Lukisan oleh Horace Vernet yang menggambarkan armada Perancis membombardir benteng San Juan de Ulúa pada tahun 1838.
Sumber
Perang Pastry (1838-1839) (bahasa Spanyol: Guerra de los pasteles) atau Perang Perancis-Meksiko Pertama adalah intervensi Perancis terhadap Meksiko dengan memblokade beberapa pelabuhan Meksiko dan menaklukkan benteng San Juan de Ulúa di Veracruz.
Pada awal berdirinya Republik Meksiko, terjadi serangkaian kekacauan sipil akibat perebutan kekuasaan oleh faksi-faksi yang hendak menguasai negara baru tersebut. Kerusuhan dan pertempuran sering berakhir penghancuran atau penjarahan properti pribadi.
Acap kali para korban kerusuhan tak bisa mengklaim kompensasi kepada Pemerintah sebab ketiadaan perwakilan di golongan atas. Sementara itu, orang asing yang menjadi korban juga tak memperoleh kompensasi. Akibatnya mereka mencecar pemerintah negara mereka sendiri guna memperoleh bantuan dan kompensasi atas kerusakan properti di Meksiko.
Saat itu Perancis menjadi mitra dagang terbesar ketiga Meksiko. Ramai orang Perancis yang bekerja dan membuka usaha di sana dan tak jarang turut menjadi korban kekacauan sipil.
Raja Louis Philippe.
Sumber
Pada suatu hari seorang koki pastry Perancis bernama Monsieur Remontel mengadu kepada Raja Louis Philippe bahwa pada tahun 1832, pegawai sipil Meksiko menjarah toko kue miliknya yang terletak di Tacubaya, pinggiran ibu kota Mexico City. Ia telah menuntut ganti rugi 60.000 peso, namun kompensasi dari Pemerintah Meksiko hanya menghargai kurang dari 1.000 peso.
Sebelumnya pada tahun 1828, terjadi penjarahan toko-toko Perancis di Plaza del Zócalo, Mexico City. Juga pada tahun 1837, seorang warga Perancis di Tampico dieksekusi atas tuduhan pembajakan.
Pada tahun 1838, Raja Louis Philippe melalui Perdana Menteri Louis-Mathieu Molé, menuntut pembayaran 600.000 peso atau 3 juta franc sebagai ganti rugi. Nominal yang sangat besar pada saat itu sebab upah standar harian di Mexico City hanya sekitar 1 peso.
Presiden Anastasio Bustamante yang masih sibuk dengan masalah dalam negeri pun menolak tuntutan itu. Perancis memberikan ultimatum seraya mengirim 10 kapal perangnya pada bulan Maret 1838. Armada mendarat di Isla de Sacrificios, Veracruz dengan ancaman invasi jika Meksiko tak memenuhi tuntutan.
Ketika ultimatum berakhir pada tanggal 15 April 1838, AL Perancis di bawah kepemimpinan Laksamana Bazoche menyatakan blokade total semua pelabuhan di Teluk Meksiko, dari Yucatán sampai Rio Grande. Mereka mulai menyita kapal-kapal dagang Meksiko yang membuat hubungan kedua negara terputus keesokan harinya.
Laksamana Muda Charles Baudin.
Sumber
Pada bulan Oktober 1838, Perancis menambah 20 kapal perang di bawah komando Laksamana Muda Charles Baudin yang merupakan veteran Perang Napoleon. Ia akan menjadi pemimpin utama armada Perancis di Meksiko. Setibanya di sana, kedua belah pihak sempat bertemu di Xalapa untuk melakukan negosiasi. Tuntutan dari Perancis naik menjadi 800.000 peso yang terdiri dari: 600.000 peso untuk penyelesaian umum dan 200.000 peso sebagai uang bensin armada Perancis yang telah berlabuh di lepas pantai Meksiko.
Meksiko yang sejak awal tak ingin membayar berupaya mengulur waktu. Perancis yang hilang kesabaran akhirnya memborbardir benteng San Juan de Ulúa dan pesisir Veracruz (kota pelabuhan terpenting di Teluk Meksiko) pada tanggal 21 November 1838. Terjadi serangkaian pertempuran liar di benteng San Juan de Ulúa sampai Meksiko menyatakan perang resmi pada tanggal 30 November 1838.
Pada tanggal 4 Desember 1838, Meksiko menugaskan Antonio López de Santa Ana untuk melindungi Veracruz. Ia berhasil memukul mundur pasukan Perancis untuk kembali ke kapal.
Pertempuran Veracruz 1838.
Sumber
Ketika pertempuran mencapai dermaga, armada Perancis menembaki pasukan Meksiko yang melakukan pengejaran. Di sini Santa Ana terkena rentetan peluru anggur di kaki yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Ia memerintahkan pasukannya mundur menjauh dari pesisir dan melakukan evakuasi penduduk ke Pocitos, kota satelit Veracruz yang aman dari jarak tembak kapal-kapal Perancis.
Blokade tersebut melumpuhkan ekonomi Meksiko. Satu-satunya akses laut hanya bergantung kepada Republik Texas yang sebetulnya juga musuh Meksiko karena baru saja memproklamirkan kemerdekaan dua tahun yang lalu. Namun, Republik Texas khawatir Perancis juga akan memblokade mereka. Pada akhirnya mereka membentuk batalion patroli untuk menghentikan penyelundupan barang-barang dari Meksiko.
Amerika Serikat yang ingin menegaskan hubungan persahabatan dengan Perancis mengirim USRC Woodbury untuk membantu patroli Perancis. Kasihan kepada Meksiko yang diblokade selama berbulan-bulan, Inggris berusaha menengahi yang sukses melahirkan perjanjian perdamaian pada tanggal 9 Maret 1839. Meksiko bersedia membayar 600.000 peso sebagai ganti rugi untuk warga Perancis terdampak penghancuran dan penjarahan properti. Perancis menarik pulang seluruh armadanya, namun nominal tersebut tak pernah dibayarkan.
Charles-Louis Napoleon Bonaparte atau Napoleon III.
Sumber
Kelak masalah ini menjadi pembenaran Napoleon III untuk melakukan intervensi kedua, terlepas tujuan utamanya adalah agenda luar negeri demi melebarkan pengaruh Perancis ke seluruh dunia. Dengan menggandeng Inggris dan Spanyol, koalisi Perancis menyerbu Meksiko pada musim dingin tahun 1861.
Inggris dan Spanyol mengundurkan diri setahun kemudian setelah negosiasi damai dengan Meksiko, sedangkan Perancis melanjutkan invasi dengan melegitimasikan kekuasaan lewat Maximilian I (adik Kaisar Austria, Franz Joseph I) yang diangkat menjadi Kaisar Meksiko pada tanggal 10 April 1864. Sementara itu, kubu Republik tetap melakukan perlawanan gerilya di lapangan.
Di tempat berbeda terjadi Perang Saudara Amerika Serikat (1861-1865). Menjelang berakhirnya perang, Amerika Serikat yang dipimpin oleh pegiat hak asasi manusia, Abraham Lincoln, mulai mengambil sikap dengan mendukung perjuangan kubu Republik di Meksiko. Napoleon III yang lebih menjaga hubungan baik Perancis-AS dibandingkan ambisi monarki Meksiko, memutuskan menarik pasukannya pada tanggal 31 Mei 1866. Itu berarti Maximilian I harus berjuang sendirian yang membawanya pada kekalahan.
Pengadilan militer menjatuhi hukuman mati untuk Maximilian I dan kedua jenderalnya: Miguel Miramón dan Tomás Mejía. Banyak kepala negara Eropa dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya (termasuk Victor Hugo dan Giuseppe Garibaldi) yang memohon agar Maximilian I dibebaskan, tapi Presiden Benito Juárez menolak dengan alasan bahwa rakyat Meksiko tak bisa mentolerir pemerintahan yang dilaksanakan oleh kekuatan asing.
Maximilian I dan kedua jenderalnya dieksekusi pada tanggal 19 Juni 1866.
Sumber
Pada tanggal 19 Juni 1866, Maximilian I dan kedua jenderalnya dieksekusi di Cerro de las Campanas, sebuah bukit di pinggiran kota Querétaro. Kubu monarki yang menguasai Mexico City menyerah sehari setelah eksekusi tersebut. Republik dipulihkan dan Presiden Juárez kembali berkuasa di ibu kota federal.
Download GTA San Andreas Mobile