Selasa, 02 Juni 2020

HOAX Video "perayaan ulang tahun PKI ke 100"


Bukan perayaan ulang tahun PKI ke 100. Video itut adalah salah satu kegiatan peringatan 25 tahun berdirinya Palestinain Communist Party (PCP) atau Partai Komunis Palestina.

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
============================================
Kategori : Konten yang Salah 
============================================

Akun Biglelo ([fb.com/Franky.Rh.Manik](http://fb.com/Franky.Rh.Manik)) mengunggah sebuah video ke grup POliticalSOciety WATCH NEWS (fb..com/groups/[paguyuban.parinada.fans.club](http://paguyuban.parinada.fans.club/)) dengan narasi sebagai berikut:

"Apakah perayaan ulang tahun PKI ke 100 ??
Diiringi dentuman music HipHop Rock & Heavy Metal mereka menari salsa, samba,cacha dan sedikit breakdance......."

Sumber : [https://archive.md/uGb9V](https://archive.md/uGb9V) (Arsip)

============================================

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim bahwa kegiatan di video yang diunggah oleh sumber klaim adalah perayaan ulang tahun PKI ke 100 adalah klaim yang salah.

Faktanya, video tersebut merupakan salah satu kegiatan peringatan 25 tahun berdirinya Palestinain Communist Party (PCP) atau Partai Komunis Palestina. Hal itu tampak dari tulisan pada backdrop panggung dalam video tersebut. Di sana tertulis 'Palestinain Communist Party' (PCP).

Salah satu video yang identik dengan video yang diunggah sumber adalah video yang diunggah ke kanal Youtube الحزب الشيوعي الفلسطيني فلسطين (Partai Komunis Palestina) dengan judul "فلسطيني" atau yang jika diterjemahkan menjadi "Palestina"

Akun Youtube Partai Komunis Palestina juga mengunggah sejumlah video terkait kegiatan tersebut. Di antaranya sebuah video yang diunggah pada Selasa 27 Desember 2016 dengan judul "دبكة فلسطينية (فرقة سفراء فلسطين) الحزب الشيوعي الفلسطيني" atau "Dabke Palestina (Divisi Duta Besar Palestina) Partai Komunis Palestina".

Di keterangannya, tertulis "من فعاليات ذكرى اعادة التأسيس الخامسة والعشرين للحزب الشيوعي الفلسطيني" atau "Di antara kegiatan peringatan 25 tahun berdirinya Partai Komunis Palestina"

Situs Partai Komunis Palestina (PCP) juga merilis sejumlah artikel dan foto terkait perayaan ulang tahun ke-25 pada 15 Desember 2016 pada artikel berjudul "الحزب الشيوعي الفلسطيني يحي الذكرى الخامسة والعشرين لأعادة التأسيس" atau "Partai Komunis Palestina menandai peringatan 25 tahun pendiriannya"

REFERENSI
[https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/zNAYdP3N-cek-fakta-video-perayaan-ulang-tahun-ke-100-pki-ini-faktanya](https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/zNAYdP3N-cek-fakta-video-perayaan-ulang-tahun-ke-100-pki-ini-faktanya)
[https://www.youtube.com/watch?v=w_2MWNJ5zEw](https://www.youtube.com/watch?v=w_2MWNJ5zEw)
[https://www.youtube.com/watch?v=PbhSZ74iHvc](https://www.youtube.com/watch?v=PbhSZ74iHvc)
[http://pallcp.ps/Pages/view_new/888](http://pallcp.ps/Pages/view_new/888)

OPTIMISME INDONESIA PASCA PENDEMI


By Eko Kuntadhi

Tadinya banyak orang menyangka, Covid19 ini hanya jangka pendek. Ditangani sebentar, virusnya hilang, lalu dunia kembali normal. 

Nyatanya gak begitu. Covid19 yang mengharuskan dunia istirahat tiga bulan belakangan ini, ternyata berdampak jangka panjang. Soal kesehatan, kita gak bisa main-main lagi. Pemerintah harus lebih perhatian dengan fasilitas kesehatan.

Untung kita punya BPJS. Seluruh rakyat, miskin, menengah dan kaya bisa menggunakan fasilitas asuransi raya ini untuk pengobatan. Bayangkan kalau Anda hidup di AS, misalnya, yang asuransi swastanya ribet. Mungkin ada banyak klausul saat mau klaim. Sakit ini gak termasuk, obat itu gak ditanggung, virus yang ini gak akan dicover asuransi.

Atau di negara lain yang tidak ada sistem kesehatan seperti di Indonesia. Semua penyakit ditanggung sendiri. Bisa modar!

Makanya, keputusan Jokowi untuk menaikkan iuran BPJS bagi peserta kelas atas rasanya tepat banget. Seiring dengan resiko kesehatan yang makin meningkat. Sementara warga miskin tetap dibayarin negara preminya.

Terserahlah, orang yang berkoar-koar mengkritik naiknya iuran BPJS itu. Mungkin karena mereka berfikirnya hanya sebatas ujung hidungnya saja. Gak bisa menggapai kondisi ke depan dengan pandangan jernih.

Demikian juga dengan sektor ekonomi yang terimbas serius akibat Corona ini. Tim pemerintah berusaha menyelesaikan RUU Cipta Kerja. Ada banyak yang protes, kenapa harus diselesaikan saat pendemi begini?

Justru itu langkah yang paling pas. 

Saat pendemi, tabungan negara terkuras untuk menutup biaya. Masyarakat diberi bantuan sosial. Para pengusaha mendapat fasilitas kemudahan. Mulai dari bunga kredit, potongan pajak, sampai pelonggaran cicilan. 

Tapi program yang karikatif itu gak cukup. Sebab ekonomi harus bergerak normal lagi. Pengusaha harus disiapkan berlari kencang lagi dan lapangan pekerjaan terbuka lebar kembali.

Dengan dunia usaha yang kembali stabil, pada akhirnya nanti akan ada pemasukan pajak buat negara. Semakin maju dunia usaha, semakin besar pendapatan pajak negara. Semakiin besar juga efek keuntungan bagi rakyat. 

Uang pajak itu bisa digunakan untuk membangun infrastruktur, memberikan tunjangan sosial, meningkatkan mutu pendidikan baik formal maupun informal.

Soal investasi dari dalam negeri atau dari luar negeri, gak masalah. Kalau ada yang masih meributkan, asing, aseng, asu, sesungguhnya mereka hanya mau mencegah negeri ini bergerak ke arah kemajuan.

Begini. Kalau melihat pola investasi asing, Indonesia itu masih kalah jauh dibanding Vietnam, Thailand, Malaysia. Apalagi dengan Singapura. Investasi asing masih kecil banget di Indonesia.   

Ada dunia jenis investasi asing. Ada yang berupa hot money. Duit masuk ke pasar saham, obligasi, dan surat berharga. Meski dibutuhkan untuk menggairahkan pasar, tapi duit jenis ini prinsipnya easy come, easy go. Kalau ada goncangan sedikit langsung cabut. Pada skala tertentu bisa bahaya bagi perekenomian nasional. Karena sifatnya yang mudah pergi itu.

Ada juga investasi langsung (direct investment). Duit dari luar masuk, mendirikan perusahaan disini. Perusahaan yang real, seperti membangun pabrik. Lalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Warga negara yang kerja dapat gaji. Bisa membiayai anaknya sekolah. Bisa meningkatkan kesejahteraan.

Nah, kita punya BKPM. Kini kita juga punya Menko Maritim dan Investasi. Mereka bertugas, salah satunya untuk memudahkan orang mendirikan usaha di Indonesia. 

Untuk menarik investasi kesini, butuh fasilitas. Yang paling penting adalah infrastruktur. Jalan, pelabuhan, bandara, listrik, atau bendungan wajib disiapkan. Kalau tidak ada infrastruktur jalan siapa juga yang mau bangun usaha di pelosok, yang produknya gak bisa dijual karena gak ada sarana transportasi.

Setelah infrastruktur yang juga diperlukan adalah urusan yang simpel. Izin yang gak berbelit-belit. Kepastian peraturan dan kepastian hukum. Serta mekanisme yang jelas. 

Ini yang sering menjadi masalah. Perizinan di Indonesia ini kadang bikin kepala sakit. Jangankan orang asing, orang lokal saja sering kesulitan kalau mau membuat perusahaan disini. Apalagi di daerah, banyak raja-raja kecil yang menjadikan izin untuk memeras.

Makanya setelah konsengtrasi pada infrastruktur, pemerintah juga harus konsentrasi pada pembenahan perizinan. Setelah itu perlu juga konsentrasi untuk meningkatkan kualitas anak didik untuk menjawab kebutuhan industri nanti. 

Saya kok melihat, track kita sudah tepat menjawab kebutuhan pasca pendemi ini. Fasilitas kesehatan dibenahi. Asuransi mencakup seluruh rakyat. Infrastruktur sejak lama dikebut dan akan terus dilengkapi. Sekolah vokasi disiapkan lebih serius. 

Kini sedang dikejar aturan yang membuat izin usaha lebih simpel. Sambil tetap menjaga semua proses produksi harus memberi keuntungan maksimal buat Indonesia.

Wajar saja, kalau dunia memandang optimis pada Indonesia. Hampir semua lembaga riset dunia meramalkan kita akan memasuki sebagai negara dengan ekonomi nomor 5 terkuat di dunia pada 2040 nanti. Dunia optiomis menilai Indonesia.

Tapi dengan satu syarat. Jangan sampai gerombolan pemuja khilafah mengusai negeri ini. Bukannya bergerak maju, bisa porak poranda lagi negeri kita kalau mereka berkuasa.

"Kita yang normal sudah siap dengan kondisi new normal ya, mas. Sementara gerombolan abnormal maunya new sruk," celetuk Abu Kumkum.

Oalah...

www.ekokuntadhi.id

Senin, 01 Juni 2020

5 KARAKTER PENGUSAHA YANG BERHASIL, HARUS BISA MENGHARGAI PROSES⁣⁣


1. Memiliki visi dan misi yang jelas⁣
Memulai sebuah bisnis atau usaha tentunya harus dilandasi oleh fondasi dan tujuan yang kuat. Oleh karena itu, jika kamu sudah mempunyai visi dan misi yang jelas, tentu kamu dapat dikategorikan sebagai salah satu pengusaha yang sukses. Namun, jika belum mengetahui apa yang menjadi tujuanmu dalam berbisnis, itu tandanya kamu masih tersesat dan bingung dalam membangun sebuah bisnis.⁣
2. Berani mengambil semua kesempatan yang ada⁣
Dalam merintis sebuah usaha atau bisnis, kamu harus siap dalam menghadapi berbagai tantangan serta rintangan yang ada. Selain itu, kamu juga harus berani dalam mengambil seluruh kesempatan yang ada agar dapat maju selangkah ke depan. Nah, sifat ini menandakan bahwa kamu layak untuk berbisnis, termasuk sebagai pengusaha yang akan sukses.⁣
3. Bersikap kritis dalam mencari solusi⁣
Mempunyai sifat kritis akan membuat kamu semakin cerdas, efektif, dan efisien dalam menentukan strategi terkait penyelesaian masalah. Sifat ini sangat penting untuk kamu miliki jika ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses. Dalam merintis usaha atau bisnis pasti kamu akan dihadapkan oleh beberapa tantangan yang tingkat kesulitannya beragam.⁣
4. Mempunyai keyakinan dalam mengambil setiap keputusan⁣
Percaya atau tidak, kunci kesuksesan terdapat di dalam pikiranmu. Jadi jika kamu sudah yakin dari awal untuk membuat sebuah bisnis, tentu kamu akan berani untuk mengambil risiko apa pun. Tindakan dalam mengambil keputusan ini tentu harus dapat dilakukan secara tegas dan yakin tanpa ada rasa ragu sedikit pun.⁣
5. Selalu menikmati proses yang ada⁣
Menghargai dan menikmati segala proses yang ada dalam rintisan pekerjaan atau usaha merupakan salah satu ciri dari calon pengusaha sukses. Ini karena mereka yang menghargai proses daripada hasil tentu adalah orang-orang yang ingin terus belajar untuk benar-benar meraih kesuksesan.⁣
Sumber : idntimes.com⁣
#DenpasarViral #lifestyle #job #bisnis #usaha #pengusaha #sukses #proses

DARI AMERICAN FIRST JADI AMERICAN ALONE


By Eko Kuntadhi

Ketika virus Covid melanda dunia, hampir semua negara luluh lantak. Awalnya setelah China, Iran merupakan negara dengan jumlah penderita terbanyak. Negeri itu butuh obat. Butuh alat kesehatan. 

Tapi apa yang terjadi. AS yang telah lama melakukan embargo kepada Iran, sama sekali tidak mau melonggarkan embargo. AS seperti ingin meledek Iran, rasain lu, mampus oleh Covid19. 

Iran akhirnya berjuang sendiri. Segala upaya dilakukan. Ketika seluruh dunia masih berkutat dengan obat alternatif, Iran paling banyak melakukan langkah terapi plasma darah yang murah meriah itu. Langkah ini rupanya efektif. Jumlah orang yang sembuh lumayan besar. 

Bukan hanya Iran. Venezuela juga tetap diembargo AS, meski negeri itu megap-megap dihantam Corona. Obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan rakyat Venezuela tidak bisa masuk ke negeri itu.  

Bahkan di tengah pendemi yang mencekik, kabarnya AS malah ikut merancang kudeta terhadap presiden Meduro yang akhirnya gagal itu.

Akibat covid19 ini, Venezuela tercekik. Negerinya kekurangan bahan bakar untuk rakyatnya. Sementara negara lain tidak berani menjual minyak kepada Venezuela. Akhirnya Iran mengirimkan 5 tanker minyaknya. Kapal-kapal itu melayari terusan Suez, menuju benua Amerika.

Apa yang dilakukan AS? Mereka mengancam akan menyerang tanker minyak Iran dengan kekuatan militer. Ancaman itu dibalas Iran, apabila AS benar menyerang kapal-kapal Iran, negeri mullah itu akan membalasnya secara serius. 

AS keder juga. Wong setelah wafatnya jenderal Sulaimani akibat serangan drone AS, Iran beneran melancarkan serangan balasan ke pangkalan militer AS. Dan AS gak berani berkutik membalas lagi. Artinya ancaman Iran bukan main-main. Negeri itu gak ada takut-takutnya pada ancaman AS.

Dalam konflik dengan China, AS memainkan kartu Hongkong. Setidaknya ingin meneruskan kerusuhan Hongkong beberapa waktu lalu, yang mungkin bisa menekan China. 

Tapi China tampaknya gak terpancing. Mereka membiarkan saja Hongkong terbakar dengan ulah para demonstran. Suara prodemokrasi yang diteriakkan para mahasiswa Hongkong itu, pada akhirnya dikecam oleh rakyat Hongkong sendiri. Sebab akibat demo yang terus menerus, ekonomi Hongkong babak belur. Yang paling merasa dampaknya adalah warga Hongkong sendiri.

China tidak terpancing untuk mengerahkan kekuatan militernye ke Hongkong. Mereka seperti menonton saja, ulah anak-anak muda Hongkong yang akhirnya merusak tanahnya sendiri.

Bukan hanya itu. AS juga kabarnya mengirimkan armada kapal induknya ke perairan Asia. Mungkin untuk menakut-nakuti China. Tapi China gak bergeming. Mereka tidak mau didikte kepentingan AS.

Meski masih sok, mau mengatur dunia, akhirnya AS disadarkan bahwa dalam negerinya sendiri banyak ketidakberesan. Mereka teriak-teriak HAM, tetapi justru persoalan HAM paling dasar yaitu rasisme, justru terjadi di AS.

Kini Trump terpaksa diungsikan dari Gedung Putih karena demontran yang memprotes kasus George Floyd, telah merangsek sampai ke sana. Kerusahan rasial meledak. Penjarahan meluas kemana-mana.

Kalau dibandingkan, cara penanganan polisi AS terhadap pengunjuk rasa, masih jauh di bawah kemampuan polisi Indonesia saat menangani demo di halaman Bawaslu kemarin. Juga demo RUU KUHP yang ramai itu. 

Kita tidak tahu, apakah Covid19 ini justru jadi momentum berubahnya kekuatan dunia. Setidaknya menandakan dominasi AS cuma tinggal kisah lama. Toh, kenyataanya, AS dan Trump cuma besar bacot dan doyan mengertak saja. Giginya sudah ompong.
 
Berkaca dari kasus dalam negeri AS saat ini, sepertinya mereka gak punya legitimasi moral lagi kalau mau kotbah soal HAM dan keadilan. Sebab kini dunia sedang berbenah. 

Bahkan Eropa juga mulai siap-siap menarik diri dari AS. Mereka mungkin sadar, gak mau tenggelam bersama jambulnya Trump.

"Mungkin slogan American First akan berganti dengan American Alone," ujar Abu Kumkum.

Entah, dia belajar dari mana. Kok bisa nyeletuk yang sok british kayak gitu.

www.ekokuntadhi.id

BERGERAK ATAU MATI


Kondisi new normal itu bukan lagi pilihan, tapi sudah menjadi keharusan..

Para pengusaha yang mempekerjakan ratusan ribu karyawan di Indonesia, sudah mengibarkan bendera putih. Mereka bilang cuma bisa bertahan sampai Juni, kalau tidak, mereka terpaksa harus PHK besar-besaran bahkan mungkin harus menutup perusahaannya.

Dan kalau itu terjadi, maka dampak sosialnya akan dahsyat. Pengangguran bisa membawa api kerusuhan dan bisa menggoyang kestabilan negara. 

Situasi inilah yang ditunggu para politikus busuk yang "sok pro rakyat" bahwa new normal adalah pembunuhan massal. Jika terjadi goncangan ekonomi, mereka juga yang akan ngompor2i untuk demo besar dan tujuan akhirnya menggoyang pemerintahan.

New normal adalah konsep menjalankan kembali kehidupan yang normal dgn gaya baru, gaya yang disesuaikan dgn keadaan. Yang biasanya kerja tanpa masker, harus pake masker. Yang biasanya berdesak2an harus jaga jarak. 

Tapi intinya tetap, yaitu kembali kerja. Karena kalau kita tidak bergerak, kita mati sendiri. 

Pilihannya memang sama2 tidak enak, antara kesehatan atau kelaparan. Memangnya Jokowi dgn senang mengambil keputusan itu ? Dia hanya mengambil keputusan yang buruk dari situasi yang paling buruk..

Bangsa kita sudah berkali-kali dihadapkan pada situasi paling sulit dalam perjalanannya. Tapi kita mampu beradaptasi, bertahan bahkan menyeimbangkan diri lagi. 

Dulu saja tahun 98, ekonomi kita runtuh. Negara hampir jatuh. Tapi kita akhirnya mampu menyeimbangkan lagi meski awalnya tertatih. 

Percaya dirilah, bahwa kita terlahir bukan sebagai bangsa cengeng. Yang terus sembunyi dan menangisi diri, dengan rasa ketakutan yang amat sangat. Kita bangsa petarung, yang mampu melewati badai seberapa besarnyapun ia mengurung.

Bergerak atau mati. Cuma itu pilihan yang ada, mau ambil yang mana ??
.
.

Denny Siregar

Sabtu, 30 Mei 2020

Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?


Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Diktator Korea Utara Kim Il-sung bisa saja menjalani hidupnya di Rusia, tetapi militer Soviet punya rencana lain.
Lebih dari 70 tahun lalu, di sebuah permukiman kecil Rusia Vyatskoye, di tepi Sungai Amur, yang membelah Timur Jauh Rusia dan Tiongkok timur laut, lahir seorang anak laki-laki bernama Yuri. Ayah Yuri adalah seorang kapten tentara Soviet. Meski begitu, kedua orang tuanya sebetulnya berdarah Korea.
Dewasa ini, murid-murid Korea Utara diajari bahwa Kim Jong-il, anak pertama pendiri masa depan negara mereka, Kim Il-sung, lahir pada Februari 1942 di sebuah pondok kayu di puncak gunung tertinggi di Semenanjung Korea, tempat ayahnya memimpin sebuah unit partisan. Sebenarnya, pada Februari 1942, takdir Kim Il-sung terikat jauh lebih dekat ke Rusia daripada ke tanah airnya sendiri.
Gerilyawan di Tengah Kabut
Pengembaraan diktator pertama masa depan Korea Utara di Uni Soviet dimulai dengan serangan partisan Korea terhadap pasukan Jepang yang menduduki Semenanjung Korea.
Penduduk setempat sangat menentang kebijakan kolonial Jepang. Akibatnya, banyak yang membentuk kelompok gerilya untuk melawan penjajah. Di antara mereka adalah Kim Il-sung, pendiri masa depan Korea Utara. Namun pada pertengahan 1930-an, tak banyak yang mengenal sang partisan muda Korea itu.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung pada tahun 1927.
Setelah pertempuran Pochonbo pada Juni 1937, komandan berusia 25 tahun itu mendapat perhatian yang lebih luas. Unit partisan Kim Il-sung berhasil menyeberangi Sungai Yalu dan merebut beberapa bangunan strategis di Pochonbo, membunuh polisi Jepang, membebaskan tahanan, dan membakar gedung-gedung administrasi.
Pertempuran Pochonbo membuat Kim Il-sung masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Jepang. Jepang melancarkan perburuan terhadap Kim Il-sung.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung di antara para gerilyawan.

Jepang bertekad untuk melenyapkan Kim Il-sung selamanya, dan mengirim detasemen hukuman ke Manchuria, yang kemudian menjadi negara boneka Manchukuo. Banyak kawan Kim Il-sung tewas dalam bentrokan yang terjadi di kemudian hari. Akibatnya, perlawanan pun menurun. Pada akhir 1940, situasi berubah menjadi kritis. Untuk menyelamatkan diri serta para pengikutnya, Kim Il-sung memimpin sekelompok kecil partisan melintasi Sungai Amur ke wilayah Soviet untuk bersembunyi hingga keadaan lebih aman.
Kesunyian Mengalir ke Amur
Tak ada yang aneh tentang partisan Korea yang mencari perlindungan di Uni Soviet. Setelah diverifikasi otoritas Soviet, mereka biasanya diizinkan untuk tinggal dan dimanfaatkan dengan baik. “Beberapa masuk ke dalam Tentara Merah, sementara yang lain mengambil kewarganegaraan Soviet dan bekerja di pertanian dan ada pula yang bekerja di industri meski sangat sedikit,” tulis sejarawan Andrei Lankov dalam bukunya tentang Korea Utara.
Setelah beberapa bulan berada di kamp Soviet untuk partisan, Kim Il-sung mendaftar ke Sekolah Infanteri Khabarovsk sementara pemeriksaan tengah berlangsung. Selama dua tahun berikutnya, ia mempelajari ilmu militer di bawah pimpinan perwira-perwira Soviet.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Dari kiri: Kim Il-sung, A.I. Mikoyan, Andrei Gromyko, Pak Huen Yung, dan Hong Myung Hui melewati barisan penjaga kehormatan di Stasiun Yaroslav, Moskow (Maret, 1949).

“Mungkin untuk pertama kalinya, setelah sepuluh tahun kelaparan, kelelahan, bahaya, dan terus-menerus berpindah tempat, Kim Il-sung bisa beristirahat dan merasa aman,” tulis Lankov. Di Khabarovsklah istri dan sekaligus rekan seperjuangannya, Kim Jong-suk, melahirkan seorang anak, yang terdaftar sebagai Yuri Irsenovich Kim. Namun, ia ditakdirkan menjadi terkenal sebagai penerus ayahnya dan pendiri program nuklir Korea Utara dengan nama yang berbeda: Kim Jong-il.
Kapten Tentara Soviet
Pada musim panas 1942, partisan Korea yang berlindung di sisi lain perbatasan Soviet disatukan oleh militer Soviet ke Brigade Senapan Khusus Ke-88, yang mencakup satu batalion Korea dan dua batalion Tiongkok.
Partisan Tiongkok Zhou Baozhong, yang ditugaskan memimpin brigade internasional, mengenal Kim Il-sung dari perang gerilya. Atas rekomendasinya, Kim ditunjuk sebagai komandan batalion Korea dengan pangkat kapten Tentara Merah Buruh dan Petani.
Menurut pengawas Rusia tentara Korea, “Kapten Tentara Merah Kim adalah orang yang baik — dia ramah, terbuka, dan ceria,” kata Vladimir Tolstikov, mantan pejabat Biro Informasi Soviet di Pyongyang, yang berbicara secara langsung dengan banyak peserta kunci dalam peristiwa yang menentukan bagi Korea, di antaranya Kim Il-sung.
Brigade Ke-88 tidak ikut dalam peperangan melawan Jepang, dan dibubarkan setelah Tokyo menyerah. Seluruh perang yang Kim Il-sung habiskan jauh dari garis depan di hutan Rusia yang terpencil di Khabarovsk.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Pendiri Korea Utara Kim Il-sung berbicara pada rapat umum massal di Pyongyang pada 1953.

“Menurut memoarnya, Kim Il-sung melihat masa depannya cukup jelas: dinas militer, akademi, komandan resimen atau divisi. Siapa tahu, kalau jalan sejarah sedikit berbeda, bukan tidak mungkin bahwa seorang kolonel Soviet tua atau bahkan mayor jenderal bernama Kim Il-sung akan pensiun di Moskow, dan putranya Yuri akan bekerja di beberapa institut penelitian ilmiah,” tulis Lankov.
Namun, komandan-komandan Sovietnya punya rencana lain untuk sang partisan Korea. Dia ditugaskan untuk memastikan komunikasi antara militer Soviet dan penduduk lokal di Pyongyang. “Pyongyang adalah kota terbesar yang diduduki pasukan Soviet, dan perwira Korea paling senior di Brigade Ke-88 adalah Kim Il-sung, jadi tidak heran ia ditunjuk sebagai asisten komandan ibu kota Korea Utara di masa depan,” tulis Lankov.
Bagaimana Uni Soviet Membentuk Pendiri Korea Utara Kim Il-sung?
Kim Il-sung mengunjungi Moskow.

Pada 14 Oktober 1945, di Stadion Kota Pyongyang, Jenderal Soviet Ivan Chistyakov menganugerahkan gelar “pahlawan nasional” dan “pemimpin partisan yang terkenal” Kim Il-sung di hadapan kerumunan rakyat Korea, diikuti pidato oleh Kim sendiri untuk mendukung para pembebas Soviet. Metamorfosis dari kapten tentara Soviet biasa menjadi Pemimpin Besar Kamerad Kim Il-sung ini dapat ditelusuri hingga kini.
Tahun-tahun berikutnya, dunia melihat kekuatan yang baru lahir di Korea Utara menjadi terkonsentrasi penuh di tangan besinya, menjadikan negara itu tempat paling terisolasi secara diplomatis di dunia.
“Kami sering bertemu di acara-acara resmi,” kata Tolstikov mengenang pertemuannya dengan Kim Il-sung, “Bahasa Rusianya tidak bagus, tetapi ia bisa berbicara. Saya ingat dua aforisme yang kerap ia ulangi, ‘Rakyat itu sakral’ dan ‘Jika langit runtuh, kita akan selamat’.” Tampaknya para penguasa Korea Utara hingga kini memiliki kepercayaan buta terhadap kebijaksanaan pendiri negara itu meskipun rakyat kini mungkin lebih bersifat pengorbanan (sacrificial) daripada sakral (sacred).

https://id.rbth.com/sejarah/81211-pe...-di-soviet-wyx

Download GTA San Andreas Mobile

Film Film yang Mengangkat Tema Tragedi Berdarah Indonesia 1965



Tak banyak film yang mengangkat tema tentang tragedi berdarah Indonesia 1965. Kekuasaan Soeharto selama lebih dari tiga dekade telah menutup seluruh pintu yang memungkinkan mengarah ke sana, kecuali film yang dibuat rezim kala itu yang berfungsi layaknya buku putih. Film luar negeri yang berlatar belakang peristiwa 1965 juga dilarang beredar di sini.

Apakah setelah Orde Baru selesai, berarti film tentang peristiwa September 1965 atau komunis secara luas dapat bebas dibuat dan diedarkan? Ternyata tidak juga. Berikut film-film yang bercerita atau mengambil latar belakang sejarah kelam bangsa Indonesia.


Pengkhianatan G-30S/PKI (1984)

“Darah itu merah, Jenderal!” atau “Republik sedang hamil tua,” jadi frase yang melekat dari film ini. Pengkhianatan G-30S/PKI garapan Arifin C. Noer pada 1984 ini adalah versi resmi pemerintah Orde Baru tentang kejadian 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 pagi di Jakarta. Tentang Sukarno yang sakit, Tjakrabirawa yang siaga, ABRI yang hendak berulang tahun, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sedang jaya-jayanya, dan Soeharto si tentara yang tenang. Sukarno diperankan Umar Kayam, dan Mayjen Soeharto diperankan Amaroso Katamsi. Puncak kisahnya ketika PKI menculik tujuh perwira Angkatan Darat, dibawa ke Lubangbuaya, disiksa (termasuk oleh Gerwani), lalu dibenamkan ke dalam sumur tua dan sempit di sana. Upaya PKI lebih jauh untuk merebut kekuasaan kemudian digagalkan Soeharto. Film ini lantas wajib diputar di seluruh stasiun televisi yang ada kala itu, dan berhenti pada 1998, masa berakhirnya Orde Baru. Jika sebelumnya, versi ini di terima sebagai kebenaran mutlak, maka pasca-1998, bermunculanlah bantahan dari berbagai pihak tentang isi film ini dan menyebutnya tak lebih dari propaganda Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan.


Gie (2005)

Gie diambil dari nama belakang tokoh utamanya, Soe Hok Gie (diperani Nicholas Saputra), aktivis mahasiswa Universitas Indonesia yang gemar naik gunung. Riri Riza mengangkat pemikiran Gie yang tertulis di buku hariannya, Catatan Seorang Demonstran, ke layar lebar. Berasal dari keluarga sederhana di Jakarta, semangat idealis, kepedulian, dan keadilan tumbuh dalam pemikirannya. Masa mahasiswa Gie bersamaan dengan sedang jaya-jayanya PKI dan Sukarno yang lupa daratan. Gie kerap menulis kritik di media massa tentang pemerintahan Sukarno yang diktator, banyak terjadi ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang demi memperkaya diri sendiri. Dia punya semboyan, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”


Sang Penari (2011)

Film karya sutradara Ifa Isfansyah ini diangkat dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis Ahmad Tohari. Novelnya sempat terbit dalam dua versi, yakni versi Orba dan versi pasca-Orba, karena ada setting masa kuatnya PKI hingga pembantaian ribuan orang yang berakhir mengapung di sungai, yang memaksa Tohari harus menyembunyikan dulu beberapa bagiannya. Tokoh utama Sang Penari adalah Srintil (diperani Prisia Nasution), seorang ronggeng yang dipuja-puja di kampungnya yang miskin, Dukuh Paruk. Teman mainnya sejak kecil, Rasus (Oka Antara), tidak senang Srintil makin hari makin terkenal. Apalagi tugas ronggeng bukan hanya menari, tapi juga melayani laki-laki dengan bayaran mahal. Rasus yang kecewa meninggalkan Dukuh Paruk untuk menjadi tentara. PKI sedang giat masuk ke semua lini kehidupan, tak terkecuali kesenian. Srintil didukung habis-habisan hingga direkrut jadi bagian propagandanya untuk menarik massa. Nasib Srinbaikberbalik setelah kudeta gagal di Jakarta. Sang Penari mendapat sambutan bagus dari penonton. Banyak yang memuji Ifa Isfansyah karena berani mengangkat kisah ini ke layar lebar, termasuk adegan pembantaian massal yang dilakukan TNI terhadap masyarakat yang diindikasikan terlibat PKI.


The Year of Living Dangerously (1982)

The Year of Living Dangerously garapan Peter Weir ini adalah adaptasi dari novel karya Christopher Koch, mengambil setting akhir masa pemerintahan Sukarno. Beberapa hari sebelum kudeta 30 September 1965, sudah banyak wartawan asing yang datang ke Jakarta. Salah satunya Guy Hamilton (Mel Gibson), koresponden untuk Australia. Di Jakarta, dia bertemu dengan para koresponden asing lainnya, antara lain wartawan dari Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, petugas diplomatik, dan Billy Kwan (Linda Hunt), fotografer Australia berdarah Cina yang sangat cerdas. Guy jadi akrab dengan Billy. Bersama mereka membuat janji wawancara dengan tokoh-tokoh politik kunci di Jakarta. Billy kemudian memperkenalkan Guy ke sahabatnya, Jill Bryant (Sigourney Weaver), seorang asisten di Kedubes Inggris. Jill mendapat informasi bahwa Komunis Cina ikut mempersenjatai PKI. Informasi ini dia berikan pada Guy. Singkat cerita, Hamilton mendatangi Istana Presiden seusai pemberontakan 30 September untuk mencari berita besar. Apa lacur, di istana dia justru diserang tentara Angkatan Darat hingga mengalami kerusakan retina. The year of living dangerously adalah terjemahan bahasa Inggris dari frase bahasa Italia yang digunakan Sukarno sebagai judul pidato Hari Kemerdekaan Indonesia 1964: Vivere Pericolosamente. Film yang mengambil lokasi syuting di Australia dan Filipina ini dilarang diputar di Indonesia hingga 1999.

40 Years of Silence (2009)

40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy adalah film dokumenter yang mengangkat tragedi pembantaian pascakudeta gagal dari empat sudut yang berbeda. Empat kisah itu adalah dari keluarga pengusaha Tionghoa, dari keluarga petani Katolik dan Islam, dari anak pemimpin partai pro-PKI di Bali, dan seorang anak yang lahir pada era 1990-an tapi ikut menjadi korban. Dokumenter ini dibuat Robert Lemelson, seorang antropolog lulusan University of California, sejak 2002. Selama bertahun-tahun, Lemelson mewawancarai ribuan orang yang sudah diperlakukan sewenangwenang dan melanggar HAM karena mendapat cap terlibat komunisme. Padahal tak sedikit dari mereka bahkan tidak tahu apa-apa, karena masih kanak-kanak ketika peristiwa itu terjadi. Perlakuan sewenang-wenang itu antara lain keterbatasan untuk bersekolah dan bekerja karena stigma yang dilekatkan pada mereka, pemberian tanda tertentu pada KTP, serta mengisi formulir untuk memastikan mereka “bersih lingkungan”. Bersih lingkungan adalah istilah yang menunjukkan ada tidaknya hubungan dengan komunisme atau PKI. Kesaksian-kesaksian itu dikemas dalam film berdurasi 86 menit.