Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) menyelenggarakan forum bisnis dengan tema ‘Peluang Investasi Sektor Elektronik’ secara virtual. Forum bisnis ini bertujuan menggarap peluang bisnis serta meningkatkan kapasitas perusahaan dan eksportir Indonesia di sektor elektronik.
Forum bisnis kali ini membahas kajian ‘Deep Dive on Investment for Indonesia in Electronics Subsector’ yang dilakukan Daniel Nicolls, konsultan senior ARISE Plus Indonesia dengan Bappenas. Forum bisnis ini merupakan rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia Virtual Exhibition ke-35.
Kegiatan ini merupakan kerja sama Kemendag dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), serta ASEAN Regional Integration Support-Indonesia Trade Support Facility (ARISE Plus Indonesia).
“Sektor elektronik memiliki peluang bisnis dan terbuka untuk digarap. Kami berharap forum bisnis ini dapat meningkatkan kerja sama bisnis antara pelaku usaha Indonesia dengan negara lainnya dan mendatangkan manfaat bagi kita semua. Kajian yang dibahas pada forum bisnis ini juga diharapkan dapat memicu semangat pelaku usaha sektor elektronik dalam meningkatkan ekspor produk-produk elektronik Indonesia ke pasar global terutama di tengah pandemi Covid-19,” ujar Direktur Jenderal PEN Kasan.
Kasan menyampaikan, produk elektronik merupakan salah satu sektor utama yang menjadi prioritas dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0. Strategi yang dilakukan Making Indonesia 4.0 antara lain mendorong masuknya investor global, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang kompeten, serta mendorong inovasi dan penggunaan teknologi.
“Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan industri elektronik Indonesia terhadap impor komponen dan meningkatkan nilai tambah produksi lokal sehingga mampu menguasai pasar internasional,” jelas Kasan.
Menurut Kasan, sebelum pandemi Covid-19, tingkat pertumbuhan di pasar produk elektronik dunia relatif stabil. Namun, pandemi ini menyebabkan industri elektronik global menghadapi dampak ganda, misalnya penghentian fasilitas produksi suku cadang elektronik yang telah banyak dilakukan akibat perlambatan aktivitas logistik di berbagai negara.
“Penerapan karantina wilayah juga menyebabkan keterbatasan tenaga kerja serta penutupan toko ritel/ruang pamer dan supermarket untuk jangka waktu tertentu. Di sisi lain, berbagai perusahaan niaga elektronik (e-commerce) di seluruh dunia juga telah menghentikan pengiriman untuk barang yang dianggap tidak mendesak (termasuk sebagian besar produk elektronik),” tambah Kasan.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor produk elektronik Indonesia periode Januari–September 2020 tercatat sebesar USD 8,02 miliar. Nilai ini turun 1,88 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sedangkan, nilai ekspor total pada 2019 mencapai USD 10,92 miliar.
Negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Tiongkok, dan Hongkong. Penurunan nilai ekspor lebih banyak disebabkan oleh berbagai keterbatasan akibat adanya pandemi Covid-19. Sementara itu, nilai impor produk elektronik Indonesia pada periode Januari–September 2020 mencapai USD 15,63 miliar.
Angka tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan impor produk elektronik Indonesia cukup tinggi, khususnya untuk produk pesawat telepon, penerima dan transmisi (reception &transmission), bagian dari sirkuit elektronik, mesin pengolah data otomatis, dan perangkat komunikasi. Kasan menjelaskan, Tiongkok sebagai negara eksportir dan importir utama dunia untuk produk elektronik juga mengalami dampak yang cukup buruk. Hal ini juga berdampak buruk bagi negara Amerika Serikat, Italia, Prancis, Spanyol, Jerman, dan India.
“Penghentian produksi di Tiongkok telah memaksa produsen elektronik lainnya yang berbasis di Amerika Serikat dan Eropa untuk menahan produksi barang jadi secara sementara. Sehingga menyebabkan kesenjangan permintaan dan penawaran produk elektronik yang berpengaruh terhadap rantai pasok global,” tutur Kasan.
Kepala Pusat Pengkajian Kerja Sama Perdagangan Internasional, Reza Pahlevi mengungkapkan, ekspor produk elektronik Indonesia ke Uni Eropa mengalami penurunan dari tahun 2018–2019. “Hingga saat ini negosiasi Indonesia-EU CEPA masih berlangsung dan apabila sudah mendapatkan kesepakatan, diharapkan ekspor elektronik akan meningkat dengan berkurangnya hambatan perdagangan,” jelas Reza.
Di samping itu, Plt. Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia menyampaikan, Asia Timur dan Asia Tenggara telah menjadi “pabrik” global terbesar dan menghasilkan lebih dari separuh produk elektronik di dunia. Pemerintah Indonesia akan selalu berupaya untuk mendorong peningkatan ekspor produk elektronik dan partisipasinya terhadap rantai nilai global.
Partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global juga akan memberikan keuntungan yaitu mendorong pertumbuhan industri dalam negeri sebagai pesaing dan pemasok, serta menarik minat investor dari negara lain untuk melakukan bisnisnya di Indonesia.
https://www.neraca.co.id/article/139055/waktunya-mendongkrak-bisnis-sektor-elektronik