Jumat, 28 Agustus 2020

50 GB untuk Mahasiswa, 35 GB untuk Siswa. Gratis!


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim akan memberikan kuota gratis untuk melancarkan proses Pembelajaran Jarak Jauh. Ia akan memberikan kuota gratis untuk siswa sebesar 35 GB per bulan, mahasiswa sebesar 50 GB per bulan, guru 45 GB per bulan dan dosen 50 GB per bulan. Total anggaran yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 7,2 trilyun. 

Di tengah pandemi covid-19 ini mengharuskan siswa dan mahasiswa di Indonesia melaksanakan PJJ untuk mengurangi penyebaran virus corona. Namun banyak kendala yang dialami oleh siswa dan guru. Yang paling sering adalah keterbatasan kuota untuk mengakses internet. Apalagi banyak siswa yang kurang mampu sehingga sangat sulit untuk mendapat hasil yang maksimal selama PJJ. 

Karena itu, Nadiem Makarim akan memberikan kuota internet gratis untuk 3-4 bulan ke depan. 
Nadiem menyampaikan hal itu saat rapat bersama komisi X di gedung Jakarta, Kamis (26/8) Ia akan menggunakan dana 7,2 trilyun untuk membelikan kuota bagi siswa, mahasiswa, guru, dan juga dosen. Selain itu, ada juga dana untuk tunjangan profesi pelajar sebesar 1,7 triliun, sehingga totalnya menjadi 9 triliun. 

Nadiem mengatakan anggaran ini ia perjuangkan selama beberapa minggu ke belakang di internal pemerintah pusat. Ia berkeras meminta anggaran khusus untuk bantuan PJJ karena mendengar banyaknya keluhan pembiayaan kuota internet dari siswa dan guru.

"Kecemasan masyarakat nomor satu di saat ini dari semua kecemasan sudah jelas nomor satu itu apa? Pulsa, pulsa, pulsa. Data, data, data," ujarnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Paristiyanti Nurwardani mengatakan pemberian kuota internet diprioritaskan bagi siswa dan mahasiswa dengan latar ekonomi kurang mampu.

"Prioritas utama [siswa dan mahasiswa] yang kurang mampu. Jadi teman-teman penerima Bidikmisi, KIP, dan mahasiswa semester 3, 5, 7, 9 yang terdampak covid. Akan divalidasi oleh teman-teman perguruan tinggi negeri maupun swasta," ujarnya.

Waa, semoga ga PHP ya teman-teman. Jadi gaada lagi deh alasan yang bolos atau telat ngumpulin tugas karena gapunya kuota. Semoga cepat terealisasikan. 
Semoga pandemi covid-19 segera berakhir dan kita bisa memulai pembelajaran luring lagi ya. aamiin. 

Stay safe teman-teman~

Sumber:
https:// m.cnnindonesia.com /nasional/20200827133510-20-539932/nadiem-akan-beri-kuota-internet-siswa-35-gb-mahasiswa-50-gb

https://www. google.com/ amp/s/amp.suara. com /news/2020/08/27/163446/nadiem-siswa-dapat-kuota-internet-35-gb-mahasiswa-50-gb-gratis

Kamis, 27 Agustus 2020

Tragedi Sampit, Perang Brutal antara Dayak vs Madura, 18 Februari 2001


Disclaimer : Sekali lagi kita ingatkan, tragedi di masa lampau kita ceritakan kembali bukan untuk menyinggung kelompok tertentu atau mengembalikan dendam lama. Hal ini kita niatkan sebagai pelajaran, sehingga kejadian yang sama bisa kita hindari di masa depan. 
Suku dayak adalah suku yang mendiami pulau kalimantan. Masyarakat Dayak memiliki tali saudara dengan Suku Banjar. Keduanya konon berasal dari kakak beradik, dimana sang adik tinggal di keramaian dan menjadi suku Banjar, sementara sang kakak hidup dengan alam, menjadi sukuDayak.

Masyarakat dayak sebenarnya merupakan penduduk yang cukup pemalu dan ramah. Banyak orang dari daerah lain diterima di tanah kalimantan dengan baik oleh Dayak selama mereka tidak membuat onar dan melanggar budaya turun temurun disana.

Kekacauan yang terjadi adalah buntut dari beberapa konflik lebih 20 tahun sebelum tahun pecahnya peperangan ini. Dari data yg gw himpun, ada beberapa kejadian yang memang selalu berhubungan antara suku Madura dan suku Dayak. Diantaranya bersifat ekonomi, kekerasa dan asusila.

Namun selama waktu itu pula konflik dapat diselesaikan dengan kesepakatan adat, namun dari trend yg terlihat sering kali korban jatuh dari sisi suku dayak, sementara pihak kepolisian dirasa tidak serius dan sering kasusnya menghilang saja tanpa ada kejelasan.

Lambat laun, jumlah suku Madura yang berada di tanah Kalimantam bertambah pesat. Bahkan jajaran dewan dan pimpinan kota saat itu umumnya memiliki darah keturunan Madura. Dominasi madura mulai terasa setelah beberapa hukuman dinilai selalu menguntungkan pihak suku madura. . 
Contohnya adalah.

Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 keluarga Dayak tewas dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa ada sama sekali penyelesaian hukum. 
Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 orang suku Dayak tewas oleh pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tetapi tidak ada tindak lanjut polisi.

Suku Madura yang berperawakan keras beberapa diantaranya mulai menekan suku Dayak kala itu. Baik dari segi pekerjaan dan pemerasan.. pepohonan dan hutan suku dayak ditebang, dibuka demi kepentingan bisnis dan dibangun bangunan oleh para pendatang. 

 
Suku Banjar pun mengalami hal demikian, namun suku Banjar masih melawan, berbeda dengan suku Dayak yang memilih mengalah dan memang seperti itulah sifat aslinya.Mereka mengalah sampai akhirnya terus terhimpit hingga hampir ke hutan. 
Serangkaian kejadian yg tidak bisa gw sebutkan satu satu itu akhirnya menjadi pupuk kemarahan di hati Suku Dayak. Puncaknya adalah ketika ada isu bahwa Suku Madura hendak menjadikan tanah kalimantan sebagai "Sampang Kedua". Dan menekan dan menindas suku asli tanah tersebut 
Selain itu terdapat pula kabar bahwa salah satu anak kepala suku Dayak mengalami perlakuan tidak menyenangkan (pemerkosaan) oleh sejumlah orang yg berasal dari suku Madura. Hal ini yg tidak bisa lagi diterima masyarakat Dayak kala itu.

Akibat hal itu, suku Dayak yang tadinya tertekan dan jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan pendatang, akhirnya bersatu, merapatkan barisannya bersama suku Banjar. Mereka akhirnya melakukan perlawanan atas apa yang terjadi pada saudara2 mereka Saat itu bagi suku Dayak, Suku Madura sudah tidak pantas lagi berada di tanah kalimantan dan tidak sesuai dengan nilai nilai yang selama ini mereka jaga.

Dan dari momen inilah, desas desus mengenai kemampuan magis masyarakat Dayak akhirnya dimunculkan ke permukaan. Iya, hanya dalam keadaan terdesak dan demi membela sukunya.

Berbagai senjata diacungkan di udara hari itu. Masyarakat suku dayak memanas. Mereka yg selama ini ramah dan diam, mulai menunjukkan sisi tegas dan keras. Dengan berkelompok, mereka menyisir pemukiman,mencari para pelaku pengeroyokan, pembunuhan dan segalanya yg selama ini bebas. Konon, suku Madura dapat dikenali dari aromanya oleh Suku Dayak. Mereka dapat membedakan mana pendatang dari daerah lain, dan mana pendatang dari suku Madura. Terlebih adalah siapa yg selama ini berbuat onar di tanah mereka. 

Menurut beberapa orang, suku dayak melihat suku madura saat itu kepalanya menyerupai sapi dan berbau sapi. Itulah tanda orang Madura. Peperangan tak dapat dihindarkan. Suku Madura yang selama ini mengira suku Dayak lemah ternyata menjadi pemberani dan tegas

Pertempuran pecah dan Sampit menjadi arena perang yang mengerikan. Suku Madura bisa dibilang menjadi "buronan" di satu wilayah tanah Kalimantan.

Mendengar saudaranya melakukan perlawanan, Suku Dayak yang selama ini berpencar dan menyebar ke Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat bahkan Malaysia akhirnya "pulang", 
Selain itu Suku Dayak dalam yg selama ini bermukim di dalam hutan pun ikut dan bergabung dengan Suku Dayak dan Suku Banjar di Sampit saat itu.Kini suku Dayak kembali menjadi dominasi di tanah nenek moyangnya.

Beberapa orang Suku Madura mencoba melawan. Namun gagal. Karena Suku Dayak bukanlah suku "biasa". Mereka memiliki keahlian dalam menggunakan mandau (sejenis pedang khas Dayak) dan sumpit.. mereka berjalan dengan tombak, panah dan senjata tajam di genggaman mereka. 
Begitu mereka merasakan keberadaan orang Madura, maka mereka akan mengejar dan menghabisinya.

Pengungsian besar besaran terjadi. Konflik pecah dengan sangat mengerikan. Namun suku Dayak tetaplah suku dayak yang mengetahui nilai luhurnya. Data mencatat, serangan hanya dilakukan pada mereka, Suku Madura yang berada di jalan dan melawan. Tidak ada serangan lain.

Bahkan suku Dayak sama sekali tidak melakukan perusakan pada rumah ibadah agama lain, mereka bahkan tidak menyerang suku Madura yang berlindung di Gereja atau Mesjid.

Pemandangan hari itu di jalan jalan sangat mengerikan. Jenazah bergelimpangan di mana mana, kepala kepala manusia ditancapkan diujung tombak dan diarak. Sebagian lainnya, tubuhnya diikat dan digeret menggunakan motor. Jalanan basah oleh darah dan gelimpangan mayat.

Kepala kepala itu diangkat dan dibawa keliling daerah. Beberapa lagi dibiarkan menggelinding di jalanan. Menurut kabar yg beredar, air sungaipun berubah menjadi warna merah akibat darah dari para korban yg dibuang ke sungai. Beberapa diantaranya dikeluarkan dahulu isi perutnya

Suku Madura jelas kalah jumlah dan kalah tanding saat itu, yang mereka hadapi adalah orang2 yg bahkan tidak dapat dilukai dengan senjata tajam dan mampu mendeteksi keberadaan mereka hanya dari bau. 
Pihak kepolisian tidak bisa berlaku banyak. Konflik pecah dan tersebar secara merata. Diantara para polisi juga merupakan keturunan suku Madura dan membuat mereka harus mengungsi.

Kerusuhan ini terus berlanjut hingga 20 Februari. Kota sampit lumpuh. Segala kegiatan dihentikan baik itu sekolah, pekerja kantoran, pns dan bahkan banyak pemilik warung menutup tokonya dan mengungsi. 
Setiap ada orang yg berani melewati titik perkumpulan orang diperiksa, jika logatnya madura atau memiliki bau sapi, maka akan dicegat dan dihabisi. Sebaliknya, suku lain hanya akan diperintahkan untuk berbalik dan pulang tanpa mengalami kekerasan atau intimidasi apapun. 

Malam harinya, listrik padam. Kengerian bertambah dengan kondisi yang gelap gulita. Beberapa komplek perumahan diadakan jaga malam. Suku suku lain selain Madura dan Dayak berrahan perkampungannya dan berjaga jaga agar tidak ada orang luar yg bersembunyi 
Disaat chaos seperti ini dengan konflik yang masih berkecamuk, muncul kabar menghebohkan lainnya. Ketika Suku Dayak Dalam masuk ke Sampit, konon bersamanya masuk sosok legenda Dayak yakni Panglima Burung dan Panglima Kumbang.

Panglima burung menjadi salah satu nama yg merebak di kalangan masyarakat Dayak dan ditakuti warga Madura kala itu. 
Menurut kabar yg beredar, Panglima Burung sejatinya adalah orang pendiam dan pemalu. Ia sangat ramah dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Namun saat perang ini meletus, ia menjadi salah satu yg membantu serangan dengan cara "membunuh tanpa terlihat".

Mandau mandau berterbangan di udara dan langsung menyerang leher para musuh hingga terputus. Banyak saksi yang membenarkan keberadaan mandau terbang ini selama konflik Sampit berlangsung. Tanda Panglima Burung telah bergabung dalam pertempuran besar besaran ini..

Ditengah ketakutan dan gelap itu pula, sirine pemadam kebakaran terus berbunyi. Kebakaran dan asap membumbung tinggi di langit. Asalnya darimana lagi kalau bukan dari rumah rumah warga madura yang dibakar. "Kalau tidak dibakar, mereka akan kembali!" Ucap salah seorang suku dayak

Para pengungsi berfokus pada instansi pemerintahan. Tidak ada dari mereka berani kembali ke rumah masing masing saat itu walaupun diantara mereka ada dari suku lain. 
Mereka diperintahkan memasang kain kuning atau kunyit di depan rumah mereka sebelum mengungsi agar dikenali bahwa itu bukanlah rumah suku Madura. Perang ini juga terjadi di luar Sampit.. menyebar ke Kota Sambas, Palangkaraya dan Pontianak, walau episentrum perang tetap tertinggi di Sampit. 

Tercatat setidaknya 500 orang tewas kala itu, walaupun banyak yg yakin jumlah sebenarnya adalah mendekati seribu dikarenakan banyaknya jenazah yang dibuang atau (maaf) dimakan hati dan organnya. Tidak ada data pasti berapa jumlah orang yg meregang nyawa saat itu.

Sementara dari sisi suku Dayak, tidak diketahui data pasti berapa jumlah korban.

Pada 23 Februari, kondisi sudah bisa dikatakan pulih. Walaupun kewaspadaan masih tinggi kala itu. Air PAM masih berwarna merah, konon dikarenakan oleh darah. Sementara itu para penduduk Suku Dayak Dalam kembali ke hutan, dan orang2 Dayak dari berbagai daerah kembali ke daerahnya.

Suku suku selain Madura juga kembali ke rumah. Dan mendapati rumahnya dalam keadaan utuh. Tidak dijarah, dan tidak dibakar. 
Sementara masyarakat Madura saat itu memilih pulang ke Madura karena takut dan khawatir akan terjadinya konflik susulan, selain itu harta benda dan rumah mereka pun sudah habis terbakar.

Beberapa tahun lalu, konflik serupa hampir saja terulang namun tindakan cepat polisi berhasil meredakan konflik tersebut sehingga tidak meluas.

Semoga ini jadi pelajaran berharga bagi kita semua. "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" dimana saja kita berada, maka hormati dan hargai segala adat disana. Kejadian ini tidak akan terjadi jika tiap2 etnis hidup berdampingan dengan saling menghargai antar manusia 
Dan satu lagi, jangan pernah membangunkan harimau tidur...

Semoga kejadian yang sama tidak terulang lagi, dan kita sebagai bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.

Suku Dayak dan Suku Madura akhirnya berdamai. Dan hal itu disimboliskan dengan sebuah tugu/tiang berukir dari kayu yang cukup tinggi. Tujuannya agar semua orang disetiap penjuru dapat melihat dan tau bahwa perdamaian dan keamanan ada diatas segalanya.

Pada 2015, didirikan sebuah monumen yang lebih megah dan besar (bisa dilihat di slide 2) dan di tengah monumen tersebut, monumen lama berupa ukiran kayu tadi tetap dipertahankan.

Tamat.

Referensi: dari berbagai Sumber
https://twitter.com/mwv_mystic/status/1253680141420474369?s=19

Senin, 24 Agustus 2020

MASIH BERPANDANGAN COVID 19 PENYAKIT RINGAN...???


Setelah 2 minggu ( siklus ke 2)  saya diberi tugas menangani langsung pasien Covid pandangan sy ttg penyakit ini mulai berubah.

Pada siklus tugas sy yg ke-1 bulan juni, rata2 pasien covid di buleleng khususnya, relatif ringan. Bahkan tidak ada kematian. Sayapun berfikir penyakit ini seperti flu biasa.

Setelah bulan juli mulai ada kasus kematian murni akibat COVID 19 pada seorang yg berumur 30 tahun tanpa ada penyakit penyerta. Disusul kematian dari seseorang  berprofesi  yg umumnya memiliki kebugaran lebih baik dari masyarakat umum.

Bulan Agustus, kamar perawatan covid dan suspek covid mulai penuh. Kematian karena covid dg comorbid maupun tanpa comorbid  semakin meningkat. Hampir tiap hari sy dapat telpon/WA dari perawat jaga, ada saja pasien yg kondisinya makin memburuk dan akhirnya maaf tdk bisa tergolong lagi/ meninggal.

Bahkan diakhir tugas saya ada seorang pasien  30 tahun dg keadaan kelainan paru yg luas, disusul kemudian oleh orang tuanya yg masuk rumah sakit dg ancaman gagal nafas akibat covid 19 ini. Jangan2 dirumahnya masih ada anggota lain yang tertular. ( semoga saja tdk)

Saya juga khawatir kedepan ruang perawatan penuh sehingga bisa2 pasien tidak dapat ruangan/ perawatan, kalau wabah ini tidak kita selesaikan bersama.

JADI  BAHAYA COVID-19 INI BENAR BENAR NYATA.  

Lalu apa jalan. keluarnya...?

Kita semua bisa berperan dalam melawan wabah ini dg PAKAI MASKER, JAGA JARAK DAN CUCI TANGAN SETIAP AKAN MENYETUH DAERAH WAJAH. 

TAPI INGAT INI HANYA AKAN EFEKTIF BILA SEMUA ORANG MAU MELAKUKAN NYA. BAHKAN ADA STUDI MENYEBUTKAN, CUKUP 80 % PENDUDUKNYA PAKAI MASKER, EFEK MENAHAN LAJU COVID LEBIH BAIK DARI LOCKDOWN.

KALAU TIDAK, TINGGAL MENUNGGU WAKTU SEBAGIAN PASIEN TIDAK BISA DIRAWAT, KARENA RUANG PERAWATAN PENUH. 
ATAU KARENA PETUGAS KEWALAHAN DAN KELELAHAN KARENA BEBAN KERJA YG BERLEBIH DALAM MERAWAT PASIEN YG TERUS BERTAMBAH.

SEMOGA SAJA TIDAK
SEMOGA WABAH INI SEGERA BERAKHIR. DENGAN TINDAKAN NYATA DARI SEMUA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH. KARENA TIDAK CUKUP HANYA DG DOA.

JANGANLAH FIKIR KAMI BAHAGIA KARENA MENDAPAT INSENTIF BERJUTA JUTA (KATANYA). PADAHAL SEPESERPUN TIDAK KAMI MENERIMA SEJAK HAMPIR 6 BULAN WABAH INI MELANDA.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10218148976942449&id=1429276093

Minggu, 23 Agustus 2020

Detik-detik Gadis 12 Tahun di Probolinggo Hidup Lagi Lalu Meninggal Kembali

Detik-detik Gadis 12 Tahun di Probolinggo Hidup Lagi Lalu Meninggal Kembali

Siti Masfufah Wardah membikin heboh warga Desa Lambangkuning, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Gadis 12 tahun itu hidup kembali saat jenazahnya dimandikan.

Ngasiyo (40), ayah Siti mengatakan anaknya meninggal pukul 06.00 WIB di RSUD dr Mochammad Saleh Kota Probolinggo dengan diagnosa diabetes dan komplikasi. Dari RSUD dr Mochammad Saleh, jenazah Siti dibawa ke rumah duka.

Saat itu para petakziah sudah datang ke rumah duka. Sekitar pukul 07.00 WIB, jenazah Siti dimandikan. Namun hal tak terduga terjadi saat proses pemandian tersebut.

"Saat dimandikan jenazahnya, tiba-tiba suhu tubuhnya hangat. Dan matanya yang terpejam tiba-tiba terbuka kembali. Dan dilihat detak jantungnya kembali berdebar dan tubuh bergerak," ujar Ngasiyo kepada wartawan di lokasi, Senin (17/8/2020).

Apa yang dilihat pada Siti saat itu membuat gempar kerabat, tetangga, dan warga yang sedang bertakziah. Siti langsung dimasukkan ke dalam rumah. Ngasiyo yang melihat anaknya hidup kembali begitu senang hatinya.

Ngasiyo segera menghubungi tim medis dari Puskesmas Lumbang. Tim medis segera melakukan tindakan dengan memberikan oksigen untuk membantu pernapasan. Namun kurang lebih 1 jam dalam perawatan, Siti kembali dinyatakan meninggal.

"Namun kurang lebih 1 jam, anak saya kembali ke pangkuan Allah SWT," ratap Ngasiyo.

Kejadian jenazah kembali hidup lagi dipercaya oleh masyarakat desa setempat bahwa kedua orang tuanya nantinya akan mendapatkan rezeki tidak terduga.

"Kata warga, dengan adanya peristiwa ini, maka akan mendapatkan rezeki" tandas Ngasiyo.


SUMBER

Emak-emak Belok Mendadak, Rombongan Brimob Tabrakan Beruntun, Kaca Pecah


Emak-emak Belok Mendadak, Rombongan Brimob Tabrakan Beruntun, Kaca Pecah

SuaraJabar.id - Rombongan Brimob Polda Jatim tabrakan beruntun di Blitar. Tabrakan beruntun Brimob ini karena seorang emak-emak yang mengendarai sepeda motor belok mendadak di jalanan.

Akibatnya pasukan Brimob yang mengendarai mobil truk itu saling seruduk bokong usai mengikuti apel gelar pasukan pengamanan Pengesahan Warga PSHT di Blitar.

"Jadi iring-iringan truk anggota Brimob menghindari ibu-ibu yang mau masuk ke kanan. Kemudian bruk-bruk dan berhenti di situ," kata Kasatlantas Polres Blitar AKP Rudi Purwanto ketika dikonfirmasi, Jumat (21/8/2020).

Akibat kecelakaan itu, dua truk Brimob mengalami kerusakan.

Iring-iringan itupun berhenti seketika sementara emak-emak terus berjalan pergi.

Awalnya kejadian ini terjadi ketika konvoi truk Brimob Polda Jatim di Malang berjalan menuju lokasi gelar pasukan pengamanan Pengesahan Warga PSHT di Blitar.

Ketika di Jalan Raya Kesamben, petugas yang menyalakan sirine kemudian kembali memberikan peringatan kepada emak-emak yang berkendara di depannya.

Harapannya agar waspada dengan iring-iringan petugas.

Tanpa diduga, emak-emak misterius itu langsung berhenti digaris marka lalu berbelok ke kanan ke arah Bank BRI. Truck petugas yang melaju cukup cepat langsung mengerem mendadak.

Jarak yang terlalu mepet membuat benturan tak terhindarkan.

Akibatnya dua truk pengangkut mengalami kerusakan.

"Tapi nggak terlalu [parah] kok. Kerusakan pecah kaca spion, sama ada penyok di bagian bumper. Tapi ini sudah diperbaiki dan sialangsung digunakan," beber Rudi.

"Kalau misal petugas tidak bisa menghindari, wah kita nggak tahu bagaimana kondisi ibu itu. Tapi alhamdulillah semuanya tidak ada korban jiwa," sambungnya.

Dalam iring-iringan itu, ada setidaknya tujuh kendaraan pengangkut anggota Brimob.

Setelah kecelakaan itu, para personil sempat menepis dan mengatur lalu lintas.

Pecahan kaca juga terlihat menyebar ke di jalan raya Kesamben.

Setekah berhenti sejenak, anggota Brimob itupun kembali melanjutkan kegiatan pengamanan pengesahan warga PSHT.

Kejadian ini sempat diabadikan oleh salah satu warga dan diunggah ke Grup Facebook Info Cegatan Blitar (ICB). Namun, tak lama setelahnya, postingan itu dihapus.

"Setelah itu mereka langsung menuju titik pengamanan di Kademangan. Ndak ada korban kok," pungkasnya.


https://jabar.suara.com/read/2020/08...pecah?page=all

Sabtu, 22 Agustus 2020

Ekonomi memang hal yang penting, tapi haruskah dijalankan dengan kesombongan?


Saya ingin berbagi cerita, bapak saya terconfirmasi covid-19. 
sejauh yang saya tahu, bapak adalah orang yang disiplin mengikuti protokol covid. Selain karena saya orang yang cerewet masalah kesehatan keluarga, mungkin juga karena dia menganggap dirinya kaum rentan. Karena situasi ekonomi keluarga yang tidak baik bapak memutuskan untuk mencari sampingan untuk sekedar menambah uang dapur.

Ibu dan istri saya di PHK, hanya saya dan bapak kini yang bekerja. Yah hidup di Indonesia negara yang sama sekali tidak ada keberpihakannya terhadap buruh sebagai skrup-skrup kecil penggerak roda ekonomi negara membuat mereka sama sekali tidak ada pemasukan selama beberapa bulan terakhir. 

Bapak mencari uang tambahan dengan membantu kawannya berjualan, jualannya lumayan ramai dan diminati anak muda. beberapa kali saya lewat kesana banyak yang berbelanja tidak mengikuti protokol kesehatan. Setidaknya pakai masker. Belum lagi ojek online yang nongkrong bergerombol didepan warung. mungkin mereka menganggap dirinya kuat, tp mungkin lupa dengan orang sekitar yang rentan. Kadang saya berfikir, ekonomi memang hal yang penting, tp haruskah menjalankan dengan kemachoan? Atau karena pengaruh media sosial akhir-akhir ini yang membuat orang tak lagi ikuti protokol kesehatan? Entahlah.. Mungkin ini bagian dari kesesatan pikiran saya.

Ketegasan pemerintah dalam penanggulangan wabah juga tidak ada. Omong kosong, hanya menunggu yang terjangkit lalu diobati. Bagi saya itu bukan penanggulangan, tp terima nasib.

Hal-hal itu tentu membuat saya khawatir akan kesehatan bapak saya yang suatu saat mungkin akan terpapar. Beberapa kali saya mewanti agar tak usah lagi membantu berjualan apalagi harus berhadapan dengan orang banyak. Tapi lagi-lagi alasan bapak biar ada pemasukan. saya tak berani melarang meski takut, hanya doa pada semesta berharap nasib baik selalu melindungi. (pada point ini saya merasa gagal sbg seorang anak)

seminggu yang lalu bapak demam, dirawat oleh saya dan ibu. rasa khawatir selalu mengikuti ketika harus berkontak langsung dengan bapak karena saya memiliki istri dan anak dibawah 2 tahun dan ibu yang fisiknya tak lagi seperti dulu. Selama perawatan saya selalu menggunakan masker dan mencuci tangan setelah kontak, tak lupa pula menggunakan handsanitazer sebagai perlindungan lebih. Saya harap cukup dan yakin cukup untuk melindungi seandainya itu bukan penyakit yang biasa.
Anak dan istri saya ungsikan kerumah mertua, berharap tidak tertular. 

3 hari setelah demamnya reda dan bapak sudah merasa sehat, saya ajak kembali anak dan istri pulang. Saya rasa sudah aman karena melihat kondisi bapak baik dan meyakini itu bukan virus Covid19.

Sehari setelah anak dan istri saya ajak pulang, demam bapak kumat lagi, diikuti dengan batuk dan sesak. Kembali saya ungsikan anak dan istri setelah itu mengajak bapak untuk test darah. Hasil test darah begitu tidak baik, sel darah putihnya turun drastis, kadar Monosit tinggi dan Eosinofil yang rendah menandakan bahwa ada infeksi yang terjadi dalam tubuh. 

Dari pembacaan hasil lab saya langsung mengajak bapak pergi ke IGD Bali Mandara untuk di Rapid dan screning. Hasilnya reaktif, hasil rontgent ada infeksi di Paru-paru, diianjurkan untuk swab. Keesokan hari saya ajak bapak swab dan dibarengi dengan ibu yang mengalami demam. Dua hari setelah swab, hasil positif yang keluar. Betapa hancur hati saya, apa yang saya khawatirkan akhirnya terjadi. Beruntung teman-teman dokter yang saya kenal selalu support dan memberi petunjuk yang baik. 

sejak gejala pertama muncul, bapak dirawat di sanglah setelah isolasi mandiri dirumah karena susahnya berjuang mencari ruangan isolasi karena rumah sakit untuk penanganan covid19 penuh akibat dari penyebaran penyakit yang meluas disertai dengan banyaknya orang yang tak lagi peduli dengan protokol kesehatan. kondisi bapak masih bisa dikatakan baik setelah diberikan doping vitamin dan konsumsi obat-obatan yang banyak.

Pagi ini saya dan keluarga akan diswab. Kekhawatiran saya ada pada si kecil, buah hati saya satu-satunya. Selama ini saya selalu taat protokol kesehatan, keluar rumah hanya ketika ada keperluan saja, pun mengindari keramaian. 
semoga saja ini tidak terjadi pada keluarga yang lain. 

Bagi saya hal ini menjadi pembelajaran yang sangat penting disaat pandemi. Menjauhkan ego serta memiliki empati itu sungguh luar biasa saya kira. Empati terhadap kaum rentan, anak-anak, para pekerja yang menggerakkan roda ekonomi dan tentu saja bagi para tenaga kesehatan yang saya saksikan langsung bagaimana sibuk dan lelahnya mereka menghadapi situasi yang sama sekali tidak biasa ini. 

If you think you are superman, think twice. In this case, not everyone is superman as you think you are. semoga semesta memberkati semuanya.

Ady Apriyanta Parma

Kamis, 20 Agustus 2020

EKONOM: RUU CIPTA KERJA AKAN MEMPERLUAS LAPANGAN KERJA


Pengamat ekonomi-politik Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri mengatakan keberadaan Omnibus Law Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker) akan memperluas lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Yose menyebut kebijakan ketenagakerjaan selama ini terlalu rekstriktif. Oleh karena itu, RUU Ciptaker akan mengurai aturan yang selama ini membatasi pembukaan lapangan pekerjaan.

"Harusnya kan ini melindungi tenaga kerja tetapi malah kebalikannya, ini mungkin melindungi tenaga kerja yang sudah bekerja, tapi dia membuat dunia usaha tidak mau atau menjadi sungkan untuk merekrut tenaga kerja baru," kata Yose kepada wartawan, Rabu (19/8).

Yose mengatakan sektor padat karya terus mengalami penurunan perannya di dalam perekonomian Indonesia. Sebelum krisis 1998, setiap tahun sektor manufaktur menghasilkan lapangan pekerjaan lebih dari 250 ribu pekerjaan.

Sementara sejak 2000 sampai 2012, sektor manufaktur hanya bisa menghasilkan lapangan pekerjaan di bawah 50 ribu per tahun. Setelah 2012, sektor manufaktur bisa menghasilkan hingga 150 ribu per tahun.

"Ini artinya perekonomian kita tumbuh dengan pesat tetapi kurang menghasilkan lapangan pekerjaan," ujarnya.

Yose menyebut tujuan dari pembuatan RUU Ciptaker adalah untuk memperbaiki iklim usaha dan iklim investasi di Indonesia. Menurutnya, akumulasi modal atau investasi di Indonesia masih di bawah negara lain di Asia Tenggara.

"Kemudian kita juga melihat bahwa produktivitas di Indonesia ini ini cenderung rendah ya. Kenapa rendah? karena cost of doing business itu tinggi, biaya untuk menjalani usaha itu tinggi," kata Yose.

"Ini macam-macam sumbernya. Makanya kemudian sumbernya dari cost of doing business itu diperbaiki oleh RUU Cipta Kerja ini," ujarnya menambahkan.

Selain itu, kata Yose, RUU Ciptaker juga memperbaiki permasalahan regulasi yang tumpang tindih, perizinan investasi, peraturan di tingkatan daerah yang tidak baik untuk investasi. 

Sumber: jpnn