ini dibentuk untuk mendisiplinkan masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan di air mengalir menggunakan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas di luar rumah jika tidak perlu.

Ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19. "Kami ingin memberi pemahaman kepada masyarakat, sehingga penyebaran Covid-19 dapat diatasi dengan baik agar perekonomian pulih dan masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan normal," pungkas Kapolres Sinar Subawa.



(bx/dik/rin/JPR)

Rabu, 10 Februari 2021

The Sin Nio dan Ho Wan Moy, Srikandi Tionghoa untuk Kemerdekaan

 Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan tak hanya berasal dari golongan laki-laki pribumi saja. Ketika Belanda yang menginginkan kembali menancapkan bendera triwarnanya di Bumi Pertiwi, semua rakyat Indonesia berjuang bersama—tanpa meamndang gender, keturunan, dan agama.


Kebanyakan perempuan memberi dukungan dan bantuan kepada para pejuang dari logistik. Sebab, lingkungan perjuangan garis terdepan bernuansa patriarkis pada masanya. Namun, ada segelintir perempuan Tionghoa, demi cintanya untuk negeri ini, bersedia tampil di garis depan perjuangan fisik dan bergerilya dengan para pejuang lainnya.

Demi dapat bergabung dengan gerilyawan, The Sin Nio merubah identitas administrasinya sebagai laki-laki dengan nama Mochamad Moeksin. Sehingga dia pun dapat bergabung dengan pejuang lainnya dalam Kompi 1 Batalyon 4 Resimen 18, demikian berdasarkan laporan majalah Sarinah edisi 6 Agustus 1984. Majalah itu koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di Tangerang Selatan.

Perempuan asal Wonosobo tersebut, menurut keterangan cucunya, Rosalia Sulistiawati saat dihubungi National Geographic Indonesia, ia turut berperan di bidang logistik dan persenjataan. Setelah menjadi bagian logistik, ia dipindahkan ke bagian perawat.

Tak banyak gambaran secara detail mengenai sosok The Sin Nio pada masa perjuangan kemerdekaan.
Sejak 1973 ia meninggalkan keluarganya untuk pergi ke Jakarta untuk menuntut haknya sebagai veteran. Ia baru mendapatkan pengakuan sebagai veteran pada 15 Agustus 1981, berdasarkan Surat Keputusan yang ditandatangani Wakil Panglima ABRI, Laksamana Sudomo. Akan tetapi, pengakuan tersebut tak beriringan dengan cairnya hak tunjangan veterannya.

“Oma terlunta-terlunta sampai menempati rumah di pinggir rel, saya pernah ke sana sama Papa. Seperti kontrakan gitu. Kalau kereta lewat rumahnya bergetar,” kenang Rosalia. “Hanya papa saya yang sering berkunjung ke Jakarta, nengokin Oma. Kalau ada papa ada urusan di Jakarta sering menyempatkan ketemu Oma.”

Ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada 1985 di usia 70 tahun di kawasan kumuh di dekat Stasiun Juanda, Jakarta. “Saya tidak mau merepotkan bangsa saya, biarlah saya hidup dan mati dalam kesendirian, karena hanya Tuhan yang mampu memeluk dan menghargai gelandangan seperti saya!” ucap The Sin Nio pada majalah Sarinah.


Sejak muda, Tika Nuwrwati telah terlibat perjuangan kemerdekaan di Jawa Tengah. Ia pun mendapat penganugerahan Bintang Gerilya dan Bintang Veteran pasca kemerdekaan. Keberaniannya, diungkap oleh Lisa Suroso dalam Suara Baru edisi Maret-April 2008 berkat pejuang yang datang padanya, Herman Sarens Soediro dari Kompi Tentara Pelajar Siliwangi.

“Kamu jangan takut. Walaupun kamu perempuan dan Tionghoa, kamu harus berani,” ucap pejuang muda itu pada Ho Wan Moy.
Dorongan itulah yang membuatnya ikut berperan dalam gerilya. Ia sempat menjadi para pejuang ke tempat persembunyian senjata di Banjar. Kemudian bergabung Palang Merah Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia untuk merawat pejuang yang terluka, mengurusi logistik tentara, dan merangkap sebagai mata-mata.


Kisahnya menjadi mata-mata bermula dari habisnya persediaan singkong dan beras milik keluarganya setelah disumbangkan kepada gerilyawan. Ia terpaksa harus ke kota melewati pos-pos Belanda untuk belanja. Beruntung ia tak dicurigai.
Sesaat melewati pos-pos Belanda, ia juga mencatat jumlah tantara yang berjaga. Ia mengungkapkan bila tentara yang berjaga adalah pasukan Belanda Hitam (sebutan untuk tentara KNIL pribumi saat itu), dan sedikit yang Belanda putih.

Setelah melewati perjalanan yang menegangkan, ia langsung memberikan data-datanya kepada Soediro Wirjo Soehardjo—ayah dari Herman—yang menangani masalah logistik Batalyon IV Resimen XI Divisi III Siliwangi.
Desember 1947, Ho Wan Moy dipercaya oleh Soediro untuk dititipkan rombongan perempuan ketika kampungnya hendak digempur. Ia mendapat kabar bahwa orang Tionghoa di Banjar, Jawa Barat, menjadi sasaran pembantaian di tengah-tengah suasana kacau.


Ia juga menyampaikan kesaksiannya saat nekat ke kota untuk mencari Soediro yang bergerilya. Ia menemukan jasad bapak—panggilannya untuk Soediro—tak bernyawa tak jauh dari jenazah pamannya yang juga turut berjuang. Malam itu juga, keduanya dimakamkan Ho Wan Moy bersama ibu dan neneknya.

“Kamu jangan takut. Walaupun kamu perempuan dan Tionghoa, kamu harus berani,” ucap pejuang muda itu pada Ho Wan Moy.
Dorongan itulah yang membuatnya ikut berperan dalam gerilya. Ia sempat menjadi para pejuang ke tempat persembunyian senjata di Banjar. Kemudian bergabung Palang Merah Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia untuk merawat pejuang yang terluka, mengurusi logistik tentara, dan merangkap sebagai mata-mata.




Kisahnya menjadi mata-mata bermula dari habisnya persediaan singkong dan beras milik keluarganya setelah disumbangkan kepada gerilyawan. Ia terpaksa harus ke kota melewati pos-pos Belanda untuk belanja. Beruntung ia tak dicurigai.

Sesaat melewati pos-pos Belanda, ia juga mencatat jumlah tantara yang berjaga. Ia mengungkapkan bila tentara yang berjaga adalah pasukan Belanda Hitam (sebutan untuk tentara KNIL pribumi saat itu), dan sedikit yang Belanda putih.
Setelah melewati perjalanan yang menegangkan, ia langsung memberikan data-datanya kepada Soediro Wirjo Soehardjo—ayah dari Herman—yang menangani masalah logistik Batalyon IV Resimen XI Divisi III Siliwangi.

Desember 1947, Ho Wan Moy dipercaya oleh Soediro untuk dititipkan rombongan perempuan ketika kampungnya hendak digempur. Ia mendapat kabar bahwa orang Tionghoa di Banjar, Jawa Barat, menjadi sasaran pembantaian di tengah-tengah suasana kacau.


Ia juga menyampaikan kesaksiannya saat nekat ke kota untuk mencari Soediro yang bergerilya. Ia menemukan jasad bapak—panggilannya untuk Soediro—tak bernyawa tak jauh dari jenazah pamannya yang juga turut berjuang. Malam itu juga, keduanya dimakamkan Ho Wan Moy bersama ibu dan neneknya.

[url]https://nationalgeographic.grid.id/read/132501060/the-sin-nio-dan-ho-wan-moy-srikandi-tionghoa-untuk-kemerdekaan?page=2 [/url]

ALASAN PEMERINTAH IZINKAN MAL BUKA SAMPAI 21.00 SELAMA PPKM MIKRO

Mengupload: 371712 dari 675540 byte diupload.


Pemerintah mengizinkan pusat perbelanjaan atau mal beroperasi hingga pukul 21.00 selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro atau skala desa/kelurahan.
Di sisi lain, tujuan PPKM sendiri adalah untuk menekan mobilitas masyarakat sampai skala mikro atau RT/RW. Oleh karena itu, kebijakan mengizinkan mal buka sampai pukul 21.00 pun mengundang pertanyaan.
Meski begitu,Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto mengatakan, selama ini memang mobilitas masyarakat sangat tinggi di level RT/RW, desa, atau kelurahan. Bahkan, angkanya lebih tinggi daripada pergerakan masyarakat di mal.
"Kemudian dari tingkat secara nasional, mobilitas per sektor itu sektor ritel turun minus 22%, itu sektor mal dan makanan dan minuman, kedua di sektor makanan dan apotek, toko makanan itu minus 3%, untuk fasilitas umum itu sudah turun mobilitasnya minus 25%, transportasi minus 36%, dan perkantoran minus 31%. Sedangkan yang masih bergerak di sektor pemukiman meningkat 7%," ungkap Airlangga dalam konferensi pers virtual, Senin (8/2/2021).
Di sisi lain, menurut Airlangga penerapan protokol kesehatan di mal sudah berjalan lebih tertib. "Sedangkan pelaksanaan di sektor ritel, mal, dan yang lain itu relatif protokolnya lebih ketat. Sekarang sudah berlaku secara ketat," urainya.
Selain mal, pemerintah juga mengizinkan restoran beroperasi hingga pukul 21.00, dengan kapasitas pengunjung maksimal 50%.
Dengan fokus pada pengendalian kegiatan masyarakat di skala RT/RW, ia berharap masyarakat yang masih beraktivitas ke luar rumah adalah masyarakat yang dalam keadaan sehat, tidak terkena COVID-19.
"Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan yang mikro, di mana pendekatannya di area pemukiman atau tempat tinggal. Dengan demikian yang nanti bergerak di level desa, kelurahan, RT/RW maka tentunya mereka yang bergerak adalah mereka yang negatif atau tidak terkena," jelas Airlangga.
Ia mencatat, angka okupansi ranjang di rumah sakit (RS) di sejumlah wilayah sudah menurun. Hanya saja, wilayah Banten masih memiliki angka okupansi tertinggi yakni sampai 68%.
"Kalau kita lihat secara nasional bed occupancy rate yang ditetapkan sebelum PPKM, di mana thresholdnya adalah 70%, ini kita lihat Jateng sudah turun di 44%, Banten 68%, DKI 66%, Wisma Atlet sudah 53,9%. Pada saat sebelum PPKM Wisma Atlet hampir 80%. Kemudian Jabar 61%, Yogyakarta sekitar 61%, dan Bali 60%," tutup Airlangga.