Senin, 08 Februari 2021

Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

 Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

Demam tifoid adalah infeksi yang sangat buruk yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Infeksi ini menyebabkan cepat lelah, sakit perut, ruam, diare atau sembelit, dan pada kasus yang parah dapat menyebabkan pendarahan dan merusak usus. Gejala demam tifoid yang tidak biasa membuat semua orang yang terinfeksi mengalami gejala yang sama. Orang-orang tertentu yang mengidapnya tetap sama sekali tidak menunjukkan gejala, tetapi meskipun mereka sendiri tidak terpengaruh, mereka masih dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain.

Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

Tidak ada nama yang lebih identik dengan penyakit ini daripada Mary Mallon, yang lebih dikenal sebagai Mary Typhoid, pembawa tifoid pertama yang diidentifikasi di Amerika Serikat. Mary Mallon bekerja dengan membuat makanan yang sangat lezat. Kemudian secara tidak sengaja membunuh orang dengan tersebut. Dia dikenal sebagai Mary Typhoid. Dia membunuh setidaknya 3 orang dan menginfeksi lebih dari 50 orang sepanjang hidupnya.


Tifoid telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno. Pada tahun 1900 dokter akhirnya mulai memahami bagaimana Typhoid menyebar. Itu disebabkan oleh bakteri yang jarang mereka ketahui. Mereka juga memastikan bahwa itu biasanya ditularkan melalui tinja dan kurangnya kebersihan lingkungan.

Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

Mary Tifoid adalah pembawa penyakit asimtomatik yang pertama kali didokumentasikan. Dia mampu menjadi inang dan menyebarkan virus tanpa menandakan gejala pada dirinya sendiri. Legenda Mary Typhoid dimulai dari liburan keluarga yang tidak bersalah ke Long Island. Pada tahun 1906 Charles Henry Warren dan sepuluh anggota keluarganya menyewa sebuah rumah. Enam jatuh sakit akibat Tifoid. Di daerah itu tidak ada penderita Tifoid dalam bentuk apa pun sebelumnya.


Warren lalu menyewa seorang insinyur sipil, George Soper untuk mencari tahu apa yang menyebabkan wabah tifoid menyebar baru-baru ini. Rumah tersebut bersih rapi dari atas sampai bawah. Semua sumber infeksi telah diperiksa dan disingkirkan. Satu-satunya elemen yang baru adalah si juru masak. Tapi dia pergi tanpa penjelasan seminggu setelah penyakit itu menyebar. Siapa si juru masak itu? Namanya adalah Mary Mallon.

Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

Segera Soper mengetahui bahwa Mallon sering berganti pekerjaan. Dia adalah bom inang Tifoid yang berjalan. Di setiap satu dari tujuh pekerjaan terakhirnya, orang-orang selalu diserang tifoid. Ketika dia menyiapkan makanan, kuman-kumannya merembet dan merembes dari jari-jarinya ke dalam makanan. Tidak ada pembantu yang mengatakan bahwa Mary adalah koki yang sangat bersih.


Lalu Soper tiba di tempat kerja Mallon dengan beberapa petugas polisi untuk menahannya. Kota New York menempatkannya terisolasi di Pulau Utara. Mary tidak pernah percaya bahwa dia bersalah menyebarkan demam tifoid. Dia menggugat Dewan Kesehatan Negara Bagian New York selama bertahun-tahun. Dan berhasil.

Mary Mallon, Inang Dari Wabah Penyakit Demam Tifoid

Pada tahun 1910 dia dibebaskan dengan janji bahwa dia tidak akan pernah memasak lagi. Selama beberapa waktu Mary bekerja di laundri tetapi gajinya rendah. Jadi dia mengubah namanya menjadi Mary Brown dan terus memasak di Rumah Sakit Sloane untuk para wanita. Pada tahun 1915, 22 dokter dan perawat di rumah sakit jatuh karena Tifoid dan dua meninggal. Si juru masak dibuka kedoknya sebagai Mary Mallon, ditangkap dan dikarantina untuk sekali lagi. Dia menghabiskan total hampir tiga dekade dalam tahanan isolasi. Enam tahun sebelum kematiannya, dia lumpuh karena stroke. Pada tanggal 11 November 1938 dia meninggal karena pneumonia pada usia 69 tahun.

UTANG NEGARA


Semoga pak Kwik masih ingat tahun 2000 bapak termasuk team creator mengubah sistem APBN kita dari T accont ke I account. Ini standard Government Finance Statistic. Uang tidak lagi berarti money tapi finance atau dana. Uang bukan lagi politik dalam konsesus bisik bisik seperti era Soeharto. Tetapi ia sudah menjadi standard dunia, yang bisa di ukur dan dianalisa oleh siapapun. Jadi lebih transfarance. Kita sudah say goodbye dengan sistem ekonomi jadul. Kita masuk era demokratisasi ekonomi secara real. Bukankah itu yang selalu bapak dengungkan di era awal reformasi.  Itu buah karya PDIP sebagai partai pemenang pemilu 1999. 

Saya mengulang ingatan tentang mindset uang (money)  era Orba. Money dasarnya adalah kebijakan moneter pemerintah. Bank sentral hanya sebagai kasir.  Karena uang berasal dari kebijakan negara maka cara mensuplai uang pun diatur oleh negara. Gimana caranya ? Lewat project program melalui APBN dan perbankan. Peran pemerintah benar benar sebagai penyedia dana. Gimana kalau bank tidak cukup uang? ya negara pinjam uang ke Negara lain atau lembaga multilateral. Gimana kalau engga cukup juga dan engga ada yang beri utang? Ya pemerintah cetak uang. Jadi dalam pengertian ini, uang dalah juga politik negara. Kontrol pasar tidak ada. Apalagi rakyat tidak punya hak kontrol. Sehingga KKN adalah juga bagian dari politik uang demi melancarkan rezim.

Dengan adanya financial engineering yang berkembang ditahun 90an dan mencapai puncaknya tahun tahun 2000an, khususnya setelah adanya lberalisasi pasar uang dan investasi dalam koridor WTO, maka munculah istilah finance. Apa itu finance? Dana itu bukan hanya uang. Tetapi juga termasuk kemampuan berhutang lewat pasar uang seperti penerbitan SUN atau SBN atau Global bond. Gampang? Ya engga.  Kemampuan berhutang itu diukur dari fundamental ekonomi yang terkait dengan indikator rasio utang terhadap PDB. Tingkat premium CDS, jumlah devisa negara, dll. Artinya bukan lagi politik ukurannya. Tetapi benar-benar pasar.

Artinya, semakin sehat fundamental ekonomi negara semakin besar kemampuan mendapatkan utang dan tentu semakin kuat dia secara financial. Gimana bayar bunga dan cicilan utang. Apakah negara harus jual aset atau mengandalkan pendapatan pajak rakyat. Ya engga perlu. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, pemerintah bisa menerbitkan SUN untuk bayar utang dan bunga. Dan dalam kondisi keuangan negara sehat, negara bisa melakukan refinancing. Jadi itu hanya permainan akuntasi negara. Debit dan kredit saja. Yang penting utang bukan untuk konsumsi tapi investasi dan produksi.

Memang kurangnya literasi keuangan, sekarang banyak orang berpikir uang adalah money bukan dana atau finance. Berhutang berarti memindahkan atau menggadaikan aset negara dengan cash 70% dari harga pasar. Artinya kalau anda pinjam uang ke bank 100 harus punya colateral 130%. Makanya hutang jadi hantu menakutkan. Hutang jadi paranoid. Sarjana takut berhutang. Ya karena mindset tidak berubah. Padahal dunia sudah berubah. Maafkan saya kalau ada kata yang salah. Salam hormat saya untuk bapak. Doa saya selalu untuk bapak.

[Erizeli Jely Bandaro]

Minggu, 07 Februari 2021

Pembunuhan Mallaby

#IskandarTanjung
Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby, lahir di Britania Raya, 12 Desember 1899, meninggal di Surabaya, Indonesia, 30 Oktober 1945 pada umur 45 tahun

Tewasnya Mallaby dalam peristiwa baku tembak 30 Oktober di Surabaya, memicu keluarnya ultimatum Inggris dan meledaknya Pertempuran 10 November

Brigadir Jenderal Mallaby adalah komandan Brigade 49 Divisi India dengan kekuatan ± 6.000 pasukan yang merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya Perang Dunia II untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang, dan mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration)

Siapa.yang membunuh Mallaby? 

Baik Inggris maupun yang lain mempunyai versi tersendiri

Inggris menyebut Mallaby tewas di tangan tentara atau pemuda Indonesia yang dengan tembakan

Sedangkan versi lainnya menyebut, Mallaby tewas karena granat yang meleset di lemparkan anak buahnya, Kapten R.C. Smith

Dalam paper JGA Parrot yang berjudul, 'Who Killed Brigadier Mallaby?' Parrot menyebut, bisa saja dua hal itu yang menyebabkan kematian Mallaby

Meski demikian, Parrot melihat kemungkinan kematian disebabkan granat yang dilemparkan anak buahnya

Parrot tidak memberikan jawaban siapa yang salah dan pihak mana yang membuat tewas Mallaby

Dia hanya memberikan konklusi atas analisanya dari berbagai keterangan bukti dokumen, dan pengakuan yang digunakan

"Tewasnya Mallaby karena kesalahannya sendiri," tulis Parrot

Parrot beralasan, Mallaby selaku pimpinan pasukan Inggris di Surabaya tidak memberikan respons cepat saat insiden tembak berlangsung

Selain itu, menurutnya, Mallaby tidak menerapkan standar jalan, seperti saat pasukan Inggris perang mengalahkan Jerman

Rasa sombong pasukan Inggris yang meremehkan pasukan Indonesia membuatnya abai pada keselamatannya

Penelitian Parrot itu banyak mengumpulkan keterangan dari saksi yang ada saat kejadian, salah satunya kesaksian Kapten Smith

Smith dalam kesaksian tertulisnya merasakan, setelah sekitar 15-30 detik ditembak oleh pemuda Indonesia, Mallaby kemudian tewas

Namun dia juga mengakui, granat yang dilempar dan meleset mengakibatkan meledak dan terbakarnya bagian jok mobil tempat duduk Mallaby

Lalu siapa yang memulai melakukan tembakan dalam insiden itu?

Dari kesaksian Kapten Smith, Mayor Gopal, dan anggota senat Inggris Tom Driberg, yang mendapatkan keterangan dari ajudan Mallaby, disebutkan yang memulai menembak adalah tentara Inggris di Gedung International atas perintah Mayor Gopal

Dapat disimpulkan, insiden itu yang menewaskan Mallaby adalah anak buahnya sendiri

Namun dalam papernya, Parrot menyebutkan, dari kesaksian Tom Driberg pada 20 Februari 1946 di parlemen Inggris, dia juga ragu kalau Mallaby dibunuh oleh orang Indonesia

Driberg juga sangsi kalau Mallaby dihabisi dengan licik oleh Indonesia

Menurut Driberg, itu hanya alasan Inggris untuk membangun ketidaksukaan pihak lain kepada Indonesia dan juga untuk melakukan serangan balik

"Kenapa Inggris rela merendahkan kematian seorang perwira tingginya dengan alasan dibunuh dengan licik daripada dikatakan tewas dalam pertempuran, yang seharusnya menjadi kehormatan bagi setiap prajurit," kata Driberg

Kematian Mallaby itu membuat Inggris marah dan mengirim 24.000 pasukan untuk menguasai Surabaya

Inggris mengeluarkan peringatan agar milisi Indonesia menyerahkan senjata pada 9 November

Namun tak dituruti, baru pada 10 November perang besar terjadi dan Inggris mulai mengebom Surabaya

Baru pada 20 November 1945 Inggris menguasai Surabaya

Ribuan prajurit Inggris tewas dan sekitar 20.000 tentara Indonesia di Surabaya meninggal

Namun pada pertempuran itu, tiga pesawat Mosquito Inggris ditembak jatuh pasukan Republik

Salah satunya berpenumpang Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds terluka dan meninggal esok harinya

Selama pertempuran di Surabaya Inggris kehilangan dua jenderalnya

Inggris mengakui itu sebagai perang mereka yang paling berat setelah perang dunia II

Saking hebatnya perlawanan tentara dan milisi Indonesia di Surabaya, pasukan Inggris menyebut Surabaya sebagai Neraka di timur Jawa

Media terkemuka Amerika Serikat, New York Times, edisi 15 November 1945 memasukkan kutipan serdadu Inggris itu dengan sebutan “The Battle of Surabaya”

Sedangkan (Alm) Roeslan Abdulgani menyebut peristiwa 10 November itu sebagai malapetaka yang memenggal arah sejarah Surabaya dan rute kemerdekaan Indonesia
#berbagaisumber

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala

 Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala





George Soper secepat kilat menghindar dari serangan ayunan garpu mendadak itu. Ia meminta wanita di hadapannya agar bersedia dicek kesehatannya, tapi dia menolak bahkan mengancam. Dia adalah adalah Mary Mallon, wanita yang disebut-sebut sebagai carrier atau pembawa wabah demam tifoid di Amerika pada awal abad ke-20. Kasusnya ini dikenal juga sebagai Typhoid Mary.

Namanya Mary Mallon. Lahir pada 1869 di Irlandia dan bermigrasi ke Amerika Serikat saat remaja setelah kematian kedua orang tuanya. Tinggal bersama dengan paman dan bibinya, Mary bekerja sebagai pembantu, lalu kemudian dengan kemampuannya ia menjadi juru masak di rumah-rumah keluarga kaya.

Tampaknya kehidupan Mary berjalan sempurna. Pekerjaan sebagai koki memberikannya gaji yang sangat besar. Apalagi hidangan buatannya selalu menjadi favorit keluarga-keluarga elit. Dari satu keluarga, kemudian ia direkomendasikan ke kalangan keluarga kaya lainnya, dan begitulah seterusnya bagaimana kemampuan Mary kemudian lambat laun dikenal oleh kalangan atas. Tapi tiba-tiba segalanya berubah menjadi aneh tanpa disadarinya.

Tahun 1900, Mary Mallon bekerja di wilayah Mamaroneck, New York. Baru 2 minggu bekerja di kawasan itu, dilaporkan terjadi wabah demam tifoid. Penduduk di sana tiba-tiba saja jatuh sakit. Namun tidak diketahui asal muasal penyakit tersebut.

Mary kemudian pindah bekerja ke Manhattan tahun 1901. Di sana dia bekerja pada sebuah keluarga. Hanya beberapa hari setelah kedatangannya ke rumah tersebut, anggota keluarga itu mengalami demam dan diare parah. Tidak ada yang mencurigainya sama sekali, tentu saja karena Mary terlihat sangat sehat.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala
Mary Mallon

Mary kemudian pindah bekerja lagi, kali ini di rumah seorang pengacara. Dan lagi-lagi seperti kejadian sebelumnya anggota keluarga itu semua jatuh sakit. Kejadian seperti ini terus berulang. Polanya nyaris serupa. Mary datang, kemudian beberapa orang jatuh sakit. Lalu ketika wabah baru saja dimulai setelah kedatangannya itu, Mary pergi ke tempat lain dan terus berpindah-pindah pekerjaan.


Seperti itulah polanya dan parahnya lagi Mary sama sekali tidak mengetahui bahwa dialah yang menjadi penyebab penyakit. Orang-orang di sekitarnya juga sama sekali tidak menaruh curiga karena wanita ini terlihat sehat bugar secara fisik.

Pada Juni 1904, Mary dipekerjakan oleh seorang pengacara kaya bernama Henry Gilsey. Dalam seminggu, segera empat dari tujuh pelayan di rumah itu jatuh sakit. Tapi tidak ada anggota keluarga Gilsey yang terinfeksi, karena mereka tinggal terpisah dengan para pelayan.  

Setelah itu Mary diketahui pindah ke Tuxedo Park. Di sana dia dipekerjakan oleh George Kessler. Dua minggu kemudian, pelayan di rumah tersebut jatuh sakit dan dibawa ke Pusat Medis Regional St. Joseph. Kasusnya menjadi kasus typhoid pertama yang terjadi di wilayah Tuxedo Park.

Petualangan Mary Mallon terus berlanjut. Ia terus bekerja menjadi koki, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya selama bertahun-tahun.


Pada Agustus 1906, Mary bekerja di Oyster Bay di Long Island di rumah keluarga bankir New York yang kaya, Charles Henry Warren. Mary pergi bersama keluarga Warren ketika mereka menyewa rumah di Oyster Bay untuk liburan musim panas tahun 1906. Pada akhir Agustus separuh anggota keluarga itu terserang demam tifoid.

Dokter-dokter di sana merasa keanehan karena penyakit tersebut sangat tidak biasa menyerang di kawasan Teluk Oyster. Pemilik rumah itu lalu menyewa beberapa ahli untuk mengecek penyakit tersebut. Mereka mengambil sampel air dari pipa, keran, toilet, sampai tangki septik. Tapi anehnya semuanya negatif.

Pada akhir 1906, Mary dipekerjakan di kediaman keluarga Walter Bowen di Park Avenue. Tak lama berselang sejak ia dipekerjakan di sana, pembantu keluarga itu jatuh sakit pada 23 Januari 1907. Dan yang paling membuat terpukul keluarga itu adalah putri semata wayang Charles Warren jatuh sakit dengan diagnosa penyakit tipus dan meninggal.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala


Inilah awal mula penyelidikan mendalam yang membantu mengidentifikasi Mary sebagai sumber penularan penyakit sekaligus awal dari upaya penangkapannya.


Warren mempekerjakan George Soper, seorang insinyur sanitasi. Soper yang menyelidiki penyakit ini merasa aneh karena biasanya wabah tersebut menyerang di lingkungan yang kotor. Tapi mengapa justru terjadi di lingkungan keluarga yang bersih bahkan punya kehidupan mewah. 


Pada tahun 1906, Soper memulai penyelidikannya. Saat itu sudah ada 639 orang yang dilaporkan meninggal karena tifus di New York.

Soper akhirnya menemukan bahwa seorang juru masak wanita ada di balik wabah yang terjadi. Dia menyadari kalau di suatu wilayah ada wabah typhoid yang merebak, pasti di sana ada Mary Mallon. Dan biasanya wanita itu juga akan pergi ketika wabah mulai merebak. Ketika ia pergi untuk berganti ke pekerjaan lain, dia sama sekali tidak meninggalkan alamatnya yang baru. Jadi sangat sulit untuk bisa melacak keberadaannya.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala
George Soper

Soper akhirnya berhasil menemukan Mary saat wanita itu sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur kediaman keluarga Bowen di Park Avenue. Pertanyaan demi pertanyaan yang dicecar Soper menyudutkan Mary. Wanita itu naik pitam karena dituduh Soper sebagai penyebab wabah demam tifoid. Mary yang berang langsung megambil garpu ukiran dan mengancam pria itu.


Soper tidak asal menuduh. Sebelumnya ia telah menyusun riwayat kerja Mary Mallon selama lima tahun. Dia menemukan bahwa delapan keluarga yang mempekerjakan Mallon sebagai juru masak, nyaris semuanya terkena demam tifoid di mana beberapa di antaranya meninggal dunia.

Kemudian Soper mengajak Dr. Raymond Hoobler untuk membujuk Mary agar ia bersedia memberi sampel urin dan feses untuk dianalisis. Tetapi Mary menolak untuk bekerja sama. Ia berdalih kalau ia sama sekali tidak memiliki masalah kesehatan dan percaya kalau penyakit itu merebak di mana-mana karena makanan dan air yang terkontaminasi.

Soper melapor pada Departemen Kesehatan Kota New York. Mary Mallon sempat mencoba melarikan diri tetapi gagal. Ia lalu dipaksa masuk ambulans oleh beberapa petugas dari kepolisian, didampingi Dr. Josephine Baker. Mary lalu dibawa ke Rumah Sakit Willard Parker, di mana dia ditahan dan dipaksa untuk memberikan sampel.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala



Mary dinyatakan positif sebagai pembawa Salmonella typhi, bakteri penyebab tifus. Sejumlah besar bakteri tifoid yang ditemukan dalam sampel tinja menunjukkan bahwa pusat infeksi ada di kandung empedu. Saat ditanyai, Mallon mengaku hampir tidak pernah mencuci tangannya.

Pada 19 Maret 1907, Mallon dijatuhi hukuman karantina. Dia diisolasi di sebuah rumah kecil di fasilitas isolasi di North Brother Island, sebidang tanah kecil di lepas pantai Bronx.


Saat dikarantina, dia memberi sampel tinja dan urin tiga kali seminggu. Pihak berwenang menyarankan untuk mengoperasi kantong empedunya, tetapi dia menolak karena dia tidak percaya dia membawa penyakit itu. Sepertinya Mary tidak mengerti apa arti kata pembawa atau carrier sebenarnya, apalagi karena dia sendiri tidak menunjukkan gejala sakit. 

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala
Mary Mallon (depan)

Satu-satunya yang bisa menyembuhkanya, kata dokter kepada Mary adalah dengan operasi pengangkatan kandung empedu. Mary menolak menjalani operasi tersebut. Pada saat itu, operasi pengangkatan kandung empedu sangat berbahaya, dan banyak yang meninggal akibat prosedur tersebut.

Lalu bagaimana sampai Mary bisa menularkan penyakit tifoid? Diduga kuat kalau penyakit itu didapatnya saat masih dalam kandungan ibunya. Jadi ia terlahir dengan penyakit tersebut karena ibunya tertular saat hamil.

Kasus Mary Mallon ini mendapatkan perhatian publik secara luas setelah publikasi artikel oleh George Soper di Journal of American Medical Association. Tak lama setelah itu, Mary Mallon menerima julukan "Typhoid Mary".

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala

Tidak semua ahli medis mendukung keputusan untuk mengkarantina secara paksa Mary Mallon. Milton J. Rosenau dan Charles V. Chapin, keduanya berpendapat bahwa wanita itu sebenarnya hanya harus diajari untuk merawat kondisinya dengan hati-hati dan memastikan bahwa dia tidak akan menularkan tifoid ke orang lain.


Selain itu keduanya juga menganggap isolasi sebagai hukuman yang tidak perlu dan terlalu ketat. Mary sendiri menderita gangguan saraf setelah penangkapannya dan pemindahan paksa ke rumah sakit. 

Pada tahun 1909, dia pernah mencoba menuntut Departemen Kesehatan New York, tetapi pengaduannya ditolak dan kasusnya ditutup oleh Mahkamah Agung New York . Dalam surat kepada pengacaranya, dia mengeluh bahwa dia diperlakukan seperti "kelinci percobaan".

Mallon sendiri tidak pernah percaya bahwa dia adalah seorang carrier. Dengan bantuan seorang teman, Mary mengirim beberapa sampel ke laboratorium independen di New York. Hasilnya semua negatif. Sementara itu pemeriksaan di North Brother Island menunjukkan hampir seperempat dari analisisnya dari Maret 1907 hingga Juni 1909 juga negatif.

Setelah 2 tahun 11 bulan menjalani isolasi, Eugene H. Porter, Komisaris Kesehatan Negara Bagian New York, memutuskan untuk membebaskan Mary asalkan dia setuju untuk berhenti bekerja sebagai juru masak dan menghindari penularan tifus ke orang lain.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala
Mary Mallon (keempat dari kanan)
Pada 19 Februari 1910, Mary dibebaskan. Ia memberi pernyataan tertulis bahwa dia tidak akan bekerja sebagai juru masak.

Setelah dibebaskan, Mary bekerja di binatu. Tetapi rupanya pekerjaan di binatu tidaklah menghasilkan uang yang banyak seperti ketika dia bekerja menjadi juru masak. Tambah lagi dia kurang menyukai pekerjaannya tersebut. Pada suatu hari terjadi kecelakaan di tempatnya bekerja. Lengannya terluka dan lukanya itu menjadi terinfeksi. Luka itu sepertinya bertambah parah karena Mary menjadi tidak dapat bekerja sama sekali selama enam bulan.

Setelah kondisinya cukup pulih, Mary kemudian mulai berpikir untuk kembali menjadi juru masak. Apalagi dia memang tidak memiliki keahlian lain. Saat itu Mary juga merasa yakin kalau kondisinya tidak berbahaya.

Mary lalu kembali ke pekerjaan lamanya. Ia menjadi juru masak di sekitar New York dan New Jersey. Dia menyiapkan makanan untuk hotel, restoran Broadway, spa, dan rumah kos. Dan coba tebak apa yang terjadi. Ya, seketika orang-orang di sekitarnya jatuh sakit. 

Pada tahun 1915, Mary mulai bekerja di Rumah Sakit Wanita Sloane di New York City. Tak lama setelah itu sebanyak 25 orang terinfeksi, dan dua di antaranya meninggal. Kepala dokter kandungan, Dr. Edward B. Cragin kemudian menelepon Soper dan memintanya untuk membantu penyelidikan. Soper mengidentifikasi Mary dari deskripsi verbal para pelayan dan juga dari tulisan tangannya.

Soper awalnya tidak menemukan wanita bernama Mary Mallon, tetapi beberapa orang saksi menyatakan ada juru masak dengan ciri-ciri persis seperti Mary Mallon namun namanya Mrs. Brown. Setelah diselidiki benar saja itu adalah Mary Mallon yang sudah mengganti namanya. Terkadang Mary juga menggunakan nama keluarga Breshof.

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala


Setelah ketahuan identitasnya, Mary melarikan diri. Tetapi polisi dapat menemukan dan menangkapnya ketika dia sedang membawa makanan ke seorang teman di Long Island. Mary dikembalikan ke karantina di Pulau North Brother pada tanggal 27 Maret 1915.

Sedikit yang diketahui tentang hidupnya selama karantina kedua. Mary berada di North Brother selama lebih dari 23 tahun. Enam tahun sebelum kematiannya, dia mengalami stroke. Mary tidak pernah sembuh total, dan setengah dari tubuhnya tetap lumpuh setelah itu. 

Kasus Typhoid Mary, kasus penularan penyakit orang tanpa gejala
Rumah di mana Mary Mallon dikarantina (North Brother Island)
Pada 11 November 1938, Mary Mallon meninggal dunia karena pneumonia pada usia 69 setelah lebih dari seperempat abad menjalani karantina. Tubuh Mary dikremasi dan abunya dimakamkan di Pemakaman Saint Raymond di Bronx. 

Setelah meninggalnya Mary, pejabat kesehatan New York mengidentifikasi ternyata ada lebih dari 400 carier penyakit Salmonella typhi lainnya yang sehat, sama seperti Mary Mallon. 

Salah satu dari mereka adalah seorang pria bernama Tony Labella, seorang imigran Italia, yang diduga menyebabkan lebih dari 100 kasus tifoid (dengan lima kematian). Lalu ada juga seorang lagi yang dijuluki "Typhoid John" dan diduga telah menginfeksi 36 orang (dengan dua kematian). Selain itu ada pula Alphonse Cotils, pria Belgia yang merupakan pemilik restoran dan toko roti di New York yang juga menjadi pembawa tifoid.

Setelah semua ini satu hal yang saya sadari. Hal yang menyedihkan dari kasus Mary Mallon adalah bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang dihukum karena menjadi carrier atau super spreader dengan penahanan di pulau terpencil selama lebih dari seperempat abad sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya terasing di pulau itu.
https://www.merinding.com/2021/01/ka...hoid-mary.html

PEMERINTAH RI DAN TESLA BERENCANA BANGUN SEMACAM POWER BANK BERKAPASITAS BESAR

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto membeberkan sedikit terkait proposal Non-Disclosure Agreement (NDA) dari perusahaan Tesla Inc yang diterima pemerintah RI pada Kamis (4/2/2021).

Kerja sama dengan Tesla tersebut yakni pembangunan energy storage system (ESS) atau sejenis power bank dengan kapasitas tenaga yang besar.

"Dengan Tesla ini ada lagi kerja sama di bidang ESS, energy storage system. Jadi, sebenarnya ESS ini mirip kayak power bank, tapi ini kapasitasnya besar, puluhan mega watt bahkan sampai 100 mega watt mereka bisa," kata dia dalam konfrensi pers virtual, Jumat (5/2/2021).

"Intinya ESS ini bisa menggantikan pembangkit-pembangkit peaker. Peaker itu pembangkit yang hanya digunakan untuk ketika electricity demand-nya itu jauh melebihi penggunaan rata-ratanya," sambung Seto.

Seto menekankan, pemerintah Indonesia tidak akan tertarik apabila dalam negosiasi yang tertulis di proposal NDA, Tesla hanya menginginkan sumber bahan baku.

"Kalau mereka hanya mengambil bahan bakunya, kita enggak tertarik. Jadi, kira-kira mungkin itulah. Jadi kalau mereka hanya mengambil bahan bakunya sih kita enggak aktraktif. Detailnya yang lain, kita belum bisa disclose," ungkap dia.

Seto menjelaskan, pemerintah Indonesia tertarik bekerja sama dengan Tesla karena lithium baterai yang mereka gunakan untuk kendaraan listrik mempunyai tingkatan terbaik di dunia.

Sama halnya dengan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan LG Samsung yang juga memiliki teknologi terbaik.

"Jadi, kenapa sebenarnya kalau dari kami kok agak excited bekerja sama dengan Tesla. Boleh dibilang Tesla ini untuk lithium baterai untuk electric vehicle adalah salah satu yang terbaiklah di dunia. Kalau ada investasi dari CATL, investasi dari LG yang memang mereka ada produsen lithium baterai dan teknologinya sangat baik plus ditambah dengan Tesla," ujar Seto.

Dengan adanya proposal NDA dari Tesla ini, pemerintah akan melakukan negosiasi pekan depan, melibatkan dua perusahaan BUMN yakni Antam dan PT Inalum secara virtual.

"Minggu depan, kita akan diskusi langsung dengan mereka. Nanti akan melibatkan Antam, Inalum, nanti kita lihat seperti apa," kata Seto.

Seperti diketahui, Pemerintah RI dengan perusahaan otomotif bertenaga listrik terbesar di Amerika Serikat (AS) yaitu Tesla telah meneken perjanjian NDA sehingga akan berlanjut pada negosiasi.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pun selama ini kerap berkomunikasi secara virtual dengan Tesla.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2021/02/05/124156026/pemerintah-ri-dan-tesla-berencana-bangun-semacam-power-bank-berkapasitas-besar

Sabtu, 06 Februari 2021

INDUSTRI NIKEL DI INDONESIA AKAN LEBIH RAMAH UMKM


Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan membangun industri nikel dari hulu hingga hilir menjadi baterai mobil listrik yang memiliki daya saing di tingkat global. Ini dilakukan setelah pemerintah belajar dari permasalahan PT Freeport Indonesia.

Ia menuturkan Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA). Salah satunya emas yang ditambang oleh Freeport Indonesia. Sayangnya, hingga puluhan tahun cadangan emas di Papua itu dikeruk. Namun pemerintah belum memiliki industri emas dari hulu hingga hilir.

"Emas kita luar biasa sekali banyak, Freeport sebentar lagi akan habis emasnya. Apakah ada industri yang sampai dengan hilir yang mampu bersaing di tingkat global? Juga tidak ada," ujarnya dalam acara Mandiri Investment Forum 2021 secara virtual, Rabu (3/2).

Selain dari sisi industri, ia menuturkan pemerintah juga akan mengatur kepemilikan saham perusahaan nikel tersebut. Ia memastikan saham perusahaan nikel nantinya akan melibatkan pengusaha di tingkat nasional, pengusaha di daerah, bahkan UMKM, selain tentunya porsi untuk investor asing.

Untuk diketahui, ini berbeda dengan kepemilikan saham Freeport Indonesia. Di Freeport, selama puluhan tahun sejak perusahaan tambang emas itu didirikan, negara hanya menggenggam 9,63 persen. Negara baru memiliki 51,2 persen pada 2018 lalu setelah proses divestasi yang cukup alot dengan pihak Freeport McMoran.

"Masalah Freeport sudah cukup menjadi pelajaran berharga bagi kita. Sekarang, sahamnya diatur dengan baik harus melibatkan pengusaha nasional, pengusaha yang ada di daerah, dan harus libatkan UMKM dalam setiap rantai pasok," ucapnya.

Nantinya, pemerintah akan membangun industri baterai kendaraan listrik (EV battery). Pasalnya, sebesar 23,7 persen cadangan bijih nikel dunia yang merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik berada di Indonesia.

Selain itu, sekitar 80 persen dari total bahan baku kendaraan listrik ada di Indonesia, mulai dari bijih nikel, kobalt, aluminium, mangan, dan sebagainya.

"Ini momentum tepat bagi Indonesia keluar menjadi pemain yang disegani di dunia dalam konteks untuk persiapan baterai mobil listrik," ucapnya.

Ia mengungkapkan setidaknya 4 pemain global kendaraan listrik sudah berminat untuk menanamkan investasi di Indonesia. Meliputi, LG dengan nilai investasi mencapai US$9,8 miliar dan CATL senilai US$5,2 miliar.

Sedangkan, dua lainnya BASF dan Tesla masih dalam tahap penjajakan.

"Kalau 4 perusahaan ini masuk, maka ini menjadi kolaborasi yang tepat, mereka kuasai teknologi dan pasar, kita kuasai sumber daya alam," katanya.

https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20210203194430-85-601973/industri-nikel-dibangun-hasil-belajar-dari-kisah-freeport

Merkantilisme

 Merkantilisme


Merkantilismeadalah praktik dan teori ekonomi, yang dominan di Eropa abad 16 ke abad ke-18,yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara untuk tujuan menambah kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan nasional saingannya. Ini adalah mitra dari politik ekonomi absolutisme atau monarki absolut.Merkantilisme termasuk kebijakan ekonomi nasional yang bertujuan untuk mengumpulkan cadangan moneter melalui keseimbangan perdagangan positif, terutama barang jadi. Secara historis, kebijakan tersebut sering menyebabkan perang dan juga termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial. Teori merkantilis bervariasi dalam penerapannya terkini dari satu penulis ke yang penulis lain dan telah berkembang dari waktu ke waktu. Tarif tinggi, terutama pada barang-barang manufaktur, merupakan fitur yang hampir universal dari kebijakan merkantilis. Kebijakan lainnya termasuk:

menciptakan koloni di luar negeri;
melarang daerah koloni untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara lain;
memonopoli pasar dengan port pokok;
melarang ekspor emas dan perak, bahkan untuk alat pembayaran;
melarang perdagangan untuk dibawa dalam kapal asing;
subsidi ekspor;
mempromosikan manufaktur melalui penelitian atau subsidi langsung;
membatasi upah;
memaksimalkan penggunaan sumber daya dalam negeri; dan
membatasi konsumsi domestik melalui hambatan non-tarif untuk perdagangan.

Atau dapat dikatakan suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong ekspor (dengan banyak insentif) dan mengurangi impor (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.

Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era di mana kesadaran bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.

Istilah "sistem dagang" digunakan oleh kritikus terkemuka, Adam Smith, tetapi "merkantilisme" telah digunakan sebelumnya oleh Mirabeau.

Sementara banyak negara menerapkan teori ini, satu contoh adalah Prancis, ekonomi negara paling penting di Eropa pada saat itu. Raja Louis XIV dari Prancis mengikuti bimbingan Jean Baptiste Colbert, umumnya pengendalian keuangan (1662-1683). Ditetapkan bahwa negara harus memerintah di bidang ekonomi seperti yang terjadi di diplomatik, dan bahwa kepentingan negara seperti yang diidentifikasi oleh raja yang unggul dari pedagang dan orang lain. Tujuan dari kebijakan ekonomi merkantilis adalah untuk membangun negara, terutama di usia perang gencarnya, dan negara harus mencari cara untuk memperkuat ekonomi dan melemahkan musuh asing.

Teori

Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap sebagai merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith menjadi orang pertama kali menyebutkan kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations.Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin mercari, yang berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata merx, berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan dan diadopsi oleh para sejarawan.